Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmah Nabila Harina
Abstrak :
Adiksi smartphone merupakan perilaku pemakaian smartphone berlebih sehingga penggunanya kehilangan kontrol untuk menggunakan smartphone. Adiksi smartphone dapat terjadi di kalangan mahasiswa karena kebutuhan sehari-hari dan menjadi faktor risiko terhadap timbulnya masalah kesehatan mental yaitu depresi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat adiksi smartphone dengan tingkat depresi pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan studi korelasi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel secara simple random sampling dan analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Penelitian ini memiliki sampel sebanyak 232 mahasiswa reguler Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia. Tingkat adiksi smartphone diukur melalui Smartphone Addiction Scale versi Indonesia dan Beck Depression Inventory sebagai instrumen tingkat depresi. Hasil penelitian menunjukan bahwa 56,4% responden dengan tingkat smartphone rendah tidak mengalami depresi. Namun, 41,7% responden dengan tingkat adiksi smartphone tinggi mengalami depresi sedang. Terdapat hubungan antara tingkat adiksi smartphone dengan tingkat depresi (p=0,017,  = 0,05). Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan desain penelitian lain dan melihat faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat adiksi smartphone dan depresi. ......Smartphone addiction is the behavior of using smartphones excessively so that users lose control of using smartphones. Smartphone addiction can occur among college students because of their daily needs and is a risk factor for mental health problems, namely depression. This research aimed to identify the relationship between smartphone addiction and the level of depression in college students. This research is a descriptive correlation study with a cross-sectional approach. Sampling was using simple random sampling and data analysis using univariate analysis and bivariate analysis. This study has a sample of 232 regular students of the Faculty of Nursing, University of Indonesia. The level of smartphone addiction is measured using the Indonesian version of the Smartphone Addiction Scale and the Beck Depression Inventory as an instrument for the level of depression. The results showed that 56.4% of respondents with low levels of smartphones did not experience depression. However, 41.7% of respondents with high levels of smartphone addiction experienced moderate depression. There is a relationship between the level of smartphone addiction and the level of depression (p = 0.017, a = 0.05). Further research suggests using other research designs and looking at another factor that might be affected by smartphone addiction and depression level.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holivia Almira Jacinta
Abstrak :
Tingkat resiliensi merupakan salah satu aspek yang berperan dalam membantu individu menghadapi stres. Adanya tingkat resiliensi mampu menentukan jenis mekanisme koping yang sehat dan adaptif pada anak sehingga mencegah pemilihan koping maladaptif seperti terjadinya risiko adiksi smartphone. Penelitian mengenai tingkat resiliensi anak dengan terjadinya risiko adiksi smartphone pada anak usia sekolah dasar belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 158 anak dengan rentang usia 10-12 tahun di tiga sekolah di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Sampel didapatkan dengan teknik nonprobability sampling jenis consecutive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) untuk mengukur tingkat resiliensi anak dan kuesioner Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV) untuk mengukur risiko adiksi smartphone anak. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji chi-square koreksi yates menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat resiliensi dengan terjadinya risiko adiksi smartphone pada anak dengan hasil p value 0,096 (α > 0,05). Rekomendasi berkaitan dengan penelitian ini ialah disusunnya program untuk meningkatkan resiliensi anak di sekolah. Selain itu, orang tua diharapkan mampu melatih tingkat resiliensi anak melalui penerapan pola asuh yang positif dan melakukan diskusi dengan anak terkait kontrol penggunaan smartphone di rumah. ......The resilience level is one aspect that plays a role in helping individuals deal with stress. It can determine the type of coping mechanism that is healthy and adaptive in children to prevent maladaptive coping choices, such as the risk of smartphone addiction. Similar research has never been carried out in Indonesia. This research is quantitative research with a cross-sectional design. This research sample was 158 children aged 10-12 years in three schools in Duren Sawit District, East Jakarta. Samples were obtained using nonprobability sampling technique with consecutive sampling. This study used the Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) questionnaire to measure child resilience and the Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV) questionnaire to measure the risk of children's smartphone addiction. The study's results were analyzed using the Yates risk correction chi-square test, showing no relationship between the level of resilience and the occurrence of smartphone addiction in children with a p-value of 0.096 (α > 0.05). Recommendations related to this research are to develop programs to increase children's resilience in schools. In addition, parents are expected to be able to train their child's level of resilience through implementing positive parenting and conducting discussions with children regarding controlling smartphone use at home.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Khairunnisa Saputri
Abstrak :
Hubungan antara kesepian dan adiksi smartphone tidak selalu ditemukan berkorelasi secara signifikan. Di sisi lain, Deficient Self-Regulation Model mengajukan disregulasi emosi sebagai mediator dalam hubungan antara adiksi smartphone dan kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali hubungan positif antara kesepian dan adiksi smartphone, serta sejauh mana hubungan tersebut dapat dimediasi oleh disregulasi emosi. Sebanyak 158 dewasa muda (69% perempuan; Musia = 21,19, SD = 1,92) diukur menggunakan Smartphone Addiction Scale – Short Version, Revised UCLA Loneliness Scale, dan Brief Version of Difficulties in Emotion Regulation Scale. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa kesepian berhubungan secara positif dan signifikan dengan adiksi smartphone. Hasil analisis PROCESS simple mediation (Model 4) menunjukkan bahwa hubungan kesepian dan adiksi smartphone dimediasi secara penuh oleh disregulasi emosi. Diskusi mengenai temuan-temuan dalam penelitian ini akan mengangkat peran penting dari disregulasi emosi dalam memahami bagaimana kesepian di kalangan dewasa muda dapat memicu perilaku adiksi smartphone dan berbagai dampak negatif yang mengikutinya. ......According to previous findings, the relationship between loneliness and smartphone addiction did not always show significant correlation. On the other hand, the Deficient Self-Regulation Model proposes emotional dysregulation as a mediator between loneliness and smartphone addiction. This study aimed to re-examine the positive relationship between loneliness and smartphone addiction and explore the extent to which emotional dysregulation mediates this relationship. A total of 158 Indonesian young adults (69% female; Musia=21,19, SD=1,92) were measured using the Smartphone Addiction Scale – Short Version, the Revised UCLA Loneliness Scale to assess loneliness, and the Brief Version of Difficulties in Emotion Regulation Scale. Results of the correlation analysis indicated a positive and significant relationship between loneliness and smartphone addiction. Notably, the findings of the PROCESS simple mediation analysis (Model 4) revealed that the relationship between loneliness and PSU is fully mediated by emotional dysregulation. The discussion of the current study's findings will emphasize the vital role ofemotional dysregulation in understanding how loneliness among young adults can trigger smartphone addiction and subsequent negative consequences.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Melissa Novitasari
Abstrak :
Pemakaian smartphone yang berlebih pada anak usia sekolah dapat menyebabkan adiksi smartphone dan gangguan mental emosional, serta mempengaruhi kemampuan menggunakan smartphone secara bijak, kemampuan berpikir rasional dan berperilaku adaptif, serta kemampuan keluarga dalam merawat anak pengguna smartphone. Untuk mengatasi pemasalahan tersebut, dibutuhkan tindakan/terapi tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan, cognitive behavioral therapy dan psikoedukasi keluarga terhadap adiksi smartphone dan gangguan mental emosional pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan rancangan pre posttest with control group dengan menggunakan 2 kelompok. Metode sampel dengan teknik purpisive sampling sebanyak 64 orang yang terbagi menjadi 32 kelompok intervensi 1 dan kelompok intervensi 2. Hasil penelitian diketahui pendidikan kesehatan dan CBT dapat menurunkan adiksi smartphone, menurunkan gangguan mental emosional pada anak usia sekolah, meningkatkan kemampuan menggunakan smartphone secara bijak, meningkatkan kemampuan berpikir rasional dan berperilaku adaptif serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat anak pengguna smartphone. Gangguan mental emosional berhubungan secara bermakna dengan kemampuan menggunakan smartphone secara bijak dan kemampuan keluarga dalam merawat anak pengguna smartphone. Pendidikan kesehatan perlu diberikan dalam frekuensi yang lebih sering dengan durasi pemberian yang lebih lama serta dibutuhkan kombinasi pemberian terapi keperawatan ners spesialis berupa CBT dan FPE. ......Excessive use of smartphones in school-age children can cause smartphone addiction and mental-emotional disorders, as well as affecting the ability to use smartphones wisely, the ability to think rationally and behave adaptively, as well as the family's ability to care for children who use smartphones. To overcome this problem, certain actions/therapy are needed. This research aims to determine the effect of health education, cognitive behavioral therapy and family psychoeducation on smartphone addiction and emotional mental disorders in school-aged children. This research used a Quasi Experiment design with a pre-posttest with control group design using 2 groups. The sample method used purpisive sampling technique was 64 people divided into 32 intervention groups 1 and intervention groups 2. The results of the research showed that health education and CBT can reduce smartphone addiction, reduce emotional mental disorders in school age children, increase the ability to use smartphones wisely. , increasing the ability to think rationally and behave adaptively as well as increasing the family's ability to care for children who use smartphones.  Emotional mental disorders are significantly related to the ability to use smartphones wisely and the family's ability to care for children who use smartphones. Health education needs to be given more frequently with a longer duration of administration and a combination of specialist nursing therapy in the form of CBT and FPE is needed.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ditha Anjani Nabiilah
Abstrak :
Latar Belakang: Kecanduan smartphone baru-baru ini mendapat perhatian ilmiah yang meningkat sebagai potensi kecanduan perilaku. Perilaku adiktif secara tradisional telah dikaitkan dengan citra diri yang rendah. Langkah pertama menuju mitigasi konsekuensi kecanduan smartphone adalah deteksi dini, dan itu harus mempertimbangkan faktor risiko individu; citra diri adalah salah satu faktor risiko tersebut. Citra diri adalah penilaian individu secara keseluruhan atas nilai atau nilai seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara citra diri dan kecanduan smartphone di kalangan mahasiswa di Jakarta, Indonesia.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dan menggunakan teknik simple random sampling. Rosenberg Self-Esteem Scale versi Indonesia dan Smartphone Addiction Scale versi Indonesia digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Uji korelasi pearson dilakukan untuk mengetahui hubungan antara citra diri dengan kecanduan smartphone, sedangkan analisis regresi logistik multivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara faktor demografi, pola penggunaan smartphone, dan kerentanan terhadap kecanduan smartphone.

Hasil: Analisis data menunjukkan nilai signifikansi (p =<0.05, r =-0,345), hal ini berarti tingkat citra diri berkorelasi negatif dengan kecanduan smartphone. Temuan menunjukkan bahwa citra diri yang rendah merupakan ciri penting dari kecanduan smartphone. Mayoritas dari 192 peserta ditemukan memiliki tingkat citra diri rata-rata (72,3%). Mayoritas peserta menggunakan smartphone lebih dari 6 jam setiap hari (74,2%). Rata-rata usia pertama kali menggunakan smartphone adalah 10,69 tahun (SD = 1,99). Sebagian besar responden menggunakan smartphone untuk berkomunikasi dengan orang lain (63,2%) dan mengakses media sosial (16,1%). Usia partisipan, jenis kelamin, usia pertama kali menggunakan smartphone, durasi penggunaan smartphone setiap hari, dan tujuan utama penggunaan smartphone tidak memengaruhi hubungan tersebut.

Konklusi: Secara keseluruhan, studi ini membuktikan bahwa ada korelasi negatif lemah yang signifikan antara citra diri dan kecanduan smartphone. Selain itu, studi ini menekankan pentingnya mengatasi citra diri dan keyakinan inti yang sesuai dalam pencegahan dan pengobatan kecanduan smartphone. ......Background: Smartphone addiction has recently received increased scientific attention as a potential behavioral addiction. Addictive behaviors have traditionally been associated with low self-esteem. The first step toward the mitigation of the smartphone addiction consequences is early detection, and it should take individual risk factors into consideration; self-esteem is one such risk factor. Self-esteem is individual's overall assessment of one's worth or value. The goal of this study is to examine the correlation between self-esteem and smartphone addiction among university students in Jakarta, Indonesia.

Methods: The research study adopted a cross-sectional research design and used a simple random sampling technique. The Indonesian versions of the Rosenberg Self-Esteem Scale and the Smartphone Addiction Scale were used to measure the study variables. Pearson correlation test was conducted to acknowledge the correlation between self-esteem and smartphone addiction, while multivariate logistic regression analysis was conducted to examine the relationships between demographic factors, patterns of smartphone use, and vulnerability to smartphone addiction.

Result: Data analysis shows significance value (p =<0.05, r =-0.345), this means the level of self-esteem is negatively correlated with smartphone addiction. The findings show that low self-esteem is an important hallmark of smartphone addiction. A majority of 192 participants were found to have average self-esteem level (72.3%). The majority of participants use smartphone more than 6 hours daily (74.2%). The average of age at first smartphone use was 10.69 years (SD = 1.99). Most of the respondents used smartphone to communicate with other people (63.2%) and access social media (16.1%). Participant’s age, gender, age at first smartphone use, duration of daily smartphone use, and primary purpose of smartphone use did not moderate the association.

Conclusion: Overall, this study proves that there is a significant weak negative correlation between self-esteem and smartphone addiction. Moreover, our findings emphasize the importance of addressing self-esteem and corresponding core beliefs in the prevention and treatment of smartphone addiction.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Fajar Amalia
Abstrak :
Tingginya penggunakan smartphone pada anak usia sekolah berisiko menimbulkan terjadinya adiksi .Keterampilan sosial dan efikasi diri merupakan faktor yang berperan penting dalam pencegahan adiksi smartphone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dan terapi kelompok terapeutik (TKT) terhadap keterampilan sosial dan efikasi diri anak usia sekolah dalam mencegah adiksi smartphone. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental pre-post test with control group. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 69 anak yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 1 berjumlah 34 anak dan diberikan pendidikan kesehatan dan TKT anak usia sekolah, sedangkan kelompok intervensi 2 berjumlah 35 anak diberikan pendidikan kesehatan. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan tendensi sentral. Analisis bivariat menggunakan uji dependent t-test, independent t-test, dan repeated Anova untuk data yang berdistribusi normal. Data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji Wilcoxon, uji Friedman, Mann-whitney test, dan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan efikasi diri serta penurunan adiksi smartphone yang lebih besar dan secara bermakna pada kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan dan TKT anak usia sekolah (p value < 0,05). Sementara pada aspek keterampilan sosial, terdapat peningkatan yang lebih tinggi pada kelompok yang mendapatkan pendidikan kesehatan, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan sekolah, keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler, adanya defisit keterampilan sosial, atau faktor lainnya. Pendidikan kesehatan yang dikombinasikan dengan TKT direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial dan efikasi diri anak usia sekolah agar tidak mengalami adiksi smartphone. ......The high use of smartphones in school-aged children can involve addiction. Social skills and self-efficacy are important factors in opposing smartphone addiction. This study discusses health education and therapeutic group therapy on social skills and self-efficacy of school-age children in the prevention of smartphone addiction. This study used a quasi experimental pre-post test design with a control group. Sampling used a purposive sampling technique with 69 respondents who were divided into 2 groups. The intervention group 1 released 34 children and was given health education and therapeutic group therapy children, while the intervention group 2 released 35 children were given health education. Univariate analysis uses frequency distribution and central tendency. Bivariate analysis used dependent t-tests, independent t-tests, and repeated Anova for normally distributed data. Data that were not normally distributed used the Wilcoxon test, Friedman test, Mann-whitney test, and Spearman rank test. The results showed an increase in efficiency and a reduction in smartphone prices that were bigger and better in the group that received health education and therapeutic group therapy (p value <0.05). While in the aspect of social skills, there are some that are higher in the group that receives health education, this can be used by several factors such as school environtment, participation in extracurricular activities, social intelligence balance, or other factors. Health education combined with therapeutic group therapy is recommended as an effective nursing intervention to improve social skills and self-efficacy of school-age children so as not to increase smartphone addiction.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library