Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisa Diantika
"Ketika anak memasuki usia sekoiah (middle childhood), anak akan menerima lebih banyak umpan balik negatif dan mulai membandingkan dirinya dengan anak-anal: lain seusianya. Anak yang tidal: mampu mener-ima umpan balik negatif dari orang lain akan membentuk pikiran-pikiran negatif dan mcnilai diri secara negatif (Eccles, 1999). Hal yang demikian menyebabkan anak cemas dan takut dalam menghadapi situasi sosial baru.
Kesulitan dalam memasuki lingkungan baru yang asing bagi anak adalah salah satu karakteristik anak pemalu. Tingkah laku pemalu merupakan salah satu bentuk tingkah Iaku menghindari situasi sosial baru yang disebabkan olch tcrfokusnya sweorang pada opini atau evaluasi dari orang lain mengenai dirinya (Rubin 8: Asendorpf, 1993). Salah satu pcnyehab terbentuknya tingkah laku pemalu pada anak adalah rendahnya sebfeszeem pada anak dan penilaian diri yang negatif (Zolten & Long, dalam www. parenting-ed.org, 1997).
Pada kasus Ad, Ad merasa khawatir teman-teman tidak mau mengajaknya berkenalan. Ad pun mengatakan bahwa ia takut melakul-can kesalahan saat berbicara dengan teman-teman yang belum dikenalnya. Dengan perkataan lain, Ad menilai dirinya secara negatifyaitu Ad merasa tidak mampu berinteraksi dengan orang-orang yang belum dikenalnya. Ad pun mcrasa takut teman-teman tidak man mengajaknya berkenalan. Pikiran-pikiran negatifpada Ad mernbuat Ad mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan berinteraksi dengan orang-orang yang belum dikenalnya. Terapi yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan prinsip cognitive behavior therapy (CBT), yaitu suatu teknik terapi yang mengubah kekeliruan pola berpikir pada individu dengan cara melakukan rcstruktmisasi kognitiff.
Hasil dari terapi mcnunjukkan bahwa program ini cukup efektif untuk menangani tingkah laku pemalu pada anak, sehingga pola pikir dan tingkah laku pun berubah menjadi lcbih baik.

When child enters middle childhood, hefshe will receive more negative feedback from others and starts to compare his/her self with others. Child who can not accept the negative feedback fiom others will have negative thoughts and perceived their selfnegatively (Eccles, 1999). Furthermore, child will have anxiety and shows some fears in new social situation.
The difficulty when entering new social situation is one of the characteristics of children with shyness. Shyness is one form of social withdrawal that is motivated by social evaluation concerns, primarily in novel setting (Rubin & Asendorf, 1993). There may be a specitic cause for shyness in some children, wlule in others shyness may occur for a number of different reasons. One ofthe reason why children beoorne shy is having low self esteem and negative opinion of oneself (Zolten & Long, on wwwwparenting-ed.org, 1997).
Our study presents a case that shows shyness in a child (Ad). Ad wonied that people do not want to become her friends. Ad also said that she has trouble thinking of what to say in social situation and afraid doing something wrong talking with others. Ad views herselffnegatively. She feels uncomfortable in unfamiliar situation and thinks that she can not deal with new social situation. Furthermore, these negative thoughts have become her difliculties to adapt in new situation and interact with others.
Effective treatments for shyuess exist One ofthe treatments is using the techniques of Cognitive Behavior Therapy (CBT). CBT is the therapy that change individual?s cognitive by doing cognitive restructuring. On this study, we will use CBT techniques for overcoming the shyness in child (Ad).
The result of this program shows that the application of CBT techniques is effective for overcoming shyness in child, so that the cognitive and behavior will change into better."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T38435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tiky Nindita
"Tesis ini membahas mengenai efektivitas dari Cognitive Behavior Therapy (CBT) ketika diterapkan untuk menangani masalah pengelolaan rasa marah (anger management) pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian dengan subjek tunggal. Subjek merupakan anak laki-laki berusia 9 tahun yang memiliki kesulitan dalam mengelola rasa marah. Sebelum intervensi, subjek mengekspresikan rasa marah dengan sering menampilkan perilaku seperti berteriak, menangis dan berdiam diri di dalam kamar. Tingkat marah subjek juga tergolong sangat tinggi jika diukur menggunakan anger meter, sementara berdasarkan CBCL tampak bahwa ranah aggressive behavior yang berada pada area klinis. Subjek memiliki false belief bahwa lingkungan tidak menyayanginya ketika keinginannya tidak terpenuhi atau ketika ia tidak dilayani kebutuhannya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CBT efektif dalam mengelola rasa marah dan perubahan kesalahan berpikir pada anak. Hal tersebut terlihat dari menurunnya tingkat marah saat diukur menggunakan anger meter dan nilai CBCL yang menurun, terutama ranah aggressive behavior yang berada pada area normal.

This study focuses on the effectivity of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in anger management for the child. This study is single-case study. Subject of this study is a nine years old boy who has difficulty in managing anger, often yelling, crying and withdraw to stay in his room. He has 10 level of anger based on anger meter and clinical range for aggressive behavior based on Child Behavior Checklist (CBCL). His false belief is whenever his needs and wishes are not fulfilled or granted then no one cares for him or he is not loved.
The result of this study showed that CBT is effective in managing anger and changing client's cognitive distortion. This showed by the reduction of anger meter level and also the range of aggressive behavior that become normal.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30393
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pravissi Shanti
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda Saraswati
"Intervensi yang dilakukan menggunakan Cognitive Behaviour Therapy dalam menangani selective eating problem pada anak laki~1aki berusia sembilan tahurt Tujuan intervensi adalah untuk mengidentiiikasi dan rnengubah distorsi kognitif anak tentang makanan sehingga anak diharapkan mampu menemukan makanan lain yang dapat dikonsumsi olehnya. Intervensi dilakukan dalam 15 sesi yang berlangsung dalam jangka walcu dna bulan. Sesi terbagi atas dua bagian, yaitu sesi intervensi kognitif untuk mengubah distorsi kognitif pada anak scrta scsi perilaku dimana anak berhadapan langsung dengan makanan dan mcngaplikasikan materi yang diclapatkan pada sesi kognitifi Setelah 15 sesi intervensi selesai dilakukan, terlihat bahwa anak dapat menemulcan dan memahami distorsi pikirannya tentang makanan sehingga akhimya anak mampu berpikir sccara Iebih seimbang. Kondisi tersebut akhimya berpengaruh terhadap perilakunya, yaitu anak bersedia mencoba makan dan menemukan satu jenis makanan yang dapat dikonsumsi sebagai menu makan siang atau makan malam. Beberapa saran yangdapat diberikan antara lain: orangtua sebaiknya tidak memaksa dan mengancam anak untuk makan. Orangtua juga pcrlu lebih bersabar dan membedkan pujian untuk setiap perlgembangan positif serta berdiskusi bersama dengan anak dalam menentukan menu makan siang atau makan malam.

The intervention has been done using Cognitive Behavior Therapy to treat a 9 years old boy with selective eating problem. The objective of the intervention are to identify and change the child’s cognitive distortion about food so that he is expected to be able to find the other food he can consume. Intervention was implemented in 15 sessions during two months period. Sessions were divided into two segments, consisting of cognitive intervention session to change the child’s cognitive distortion and behavior session where he was directly faced with the food and applied the material given in cognitive session. After 15 sessions were done, it can be seen that the child can recognize and understand their cognitive distortion about food in such a way- that he can be able to think more proportionately. That condition on eventually affects his behavior, i.e., he is willing to try the food and find one type of food that can be'eaten as lunch or dinner menu. Some recommendations given include : parents should not force and threaten their child to eat. Parents also need to be more patient and give compliments for each of positive improvement, and also discuss together with their child to decide the lunch or dinner menu that the child desires."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34061
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heppi Sasmita
"Di Indonesia diperkirakan 1% - 2% penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa terkena gangguan jiwa. Survei tentang penderita gangguan jiwa tercatat 44,6 per 1.000 penduduk menderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia Seseorang yang mengalami skizoprenia sering diawali dengan masalah harga diri rendah dengan gejala: konsentrasi dan perhatian kurang, kepercayaan diri kurang, rasa bersalah, tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis. Salah satu terapi yang dilakukan untuk meningkatkan kognitif dan perilaku klien adalah cognitive behaviour therapy(CBT).
Tujuan penelitian: menilai efektivitas cognitive behaviour therapy untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien harga diri rendah.
Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan cognitive behaviour therapy dengan pendekatan pre-post test. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t- Test regresi linier sederhana, chi-square dan Anova. Penelitian dilakukan di RSMM Bogor terhadap 58 klien yaitu 29 orang kelompok intervensi dan 29 orang kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan cognitive behaviour therapy meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien skizoprenia dengan harga diri rendah secara bermakna (p value< 0,05). Efektiiitas cognitive behaviour therapy meningkatkan kemampuan kognitif sebesar 29,31% dan kemampuan perilaku sebesar 22,4%. Kemampuan kognitif dan perilaku lebih tinggi secara bermakna pada klien yang mendapatkan cognitive behaviour therapy dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan.
Rekomendasi hasil penelitian cognitive behaviour therapy dijadikan salah Satu terapi spesialis pada klien skizopronia dengan masalah harga diri rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila Fitriani
"Skizofrenia adalah kondisi kecatatan yang kronik dan persisten, ditandai dengan gejala positif dan negatif. Diagnosis keperawatan yang muncul adalah risiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial. Tujuan karya ilmiah akhir spesialis ini adalah untuk mengetahui perubahan tanda dan gejala serta kemampuan klien risiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial setelah mendapatkan tindakan keperawatan ners dan tindakan keperawatan ners spesilais terapi kognitif perilaku dan latihan keterampilan sosial. Metode yang digunakan adalah desain operational riset, jumlah sampel sebanyak 30 orang klien skizofrenia paranoid dengan diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial. Hasil penelitian ini didapatkan tanda gejala risiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial menurun (p-value<0.05) dan kemampuan meningkat (p-value<0.05) setelah pemberian tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku dan latihan keterampilan sosial. Kesimpulan, kombinasi tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku dan latihan keterampilan sosial direkomendasikan untuk diberikan pada diagnosis risiko perilaku kekerasan dan isolasi sosial.

Schizophrenia is a chronic and persistent condition, characterized by positive and negative symptoms. The diagnosis of nursing that appears on these signs and symptoms are the risk of violent behavior and social isolation. The purpose of the scientific work of this specialist are to know the change in the signs of symptoms and the ability of clients the risk of behavioral violence and social isolation after obtaining the of nursing generalis and nursing specialist actions of the Cognitive Behaviours Therapy and Social Skills Training. The method using the design of operational research, the number of samples of 30 patients schizophrenia paranoid with the diagnosis of the risk of violent behavior and social isolation. The results of this study were obtained signs of risk of violent behavior and social isolation (p-value of < 0.05) and increased capability (P-value of < 0.05) after the administration of nursing action, cognitive behaviour therapy, and social skills training. Conclusions, the combination of nursing action, behavioral Mind therapy and social skills therapy are recommended to be administered on the diagnosis of risk of violent behavior and social isolation"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Listiyo Andini
"Pelatihan keterampilan memecahkan masalah dalam lugas akhir ini diberikan pada anak yang, cendemng menunjukkan perilaku opposi1iona1_ yaitu lidak menyukai peraturan, cenderung menampilkan respon ”Lidak” setiap mendapatkan perintah, terbatasnya kemampuan F dalam mencazi soiusi altemalif, dan tidak mempertimbangkan adanya konsekuensi alas respon yung dipilih. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah sam menghadapi situasi sosial yang sulit dan memilih respon sosial yang tepai dengan menggmmakan pendekatan cognitive-behavior. Pelaksanaan intervensi clilakukan dalam 6 scsi penemuan, dengan durasi 45-60 menit. Hasil pelatihan ini adalah anak menganggap peraluran adalah hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui adanya alternatif soiusi dalam menghadapi suatu masalah dan adanya konsekuensi pada setiap altematif solusi tersebut.

Problem solving skills training in this final task is applied to oppositional child; who dislike the rules, tends to say “No” to authority figure commands, incapable to End alternative solutions, and could not consider consequences of his inappropriate behavior. The aim of this intervention which uses cognitive- behavior approach is to improve the chi1d’s ability to solve social situation problems and show appropriate behavior. This intervention is conducted in 6 sessions; with the duration of each session is 45-60 minutes. The result of this intervention is considering that rules are regular things in daily life, capable to generate altemative solutions to solve problems in social situations, and knowing the consequences of his inappropriate behavior. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34128
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuli Hastuti
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon atau tindakan terhadap stimulus
stresor, ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal (Stuart, 2009). Klien
dengan perilaku kekerasan merupakan tanda ketidakmampuan klien dalam beradaptasi
terhadap emosi marah sehingga mengekspresikan tidak secara konstruktif. Tujuan
penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan
keperawatan dengan pendekatan Model Teori Adaptasi Roy pada klien risiko perilaku
kekerasan. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah assertive training dan
cognitive behaviour therapy pada 15 orang klien dalam kurun waktu 9 September – 12
Nopember 2013 di Ruang Gatot Kaca RSMM Bogor.
Hasil pelaksanaan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat menurunkan
tanda dan gejala perilaku kekerasan pada aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan
sosial dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang
menimbukan perilaku kekerasan. Rekomendasi penulisan ini adalah bahwa penerapan
Model Teori Adaptasi Roy dengan intervensi keperawatan assertive training dan
cognitive behaviour therapy dapat dilakukan untuk menurunkan perilaku kekerasan

People would respond to threatning situation/stressor in various ways. Violence was the
actual aggressive behaviour directly toward to them selves, other people or external
environment, with physical or verbal violence (Stuart, 2009). People with tendency to
act aggressively shown that they used destructive coping strategies to express their
anger. The objective of this paper was to describe the application of Johnson’s
Behavioural System Model, focusing on aggresive behavior. Assertive training and
cognitive behaviour therapy were recognized as nursing intervention that provided to 15
clients during 9 September – 12 Nopember 2013 at Gatotkaca Dr. H.Marzoeki Mahdi
Hospital-Bogor.
Result of this study shown that sign and symptoms of aggressive behaviour were
decreased (cognitive, affective, psychic, behavior and social) and increased of client's
ability to express their emotion in contructive way. This study proved that the
application of Roy Adaptation Model Approach with assertive training and cognitive
behaviour therapy as nursing intervention were recommended to derecrease aggresive
behaviour.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Puji Rahayu
"ABSTRAK
Cognitive Behavior Therapy CBT merupakan terapi yang membantu individu merubah cara berpikir dan perilakunya. Terapi ini berfokus pada masalah hear and now serta kesulitan yang dihadapi klien. Tujuan dari pemberian CBT pada klien risiko perilaku kekerasan adalah mengurangi tanda gejala dan meningkatkan kemampuan klien dalam mengontrol risiko perilaku kekerasan. Klien dengan perilaku kekerasan merupakan cerminan ketidakmampuan klien dalam mengekspresikan emosi marah secara konstruktif. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah membandingkan penerapan CBT pada klien dengan risiko perilaku kekerasan di ruang akut dan ruang stabilisasi. Hasil perbandingan penerapan CBT di ruang akut dan ruang stabilisasi menunjukkan adanya perbedaan hasil penerapan CBT terutama karena perbedaan kondisi klien, lingkungan dan lama masa rawat serta didapatkan bahwa CBT dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang menimbulkan perilaku kekerasan.

ABSTRACT
Cognitive Behavior Therapy CBT is a therapy to assist individuals to change their ways of thinking and behavior. This therapy focuses on the problems here and now and the difficulties encountered. The objective of CBT to provide clients with risk of violent behavior to reduce symptoms and improve the client 39 s ability to control the risk of violent behavior. Violent behavior in client are reflection of client 39 s inability to express the emotions of anger constructively. The purpose of writing this case report is to compare the application of CBT to clients with the risk of violent behavior in acute and stabilitation room. The result of comparison of CBT implementation in acute and stabilitation room shows the difference of result of CBT implementation mainly because of difference of client condition, environment and length of stay and the results of cognitive behaviour therapy can reduce the signs and symptoms of violent behavio and enhancement of adaptive coping in the face of events that promote violent behavior. "
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>