Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Santhy Yanuar Darma Putri
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang terjadinya illegal transshipment dan kaitannya
dengan ketentuan asal barang dalam perdagangan internasional. Berkaitan dengan
hal tersebut, terdapat indikasi kerap terjadinya penyalahgunaan pemakaian Surat
Keterangan Asal (SKA) Indonesia dalam praktek illegal transshipment. Tujuan
penulisan tesis ini adalah menganalisis bagaimana ketentuan penerbitan SKA
yang membuktikan bahwa barang tersebut berasal dari Indonesia dapat mencegah
penyalahgunaan SKA dalam praktek illegal transshipment. Penyusunan tesis ini
menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang menghasilkan penelitian
preskriptif yaitu berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah yang ada.
Hasil penelitian bahwa Illegal transshipment berkaitan erat dengan ketentuan asal
barang terutama ketentuan asal barang non-preferensi, yang dibutuhkan dalam
menerapkan anti dumping duty dan countervailing duty. Saat terjadi illegal
transshipment, dengan disalahgunakannya SKA, maka terjadi circumvention
terhadap ketentuan asal barang yang mengakibatkan anti dumping duty dan
countervailing duty tidak dapat diterapkan secara efektif. Terdapat pula
kemungkinan illegal transshipment dilakukan untuk memperoleh keuntungan
berupa preferensi dari suatu kerjasama perdagangan bebas. Ketentuan penerbitan
SKA untuk membuktikan bahwa barang tersebut berasal, dihasilkan, dan atau
diolah di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 43/MDAG/
PER/10/2007 tentang Penerbitan Surat Keterangan Asal Untuk Barang
Ekspor Indonesia beserta berbagai petunjuk pelakasanaannya. Ketentuan
penerbitan SKA ini harus memenuhi Ketentuan Asal Barang di negara tujuan
ekspor. Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini, diantaranya
dengan memperketat penerbitan SKA melalui pengurangan Instansi Penerbit SKA
dan sistem otomasi untuk mempermudah verifikasi, pada dasarnya cukup
memadai untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan SKA terkait dengan illegal
transshipment, tinggal bagaimana meningkatkan pengawasan dan penegakkan
hukum dari pelaksanaan peraturan ini."
2010
T28532
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Indah Gayatri
"Latar belakang: Stratifikasi risiko dilakukan pada pasien dengan sindrom koroner akut non-elevasi segmen ST (SKA-NEST) saat admisi di instalasi gawat darurat. Iskemia miokardium menginduksi dispersi repolarisasi ventrikel yang bisa dinilai dengan interval Tpe pada EKG permukaan. Pemanjangan interval Tpe telah diketahui sebagai prediktor luaran buruk pada berbagai populasi dan interval Tpe yang dikoreksi dengan laju nadi (cTpe) memiliki nilai prediksi yang lebih baik. Belum diketahui apakah interval cTpe berhubungan dengan Major Adverse Cardiac Events (MACE) dalam-rumah-sakit pada pasien SKA-NEST.
Tujuan: Untuk mengetahui manfaat interval cTpe pada EKG saat admisi pada pasien SKA-NEST sebagai modalitas stratifikasi risiko yang ekonomis, sederhana dan tersedia luas.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien dengan SKA-NEST. Data demografi, parameter klinis dan hasil laboratorium diambil dari rekam medis. EKG saat admisi di instalasi gawat darurat (IGD) dikumpulkan dan dilakukan pengukuran inteval Tpe secara manual dengan metode tangent. Corrected Tpe (cTpe) dihitung menggunakan rumus Bazzet. Luaran yang diteliti adalah composite MACE selama perawatan di rumah sakit, termasuk kematian, syok kardiogenik, infark miokardium akut berulang, edema paru akut, henti jantung, dan takiaritmia ventrikel maligna. Dilakukan analisis ROC untuk menilai performa interval cTpe yang dapat memprediksi MACE. Analisis bivariat dan multivariat digunakan untuk menilai pemanjangan interval cTpe sebagai prediktor kejadian MACE dalam-rumah-sakit.
Hasil: Total terdapat 403 pasien yang masuk analisis akhir. Median usia adalah 60 tahun, mayoritas laki-laki (77,9%) dan terjadi MACE pada 25 kasus (6,2%). Performa interval cTpe dalam memprediksi kejadian MACE lebih baik dibandingkan dengan interval Tpe (AUC 0,727 dan 0,648). Diperoleh titik cut off interval cTpe yang optimal adalah 90,77 ms dengan sensitivitas 76,0% dan spesifisitas 63,2%. Setelah disesuaikan dengan faktor determinan lain, pemanjangan interval cTpe berhubungan dengan kejadian MACE dalam-rumahsakit (HR 2,86, IK 95% 1,08-7,56, p = 0,034).
Kesimpulan: Risiko MACE dalam-rumah-sakit lebih tinggi pada kelompok dengan pemanjangan interval cTpe dibandingkan dengan kelompok tanpa pemanjangan interval cTpe. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan untuk validasi sehingga modalitas ini bisa dimanfaatkan dalam praktik klinis.

Background: Risk stratification is performed at the emergency department in patients with non-ST-segment-elevation acute coronary syndrome (NSTEACS). Myocardial ischaemia induced ventricular reloparization dispersion and can be assessed with Tpe interval. Tpe interval has been recognized as a predictor of adverse outcomes in various populations and correcting the Tpe with heart rate (cTpe) improved the predictive value. The association of cTpe interval with inhospital Major Adverse Cardiac Events (MACE) in NSTEACS patients was unknown.
Objective: This study aims to evaluated the cTpe interval on ECG at admission of SKA-NEST patients as an economical, simple and widely available risk stratification modality.
Methods: This was a retrospective cohort study in patients with SKA-NEST. Demographic data, clinical parameters and laboratory results were taken from medical records. The ECG at admission in emergency room (ER) was collected and manually measured by the tangent method. Corrected Tpe (cTpe) was calculated using the Bazzet formula. The composite MACE during hospitalization were the endpoint, including death, cardiogenic shock, recurrent myocardial infarction, acute pulmonary edema, cardiac arrest, and malignant ventricular tachyarrhythmias. ROC analysis was performed to evaluate performance of the Tpe and cTpe interval that could predict MACE optimally. Bivariate and multivariate analyzes were used to assess the prolongation of the Tpe interval as a predictor of in-hospital MACE.
Results: A total of 403 patients were included in the final analysis. The median age was 60 years, the majority were male (77,9%) and MACE occurred in 25 cases (6.2%). The performance of cTpe in predicting MACE events was better than Tpe (AUC 0.727 and 0.648). The optimal cut off point for the cTpe interval was 90.77 ms with sensitivity of 76.0% and specificity of 63.2%. After adjusting for other determinant factors, the prolongation of cTpe interval was associated to in-hospital MACE (HR 2,86, 95% CI 1,08-7,56, p = 0,034).
Conclusion: The risk of in-hospital MACE was higher in the group with prolonged cTpe interval compared with the group without prolonged cTpe interval. Prospective studies are needed to validate whether this modality can be used in clinical practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Nyoman Rai Bawa
"Prevalensi Sindrom Koroner Akut (SKA) yang merupakan penyakit jantung iskemik paling kritis menjadi sumber utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, meningkat secara signifikan setiap tahunnya di Indonesia termasuk Bali pada kelompok usia dewasa muda. Identifikasi faktor resiko yang bisa dimodifikasi seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol dan makanan olahan yang membudaya menjadi bagian penting untuk pembuatan strategi pencegahan primer, terjadinya serangan dan pencegahan sekunder mengurangi readmision. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang dapat dimodifikasi berhubungan dengan kejadian SKA usia dewasa muda di Bali. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional dengan studi deskriptif-analitik, dan teknik consecutive sampling pada 150 responden sesuai kriteria inklusi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara Hipertensi, Diabetes Mellitus, Dislipidemia, Hiperuresemia, Diet, Aktivitas fisik, Obesitas, Merokok, Konsumsi Alkohol, Stres, dan Kualitas Tidur. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian SKA pada dewasa muda di Bali adalah Hipertensi (OR=6,785). Rekomendasi diharapkan penelitian lanjutan terkait faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian SKA dewasa muda di Bali seperti kardiososial serta strategi pencegahan dan pengendalian berbasis budaya Bali.

The prevalence of acute coronary syndrome (ACS), which is the most critical ischemic heart disease and the main source of morbidity and mortality in the world, it increases significantly every year in Indonesia, including young adult in Bali. Modifiable risk factors, such as the habit smoking habits, consuming alcohol drinks and processed foods is an important part of primary prevention strategy of attacks and secondary prevention of reducing readmissions. This study aims to identify modifiable factors that are associated with the incidence of acute coronary syndrome (ACS) in young adults in Bali. This quantitative research used a cross-sectional design with a descriptive-analytic study and a consecutive sampling technique on 150 respondents according to the inclusion criteria. Data analysis used descriptive analysis, chi-square test, and logistic regression. The results showed that there was a significant association between Hypertension, Diabetes Mellitus, Dyslipidemia, Hyperurecemia, Diet pattern, Physical activity, Obesity, Smoking, Alcohol consumption, Stress, and Sleep Quality. The most factor associated with the incidence of ACS in young adults in Bali is hypertension (OR=6.785). Recommendations for further research regarding other factors that can affect the incidence of ACS such as cardio-social in young adults in Bali as well as prevention and control strategies based on Balinese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Eldad Frederich Lasanudin
"Latar Belakang Sindrom koroner akut (SKA) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan pada arteri koroner jantung. Gejala utamanya adalah nyeri dada, yang disebut juga sebagai angina pektoris. TIMI risk score adalah suatu sarana penilaian risiko yang mengevaluasi berbagai faktor untuk menentukan prognosis pasien SKA. Namun, TIMI risk score tidak memperhitungkan tingkat transaminase aspartat serum dan transaminase alanina serum saat admisi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apabila terdapat hubungan antara enzim tersebut dengan hasil TIMI risk score.
Metode Penelitian ini merupakan suatu studi cross-sectional analitik yang dilaksanakan melalui pengumpulan data rekam medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yang meliputi TIMI risk score, tingkat transaminase aspartat serum saat admisi pasien, dan tingkat transaminase alanina serum saat admisi pasien. Terdapat 111 sampel dan data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS.
Hasil Tingkat transaminase aspartate serum pada saat admisi tidak berhubungan dengan hasil TIMI risk score pasien (p=,183). Tidak ditemukan hubungan statistik yang bermakna antara tingkat transaminase alanina serum pada saat admisi dengan hasil TIMI risk score pasien (p=,835).

Background Acute coronary syndrome (ACS) is a disease caused by blockage in the coronary arteries. Its characteristic symptom is chest pain, also called as angina pectoris. TIMI risk score is a risk assessment method that evaluate various factors to determine the prognosis of ACS patients. However, it does not take into account admission serum AST and ALT levels of the patient. This research aims to see whether the said liver enzymes are associated with TIMI risk score results.
Method The research is an analytical cross-sectional research that is performed through data collection, which includes TIMI risk scores, admission serum AST levels, and admission serum ALT levels, from the medical records of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. There are 111 samples collected and the data that has been gathered is analysed using the SPSS program.
Results Admission serum AST levels are not associated with patients’ TIMI risk score results (p=.183). There is also no statistical significance between the patient’s admission serum ALT and his/her TIMI risk score result (p=.835).
Conclusion Data analysis show that there are no significant association between patients’ admission serum AST and ALT with their TIMI risk score. Thus, the use of admission serum AST and ALT are not able to assess prognosis of ACS patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Aprilia
"Berduka dapat dirasakan oleh pasien SKA yang kehilangan kondisi sehatnya secara tiba-tiba. Berduka bisa menjadi rumit sehingga dapat menurunkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan meningkatkan resiko kejadian infark berulang dan rehospitalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan berduka pada pasien yang dirawat pasca SKA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik, menggunakan pendekatan cross sectional yang melibatkan 132 responden. Analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji chi square dan regresi logistik berganda. Karakteristik sosiodemografik responden menunjukkan bahwa sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan tinggi, aktif bekerja, dan berstatus menikah. Responden dengan usia ≤ 60 tahun dan > 60 tahun memiliki proporsi yang sama. Berdasarkan karakteristik klinis, sebagian besar responden menjalani rawat inap ≤ 5 hari, tidak memiliki riwayat SKA, memiliki ko-morbid, dan memiliki keterbatasan mobilitas fisik. Sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga baik, kecerdasan spiritual baik dan persepsi terhadap penyakit negatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami berduka yang tinggi. Terdapat hubungan yang signifikan antara ko-morbid (p=0.028), keterbatasan mobilitas fisik (p=0.031), kecerdasan spiritual (p=0.022), dan persepsi terhadap penyakit (p=0.004), dimana persepsi terhadap penyakit adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan berduka, dengan OR 3.362 (CI 95% 1.389-8.134). Pentingnya intervensi keperawatan untuk meningkatkan persepsi terhadap penyakit dan mencegah terjadinya berduka tinggi yang memanjang dan rumit pada pasien SKA.

Grief can occur in ACS patients who suddenly lose their healthy condition. Grieving can be complicated and can reduce patient compliance with treatment and increase the risk of recurrent infarction and rehospitalization. This study aims to determine factors associated with grieving among hospitalized patients after ACS event. This research is a quantitative research with a descriptive analytical design, using cross sectional approach involving 132 respondents. Data analysis used descriptive analysis, chi-square test and multiple logistic regression. The sociodemographic characteristics of the respondents showed that the majority were men, highly educated, actively working, and married. Respondents aged ≤ 60 years and > 60 years have the same proportion. In clinical characteristics, most of the respondents were hospitalized for ≤ 5 days, had no history of ACS, had co-morbidities, and had limited physical mobility. Most respondents had good family support, good spiritual intelligence and negative perceptions of illness. The results of this research show that the majority of respondents experienced high levels of griving. There is a significant relationship between co-morbidity (p= 0.028), limited physical mobility (p=0.031), spiritual intelligence (p=0.022) and perception of illness (p=0.004), where perception of the illness is the most dominant factor related to grief, with OR 3.362 (CI 95% 1.389-8.134). It is important to provide nursing interventions to improve perceptions of illness and prevent prolonged and complicated grief in ACS patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Shiddiq Al Hanif
"Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular masih merupakan masalah kesehatan utama global. Banyak penelitian menghubungkan kondisi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) pada pasien Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan luaran klinis yang lebih buruk. Mengetahui peran faktor-faktor yang mempengaruhi Major Adverse Cardiovascular Event (MACE) pada pasien SKA dengan PGK penting dalam upaya pencegahan luaran yang buruk.
Tujuan. Mengetahui hubungan skor Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE), skor Gensini, Left Ventricular Hypertrophy (LVH), dan Rasio Netrofil Limfosit (RNL) terhadap kejadian MACE 30 hari pasien SKA yang mengalami PGK non-dialisis.
Metode. Desain penelitian kohort retrospektif menggunakan data sekunder dari rekam medis117 pasien SKA yang menjalani PCI di Rumah Sakit Umum Pemerintah Cipto Mangunkusumo sejak Januari 2018 hingga Juni 2018. Pasien dibagi berdasarkan derajat PGK serta dinilai MACE 30 hari. Dilakukan pencatatan data skor GRACE, skor Gensini, LVH, dan RNL. Analisis hubungan faktor-faktor tersebut dilakukan menggunakan uji chi square.
Hasil. Dari 117 pasien 62,3% ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI), pada akhir perawatan 67,5% pasien termasuk dalam kelompok derajat 1-2 PGK, 17,1% dalam kelompok PGK derajat 3a-3b dan 15,4% dalam kelompok PGK derajat 4-5. MACE terjadi pada 47 (40,2%) pasien dengan 17 (14,5%) mengalami kematian.Terdapat hubungan bermakna antara skor GRACE dengan MACE (54,8% MACE pada skor GRACE tinggi vs 32% MACE pada
skor GRACE rendah-sedang ( p = 0,016) (OR : 2,57 IK95% : 1,18-5,59), sedangkan pada skor Gensini,LVH dan RNL walaupun terdapat peningkatan proporsi MACE namun tidak didapatkan hubungan yang signifikan.
Kesimpulan. Skor GRACE berhubungan dengan MACE 30 hari pasien SKA dengan PGK non dialisis.

Background. Cardiovascular disease is still a major global health problem. Many studies have linked Chronic Kidney Disease (CKD) in Acute Coronary Syndrome (ACS) patients with worse clinical outcomes. Knowing the role of factors that influence MACE in ACS with CKD patients is important in preventing poor outcomes.
Objective. To determine the relationship between GRACE scores, Gensini scores, LVH, and NLR to the 30-day MACE incidence in ACS patients with CKD.
Method. This study is a retrospective cohort study using secondary data from the medical records of 117 ACS patients who underwent PCI at the Cipto Mangunkusumo Government General Hospital from January 2018 to June 2018. Patients were divided based on the degree of CKD and assessed for 30-day MACE. Data were recorded on GRACE scores, Gensini
scores, LVH, and RNL. Analysis of the relationship between these factors was carried out using the Chi Square test.
Results. Of the 117 patients 62.3% were STEMI, at the end of hospital treatment 67.5% were in the normal-grade 2 CKD group, 17.1% in the CKD grade 3a-3b group and 15.4% in the CKD grade 4-5 group. MACE occurred in 47 (40.2%) patients with 17 (14.5%) dying. There was a significant relationship between GRACE scores and MACE (54.8% MACE at high GRACE scores vs. 32% MACE at low-moderate GRACE scores (p = 0.016) (OR : 2,57
CI95% : 1,18-5,59)), while the Gensini score, LVH and NLR scores even though there was an increase in the proportion of MACE but no significant relationship was found.
Conclusion. The GRACE score correlates with the 30-day MACE of ACS with non- dialysis
CKD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ginanjar
"ABSTRAK
Latar belakang
Penyakit jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang tertinggi di dunia dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Skor TIMI STEMI sudah banyak digunakan dan divalidasi sebagai prediktor kematian pasien STEMI namun belum mencakup komponen fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVK) dan laju filtrasi glomerulus (LFG), dan kurang optimal dalam penggunaanya.
Tujuan
Memodifikasi skor TIMI STEMI dengan memasukkan variabel FEVK dan LFG sebagai prediktor mortalitas pada pasien STEMI dalam 30 hari di RSCM. Metode Studi kohort retrospektif terhadap 487 pasien STEMI yang di rawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada periode 2004-2013. Data variabel prediktor diperoleh dari penelusuran rekam medis. Data yang didapatkan dianalisis secara bivariat dan multivariat, setelah itu dibuat formulasi baru prediktor mortalitas pasien STEMI dalam 30 hari dan akan diujikan pada seluruh data dan dinilai risiko mortalitasnya serta dibandingkan dengan skor TIMI dengan AUC (area under curve).
Hasil
Dari analisis secara bivariat dan multivariat didapat hanya dua variabel yang dapat digunakan dalam formula baru yaitu kelas killips II-IV dan LFG dengan kisaran total skor 0-4.6 Stratifikasi risiko mortalitas dalam 30 hari pada pasien STEMI adalah tinggi (total skor >3,5; 46,5%), sedang (total skor 2,5-3,5;23,2%), dan rendah (total skor <2,5;5,95%). Diskriminasi modifikasi skor TIMI STEMI dengan AUC 0.816; IK 95%; 0.756-0.875.
Kesimpulan
Modifikasi skor TIMI STEMI terdiri dari dua variabel yaitu kelas Killip dan LFG. Modifikasi ini memiliki kalibrasi dan diskriminasi yang baik sebagai prediktor mortalitas 30 hari pada pasien STEMI.

ABSTRACT
Background
Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in the world and the rate increases every year. TIMI STEMI score has been used and validated as mortality predictor for STEMI patient but unfortunately, it does not involve left ventricle ejection fraction (LVEF) and Glomerulus filtration rate (GFR), thus it is less optimal in clinical setting.
Objective
To modify TIMI STEMI score include LVEF and GFR as variables for 30 day mortality predictor STEMI patients in RSUPN Cipto Mangunkusumo Hospital. Methods Retrospective cohort study was done toward 487 STEMI inpatients in RSUPN Cipto Mangunkusumo Hospital in 2004-2013. Predictor variable data was obtained from medical records. The data was analyzed with bivariate and multivariate method using Cox’s Proportional Hazard Regression Model. Subsequently, formulate new predictors for STEMI patient mortality rate in 30 days. In these newly formulated predictors shall be stratified to all data and mortality risk shall be assessed and compared with current TIMI STEMI Score using area under curve (AUC).
Results
From bivariate and multivariate analysis, only two variables were found to have significant values for new formulation; Killip class II-IV and GFR which contribute 0.4.6 of total score value. 30 day mortality risk stratification for STEMI patient is high if total score > 3.5;46.5%, moderate if total score 2.5-3.5;23.2% and low if total score < 2.5;5.95%. Modified TIMI STEMI Score has a good discrimination rate with AUC value of 0.816 (0.756-0.875) and confidence interval (CI) 95%.
Conclusion
Modified TIMI STEMI Score has two variables such as Killip Class and GFR. It has good calibration and discrimination for 30 day mortality predictor in STEMI patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaldiera Utami
"Latar Belakang. Depresi pasca SKA memiliki prevalensi sebesar 20-37 , yaitu sekitar tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum. Pasien pasca SKA yang mengalami depresi dalam waktu 2 tahun pertama memiliki risiko mortalitas sebesar 2.5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami depresi. Meskipun prevalensinya cukup tinggi, namun kondisi ini seringkali tidak terdeteksi sehingga sulit untuk ditatalaksana. Kuesioner CDS telah terbukti andal dan sahih untuk mendeteksi depresi pasca SKA di beberapa negara, namun belum ada penelitian yang menguji keandalan dan kesahihan kuesioner tersebut di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan kuesioner CDS berbahasa Indonesia sebagai alat ukur untuk mendeteksi depresi pasca SKA di Indonesia. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap adaptasi lintas bahasa dan budaya serta tahap uji keandalan dan kesahihan. Subjek penelitian terdiri atas pasien rawat jalan pasca SKA yang berobat di Polikilinik Kardiologi PJT RSCM pada bulan Juli-September 2017. Uji keandalan dilakukan dengan menilai Intraclass Correlation Coefficient ICC melalui metode test-retest dan menilai Cronbach-alpha untuk mengetahui konsistensi internal. Uji kesahihan dilakukan dengan menilai kesahihan konstruksi melalui multitrait multimethod analysis dan kesahihan eksternal dengan cara membandingkan CDS dengan kuesioner BDI-II sebagai alat ukur standar untuk menilai depresi. Hasil. Penelitian ini diikuti oleh 56 subjek dengan rerata usia 58.39 8.38 tahun. Sebagian besar subjek berjenis kelamin laki-laki 64.3 dan sudah menikah 80.4 . Uji keandalan memberikan hasil yang baik, terbukti dengan nilai ICC r 0.944; p

Background. Prevalence of post Acute Coronary Syndrome ACS depression reached 20 37 which is three times higher than in general population. Depressed post ACS patients have 2.5 times higher risk of mortality within 2 years after ACS compared with non depressed patients. Despite the high prevalence, this condition often go unrecognized and untreated. Cardiac Depression Scale CDS has been demonstrated to be valid and reliable in detecting post ACS depression in other countries. However it has not been validated in Indonesian population. This study was designed to evaluate the validity and reliability of Indonesian version CDS as a screening tool for post ACS depression in Indonesia. Method. A cross sectional study was conducted in two phases a the language and cultural adaptation phase and b the validity and reliability test. The study participants were recruited from post ACS outpatients attending Cardiology Clinic in PJT RSCM between July September 2017. Reliability of the CDS was evaluated by calculating Intraclass Correlation Coefficient ICC using test retest method and by calculating Cronbach alpha to determine internal consistency.Validity of the CDS was evaluated by examining construct validity using multitrait multimethod analysis and by comparing CDS with BDI II as gold standard measurement to determine external validity. Result. Fifty six patients were included in this study. The mean age was 58.39 8.38 years. Of these patients, 64.3 were male and 80.4 were married. Indonesian CDS demonstrated good result for test retest reliability r 0.944 p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Himawan Hamiseno
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor keterbatasan
tenaga ahli dalam seleksi umum pengadaan jasa konsultansi di Ditjen Bina Marga
yang berpengaruh terhadap penyimpangan kinerja waktu pelaksanaan seleksi serta
mengetahui seberapa besar tingkat pengaruhnya. Hasil penelitian ini adalah
faktor-faktor keterbatasan tenaga ahli yang berpengaruh terhadap kinerja waktu
seleksi adalah tenaga ahli yang diusulkan tidak dapat dinilai karena masih
terkontrak di paket lain, tenaga ahli tidak memiliki/melampirkan SKA, SKA
tenaga ahli tidak sah karena sudah kadaluarsa, SKA tenaga ahli tidak sesuai KAK,
tenaga ahli tidak memiliki/melampirkan referensi pengalaman kerja.

ABSTRACT
The aim of this research is to find factors of experts’ constraint in consultant
procurement which have an impact on time performance and to discover how big
is the influence. The result if this research is that expert’s constraint factors in
consultant procurement are: proposed experts can not be evaluated because they
have been contracted in other package, experts do not have certificate of expertise,
their certificate of expertise have been expired, their certificate is not match with
the criteria in the Term of Reference and experts do not have the job references."
2008
T40736
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library