Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purwo Widiarto
"Penelitian ini berfokus pada peran sumber daya personal (self-efficacy dan resiliensi) dalam memoderatori pengaruh tuntutan tugas (kuantitas beban kerja dan karakteristik tugas) terhadap boredom stress yang dialami pegawai dalam konteks penerapan reformasi birokrasi di Indonesia. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan desain konfirmatif (uji hipotesis). Penelitian dilakukan terbadap 213 responden pegawai unit reguler Ditjen Perbendaharaan Departemen Keuangan RI melalui pengumpulan, pengolahan dan analisis data kuesioner dengan metode statistik univarians yaitu regresi berganda berjenjang. Hasil analisis menunjukk:an bahwa self-efficacy tidak menunjukkan peran positif yang signifkan sebagai sumber daya personal Sebaliknya, resiliensi menunjukkan peran positif yang signifikan sebagai sumber daya personal karena meredam dampak kuantitas beban kerja dan karakteristik tugas terhadap boredom s1ress yang dialami pegawai. Resiliensi memoderatori secara negatif pengaruh kuantitas beban kerja dan karakteristik tugas terhadap boredom stress. Kuantitas beban ketja dan karakteristik tugas sendiri juga ditemukan rnenjadi prediktor boredom stress yang signifikan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat dimensi dimensi variabel ini berbeda dalam mempengaruhi dampak boredom stress. Hasil penelitian rnengindikasikan perlunya kebati-hatian dalam penerapan kebijakan restrukturisasi dalam rangka penerapan reformasi birokrasi guna mencegah timbulnya ekses negatif seperti boredom stress, disertai perlunya memberi perhatian pada resiliensi sebagai sumber daya personal yang berpotensi membantu pegawai menghadapi dampak perubahan keorganisasian.

The focus of this study is the role of personal resources (self-efficacy and resiliensi) in moderating the effects of job demands (quantitative workload and job characteristics) on employees boredom stress in the implementation of bureaucracy reforms in Indonesia. This research is a quantitative study with a hypothetical testing design The respondents are 213 employees of Directory of General of Treasury-Indonesian ministry of Finance. Questionnaire data are collected and analyzed using univariance statistics methods (moderated hierarchical multiple regression). The results shows that self-efficacy doesn't play positive role as a personal resource, in contrast, reciliency is showed having a significant positive role as a personal resources in buffering the impact of qualiitative workload and job characteristics conditions on employess boredom stress. The effects of quantitative workload and job characteristics conditions are negatively moderated by employees reciliency. Also, both qualllilative workload and job characterisiics are shown as significant predictors of boredom stress. Further research are needed to discover which dimensions of self- efficacy and resiliensi that underlying the role differences between these two personal variables in influencing the effects of quantitative workload and job characteristics on employess boredom stress. Finally. this research also Indicates the needs of precaution in implementing the reorganization process due to bureaucracy reforms, by the aim of minimazing the negative potential effects (e.g.boredom stress). Attention should he given also to reciliency as a personal resource with great potentials to help employees in dealing with organizational changes during the reforms"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T33689
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ellsa Wulandari Safitry
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas kondisi yang menjadi pemicu kebosanan pada lansia di panti werdha dan upaya yang yang dilakukan oleh lansia di panti werdha dalam menghadapi kebosanan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa kondisi aktivitas keseharian dan kondisi lingkungan sosial di panti werdha menjadi pemicu masalah kebosanan pada lansia serta upaya-upaya yang dilakukan lansia di panti werdha dalam menghadapi kebosanan. Namun dalam penelitian ini terlihat bahwa kondisi pemicu dan upaya yang dilakukan pada setiap lansia berbeda-beda, sesuai dengan kondisi tiap lansia di panti werdha. Penelitian ini menyarankan agar pihak panti werdha dapat melakukan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan dengan melibatkan lansia dalam proses pelaksanaannya. Sehingga panti werdha dapat memenuhi hak-hak lansia untuk mencapai kebutuhannya sesuai dengan kondisi yang dimiliki lansia.

ABSTRACT
This study discusses the condition that triggers boredom in elderly at nursing home and the effort made by the elderly to face the boredom. This is a qualitative research with descriptive approach. The result shows that the condition of daily activities and social environment in nursing homes become the trigger of boredom problem in elderly and there are efforts made by the elderly to face the boredom. However, this study shows that the triggers and the efforts made by each elderly are different in accordance with the condition of each elderly in the nursing homes. This study advise that nursing homes can make an evaluation of the services given to the elderly and involve the elderly in doing so in order fulfill the rights of the elderly in achieving their needs according to the conditions of each elderly. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Nur Pratiwi
"Penelitian ditujukan untuk melihat hubungan antara iklim organisasi dan kebosanan kerja pada karyawan bank syariah. Pengukuran persepsi iklim organisasi dilakukan dengan menggunakan alat ukur Organizational Climate Questionnaire OCQ dengan nilai reliabilitas sebesar 0,77. Pengukuran kebosanan kerja dilakukan dengan menggunakan alat ukur Dutch Boredom Scales DUBS dengan nilai reliabilitas sebesar 0,86. Kedua alat ukur diberikan kepada 93 partisipan yang merupakan karyawan bank syariah pada bank yang sama. Hasil penghitungan menggunakan korelasi pearson menunjukkan bahwa iklim organisasi memiliki hubungan negatif yang signifikan r= - 0,31, p

The aim of this research is to test the relationship between organizational climate and job boredom on Islamic bank employees. Perception of organizational climate was measured with Organizational Climate Questionnaire OCQ with reliability coefficient 0,77. Measurement of job boredom conducted with Dutch Boredom Scales DUBS with reliability coefficient 0,86. Both scales are administrated to 93 Islamic bank employess in the same bank. The result showed that organizational climate which is analyzed with Pearson Correlation had negative significant relationship with job boredom on employees r 0,31, p 0.01 . This research also analyzed demographical factors with independent sample t test and one way anova. Result showed that demographical factor including gender and educational level didn't differ significantly on both variables. Other demographical factors such as age also didn't differ significantly by mean on job boredom. Demographical factors such as length of time working and position on organizational climate also showed had no significant differences by its mean."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67709
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Putri Nabilla
"Skripsi ini membahas tentang hubungan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi pada mantan pengguna narkoba remaja dan dewasa. Partisipan penelitian berjumlah 68 orang yang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dan tergolong dalam kategori usia remaja 16-25 tahun dan dewasa 30-59 tahun . Partisipan merupakan para mantan pengguna narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian korelasional.
Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi pada mantan pengguna narkoba. Kemudian, diketahui juga dari hasil penelitian bahwa hubungan antara kecenderungan bosan dan pencarian sensasi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan pada partisipan remaja, namun tidak signifikan pada partisipan dewasa.

This study examines the relationship between boredom proneness and sensation seeking among adolescent and adult former drug users. Participants in this study were 68 male adolescents 16 25 years old and adults 30 59 years old. Participants are former drug users who are in rehabilitation at Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional. This study is a quantitative research with correlational design.
The results of the study found that there is a positive and significant relationship between boredom proneness and sensation seeking among former drug users. Then, it is also known from the results of this study that the relationship between boredom proneness and sensation seeking showed a positive and significant results in adolescent participants, but not significant in adult participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nehemia Putro Adi
"Skripsi ini merupakan studi replikasi yang bertujuan untuk memperkuat konsep komunikasi dalam kaitannya dengan kelelahan penggunaan media sosial. Studi ini berusaha untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor boredom proneness, kelebihan informasi, kelebihan komunikasi dan social media fatigue atau kelelahan penggunaan media sosial di Indonesia selama pandemi COVID-19. Hubungan antar variabel dibalut dengan kerangka S-S-O untuk memudahkan pemahaman korelasi antar faktor. Intensitas penggunaan media sosial dalam penelitian ini digunakan sebagai faktor yang memoderasi hubungan antara kelebihan informasi dan komunikasi dengan kelelahan penggunaan media sosial. Hasil penelitian terhadap 226 mahasiswa dari salah satu universitas di Jawa Barat mengungkapkan adanya hubungan positif antara boredom proneness, kelebihan informasi, dan kelebihan komunikasi terhadap kelelahan penggunan media sosial. Namun, intensitas penggunaan media sosial tidak memoderasi hubungan antara kelebihan informasi dan komunikasi dengan kelelahan penggunaan media sosial secara signifikan, dengan asumsi adanya perubahan perilaku pengguna media sosial selama pandemi COVID-19. Sehingga, perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk dapat lebih memahami alasan tidak signifikannya faktor intensitas penggunaan media sosial.

This study of replication aims to strengthen communication concept related to social media fatigue. Through this study, researcher analyzed correlations between the factors of boredom proneness, information overload, communication overload and social media fatigue amid COVID-19 pandemic. Stress-strain-outcome (S-S-O) framework was used for further understanding of the correlation between factors. In this study, social media use intensity moderated the relations between information and communication overload toward social media fatigue. The result of the study conducted to 226 participants from a university in West Java shows that there are positive correlation between boredom proneness, information overload, communication overload, and social media fatigue. However, social media use intensity does not significantly moderate the correlation between information overload, communication overload, and social media fatigue. The assumption is that there are behavioral changes of social media usage during COVID-19 pandemic. Thus, qualitative research is needed to further discuss the reason why the factor of social media use intensity is not significant."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hanafi
"Pekerja generasi Y lebih sering mengalami kebosanan kerja dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Salah satu penyebab kebosanan kerja adalah kebermaknaan kerja yang rendah. Namun, mereka juga aktif melakukan coping dari kondisi tersebut dengan melakukan job crafting. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran moderasi job crafting dalam hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Pengambilan sampel aksidental dilakukan kepada 327 pekerja generasi Y (usia 23-40 tahun) di seluruh Indonesia. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner alat ukur kebosanan kerja, kebermaknaan kerja, dan job crafting. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda moderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu dimensi job crafting, yaitu meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang memoderasi hubungan antara kebermaknaan kerja dan kebosanan kerja. Sementara itu, tidak ada peran moderasi dari meningkatkan sumber daya struktural pekerjaan dan meningkatkan sumber daya sosial pekerjaan. Implikasi dari penelitian ini adalah untuk mengurangi kebosanan kerja yang dikarenakan pekerjaan tidak bermakna, pekerja generasi Y dapat secara proaktif untuk terlibat pada tugas-tugas yang lebih menantang; para manajer juga dapat memberikan tugas yang menantang kepada mereka; dan perusahaan dapat memberikan pelatihan job crafting terkait cara-cara pekerja generasi Y meningkatkan tuntutan pekerjaan yang menantang, sehingga mereka dapat menemukan kebermaknaaan kerja dan mengurangi kebosanan kerja.

Generation Y workers are more likely to experience job boredom than previous generations. One of the causes of job boredom is low meaningful work. However, they are also actively coping with these conditions by doing job crafting. This research aimed to see the moderating role of job crafting in the relationship between meaningful work and job boredom. Accidental sampling was conducted on 327 generation Y workers (23-40 years old) throughout Indonesia. Method of data collection used a questionnaire measuring job boredom, meaningful work, and job crafting. The data analysis technique used was a moderated multiple regression analysis. The results of this study showed that one dimension of job crafting which is increasing challenging job demands moderated the relationship between meaningful work and job boredom. Meanwhile, there was no moderating role from increasing structural job resources and increasing social job resources. The implication of this research is to decrease job boredom due to meaningless work, generation Y workers could be proactively involved in more challenging tasks; managers could also assign them challenging assignments; and companies could provide job crafting training on ways for generation Y workers to increase challenging job demands, so they can find meaningful work and decrease job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rif`ah Mawaddati
"Pandemi COVID-19 yang terjadi membuat berbagai perubahan dalam kehidupan mahasiswi termasuk diantaranya adalah kondisi psikologis dan perilaku makan. Perilaku makan berdasarkan dengan kondisi psikologsi biasa disebut sebagai eating styles dan terbagi menjadi tiga, yaitu restrained eating, emotional eating, dan external eating. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara stres, penggunaan media, tingkat kebosanan, dan faktor lainnya dengan eating styles pada mahasiswi selama masa pandemi COVID-19. Dengan melibatkan 285 mahasiswi S1 Reguler Universitas Indonesia didapatkan bahwa stres dan kecenderungan gangguan perilaku makan berhubungan dengan restrained eating (p-value=0,018 dan 0,0005), emotional eating (p-value=0,002 dan 0,0005), dan external eating (p-value=0,0005 dan 0,004). Sedangkan durasi penggunaan media sosial dan tingkat kebosanan hanya berhubungan dengan emotional eating (p-value=0,001 dan 0,0005) dan external eating (p-value=0,009 dan 0,0005). Sedangkan durasi penggunaan media sosial dan tingkat kebosanan hanya berhubungan dengan emotional eating (p-value=0,001 dan 0,0005) dan external eating (p-value=0,009 dan 0,0005) tidak dengan restrained eating (p-value=0,480 dan 0,053). Berdasarkan rumpun keilmuan tidak ditemukan hubungan dengan ketiga eating styles namun ditemukan mahasiswa rumpun IPTEK memiliki rata-rata skor eating styles tertinggi dibandingkan rumpun keilmuan lainnya. Positif COVID-19 tidak berhubungan dengan ketiga eating styles sedangkan memiliki keluarga dengan riwayat positif COVID-19 berhubungan dengan skor restrained eating (p-value=0,009) yang lebih tinggi. Riwayat isolasi juga didapatkan berhubungan dengan restrained eating (p-value=0,004 5) tidak dengan emotional eating (p-value=0,289) dan external eating (p-value=0,133).

The COVID-19 pandemic has made various changes in the lives of female students, including psychological conditions and eating behavior. Eating behavior based on psychological conditions is commonly referred as “Eating Styles” that divided into three, namely restrained eating, emotional eating, and external eating. This study aims to examine the relationship between stress, media use, boredom, and other factors with eating styles in female students during the COVID-19 pandemic. By involving 285 female students from regular bachelor program of University of Indonesia, it was found that stress and eating disorder was associated with restrained eating (p-value=0,018 and 0,0005), emotional eating (p-value=0,002 and 0,0005), and external eating (p-value=0,0005 and 0,004). Meanwhile, the duration of using social media and the level of boredom were only related to emotional eating (p-value=0,001 and 0,0005) and external eating (p-value=0,009 and 0,0005), not to restrained eating (p-value=0,480 and 0,053). Based on scientific clusters, no relationship was found with both eating styles, but it was found that students from the science and technology cluster had the highest average of eating styles scores compared to other clusters. Positive COVID-19 was not associated with the both eating styles whereas having a family member that positive COVID-19 was associated with higher restrained eating (p-value=0,052). Isolation was also found related to restrained eating (p-value=0,004), not with emotional eating (p-value=0,289) and external eating (p-value=0,133)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Don Ozzy Rihhandini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan moderasi dimensi job crafting (peningkatan sumberdaya struktural pekerjaan, peningkatan sumberdaya sosial pekerjaan, dan peningkatan tantangan pekerjaan) pada pengaruh antara persepsi beban kerja rendah terhadap kebosanan kerja, terutama pada karyawan generasi milenial. Sebagai salah satu generasi yang berada pada usia produktif, generasi milenial memiliki karakteristik lebih mudah mengalami kebosanan kerja sehingga perlu dieksplorasi lebih lanjut. Selain itu kondisi kemajuan teknologi dan informasi semakin mempermudah pekerjaan karyawan dan dapat mengakibatkan rendahnya beban kerja yang dimiliki oleh karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur beban kerja rendah (Naude Underload Work Scale) pada dimensi persepsi beban kerja rendah, kebosanan kerja (Dutch Boredom Scale) dan Dutch Job Crafting Scale. Penelitian ini melibatkan 327 karyawan generasi milenial pada rentang usia 23-40 tahun. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi dan uji moderasi Model 1 PROCESS Hayes. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat peranan moderasi peningkatan tantangan pekerjaan pada pengaruh antara persepsi beban kerja rendah dan kebosanan kerja.

This study aims to explore the moderation role of job crafting dimensions (increasing structural job resources, increasing social job resources, and increasing challenging job demands) on the effect of perception of underload work on job boredom, especially among millennial employee. As a part of productive age, millennial employee has the characteristics of experiencing boredom at work more easily. Therefore, it is necessary to explored further especially with advances in technology nowadays that make the work easier and can result in a low workload for employee. This research was quantitative research using underload work scale (Naude Underload Work Scale) on perception of underload work dimension, boredom at work scale (Dutch Boredom Scale) and Dutch Job Crafting Scale. This research involved 327 millennial employees aged 23-40.  The analysis used in this study was correlation test and moderation test of Model 1 PROCESS Hayes. The results of the research found that there was a moderating role of increasing challenging job demands on the effect between perceptions of underload work and job boredom."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library