Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Sinta Hartojo
Abstrak :
Penelitian mengenai strategi persaingan pemasaran melalui iklan cetak dalam kategori produk rokok jenis rendah tar dan rendah nikotin ini dilakukan berdasarkan ketertarikan terhadap adanya fenomena persaingan iklan-iklan di berbagai media, termasuk di media cetak. Diasumsikan bahwa persaingan ini merupakan salah satu terobosan panting dan menjadi bagian dari strategi pemasaran produk-produk tertentu. Tujuan penelitian kualitatif ini berusaha untuk mengetahui dan memaparkan bagaimana pesan-pesan iklan dikonstruksikan lewat susunan-susunan gambar dalam suatu konteks persaingan pemasaran. Untuk itu pendekatan teori pemasaran dan semiotika dalam aktivitas persuasi lewat elemen-elemen gambar menjadi relevan dalam konteks persaingan tersebut di atas. Dengan paradigma konstruktivis, peneliti secara metodologis bersikap sebagai passionate participant, yaitu fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial. Tujuan paradigma ini adalah melakukan rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dan pelaku sosial yang diteliti (Cuba & Lincoln, 1994). Data penelitian berasal dari data sekunder berupa teks dan gambar iklan cetak produk tiga merek rokok, yaitu : A Mild, LA Lights, dan Star Mild. Ketiganya diambil dari media cetak (majalah, tabloid dan surat kabar yang terbit dari tahun 1995-2000). Studi kepustakaan dan pengumpulan kliping artikel mengenai ketiga merek rokok tersebut mendukung pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa: elemen-elemen gambar dalam iklan cetak dapat menjadi sarana melakukan persaingan, baik persaingan iklan dan hingga tingkat tertentu juga bisa menjadi representasi persaingan pemasaran antara merek-merek yang beriklan. Ketiga merek rokok kategori rendah tar dan rendah nikotin ini sama-sama menggunakan strategi serupa dalam beriklan, yaitu strategi penciptaan keunikan karakteristik `kepribadian' dari merek. Dengan strategi itu, masing-masing merek rokok menciptakan karakternya sendiri yang membuat mereka terdiferensiasi secara perseptual satu sama lain. Pembentukan karakterisasi yang tegas ini secara implisit juga mengindikasikan adanya motif persaingan pemasaran dari para produsen rokok yang proses eksekusinya difasilitasi oleh pihak biro iklan, entah internal ataupun eksternal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T2928
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandriyo Sri Hijranti
Abstrak :
Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah masa transisi antara masa menua normal dan masa demensia, namun tidak didapatkan gangguan kemampuan menjalankan aktivitas sehari-hari. MCI dapat diidentifikasi dengan deteksi dini di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan Hipertensi dengan kejadian MCI pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cipayung Kota Depok. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional menggunakan Instrumen MoCA-Ina tervalidasi. Responden dalam penelitian ini berusia 60 tahun keatas non-demensia dan non-depresi. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis data diperoleh prevalensi MCI sebesar 46,8% dan lansia dengan hipertensi sebesar 68,9%. Selain itu, hasil multivariat menunjukkan bahwa lansia dengan hipertensi kemungkinan berisiko 1,7 kali (PR= 1,70; 95% CI 1,077-2,699) mengalami kejadian MCI dibandingkan lansia normotensi setelah dikontrol variabel lain. Usaha untuk deteksi dini dengan skrining pada orang hipertensi dapat membantu dalam menjaring kasus MCI pada lansia. ......Mild cognitive impairment (MCI) described as a transition phase between healthy cognitive aging and dementia but that does not interfere with activities of daily life. MCI can be detected early in the health facility. The objective of this study was to identified the association between hypertension in elderly and MCI in Cipayung Health center, Depok City. This is a cross sectional study, utilized the primary data from the early detection using validated Montreal Cognitive test for Indonesia (MoCA-Ina). Participant of this study was non demented and non-depressed elderly people age more than 60 years old. The data analysis was performed with stratification and cox regression multivariate analysis. The results of study showed the prevalence of MCI is 46,8% and Elderly with hypertension is 68,9%. The result of multivariable analysis showed that elderly people with hypertension probably had 1,7 risk to get MCI with PR=1,705 (95% CI 1,077 - 2,699) than elderly with normotension after adjusted with other variable. For the purpose of early detection of dementia, screening should be taken seriously as a possible pre-stage of MCI in elderly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.B.D. Harist Musgamy
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan rekomendasi WHO, penanganan ISPA non pnemonia pada balita cukup dengan pengobatan supportif dan tak perlu pemberian antibiotika. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Bambang Sutrisna (1991) juga menemukan bahwa tak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok anak ISPA non pnemonia yang mendapat pengobatan ampisilin ditambah supportif dibanding dengan kelompok yang hanya mendapat pengobatan supportif. Namun apakah anak kekurangan gizi (kurang kalori protein) yang menderita ISPA non pnemonia juga tak perlu pemberian antibiotika. Apakah pemberian antibiotika khususnya ampisilin terhadap ISPA non pnemonia pada anak kekurangan gizi dapat mengurangi risiko terjadinya pnemonia, belum ada informasi mengenai hal ini. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan desain ?randomized controlled trial'. Unit analisis adalah balita kurang gizi yang menderita ISPA non pneumonia. Setelah dilakukan alokasi random, 50 anak masuk dalam kelompok percobaan dan mendapat pengobatan ampisilin 30 - 50 mg/kg berat badan ditambah pengobatan supportif, 49 anak lainnya masuk kelompok kontrol yang hanya mendapat pengobatan supportif. Karakteristik anak pada kedua kelompok ternyata tak ada perbedaan bermakna. Setelah seminggu kemudian, ternyata presentase anak yang berkembang menjadi pnemonia pada kelompok percobaan 16 % dan kelompok kontrol 22%. Proporsi kejadian pnemonia antara kedua kelompok tak berbeda secara bermakna (x2=3.67,2df;p=0.16). Ternyata bahwa pemberian ampisilin tidak mengurangi risiko kejadian pnemonia pada balita kekurangan gizi yang menderita ISPA non pnemonia.
Effectiveness of Ampicillin in Mild Acute Respiratory Infections of Undernourished ChildrenAccording to WHO recommendation, treatment for mild acute respiratory infection (AR1) in children is supportive care only. Bambang Sutrisna (1991) studied that no difference in outcome between the ampicillin and control groups was statistically significant. But how about the effect of ampicillin in mild ARI of undernourished children. To find out whether ampicillin treatment conferred any benefit over supportive care alone in undernourished children, a randomized controlled trial was carried out among 99 undernourished children under 5 years with mild ARI. 50 were randomly allocated ampicillin (30 - 50 mg 1 kg body weight four times daily for 5 days) plus supportive care; 49 were allocated supportive care only. The treatment groups were almost identical after randomization in term of children characteristics. After 1 week, the percentages of cases progressing to pneumonia were nearly identical (16% study group and 22% control group). None of the difference in outcome between the study and control groups was statistically significant.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Wiyanti
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan metode studi lapangan dengan mengambil data anak-anak penyandang mild autism di tempat mereka terapi, Avanti Treatment Centre, Jakarta. Informan yang terlibat sebanyak lima orang dengan usia 7-11 tahun. Mereka semua tergolong mild autism, menjalani terapi, dan bersekolah. Data diambil dengan menggunakan gambar Cookie Teft sebagai alat bantu. Para informan diminta menceritakan gambar yang mereka lihat. Pengambilan data dilakukan melalui tiga segmen, yaitu informan terapis, informan peneliti, dan monolog informan. Hasil yang diperoleh adalah anak-anak penyandang mild autism dapat bercerita meskipun dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Mereka dapat membuat kalimat, menciptakan tokoh, menggunakan alat-alat kohesi (kata ganti orang dan kata tunjuk), tetapi cerita yang mereka hasilkan bersifat fragmental. Hal ini terjadi karena anak-anak penyandang mild autism dalam penelitian ini tidak dapat merangkaikan urutan cerita.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abstrak :
Penggunaan CT sken kepala pada pasien cedera kranioserebral ringan (CKR), saat ini masih kontroversial. Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui gejala klinis bermakna yang berhubungan dengan adanya gambaran CT sken abnormal pada pasien CKR dengan Skala Koma Glasgow (SKG) 13 - 15. Penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan menganalisa catatan medik yang dibuat seragam pada penderita CKR dengan SKG 13 - 15 yang dirawat inap di ruang rawat Bagian Neurologi RSCM tahun 1999 - 2001. Hasil penelitian diperoleh data bahwa dari 1663 penderita dengan cedera kranioserebral, yang dirawat terdapat 1166 (70.1 %) penderita CKR dengan SKG 13-15. Dari pasien CKR yang dirawat, hanya 271 (23.2 %) penderita yang menjalani pemeriksaan CT Sken. Kelainan CT Sken yang ditemukan diantaranya edema serebri (11.4 %), perdarahan intra parenkhimal (10.7%), perdarahan epidural (16.2 %), perdarahan subdural (18.1 %), perdarahan subarakhnoid (5.5 %) dan campuran (13.8 %). Analisis lanjutan menunjukkan bahwa gangguan saraf otak, amnesia, kehilangan kesadaran lebih dari 10 menit dan muntah bermakna secara statistik dengan kelainan CT Sken. Kombinasi keempat gejala klinis tersebut mempunyai sensitifitas yang tinggi (90 %) dalam memprediksi adanya kelainan pada gambaran CT sken. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi patokan untuk menganjurkan CT Sken kepala pada penderita CKR dengan SKG (13 – 15). (Med J Indones 2004; 13: 156-60)
There is still a controversy among the neurologists whether brain CT scan must be performed on the mild head trauma patients. This study was executed to find out the correlation between the brain CT scan image findings and its clinical impairment among the mild head trauma patients with Glasgow Coma Scale (GCS) score of 13 to 15. The study was a retrospective study by analyzing the uniform medical records of the head trauma patients hospitalized at the Neurology ward of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital within the period of 1999 to 2001. During that period 1,663 patients were hospitalized due to head trauma, and 1,166 of them (70.1 %) were suffered from mild head trauma patients with GCS score of 13-15. Among those with brain CT scan examinations (N: 271), the neurological abnormalities were found on 144 (53.1%) of patients, consisted of cerebral edema (11,4%), intracerebral hemorrhage (5.5%), epidural hemorrhage (16.2%), subdural hemorrhage (18.1%), subarachnoid hemorrhage (5.5%), and combination (13.8%). The further analysis showed that cranial nerves disturbance, amnesia, loss of conciousness for more than 10 minutes, and vomiting are significantly correlated to the brain CT scan abnormality. Combination of the above four clinical signs and symptoms have sensitivity of 90 % in predicting brain insults. This findings may be used as a simple set of clinical criteria for identifying mild head trauma patients who need undergo CT scan examination. (Med J Indones 2004; 13: 156-60)
Medical Journal of Indonesia, 13 (3) Juli September 2004: 156-160, 2004
MJIN-13-3-JulSep2004-156
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atria Pradityana
Abstrak :
In this work, Myrmecodia pendans, or sarang semut, was successfully extracted as a potential organic inhibitor. Various concentrations of Myrmecodia pendans extract in 1 M H2SO4 solution were applied in the range of 100?500 mg/L for corrosion inhibition. Gas chromatography?mass spectroscopy (GC-MS) showed that the Myrmecodia pendans extracts contained a high-benzenediol compound with rich oxygen atom content, which played an important role in the inhibition process. The 300 mg/L Myrmecodia pendans extract had the highest effect, decreasing the rate of corrosion from 177.73 mpy to 47.4 mpy. This was attributed to the chemical compounds present in the Myrmecodia pendans extract on the surface of mild steel, which prohibited the corrosion rate
2017
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atria Pradityana
Abstrak :
In this work, Myrmecodia pendans, or sarang semut, was successfully extracted as a potential organic inhibitor. Various concentrations of Myrmecodia pendans extract in 1 M H2SO4 solution were applied in the range of 100–500 mg/L for corrosion inhibition. Gas chromatography–mass spectroscopy (GC-MS) showed that the Myrmecodia pendans extracts contained a high-benzenediol compound with rich oxygen atom content, which played an important role in the inhibition process. The 300 mg/L Myrmecodia pendans extract had the highest effect, decreasing the rate of corrosion from 177.73 mpy to 47.4 mpy. This was attributed to the chemical compounds present in the Myrmecodia pendans extract on the surface of mild steel, which prohibited the corrosion rate.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siswarti Adnan
Abstrak :
Latar Belakang. Pekerja pada sektor informal merupakan pekerja yang berada pada kelompok Underserved Working Population, mereka belum mendapatkan pelayanan kesehatan kerja seperti yang diharapkan. Dari seluruh pekerja di Indonesia, 80% berada pada sektor informal. Dan basil beberapa penelitian terdahulu diketahui prevalensi Nyeri Punggung Bawah (NPB) pada pekerja adalah 70% - 80%. Dan survei pendahuluan pada perajin pelat logam di Kee. Citeureup, Kab. Bogor didapatkan prevalensi NPB sebesar 64,5%. Perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi timbulnya keluhan NPB tersebut. Metode. Disain penelitian adalah studi kros seksional. Jumlah responden 238 orang yang dipilih secara cluster random sampling dari kelompok perajin. Pengumpulan data berdasarkan wawancara, pemeriksaan fisik dan pengamatan sikap tubuh waktu bekerja (BRIEF Survey), yang dilaksanakan pada bulan Agusutus - Oktober 2002. Hasil. Pada penelitian ini faktor risiko karakteristik pekerja, faktor pekerjaan, dan faktor lingkungan kerja terbukti tidak berkaitan dengan NPB. Didapatkan prevalensi NPB sebesar 76,9%. Faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya NPB adalah sikap tubuh waktu bekerja (OR suaian = 3,46 ; 95% CI = 1,62 - 6,96 ), sambil membungkuk (OR = 3,47 ; 95% CI = 1,53 - 7,84) dengan derajat membungkuk sebesar 20°- 45° (fleksi sedang) (OR = 3,47 ; 95% CI = 1,53-7,85). Kesimpulan. Ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko sikap tubuh membungkuk dengan sudut 20° - 45° (fleksi sedang) dengan NPB. Saran. Perlu adanya perbaikan cara kerja, disain ruang kerja, dan disain alat kerja sehingga pekerja tidak membungkuk pada waktu melakukan pekerjaannya.
The Relation Between Working Posture and Low Back Pain Among Metal Craftsman Workers at Subdistrict Citeureup, District of Bogor.Background. Workers at the informal sector are classified underserved working population, as they have not yet been covered by occupational health service as expected. In Indonesia, 80% of the total workers are informal sector. Several researches have found that workers prevalence of Low Back Pain (LBP) is 70% - 80%. Among the craftsman workers at subdistrict Citeureup it is found that there is a symptom of LBP at 64.5% workers. This study will found out what are the risk factors that cause the symptom. Method. The research design is a cross sectional study. Total subject are 238 workers, which are chosen by a cluster random sampling from the group workers . Data collecting based on interview, physical examination and visual observation of working posture (BRIEF Survey), during August to October 2002. Result. Risk factor such as worker characteristic factor, job factor and working environment factor are not proven to have correlation with LBP. The LPB prevalence is 76.9 %. The risk factors that affected the occurrence of LBP are working posture (adjusted OR = 3.46; 95% CI = 1.62 - 6.96), forward flexion ( OR. = 3.47; 95% CI = 1.53 - 7.84 ), with degree of flexion from 20° to 45° (mild flexion) (OR = 147; 95% CI = 1.53 - 7.85). Conclusion. Forward flexion of working posture with an angle from 20 to 45° (mild flexion) affecting the occurrence of LBP. Recommendation. It is needed to increase job design, working space design, and working tools design or machine, so workers do not need to forward flexion while doing their job.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T573
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Sugiantoro
Abstrak :
Sampoerna adalah salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Sampoerna telah memproduksi rokok kretek dengan kadar rendah tar dan nikotin yang pertama di Indonesia, yaitu Sampoerna A-Mild. Selain menjadi pendobrak, iklan-iklan yang disampaikan oleh Sampoerna pun memiliki ciri khas tersendiri, dan berbeda dengan iklan-iklan rokok lainnya. Ide-ide kreatif yang disampaikannya selalu baru dan fresh dengan permainan kata-kata yang funky dan nge-slank, iklannya yang musikal, serta menampilkan gambar-gambar kartun yang lucu dan menarik, tanpa meninggalkan simbolnya, yaitu huruf "A" yang merupakan icon dari iklannya juga warna kemasannya yang khas dengan garis-garis merah. "Bukan basa basi" adalah jargon andalan dari rokok A-Mild yang tetap dipakai sejak awal dilemparkannya produk tersebut ke pasar hingga sekarang. Meskipun pesan-pesan yang disampaikan oleh A-Mild secara simbolik, namun konsumen tidak mendapatkan kesulitan dalam mempersepsikan iklannya dan mendapatkan hasil yang positif. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat komparatif dengan menggunakan riset eksperimental dengan desain dua grup, yaitu pretest-posttest design. Data diambil dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Anggota sampel yang terdiri dari 60 orang terpilih dikelompokkan menjadi grup pengontrol (control group) dan grup eksperimen (experimental group) secara objektif dan random sehingga jumlah tiap grup sama. Penulis akan menyebarkan kuesioner kepada masing-masing responden untuk menguji ketertarikan konsumen akan iklan dan produk A-Mild. Kemudian sesudah itu (3 hari kemudian), dilakukan penelitian kembali dengan memberikan kuesioner setelah diberikan "terpaan" iklan A-Mild yang berjudul "Bukan basa basi" kepada kelompok eksperimen. Pertanyaan-pertanyaan yang disebarkan tersebut akan diolah dengan menggunakan f-test untuk menguji komparatif dua sampel yang saling berhubungan, serta mencantumkan pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik responden, yang terdiri dari Usia. Pekerjaan, dan Pendidikan terakhir. Pengukuran variabel-variabel dan dimensi-dimensinya yang merupakan dasar pertanyaan pada kuesioner menggunakan skala Likert dengan mencantumkan rentang nilai 7 (tujuh). Hasil Penelitian diperoleh bahwa responden yang diterpa iklan "Sampoerna A-Mild Bukan Basa Basi" ternyata memberikan respon positif terhadap image produk tersebut. Mereka kebanyakan memberikan pernyataan bahwa Sampoerna A-Mild adalah merupakan rokok kretek yang mempunyai kadar tar dan nikotin yang rendah. Sehingga dapat dinyatakan bahwa iklan Sampoerna A-Mild versi Bukan Basa Basi itu sudah ada dalam benak audience walaupun audience yang menyaksikan tayangan iklan tersebut hanya mendengarkan musiknya atau hanya melihat sekilas saja. Dengan kata lain bahwa lklan Sampoerna A-Mild versi Bukan Basa Basi telah dapat menciptakan positioning terhadap audience (potential consumer) yang hendak dituju.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>