Perawatan pasien dengan perilaku agresif dapat menjadi suatu hal yang kompleks, dikarenakan karakteristik pasien gangguan jiwa yang unik seperti kesulitan berkomunikasi, menarik diri, bahkan cenderung agresif. Kesiapan fisik dan psikologis mutlak diperlukan perawat dalam menjalankan tugasnya, karena kondisi mental pasien gangguan jiwa yang labil dan sulit diprediksi. Merawat pasien gangguan jiwa dengan perilaku agresif merupakan suatu kondisi yang dihadapi oleh perawat kesehatan jiwa khususnya di ruang PHCU. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang makna pengalaman perawat kesehatan jiwa dalam merawat pasien gangguan jiwa dengan perilaku agresif di Ruang PHCU RSJ. Desain penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 12 orang perawat kesehatan jiwa yang telah berdinas diruang PHCU RSJ minimal 3 tahun. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan pertanyaan semi terstruktur. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan teknik Colaizzi. Penelitian ini menghasilkan delapan tema yaitu: 1) Pengetahuan perawat dalam merawat pasien, 2) Respon holistik perawat dalam merawat pasien, 3) Tindakan perawat dalam merawat pasien, 4) Hambatan sumber daya dalam merawat pasien, 5) Dampak merawat pasien terhadap perawat, 6) Koping perawat dalam merawat pasien, 7) Harapan Perawat dalam merawat pasien, 8) Hikmah merawat pasien. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat kesehatan jiwa dapat menyiapkan kondisi secara fisik maupun psikologis dan mengoptimalkan kerjasama antar perawat dalam penanganan pasien gangguan jiwa dengan perilaku agresif.
Treatment of patients with aggressive behavior can be a complex matter, due to the unique characteristics of patients with mental disorders such as difficulty communicating, withdrawing, and even tending to be aggressive. Nurses absolutely need physical and psychological readiness to carry out their work, because the mental condition of patients with mental disorders is unstable and difficult to predict. Caring for mental patients with aggressive behavior is a condition faced by mental health nurses, especially in the PHCU room. The purpose of this study was to gain a deep understanding of the meaning of the experience of mental health nurses in caring for mental patients with aggressive behavior in the PHCU Room of RSJ. The research design uses qualitative methods with a descriptive phenomenological approach. Participants in this study were 12 mental health nurses who had worked in the PHCU RSJ room for at least 3 years. The data collection method was carried out through in-depth interviews with semi-structured questions. The results of this study were analyzed using the Colaizzi technique. This study produced eight themes, namely: 1) Knowledge of nurses in caring for patients, 2) Holistic responses of nurses in caring for patients, 3) Actions of nurses in caring for patients, 4) Resource constraints in caring for patients, 5) Impact of caring for patients on nurses, 6) Coping of nurses in caring for patients, 7) Nurses' expectations in caring for patients, 8) Wisdom in caring for patients. This study recommends that mental health nurses prepare physical and psychological conditions and optimize collaboration between nurses in handling mental patients with aggressive behavior.
Pendahuluan: Adiksi gim merupakan gangguan pola bermain gim yang tergolong berlebihan ketika individu lebih memprioritaskan gim dibandingkan aktivitas sehari-hari dan minat lainnya, sehingga menimbulkan gangguan. Fenomena ini terus meningkat seiring perkembangan zaman dan dapat mengganggu kondisi bio-psiko-sosial seseorang, salah satunya dengan menimbulkan perilaku agresif. Perilaku agresif merupakan tindakan dengan tujuan untuk merugikan, membahayakan, dan menyakiti orang lain, baik secara fisik, verbal, maupun psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara adiksi gim dengan perilaku agresif pada pelajar SMA di Jakarta.
Metode: Penelitian ini dilakukan secara potong lintang menggunakan data primer yang diambil dari pelajar salah satu SMA swasta di Jakarta pada bulan Maret 2020.Kuesioner adiksi gim(GAS-21) dan kuesioner kecenderungan perilaku agresif (BPAQ) disebarkan ke seluruh siswa/i dan subjek penelitian dipilih secara acak. Kedua kuesioner yang digunakan telah divalidasi dalam versi bahasa Indonesia. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan korelasi Spearman. Pengolahan data dilakukan dengan aplikasi Statistical Package for Social Sciences(SPSS) versi 23.
Hasil: Berdasarkan pengisian GAS-21, didapatkan 17 dari 59 subjek penelitian (28,8%) yang memiliki kecenderungan adiksi gim.Sementara itu, berdasarkan pengisian BPAQ, didapatkan 9 orang (15,3%) yang memiliki kecenderungan perilaku agresif dengan rata-rata jumlah skor BPAQ 66,220 ±12,729. Adiksi gimdan perilaku agresif memiliki korelasi positif yang bermakna secara statistik (r=0,432), dan menyumbang sebesar 18,7% dari varian proporsi perilaku agresif. Di antara domain perilaku agresif, adiksi gim memiliki korelasi terkuat dengan domain agresi fisik (r=0,469), diikuti domain amarah (r=0,307), dan permusuhan (r=0,285).
Simpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwaadiksi gimmemiliki korelasi yang bermakna dengan perilaku agresif pada pelajar SMA dengan koefisien korelasi yang bermakna, kekuatan sedang, dan arah positif. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan memberi edukasi untuk remaja terkait penggunaan gim dan menyebarkan hasil penelitian pada sekolah, orang tua, atau psikiater untuk pengembangan ilmu kesehatan jiwa. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk melihat pengaruh faktor lain terhadap perilaku agresif seperti genre gim, pola asuh orang tua, atau sosioekonomi keluarga.
Introduction: Game addiction is a disruption in the pattern of playing games that is classified as excessive when individuals prioritize games over daily activities and other interests, causing disorder. This phenomenon continues to increase over time and can affect bio-psycho-social condition, one of which is by causing aggressive behavior. Aggressive behavior is an action with the intention of harming and hurting others, physically, verbally, and psychologically. This study aims to identify the correlation between game addiction and aggressive behavior among high school students in Jakarta.
Methods: This research was conducted in a cross-sectional manner using primary data taken from students in one private high school in Jakarta on March 2020. The 21 Item Game Addiction Scale (GAS-21) and Buss and Perry Aggression Questionnaire (BPAQ) were distributed to all students and the subjects were selected randomly. The two questionnaires used have been validated in the Indonesian version. The collected data were then analyzed using Pearson correlation test and Spearman correlation test. The data analysis was performed using the Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 23 application.
Results: Based on GAS-21, 17 subjects out of 59 (28.8%) have a tendency to game addiction. Meanwhile, based on BPAQ, 9 subjects (15.3%) have a high tendency to aggressive behavior with an average BPAQ score of 66,220 ±12,729. Game addiction and aggressive behavior had a statistically significant positive correlation (r=0.432), and contributed 18.7% of the proportion variance of aggressive behavior. Among the domains of aggressive behavior, game addiction has the strongest correlation with the domain of physical aggression (r = 0.469), followed by the anger (r = 0.307), and hostility (r = 0.285).
Conclusion: This study concluded that game addiction has a significant correlation with aggressive behavior in high school students with a significant correlation coefficient, moderate strength, and positive direction. Prevention efforts can be done by educating adolescents regarding the use of games and disseminating research results to schools, parents, or psychiatrists for the development of mental health science. Further research can be conducted to see the influence of other factors on aggressive behavior such as game genre, parenting style, or family socioeconomics.