Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Danaswari Ayudyawardini
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan model budaya keselamatan pasien yang sesuai di RSIA Tumbuh Kembang Cimanggis. Penelitian ini adalah gabungan antara studi kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam untuk mengetahui asumsi, nilai, dan keyakinan pegawai terhadap keselamatan pasien sebagai dasar pemetaan budaya keselamatan pasien pegawai, sementara kuantitatif dilakukan dengan kuesioner untuk mengetahui gambaran faktor individu dan faktor organisasi pegawai. Dari 118 responden yang diteliti didapatkan 55,9% responden memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, 52,5% responden memiliki motivasi baik, 57,6% responden memiliki tingkat kompetensi yang baik, 61% responden memiliki kewaspadaan situasi yang baik, 73,7% responden mengalami tingkat stress kerja yang rendah, 50,5% reponden menyatakan tingkat kelelahan yang dialami juga cukup baik. Untuk faktor organisasi diperoleh informasi 53,4% responden menyatakan kepemimpinan baik, 51,7%. Responden memandang kerja tim baik, 53,4% responden menyatakan kepemimpinan tim baik, dan 55,1% responden menyatakan pengambilan keputusuan sudah dilakukan dengan baik. Gambaran faktor lingkungan diperoleh melalui observasi dengan checklist. Semua informasi yang diperoleh akan dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pengembangan model budaya keselamatan pasien yanng baru. Hasil temuan faktor individu, faktor organisasi, dan faktor lingkungan cukup mendukung peneliti untuk mengembangkan budaya keselamatan pasien yang dapat menunjang terciptanya standar keselamatan pasien yang optimal. Usulan pengembangan budaya tersebut kemudian dipresentasikan di dalam diskusi kelompok terarah untuk mengetahui respon pegawai dan manejemen serta sasaran yang hendak ditekankan melalui budaya yang baru. Disepakati bahwa Safety, Good Communication, Team Work, Home Sweet Hospital, dan Better Everyday menjadi elemen kunci budaya keselamatan pasien yang baru yang sesuai di RSIA Tumbuh Kembang.

The aim of this research is to develop a model of patient safety culture that fits RSIA Tumbuh Kembang Cimanggis. The study was a combination of qualitative and quantitative study. Qualitative research conducted with in-depth interviews to find out what assumptions, values, beliefs of patient safety that the employee have as a basis for mapping the current patient safety culture, while quantitative conducted with a questionnaire to know the description of individual factors and organizational factors. From 118 employee surveyed earned 55.9% of respondents have knowledge and good attitude, 52.5% of respondents have a good motivation, 57.6% of respondents have a good level of competence, 61% of respondents have a good awareness of the situation, 73.7% of respondents had low levels of job stress, 50.5 % respondents stating the level of fatigue is also quite good. Organizational factors obtained for 53.4% of respondents said the information good leadership, 51.7%. Respondents saw good teamwork, 53.4% of respondents said good team leadership, and 55.1% of respondents said taking decision have done well. Overview of environmental factors is obtained through the observation checklist. All information obtained will be used as a reference model of the development of new patient safety culture. The findings of the individual factors, organizational factors, and environmental factors sufficient to support researchers to develop a culture of patient safety that can support the creation of optimal patient safety standards. Proposed development of a culture is then presentate in focus groups to evaluate the employee and managment response and what kind of target are going to emphasized by the new culture. It was agreed that the Safety, Good Communication, Team Work, Home Sweet Hospital, and Better Everyday became a key element of the new patient safety culture that fits RSIA Tumbuh Kembang Cimanggis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30926
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samsu Riza Wibowo
"Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir adalah penggunaan radiasi untuk mengiradiasi suatu bahan dengan tujuan sterilisasi, pengawetan atau polimerisasi dalam fasilitas iradiator. Peraturan BAPETEN terkait fasilitas iradiator telah diperbarui dari yang sebelumnya No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 menjadi No. 3 Tahun 2020. Dalam peraturan tersebut Budaya Keselamatan menjadi poin baru dalam Persyaratan Manajemen yang wajib diwujudkan oleh pemegang izin. Penelitian ini bermaksud untuk mengukur tingkat kematangan budaya keselamatan di sebuah fasilitas iradiator. Model budaya keselamatan akan menggunakan model yang dikembangkan IAEA yaitu 5 karakteristik budaya keselamatan yang terbagi menjadi 37 atribut budaya keselamatan. Tingkat kematangan budaya keselamatan yang digunakan pada penelitian ini mengacu dari tingkat perkembangan budaya keselamatan yang dikembangkan oleh BATAN. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP) akan digunakan untuk menganalisis tingkat kematangan budaya keselamatan dan pendekatan skala likert akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik budaya keselamatan yang kuat dan karakteristik budaya keselamatan yang perlu untuk ditingkatkan. Dari hasil analisis dengan pendekatan AHP didapatkan hasil penilaian tingkat kematangan budaya keselamatan belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Berdasarkan data-data penelitian, fakta lapangan dan membandingkan dengan penelitian serupa sebelumnya pada fasilitas instalasi nuklir serta penilaian dari inspektur keselamatan nuklir sebagai perspektif eksternal, peneliti menetapkan tingkat kematangan budaya keselamatan PT X masuk dalam kategori Tahap 2 yaitu Kinerja keselamatan yang baik menjadi tujuan organisasi. Dari hasil analisis dengan pendekatan skala likert diketahui bahwa Akuntabilitas Keselamatan menjadi karakteristik yang paling kuat dan karakteristik yang perlu untuk ditingkatkan diantaranya Kepemimpinan dalam keselamatan, Keselamatan terintegrasi pada seluruh kegiatan dan Keselamatan didorong pembelajaran. Peneliti merekomendasikan PT X untuk mulai mengembangkan SMK3 agar konteks keselamatan tidak hanya berfokus pada keselamatan radiasi tetapi bisa lebih luas menjadi keselamatan secara umum, perlu adanya dokumentasi pelaksanaan sharing session terkait keselamatan secara umum dan menyelenggarakan pelatihan soft skill.

The utilization of nuclear power in Indonesia has developed rapidly. One of the utilizations of nuclear power is the use of radiation to irradiate a material with the purpose of sterilization, preservation or polymerization in the irradiator facility. Bapeten regulations related to irradiator facilities have been updated from previously No. 11/Ka-BAPETEN/VI-99 to No. 3 of 2020. In that regulation the safety culture is a new point in management requirements that must be realized by the permit holder.

This study intends to measure the level of maturity of the safety culture in an irradiator facility. The cultural model of safety will use the model developed by IAEA, namely 5 characteristics of the cultural safety which is divided into 37 attributes of safety culture. The level of maturity of the safety culture used in this study refers to the level of safety culture developed by Batan. This research uses descriptive analysis methods. The Analytic Hierarchy Process (AHP) approach will be used to analyze the level of maturity of safety culture and the Likert scale approach will be used to identify the characteristics of a strong safety culture and the characteristics of a safety culture that needs to be improved. From the results of the analysis with the AHP approach, the results of the assessment of the level of safety culture have not reflected the actual value. Based on research data, field facts and comparing with previous research in nuclear installation facilities and the assessment of nuclear safety inspector as an external perspective, researchers set the level of maturity of PT X's safety culture into the category of stage 2, namely good safety performance becomes an organizational objective. From the results of the analysis with the likert scale approach it is known that "Accountability for safety” is the most powerful characteristics and characteristics that need to be improved including “Leadership for safety”, “Safety is integrated into all activities” and “Safety is learning driven”. Researchers recommend PT X to start developing SMK3 so that the safety context does not only focus on radiation safety but can be broader into general safety, the need for documentation of the implementation of sharing sessions related to safety and organizing soft skills training."

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda
"ABSTRAK
Nama : ImeldaProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul Tesis : Analisis Budaya Keselamatan Pasien di RS Awal Bros BatamTahun 2016Penelitian ini bertujuan mengetahui status budaya keselamatan pasien di RS Awal Bros Batam tahun 2016. Konsep yang digunakan adalah konsep budaya keselamatan pasien dari AHRQ 2004 yang diadopsi dari penelitian Puspitasari M. 2009 , kemudian untuk perbaikan digunakan konsep keandalan sistem dari Marx D. 2010 . Desain penelitian adalah sequential explanatory, menggunakan kuesioner AHRQ yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dilanjutkan dengan FGD untuk merumuskan upaya perbaikan dimensi lemah.Status budaya keselamatan pasien termasuk kategori budaya sedang, rerata persepsi positif 70,82 . Kekuatan terbesar adalah pembelajaran organisasi dan perbaikan berkelanjutan, umpan balik dan komunikasi tentang keselamatan pasien, keterbukaan komunikasi. Dimensi terlemah terutama pada staffing, respon non punitive terhadap kesalahan, serah terima dan transisi. Saran perbaikan dengan mengurangi tugas non core job, program retensi karyawan, hotline service internal, leader lead tracer, pelatihan investigator.Kata kunci : Budaya keselamatan pasien rumah sakit, keselamatan pasien, budaya keselamatan

ABSTRACT
Name ImeldaProgramme Hospital Administration StudyJudul Tesis Analysis of Hospital Patient Safety Culture of Awal Bros BatamHospital Year 2016This study aims to analys the hospital of patient safety culture of Awal Bros Hospital Batam in 2016. The concept used was the concept of patient safety culture from AHRQ 2004 which is adopted from Puspitasari M. research 2009 , then for improvement used the concept of system reliability form Marx D. 2010 . The research design was sequential explanatory, used questionnaire from AHRQ which has been translated to Indonesia language, followed by FGD to formulate the weak dimension improvement effort.Patient safety culture status categorized into medium culture, average of positive perception 70,82 . The greatest strengths are in organizational learning and continuous improvement, feedback and communication about patient safety, communication openness. Weaknesses are primarily in staffing, non punitive responses to errors, handover and transitions must be fixed immediately. Improvement suggestions by reducing non core job assignments, employee retention programs, hotline service internal, leader lead tracer, investigator training.Keywords Hospital of patient safety culture, patient safety, safety culture"
2017
T47696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Stevianingrum
"Tesis ini membahas terkait gambaran tingkat kematangan budaya keselamatan dan kesehatan kerja (Safety Culture Maturity Level) serta kinerja keselamatan di PT. X, sebuah perusahaan jasa pertambangan batubara. Penelitian dilakukan dengan pendekatan semi-kuantitatif dengan desain studi cross-sectional pada pekerja di jobsite A, B, C, D pada bulan April - Juni 2022. Variabel kematangan budaya K3 nantinya dilihat keterkaitannya terhadap kinerja keselamatan di PT.X. Hasil penelitian menunjukkan hasil tingkat kematangan budaya keselamatan di PT X pada level Proaktif dengan kinerja keselamatan berdasarkan tingkat kejadian kecelakaan yang dinilai baik, sehingga disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kematangan budaya keselamatan dengan kinerja keselamatan di PT.X

This thesis discusses the description of the level of occupational safety and health culture (Safety Culture Maturity Level) and safety performance at PT. X, a coal mining services company. The study was conducted with a semi-quantitative approach with a cross-sectional study design on workers at jobsites A, B, C, D in April - June 2022. The safety culture maturity level variables will be seen in relation to safety performance at PT.X. The results showed that the maturity level of safety culture at PT X was at the Proactive level with safety performance based on the accident rate which was considered good, so it was concluded that there was a significant relationship between the maturity level of safety culture and safety performance at PT. X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Argihta Marettia
"ABSTRAK
Program STOP merupakan program penanaman nilai keselamatan pada
karyawan. Yang dilakukan dengan cara mengobservasi perilaku yang aman dan
tidak aman. Penelitian ini didasarkan pada persepsi karyawan mengenai
pelaksanaan STOP dengan metode kuesioner, observasi, dan wawancara. Dalam
penelitian ini, dilakukan analisis deskriptif maupun analitik mengenai
pengetahuan, persepsi bahaya, prosedur, komunikasi, sosialisasi, pelatihan,
reward/punishment, pengawasan, dan komitmen. Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan antara pengetahuan, persepsi, komunikasi, pelatihan, dan komitmen
terhadap perilaku dalam pelaksanaan STOP. Program ini secara umum sudah
berjalan dengan baik, tetapi belum optimal dan harus ditingkatkan. Program ini
dapat menumbuhkan kesadaran akan keselamatan yang akan menuju pada
terciptanya budaya keselamatan.

ABSTRACT
STOP Program is a program for internalized a safety value of employees.
The program is conducted by observing the behavior of safe and unsafe. The
study was based on the perceptions of employees regarding the implementation of
the STOP. The method used was a questionnaire, observation, and interviews. In
this study, an analysis of descriptive and analytical knowledge, perception of
danger, procedures, communication, socialization, training, reward / punishment,
supervision, and commitment. From the survey results revealed that there is a
relationship between knowledge, perception, communication, training, and
commitment to the behavior in the execution of STOP. The program generally has
been running well, but not optimal. This program can raise awareness of safety
that will lead to the creation of a safety culture."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Setiowati
"Kepemimpinan efektif merupakan salah satu faktor yang berperan dalam keberhasilan penerapan budaya keselamatan pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kepemimpinan efektif Head Nurse dengan penerapan budaya keselamatan pasien. Desain yang digunakan analisis korelasi secara cross sectional pada 206 perawat pelaksana. Analisis data dengan Pearson, Spearman, t independent, dan regresi linear.
Hasil analisis menunjukkan hubungan lemah dan positif antara kepemimpinan efektif Head Nurse dengan penerapan budaya keselamatan pasien. Penelitian merekomendasikan peningkatan pengetahuan Head Nurse pada fungsi pengorganisasian dengan pembentukan struktur organisasi, uraian tugas, pelatihan budaya keselamatan pasien, pendidikan keperawatan berlanjut, diskusi keselamatan pasien, atas sistem penghargaan atas penerapan budaya keselamatan pasien.

Leadership effectiveness is one factor that contributes to successfully patient safety culture applied. This study aimed to identify the correlation of leadership effectiveness of Head Nurse to apply the patient safety culture in the wards. Research design used correlation analytic with cross sectional approach to 206 clinical nurses as samples. Data analysis used Pearson, Spearman, t independent and linier regression.
This study shown there was a weak positive correlation between head nurse leadership effectiveness and the application of patient safety culture by clinical nurses. This study's recommendation were 1) improvement of the head nurses knowledge related to organizational function, 2) appropriate job description, 3) patient safety culture training, 4) continuing nursing education program, and 5) relevant reward system based on patient safety achievement.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28481
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siva Hamdani
"ABSTRAK
Saat ini pelayanan kesehatan di mmah sakit menjadi semakin kompleks dan hal
ini merupakan peluang untuk tenjadinya kesalahan. Keselamatan pasien -upaya
mencegah kesalahan medis- telah menjadi perhatian banyak pibak baik nasional maupun
intemasional. Sejalan dengan berbagai program dijalankan untuk meningkatkan
keselamatan pasien, diyakini bahwa kemampuan suatu institusi lmtuk rnencegah cedera
hanya dapat direalisasikan jika dapat membangun budaya kcselamatan diantara stafnya.
Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh rumah sakit dalam mengembangkan
program kcselamatan pasien adalah dengan melakukan survei budaya keselamatan
pasien pada staiimya. Penilaian budaya keselamatan bermanfaat sebagai alat diagnom
untuk mengidentitikasi area yang membutuhkan perbaikan, untuk mengevaluasi
program keselamatan pasien dan pemenuhan terhadap standar/peraturan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran budaya
keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Jakarta dari perspektif stat; tahun 2007.
Matcdc pcnclitim; addm pandekatau kuantitatif dengan menggunakan data pixma:
dan alat penelitiannya adalah kuesioner yang dibuat oleh AHRQ. Metode ini
digabungkan dengan metode lcualitatifl Respondcn pcncltian bcrjumlah 110 meliputi
kelompok tenaga medis, keperawatan dan penunjang. Pengambilan sampel dilakukan
dengan proportional random sampling sehingga tiap kelompok tenaga terwakili.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang (mean=3,60) dan memiliki ciri postive walaupun
belum kuat. Dari 12 variabel yang diteliti, staffing adalah dimensi dengan nilai mean
terendah (3,29) dan keljasama dalam unit merupakan dimensi dengan nilai mean
tertinggi (3,91) Terdapat semhilan butir pemyataan yang yang direspon negatif oleh
lebih dari 20% responden. Menurut kelompok tenaga medis, frekuensi dari pelaporan
kcjadian memiliki nilai mean terendah |f2,70) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi
adalah keljasama dalam unit (3,95). Menurut kelompok tenaga keperawatan, umpan balik dan komunikasi terhadap kesalahan adalah dimensi dengan nilai mean terendah
(3,35) dan dimensi dengan nilai mean tertinggi adalah dimensi kcrjasama dalam unit
(3,96). Pada kelompok tenaga penunjang, staffing merupakan dimensi dengan nilai mean
terendah (2,95) dan dimensi dengan nilai tertinggi adalah dimensi komunikasi terbuka
(4,18). Pada analisis berdasarkan unit kerja, unit gawat darurat memiliki nilai mean
terendah umuk hampir semua variabel budaya keselamatan, kecuali staffing, dengan
nilai mean total 2,l8, namun hasil ini tidak sesuai dengan hasil wawancara.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya kesclamatan pasicn di Rumah Sakit
Islam Jakarta dikategorikan sedang dan memiliki karakteristik budaya positif walaupun
belum kuat, dengan dimensi terlemah adalah staiing. Staff yang rigid terhadap
perubahan dapat menjadi ancaman bagi pengembangan program keselamatan pasien,
namun di sisi Iain rumah sakit memiliki peluang potensial yakni staf yang
berpendidikan tinggi. Unit gawat darurat merupakan merupakan unit yang perlu
mendapatkan perhatian lebih besar dalam mengembangkan progmm keselaman pasien.
Mengingat bahwa untuk mcngembangkan program keselamatan pasien
dibutuhkan Iaporan dari insiden, maka disarankan tim manajemcn risiko untuk secara
intensif mensosialisasikan pelaporan insiden dan manajemen rumah sakit dapat secara
aktif membantu untuk meningkatkan keterlibatan dolcter senior dalam program

ABSTRACT
Today?s, health care in hospital become more complex and the opportunities for
errors abound. Patient safety-the prevention of medical error-have become central
concems both nationally and internationally. While a variety programs are being pushed
to improve patient safety, the belief growing that institution?s ability to avoid harm will
be realize only when its able to create a culture of safety among its staff The first step to
improve patient safety program in hospital is get patient safety culture stuyey on their
staff Safety culture assessment can be used as diagnostic tools to identified areas for
improvement, to evaluate patient safety program, conduct internal and external
benchmarking and fulfill regulatory requirement.
The ptupose of this research is to know patient safety culture from Rumah Sakit
Islam Jal
approach using primary data and questionnaire funded by AHRQ as a tool combined
with qualitative approach. Respondents in this research are 110 staff include medical
staff group, nursing staff group and supporting staff group. Data source selection based
on proportional random sampling so that ali staff in group are represented
The research result indicates that patient safety culture in Rumah Sakit Islam
Jakarta categories mild (mean=3.6O) and have the positive characteristics event not
strong. From 12 variable, staffing is the dimension with lowest mean value (3.29) and
teamwork within unit is the dimension with highest mean value (3.9l). There are nine
items that responded negative by more than 20% respondents. According to medical
staff perspective, frequencies of event reporting has lowest mean value (2.70) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.94)_ According to nursing
staff group, feedback and communication to error has lowest mean value (335) and
dimension with highest mean value is teamwork within unit (3.96). According to
supporting staff group, staffing has lowest mean value (2.95) and dimension with
highest mean value is communication openness (4.18). In unit analysis, emergency unit has the lowest mean for almost all safety culture variable, except statiing, with total
mean value is 2.18, but this data is not appropriate with interview result
Thus, the conclusion of this research is patient safety culture in Rumah Sakit
Islam Jakarta categorized mild and have the positive characteristics event not strong
with staffing as the weakest dimension. Rigid staif could be thneat safety team in
promoting patient safety program, on the other side this hospital has potential
opportunities cause high educated staffl Emergency unit is the area that need more
attention in promoting patient safety program.
Considering to improve patient safety program, incident report is needed, it is
suggested risk management team be intensive in socialization reporting incident and
hospital management be actively push senior doctor to participate this program.

"
2007
T34583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meddy Harjanto
"Seiring dengan perkembangan jaman sebagaimana kegiatan di industry Minyak dan Gas (Migas) yang memiliki risiko tinggi sehingga diperlukan pengelolaan operasi yang sangat baik, tertata dan terencana dengan matang. Hal ini berkaitan dengan kecelakaan yang diakibatkan oleh prilaku tidak aman (un-safe act) sebagai penyebab dominan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang analisis budaya
keselamatan dengan mengukur Safety Climate Level (SCL) dan Safety Culture Maturity Level (SCML), sebagai upaya peningkatan buadaya keselamatan untuk mengurangi kecelakaan. Populasi pada penelitian ini berjumlah 2.568 pekerja, kemudian pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode penyebaran keusioner dan Focus Group Discussion (FGD) untuk di Site A dengan jumlah 245
pekerja. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui skor SCL 7,82 (>7,5 ref. Norma SCL) dimana safety climate sudah tercermin dengan baik pada individu dan kelompok. Sedangkan safety culture sudah berada pada level 4 (proactive) dengan skor SCML 4,17 dari total skor 5. Hal ini menunjukkan peran pekerja dalam program K3 telah meningkat dimana pendekatan bottom-up perlu ditingkatkan
dengan menyerap dan menindaklanjuti spirasi dan masukkan dari pekerja.

Along with the times, as well as activities in the Oil and Gas (Oil and Gas) industry that have a high risk so that management operations are very good, organized and
well planned. This is related to accidents caused by unsafe behavior (un-safe act) as the dominant cause. Therefore, a study on the analysis of safety culture was
carried out by measuring Safety Climate Level (SCL) and Safety Culture Maturity Level (SCML), as an effort to increase safety culture to reduce accidents. The population in this study amounted to 2,568 workers, then data collection was carried out using the method of distribution and discussion of Focus Group Discussion (FGD) for Site A with a total of 245 workers. Based on the results of the study, it was found that the SCL score was 7.82 (> 7.5 ref. Norm SCL) where the climate safety was well reflected in individuals and groups. While the safety culture is at level 4 (proactive) with a SCML score of 4.17 out of a total score of 5. This shows that the role of workers in the OSH program has increased where a bottomup approach needs to be improved by absorbing and following up on workers input.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53782
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indera
"Penelitian menggunakan desain sequential explanatory melalui analisis kuantitatif menggunakan kuesioner Survei Farmasi dalam Budaya Keselamatan Pasien dari AHRQ dilanjutkan focus group discussion untuk merumuskan strategi dan kebijakan dalam membangun budaya keselamatan pasien di Instalasi Farmasi RS Santa Elisabeth Batam Kota.
Analisis budaya keselamatan pasien menghasilkan 4 dimensi kategori budaya sedang yang memerlukan perbaikan keselamatan pasien serta 7 dimensi kategori budaya baik yang menjadi kekuatan dalam keselamatan pasien. Pengorganisasian ketenagaan, beban kerja dan pola kerja; konseling pasien; keterbukaan komunikasi; dan respons terhadap kesalahan menjadi kelemahan budaya keselamatan pasien yang menjadi prioritas perbaikan. Tingkat pelaporan kejadian masih rendah dan harus mendapat perbaikan.

This research uses sequential explanatory design started from quantitative analysis using questionnaire The Pharmacy Survey on Patient Safety Culture (PSOPSC) from AHRQ followed by focus group discussion to formulate strategy to build patient safety culture.
Analysis of patient safety culture resulted in 4 dimensions of moderate cultural categories that require improvement and 7 dimensions of good cultural categories that be strength of the patient safety culture. Staffing, Work Pressure and Pace; Patient counseling; Communication openness; and Response to Mistakes is weakness of the patient safety culture that become priority improvement. Level of incident reporting is still low and need improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Totong Iskandar
"Pendahuluan: Supervisi merupakan implementasi fungsi pengarahan dalam manajemen keperawatan yang bertujuan untuk memastikan dan mempertahankan program terlaksana dengan baik sesuai standar. Usaha pelayanan kesehatan sudah mengalami perubahan dengan bergesernya paradigma yang sebelumnya hanya berfokus kepada quality, sekarang menjadi quality safety.
Tujuan: Untuk mengidentifikasi hubungan antara pelaksanaan supervisi kepala ruangan dengan pelaporan insiden dan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap.
Metode: Menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 108 dari 195 perawat pelaksana. Instrumen penelitian terdiri dari karakteristik perawat, supervisi, pelaporan insiden dan budaya keselamatan pasien. Hasil uji validitas dan reliabilitas adalah 0,364-915 (cronbach’s alpha 0,956) untuk variabel supervisi, 0,495-892 (cronbach’s alpha 0,959) untuk variabel pelaporan dan 0,333-694 (cronbach’s alpha 0,927) untuk variabel budaya keselamatan.
Hasil: Supervisi mempunyai hubungan cukup kuat (p=0,000, r=0,481) dengan pelaporan insiden dan (p=0,000, r=0,606) dengan budaya keselamatan. Sedangkan karakteristik perawat tidak mempunyai hubungan (p>0,05) baik dengan pelaporan insiden maupun budaya keselamatan.
Kesimpulan: Pelaksanaan supervisi kepala ruangan mempunyai hubungan dengan persepsi perawat akan pentingnya pelaporan insiden dan penerapan budaya keselamatan pasien di ruang rawat inap. Rekomendasi yaitu mendorong manajemen keperawatan untuk melaksanakan program supervisi dengan segera dibuatkan kebijakan, pedoman, panduan serta standar operasional prosedur untuk peningkatan pelaksanaan supervisi kepala ruangan di rumah sakit.

Introduction: Supervision is an implementation of a directive function in nursing management that aims to ensure and maintain a well-executed program according to standards. The health service business has undergone a change with a shift in the paradigm that previously focused only on quality, now to quality safety.
Objective: To identify the relationship between the implementation of headroom supervision and reporting and patient safety culture by nursing staff in the inpatient room.
Methods: Using a cross-sectional design with a sample of 108 of 195 nurses. Patient safety instruments from nurses, supervision, reporting and patient safety. The results of the validity and reliability tests were 0.364-915 (alpha cronbach 0.956) for the control variable, 0.495-892 (alpha cronbach 0.959) for the reporting variable and 0.333-694 (alpha cronbach 0.927) for the safety culture variable.
Result: Supervision has a strong enough relationship (p = 0.000, r = 0.481) with reporting and (p = 0.000, r = 0.606) with safety culture. While the context of nurses has no relationship (p> 0.05) both in reporting and safety culture.
Conclusion: Supervision of the head of the room which has a relationship with nurses' perceptions of reporting and the application of patient culture in the inpatient room. The recommendation is to encourage nursing management to carry out the supervision program by immediately making policies, guidelines, and standard operating procedures to improve the implementation of supervision of the head of the room in the hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>