Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S7010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S8727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Melisa
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara perilaku compliance dengan pengalaman buruk di masa kecil oleh warga binaan lembaga pemasyarakatan. Pengalaman buruk tersebut diantaranya kekerasan (fisik, seksual dan psikologis), menyaksikan langsung peristiwa kekerasan, mengalami pengabaian, atau memiliki disfungsi keluarga, meliputi keluarga yang kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, gangguan kejiwaan dan percobaan bunuh diri. Penelitian ini dilakukan kepada 100 orang warga binaan di 3 lapas, yaitu Lapas kelas IIA Salemba, Lapas Cipinang, dan Lapas Cibinong. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku compliance dengan pengalaman buruk di masa kecil pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan metode Pearson Correlation dalam analisis data statistik yang diolah menggunakan bantuan aplikasi SPSS. Sedangkan untuk alat ukur, penelitian ini terdiri dari 2 alat ukur, yaitu Adverse Childhood Experience (ACE) dan Gudjonsson Compliance Scale (GCS). Dari 100 orang partisipan, ditemukan 64 diantaranya tergolong pada kategori compliance. Dari 13 dimensi, 3 urutan teratas skor pengalaman buruk tertinggi yang dialami partisipan adalah pengabaian emosional, kekerasan kelompok/ perang, dan orang tua berpisah/ bercerai, meninggal dunia.
ABSTRACT
This study examines the relationship between the compliance behavior and adverse childhood experience on adult offenders. The adverse childhood experience including violence (physical, sexual and psychological), witnessed incidents of violence, negligence, or having family dysfunction (including family alcoholism, drug abuse, psychiatric disorders and suicide attempts). This research was conducted to 100 inmates in three prisons, class IIA Salemba prison, Cipinang Prison, and Cibinong prison. The results of this study indicates that there is no significant relationship between behavioral compliance and adverse childhood experience on adult offenders. This study uses Pearson Correlation method in the analysis of statistical data was processed using SPSS application assistance. This study consisted of two measuring insruments, the Adverse Childhood Experience (ACE) and Gudjonsson Compliance Scale (GCS). Out of 100 participants, 64 of them belong to the category of compliance. From 13 dimensions, the top 3 highest scores suffering adverse childhood experiences of participants is emotional negligence, groups violence / war, and separated/ divorced parents, death.
2016
S63521
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dikri Khofiyana
Abstrak :
Pelaksanaan sistem pengamanan sehingga terpeliharanya keamanan yang kondusif merupakan suatu prasyarat utama agar program pembinaan di Lapas dapat berjalan dengan baik. Upaya pemeliharaan keamanan tersebut sering dihadapkan dengan kondisi-kondisi yang menjadi kerentanan tersendiri yang memiliki tendensi terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban, salah satu bentuknya adalah pelarian warga binaan. Kondisi-kondisi yang menjadikan Lapas rentan mengalami pelarian warga binaan dialami oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor, yang pada tahun 2016 mengalami peristiwa pelarian warga binaan dengan total warga binaan melarikan diri terbanyak selama 10 (sepuluh) tahun terakhir di lingkungan Kantor Wilayah Kemenkumham Jawa Barat. Skripsi ini memberikan gambaran dan ulasan terhadap upaya-upaya peningkatan sistem pengamanan yang telah dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor sebagai bentuk evaluasi pencegahan pelarian warga binaan. Pelaksanaan sistem pengamanan yang ada, dikaji dengan menggunakan Situational Crime Prevention dengan dukungan elaborasi faktor kerentanan terjadinya pelarian warga binaan dengan menggunakan Routine Activity Theory. Melalui analisis dari data yang didapat, bahwa pelaksanaan sistem pengamanan sebagai implementasi teknik pencegahan dari Situational Crime Prevention, sebagai upaya mencegah pelarian warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bogor telah terlaksana cukup baik. Hal tersebut berimplikasi terhadap tingkat terjadinya peristiwa pelarian, bahwa sejak peristiwa pelarian warga binaan di tahun 2016, hingga saat ini Lapas Kelas IIA Bogor tidak lagi mengalami peristiwa pelarian warga binaan ......Implementation of a security system so that conducive security is maintained is a major prerequisite for the development program in Correctional Institutions to run well. Efforts to maintain security are often faced with conditions that are separate vulnerabilities that have a tendency to disturb security and order, one form of which is the escape of inmates. Conditions that make Lapas vulnerable to escaping inmates are experienced by the Bogor Correctional Institurion, which in 2016 experienced an escape of inmates with a total of most of the inmates have fled during the last 10 (ten) years in the West Java Regional Office of the Ministry of Law and Human Rights. This thesis provides an overview and review of efforts to improve the security system that has been carried out by the Bogor Correctional Insitution as a form of evaluating the escape prevention of inmates. The implementation of the existing security system is studied using Situational Crime Prevention with the support of elaboration of the vulnerability factors for the escape of inmates using the Routine Activity Theory. Through analysis of the data obtained, the implementation of the security system as the implementation of Situational Crime Prevention techniques, as an effort to prevent the escape of inmates at Bogor Correctional. has been carried out quite well. This has implications for the rate of occurrence of escapes, that since the escape of inmates in 2016, until now the Bogor Correctional Institution has no longer experienced escapees of inmates.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milazwarni Aisyah
Abstrak :
Kesepian menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jiwa pada warga binaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian dengan kesehatan jiwa pada warga binaan di lembaga pemasyarakatan. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode survei yang bersifat analitik dengan pendekatan crosssectional pada 216 warga binaan. Instrument pada penelitian ini ialah kuesioner UCLA Loneliness Scale Version 3 modifikasi untuk tingkat kesepian dan Self-Reporting Questionnaire untuk masalah kesehatan jiwa. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian ini menunjukan ada hubungan kesepian dengan kesehatan jiwa (gangguan mental emosional, gangguan psikosis, serta gangguan PTSD) pada warga binaan dengan nilai p value < 0,05. Perlunya untuk mencegah atau mengurangi tingkat kesepian serta mempertahankan status kesehatan jiwa pada warga binaan.
......Loneliness becomes one of the factors that can cause mental health problems in penitentiary. The research aims to find out the relationship between loneliness and mental health of inmates in penitentiary. This type of research is quantitative with an analytical method of analysis with a cross-sectional approach of 216 inmates. The research instrument is Loneliness Scale Version 3 modification for loneliness and SelfReporting Questionnaire for mental health problems. Analysis of the data used are univariate analysis and bivariate with chi-square test. The results of this research show the positive relationship between loneliness and mental health (emotional mental disorders, psychosis disorders, and PTSD disorders) in penitentiary with a value of p value < 0.05. Improve to prevent or reduce the level of loneliness and effort to maintain mental health status of inmates in penitentiary.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Humaira
Abstrak :
Masih rendahnya akses layanan kesehatan reproduksi di penjara wanita melatarbelakangi penelitian dengan desain studi potong lintang ini. Tujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku higiene menstruasi warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur tahun 2013. Data primer diambil bulan Desember 2013 menggunakan kuesioner (self-administered) sampel 70 orang. Hasil 51,4% WBP berperilaku higiene menstruasi baik. Ada hubungan antara perilaku higiene menstruasi dengan faktor penguat yaitu peran petugas (p value=0,039, OR=3,271) dan dukungan teman (p value=0,043, OR=5,231). Tidak ada hubungan antara perilaku higiene menstruasi dengan faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, dan sikap) dan faktor pemungkin (ketersediaan sarana higiene dan keterpaparan informasi). Disarankan petugas memberikan penyuluhan higiene menstruasi dan membentuk kelompok diskusi kesehatan reproduksi pada WBP. ......In women prison, access of reproductive health services is low. This cross-sectional study aimed to determine factors associated to menstrual hygiene behavior of prisoners at Rumah Tahanan Klas IIA Jakarta Timur in 2013. Data was collected in December 2013 by using questionnaire (self-administered) from 70 prisoners. Good menstrual hygiene behavior was 51.4 %. In short, there was association between menstrual hygiene behavior with reinforcing factors such as role of officers (p-value=0.039, OR=3.271) and support of friends (p-value= 0.043, OR=5.231). Study found there is no significant association between menstrual hygiene behavior with predisposing factors (education, knowledge, and attitudes) and enabling factors (availability of hygiene and exposure information). It is recommended that officers provide education about menstrual hygiene and form a discussion group on reproductive health for prisoners.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Pebruarini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengalaman buruk masa kecil dan kecenderungan malingering pada partisipan yang merupakan warga binaan di lembaga pemasyarakatan. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa terdapat kecenderungan untuk melakukan malingering pada korban yang pernah mengalami kekerasan seksual di masa kecil, karena adanya keuntungan eksternal yang diharapkan. Malingering kerap kali muncul pada warga binaan. Warga binaan juga ditemukan seringkali mengalami pengalaman buruk masa kecil. Partisipan berjumlah 86 warga binaan yang diminta untuk mengisi kuesioner Adverse Childhood Experience International Questionnaire (ACE-IQ) milik WHO (2011) dan Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) milik Smith dan Burger (1997), yang kemudian diolah dengan mengunakan Pearson Correlations. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman buruk masa kecil dan kecenderungan malingering pada warga binaan dewasa di Lembaga Pemasyarakan Salemba, Cipinang, dan Cibinong.
ABSTRACT
This study is conducted to determine the relationship between adverse childhood experiences and the tendency of malingering among prisoner participants. Previous research found that victims who have experienced childhood sexual abuse have a tendency for malingering, because of the external incentive expected. Malingering often arise on inmates. Inmates also found that often got adverse childhood experiences. 86 inmates were asked to fill Adverse Childhood Experience International Questionnaire (ACE-IQ) made by WHO (2011) and Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) made by Smith and Burger (1997). The data were then processed by using Pearson Correlations. The results of the find that there is a significant relationship between adverse childhood experiences and the tendency of malingering among adult inmates at the Lembaga Pemasyarakan Salemba, Cipinang, and Cibinong.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Pramudya
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang proses pemberdayaan guna membangun inklusivitas kepada mantan warga binaan yang pada kehidupannya mengalami pengucilan atau tereksklusi akibat stigma negatif yang telah tertanam didalam masyarakat. Oleh karena itu Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun memberikan kesempatan dan peluang dengan melaksanaan program pelatihan kewirausahaan barista. Penelitian ini menyorot konsep inklusi sebagai suatu kondisi dimana individu atau kelompok dapat mengakses kebutuhannya dalam berpartisipasi di masyarakat seutuhnya. Adapun dalam penelitian ini juga menjelaskan penggunaan istilah yang baik dan benar antara narapidana, warga binaan, mantan narapidana, dan mantan warga binaan yang dalam UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan mendefinisikan Narapidana sebagai terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dan Warga Binaan Pemasyarakatan dengan konsep yang lebih luas lagi yaitu golongan individu yang mencakup Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan yang diberikan program pelatihan hidup sebagai bekal setelah kembali ke masyarakat di LAPAS dan/atau Balai Pemasyarakatan (BAPAS) sesuai dengan sistem pemasyarakatan yang ditetapkan. Penjelasan definisi ini dilakukan dengan tujuan agar kedepannya masyarakat dapat lebih memahami penggunaan-penggunaan istilah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana proses pemberdayaan mantan warga binaan dijalankan dapat membangun inklusivitas serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli – November tahun 2021 ditengah kondisi pandemik pada Kantor Pusat Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun, Kebayoran Baru, Jakarta. Data dikumpulkan melalui melalui studi literatur dan wawancara secara daring dengan total 7 informan yang berinteraksi atau mengetahui pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberdayaan mantan warga binaan melalui pelatihan kewirausahaan barista oleh YIIM telah menerapkan konsep pemberdayaan dengan baik meliputi pemberdayaan yang berlandaskan empat prinsip penting dalam pemberdayaan, mencapai tujuan pemberdayaan yaitu menghasilkan masyarakat yang mandiri dan berdaya, penyusunan strategi yang sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan target sasaran, dan tahapan pemberdayaan yang dengan dilakukan secara bertahap, terstruktur, mencapai capaian keberhasilan dari masing-masing tahapan yang dapat ditemukan dalam kegiatan utamanya yaitu pemberian materi, pemagangan, dan pembinaan. Selain itu proses pemberdayaan yang dilakukan oleh YIIM dalam pelatihan kewirausahaan barista juga berhasil membangun inklusi terhadap mantan warga binaan dengan meningkatkan keterampilan, penerimaan dan kepercayaan sehingga mereka dapat berpartisipasi dan berkontribusi kembali ke dalam masyarakat sehingga terpenuhi kesejahteraannya baik sendiri maupun keluarga dalam memenuhi kebutuhan penting sehari- harinya. Faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan dalam pelatihan barista adalah motivasi yang tinggi dari peserta program yang berhasil berubah, dukungan penuh dari Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun dan seluruh mitra yang terlibat, dukungan dari keluarga dan kerabat dekat, dan dukungan dari Bapas Kelas 1 Jakarta Pusat. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dalam berasal dari peserta program yang kurang memiliki kesadaran untuk melakukan suatu perubahan, kurangnya hubungan interpersonal yang terjalin antara peserta program dengan staf lembaga, kurangnya SDM lembaga, dan kondisi pandemi yang mempengaruhi aktivitas dan kegiatan pelatihan barista. ......The focus of this study discusses the empowerment process in order to build inclusiveness for former inmates who experienced exclusion due to negative stigma that has been embedded in society, therefore Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM) provides opportunities by implementing a barista entrepreneurship training program. This study highlights the concept of inclusion as a condition where individuals or groups can access their needs in participating in the whole community, in where this relates to the existence of former inmates in the community who experience difficulties in interacting normally again. This study also explains the use of good and correct terms between inmates, inmates, ex- convicts, and ex-inmates which UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan defines prisoners as convicts who undergo the crime of missing independence in Correctional Institutions (LAPAS). and Correctional Inmates with a broader concept, namely individual groups that include prisoners, correctional students, and correctional clients who are given life training programs as provisions after returning to the community in LAPAS and/or Correctional Centers (BAPAS) in accordance with the correct correctional system set. The explanation of this definition is carried out with the aim that in the future, the public can better understand the uses of these terms. The purpose of this research is to explain how the process of empowering former inmates can build inclusiveness, as well as the supporting and inhibiting factors that affects the implementation of empowerment. This research is a qualitative research with a descriptive study. Data collection was carried out in July – November 2021 in the midst of a pandemic condition at the Head Office of the Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun, Kebayoran Baru, Jakarta. Data was collected through literature studies and online interviews with a total of 7 informants who interacted or knew about the implementation of empowerment activities at the Inspirasi Indonesia Building Foundation. The results show that the the empowerment of former inmates through barista entrepreneurship training by YIIM was implemented well, including the four important principles in empowerment, which are achieving empowerment goals, namely producing an independent and empowered community, formulating strategies that are in accordance with perceived needs. targets, and stages of empowerment which are carried out in stages, structured, achieving the success of each stage which can be found in its main activities, namely the provision of materials, apprenticeship, and coaching. In addition, the empowerment process carried out by YIIM in the barista entrepreneurship training has also succeeded in building inclusion of former inmates by increasing skills, acceptance and trust so that they can participate and contribute back to society. Supporting factors that influence the implementation of empowerment in barista training are the high motivation of program participants who have succeeded in changing, full support from YIIM and all partners involved, support from family and close relatives, and support from Bapas Kelas 1 Jakarta Pusat. Meanwhile, the inhibiting factors came from program participants who lacked awareness to make a change, lack of interpersonal relationships that existed between program participants and institutional staff, lack of institutional human resources, and pandemic conditions that affected the barista training activities and activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Indriyani
Abstrak :
Partisipasi VCT pada WBP penting untuk diketahui agar dapat melakukan pencegahan penularan dan penanggulangan kasus sedini mungkin. Penelitian bertujuan mengetahui faktor yang berhubungan dengan VCT pada WBP di Rumah Tahanan Negara Klas IIA Pondok Bambu Tahun 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Tingkat partisipasi VCT pada WBP adalah 28,4%, dan faktor yang berhubungan dengan partisipasi VCT pada WBP yaitu jenis tindak pidana (OR=0,085, 95% CI= 0,019-0,387), pengetahuan (OR=2,898, 95% CI = 0,978-8,582), dan dukungan tenaga kesehatan (OR=2,533, 95% CI = 0,997-6,436). Klien VCT yang datang ke klinik VCT rutan sebagian besar atas rujukan dokter. Perlu peningkatan pengetahuan tentang HIV dan VCT untuk meningkatkan partisipasi VCT pada WBP. ......VCT participation among prisoner is crucial for prevention and care support treatment of HIV in prison. The purpose of this study was to explore related factors to VCT among prisoner in Pondok Bambu Woman Prison Jakarta 2012. Data were collected from 95 prisoner which chosen by random sample at Pondok Bambu Prison, using self-administered questionnaires. Only 28,4% of respondents had participating in VCT. Related factors which have significant correlation with VCT participation are type of criminal act, knowledge, and medical workers support. Meanwhile, there is no significant correlation between education, job status, STD record, perception of VCT service needs, prison support, friends/family support.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rianita Pramitasari
Abstrak :
Abstrak
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Terbuka Kelas IIB Jakarta mengelola jamur tiram sebagai sumber makanan potensial. Jamur ini dibudidayakan oleh tahanan di penjara. Namun, belum dimanfaatkan secara optimal sebagai peluang bisnis yang efektif. Tujuan dari pengabdian masyarakat ini ada tiga, yaitu i) untuk memanfaatkan potensi jamur tiram di Lapas Terbuka Kelas IIB Jakarta untuk diolah menjadi nugget sebagai produk makanan dengan nilai jual lebih tinggi; ii) untuk mendorong semangat kewirausahaan tahanan; dan iii) untuk menghasilkan nugget berbasis jamur tiram secara terus menerus untuk meningkatkan produktivitas penjara. Metode yang digunakan dalam program ini adalah pelatihan nugget berbasis napi dan pengolahan jamur tiram menggunakan teknologi kemasan vakum, kewirausahaan dan strategi pemasaran, serta akuntansi keuangan. Setelah itu, pemrosesan nugget, pengemasan, dan praktik akuntansi keuangan sederhana dilakukan. Evaluasi dilakukan setelah dua bulan pelatihan untuk mengevaluasi implementasi kegiatan kewirausahaan nugget di penjara. Program ini dihadiri oleh narapidana dan anggota staf penjara. Melalui program pengabdian masyarakat ini, kami berharap budidaya jamur tiram di penjara dapat dimanfaatkan secara lebih efektif sehingga produktivitas dapat ditingkatkan. Pembinaan berkelanjutan diperlukan untuk menjaga kegiatan produksi, pemasaran, dan catatan keuangan bekerja lebih baik.
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2018
300 JPM 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>