Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heriyanti Widyaningsih
Abstrak :
Setiap ibu hamil berisiko mengalami masalah psikososial. Masalah tersebut dapat bersumber pada aspek keluarga, riwayat mengalami kekerasan dan dari kondisi ibu sendiri pada ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi masalah psikososial pada ibu hamil dengan melibatkan sampel 194 ibu hamil. Analisis menggunakan chi- square dan regresi logistik ganda. Karakteristik responden adalah usia, sosial ekonomi, paritas, pendidikan, kehamilan saat ini, status pernikahan. Variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan masalah psikososial aspek keluarga dan maternal adalah pendidikan. Paritas adalah variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan aspek keluarga (p: 0,000, α: 0,05) dan kekerasan (p: 0,022, α: 0,05). Paritas merupakan faktor yang paling berpengaruh dengan masalah psikososial aspek maternal (OR: 1,728) dan keluarga (OR: 1,697). Variabel pendidikan merupakan faktor yang paling berpengaruh dengan masalah psikososial aspek kekerasan (OR: 0,657). Perawat seharusnya melakukan pengkajian psikososial terhadap ibu hamil secara komprehensif. ......Every maternal is risk of developing psychosocial problems. The problems can be sourced from family aspect, history of violence and his own condition. The purpose of the study is to identified factors that influence psychological problems in maternal and using 194 mothers pregnancy. Chi-Square and Multiple Logistic Regression will be used to analysis in this study. The characteristic of respondents such as age, social-economic, parity, education, current pregnancy and marital status will be used to select respondents. A variable that has significance correlation with family aspect and maternal of psychosocial problem was level of education. Parity (p: 0,000, α:0,05). Parity is a variable that has significance correlation with family aspect (p: 0,000, α: 0,05) and violence (p: 0,022, α: 0,05). Parity is dominant factors that influence psychological problems of maternal aspect (OR: 1,728) and family (OR: 1,697). Whereas, a variable that has significance correlation with violence aspect of psychological problem was level of education (OR: 0,657). A nurse should be performing psychosocial assessments to maternal by a comprehensive.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pariangan, Oksen
Abstrak :
Bahaya psikososial berpengaruh terhadap kesehatan kerja melalui persepsi dan pengalaman yang dialami pekerja. Bahaya psikososial tak hanya berkaitan dari individu pekerja, melainkan konteks pekerjaan, sosial dan perusahaan atau organisasinya. Peneliti melihat bagaimana tingkat risiko psikososial yang dihadapi oleh para pekerja di sektor migas dengan menggunakan HSE Management Standard Indicator Tool dari HSE UK yan bertujuan untuk menghasilkan gambaran sesuai dengan tingkatan dan kategori, yaitu demand, control, manager support, peer support, relationship, role, dan change. Penelitian berhasil mendapatkan 63 responden pengisi kuesioner dengan sebelumnya menggunakan pendekatan rumus besar sampel jenuh dari data sekunder dan secara umum, gambaran kondisi psikososial di PT X berada pada level 4. ......Psychososial hazards affect occupational health through perceptions and experiences experienced by workers. Psychososial hazards are not only related to individual workers, but also to the work, sosial and corporate context or organization. Researchers see how the level of psychososial risk faced by workers in the oil and gas sector by using the HSE Management Standard Indicator Tool from HSE UK which aims to produce a picture according to levels and categories, namely demand, control, manager support, peer support, relationship, role, and change. The study succeeded in getting 63 respondents to fill out the questionnaire by previously using a saturated sample size formula approach from secondary data and in general, the description of psychososial conditions at PT X was at level 4.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Fajarudin
Abstrak :
Penelitian ini menyelidiki dan membandingkan berbagai faktor psikososial dan faktor lingkungan sosial yang dapat memberikan pengaruh pada satu atau berbagai gejala distress pada pekerja di perusahaan geothermal PT. X. Penelitian ini adalah penelitian semi kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian menemukan 10 dari 11 indikator faktor psikososial yang dominan di persepsikan sebagian atau lebih responden, dengan 5 gejala stress kerja yang dominan adalah sakit kepala & pusing, MSDs, marah, sulit tidur, dan perubahan nafsu makan. Penelitian menyarankan kepada perusahaan untuk meninjau kembali beban kerja dan kapasitas kerja yang ada, meningkatkan proses manajemen kerja, memperbaiki komunikasi kerja dari tenaga asing, serta menciptakan lingkungan kerja yang suportif. ......This research investigates and compares various psychosocial factors and social environment factors that can influence to one or several distress symptoms to workers in the geothermal company PT. X. This research is semi-quantitative research with a descriptive design. The research found 10 out of 11 dominant indicators of psychosocial factors perceived by half or more of the respondents, with 5 dominant stress symptoms are headache and dizziness, MSDs, angry, sleep difficulties, and change in appetite. The research suggests the company review the workload and current work capacity, improve work process management, improve communication by the foreign workers, and create a supportive work environment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fajar Maulidi Tanjung
Abstrak :
Isu stres terkait kerja diakui sebagai masalah global. Industri manufaktur atau perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan beresiko lebih tinggi mengalami stres dibanding jenis pekerjaan lain. Stress kerja merupakan akibat dari satu atau beberapa interaksi bahaya psikososial di tempat kerja. Hasil survey intenal PT X pada tahun 2022 menunjukan bahwa stres kerja merupakan yang paling banyak yang dikeluhkan karyawan. Di area Hotpress Tren kecelakaan kerja bulan Januari-April 2022 terus meningkat dan angka absenteisme pada bulan Februari 2022 mengalami kenaikan dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor psikososial terhadap distress pada pekerja di area Hotpress PT X Penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan desain studi cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer melalui kuesioner secara daring (online). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2022 – Juli 2022. Pekerja di area Hotpress PT. X didominasi oleh distress didominasi oleh tingkat distress sedang dan ringan hampir sebanding dengan masing-masing sebanyak 50% dan 49,2% serta tingkat distress berat sebanyak 2 orang (0,8%). Semua variabel faktor psikososial didominasi oleh kategori kondisi “kurang baik” kecuali variabel budaya organisasi. Berdasar uji T Independent didapat bahwa setiap jenis kelamian (p=0,683) baik laki-laki maupun perempuan memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdasarkan uji anova diketahui setiap status pernikahan (p=0,111) baik belum menikah, menikah maupun cerai memiliki rata-rata tingkat distress yang sama. Berdarakan uji Chi-square didapat variabel usia (p=0,746; OR=1,142), masa kerja (p=0,704; OR=0,905), budaya organisasi (p=0,202; OR=1,432), pengembangan karir (p=0,699; OR=1,119), kontrol pekerjaan (p=0,097; OR=0,645) dan desain pekerjaan (p=0,794; OR=1,073) tidak ada hubungan dengan tingkat distress. Sedangkan varibel peran dalam organisasi (p=0,001; OR; 2,349), hubungan interpersonal (p=0,007; OR=2,056), hubungan rumah dan tempat kerja (p=0,000; OR 3,505), Beban kerja (p=0,003; OR=2,193), jadwal kerja (p=0,021; OR=1,851) dan kondisi lingkungan fisik kerja (p=0,000; OR=7,597) memilihi hubungan dengan distress. Berdasarkan hasil penelitian perlunya perbaikan terkait kondisi pada variabel peran dalam organisasi, pengembangan karir dengan kejelasan karir, kontrol pekerjaan dengan melibatkan pekerja, hubungan interpersonal tempat kerja dengan , hubungan rumah dan tempat kerja, desain kerja, beban kerja dengan mengevaluasi beban pekerja dengan kemampuannya, jadwal kerja dan kondisi lingkungan fisik kerja. ......The issue of work-related stress is recognized as a global problem. Manufacturing industries or companies engaged in processing are at higher risk of experiencing stress than other types of work. Job stress is the result of one or more psychosocial threatening interactions at work. The results of PT X's internal survey in 2022 showed that work stress was the most complained of by employees. In the Hotpress area, the trend of work accidents in January-April 2022 continues to increase and the absentee rate in February 2022 has doubled compared to the previous month. The purpose of this study is to analyze psychosocial factors on the pressure on workers in the Hotpress area of ​​PT X. This research will be conducted using a quantitative approach and a cross sectional study design. The data used is primary data through a bold questionnaire (online). This research was conducted in March 2022 – July 2022. Workers in the Hotpress area of ​​PT. X is dominated by distress, which is dominated by moderate and mild difficulty levels, almost equal to 50% and 49.2%, respectively, and 2 people (0.8%). All psychosocial factor variables are dominated by the “unfavorable” condition category except for the organizational culture variable. Based on the Independent T test, it was found that each sex type (p = 0.683) both men and women had the same average level of distress. Based on the ANOVA test, it is known that each marital status (p = 0.111) is either unmarried, married or has the same average stress level. Based on the Chi-square test, the variables were age (p=0.746; OR=1.142), years of service (p=0.704; OR=0.905), organizational culture (p=0.202; OR=1.432), career development (p=0.699; OR =1.119), job control (p=0.097; OR=0.645) and job design (p=0.794; OR=1.073) had no relationship with the level of distress. While the role variables in the organization (p=0.001; OR; 2.349), interpersonal relationships (p=0.007; OR=2.056), home and work relations (p=0.000; OR 3.505), workload (p=0.003; OR= 2.193, work schedule (p = 0.021; OR = 1.851) and physical work environment conditions (p = 0.000; OR = 7.597) choose the relationship with difficulty. The results of the study need improvements related to conditions on role variables in the organization, career development with career careers, work control by involving workers, workplace interpersonal relationships with e-mail, home and workplace relations, work design, workloads with workers' workloads with their abilities, work schedules and physical conditions of the work environment.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mukaromah
Abstrak :
Penelitian ini menggambarkan arti dan makna pengalaman psikososial remaja penyandang skoliosis, di wilayah karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif dengan wawancara mendalam. Partisipan sebanyak 7 remaja putri (14-20 tahun) dan diperoleh melalui metode purposive sampling. Tujuh tema teridentifikasi dalam penelitian ini, yaitu pemahaman terhadap skoliosis, respon psikologis, kemampuan beradaptasi terhadap skoliosis, kemampuan beradaptasi terhadap terapi skoliosis, dukungan penyelesaian masalah, harapan kesehatan yang optimal, dan kekhawatiran terhadap masa depan. Support keluarga dan teman sebaya sangat dibutuhkan remaja untuk meminimalkan stress psikososial. Peningkatan pelayanan kesehatan melalui program pendidikan kesehatan dan skrining skoliosis di masyarakat sangat diharapkan skolioser remaja. ......This study describes the significance and meaning of adolescent psychosocial experience of people with scoliosis, in the residency of Surakarta, Central Java. This study used descriptive phenomenological approach with in-depth interviews. Participants were 7 girls (14-20 years) and obtained through purposive sampling. Seven themes identified in this study, namely an understanding of scoliosis, a psychological response, adaptability to the scoliosis, the ability to adapt to the treatment of scoliosis, support for problem solving, optimal health expectations, and concerns over the future. Family and peer support are needed to minimize adolescent psychosocial stress. Improved health care through health education and screening programs in the community is expected adolescents with.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmarni Hariira
Abstrak :
Kejadian gawat darurat dapat terjadi di mana saja, termasuk di area Commuter Line. Peningkatan jumlah penumpang Commuter Line berbanding lurus dengan peningkatan risiko kejadian gawat darurat di area Commuter Line. Petugas Keamanan Dalam Commuter Line ditugaskan untuk memberikan pertolongan pertama saat kejadian gawat darurat, namun belum pernah ada penelitian tentang pengetahuan pertolongan pertama pada Petugas Kemanan Dalam Commuter Line. Penelitian cross-sectional ini melibatkan 70 Petugas Keamanan Dalam Commuter Line. Hasil penelitian menunjukkan 54,29 Petugas Keamanan Dalam Commuter Line memiliki pengetahuan baik tentang pertolongan pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman pertolongan pertama berhubungan dengan pengetahuan pertolongan pertama p 0,043 . Pemberian pelatihan pertolongan pertama diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pertolongan pertama oleh Petugas Keamanan Dalam Commuter Line. ......Emergency situations may happen anywhere, including in the area of Commuter Line. The increasing of Commuter Line rsquo s passengers is parallel to the number of risks of emergency situation. The Internal Security Personnel of Commuter Line have the task to perform first aid when emergency situation is arising, but study about first aid knowledge in Internal Security Personnel of Commuter Line is never found. This cross sectional study involved 70 Internal Security Personnel of Commuter Line. The study showed 54,29 of Internal Security Personnel of Commuter Line have the sufficient first aid knowledge. This study showed that the first aid experience correlate to first aid knowledge p 0,043 . Providing first aid training is expected to improve the first aid knowledge of Internal Security Personnel of Commuter Line.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S69051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Septiani Putri
Abstrak :
Beberapa studi sebelumnya telah mengidentifikasi bahwa faktor-faktor psikososial dan fisik berhubungan dengan perkembangan gangguan muskuloskeletal (MSD). Namun, hubungannya MSD dengan faktor psikososial dan fisik belum sepenuhnya dipelajari di Air Pekerja Layanan Lalu Lintas (ATS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko PT gejala MSD pada pekerja kantor dan Pengendali Lalu Lintas Udara (ATC). Itu desain penelitian adalah cross-sectional, dengan 50 pekerja kantor dan 70 ATC dari Area Unit Control Center (ACC) terlibat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan Daftar Periksa Eksposur Cepat (QEC). Univariat dan bivariat Analisis Regresi Logistik digunakan untuk mencari hubungan antara faktor psikososial dan fisik dengan gejala MSD. Variabel termasuk dalam ini penelitian adalah faktor individu (jenis pekerjaan, jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, merokok status, dan lama kerja), faktor psikososial (tuntutan pekerjaan, kontrol pekerjaan, peran dan tanggung jawab, dukungan sosial, kepuasan kerja, dan stres kerja), faktor fisik (postur canggung, postur statis, dan gerakan berulang), dan faktor lingkungan (pencahayaan dan iklim kerja). Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala muskuloskeletal gangguan pada leher, bahu, dan punggung bawah adalah MSD yang paling umum. Sana adalah hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dan stres kerja dengan gangguan dalam bahu dan punggung bawah, jenis kelamin dan usia dengan gangguan bahu, kontrol bekerja dengan gangguan di leher, dan tingkat risiko pada punggung dan pergelangan tangan dengan gangguan punggung bawah. Oleh karena itu, perlu untuk mengambil langkah-langkah kontrol lebih lanjut mengurangi masalah gejala MSDs di tempat kerja.
Several previous studies have identified that psychosocial and physical factors are associated with the development of musculoskeletal disorders (MSD). However, the relationship of MSD with psychosocial and physical factors has not been fully studied in Water Traffic Service Workers (ATS). The purpose of this study was to analyze the risk factors of PT MSD symptoms in office workers and Air Traffic Control (ATC). The research design was cross-sectional, with 50 office workers and 70 ATC from the Area Unit Control Center (ACC) is involved. The instrument used in this study was a questionnaire and a Fast Exposure Checklist (QEC). Univariate and Bivariate Logistic Regression Analysis are used to find the relationship between psychosocial and physical factors with MSD symptoms. Variables included in this study are individual factors (type of work, sex, age, body mass index, smoking status, and length of work), psychosocial factors (job demands, job control, roles and responsibilities, social support, job satisfaction, and work stress), physical factors (awkward postures, static postures, and repetitive movements), and environmental factors (lighting and work climate). The results showed that the symptoms of musculoskeletal disorders in the neck, shoulders, and lower back were the most common MSDs. There is a significant relationship between the type of work and work stress with internal disturbances shoulders and lower back, gender and age with shoulder disorders, controls working with disorders in the neck, and the level of risk in the back and wrists with lower back disorders. Therefore, it is necessary to take control steps to further reduce the problem of MSDs symptoms at work.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mylynda Puteri
Abstrak :
Wilayah Jakarta Timur memiliki angka kekerasan anak tertinggi dibandingkan dengan wilayah DKI Jakarta lainnya. Kekerasan yang dialami anak akan mempengaruhi perkembangan psikososialnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan psikososial remaja yang pernah mengalami kekerasan di wilayah Jakarta Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian merupakan remaja berusia 11-20 tahun yang pernah mengalami kekerasan berjumlah 385 responden menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian menggunakan kuesioner ICAST versi Bahasa Indonesia dan Y-PSC 35 yang disebarkan secara daring. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja yang pernah mengalami kekerasan di wilayah Jakarta Timur mayoritas tidak mengalami gangguan perkembangan psikososial, tetapi angka remaja yang mengalami gangguan perkembangan psikososial cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat terutama orang tua perlu lebih peka terhadap paparan kekerasan pada anak yang akan berpengaruh pada perkembangan psikososialnya. Pelayanan isu kesehatan mental anak juga perlu ditingkatkan untuk mengurangi risiko terganggunya perkembangan psikososial anak. ......The East Jakarta region has the highest rate of child violence compared to other DKI Jakarta regions. Violence experienced by children will affect their psychosocial development. This research aims to determine the psychosocial development of adolescents who have experienced violence in the East Jakarta area. The research method used is descriptive quantitative with a cross sectional study design. The research sample was adolescents aged 11-20 years who had experienced violence totaling 385 respondents using purposive sampling techniques. The research used the Indonesian version of the ICAST questionnaire and Y-PSC 35 which were distributed online. The research results show that the majority of adolescentswho have experienced violence in the East Jakarta area do not experience psychosocial development disorders, but the number of adolescents who experience psychosocial development disorders is quite high. Based on research results, society, especially parents, need to be more sensitive to children's exposure to violence which will affect their psychosocial development. Services for children's mental health issues also need to be improved to reduce the risk of disrupting children's psychosocial development.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Mohammad Nuzu
Abstrak :
ABSTRAK
Klien dengan penyakit gagal ginjal kronik adalah salah satu kondisi klien yang paling kompleks. Penyakit gagal ginjal kronik membutuhkan proses perawatan yang lama, sehinngga mengakibatkan terjadinya berbagai masalah secara fisik maupun psikososial seperti keputusasaan. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari tindakan keperawatan terhadap keputusasaan yang dialami oleh klien Ny. U dengan gagal ginjal kronik. Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Ny. U dengan keputusasaan menitikberatkan pada upaya untuk menumbuhkan harapan pada diri klien. Intervensi yang diberikan yaitu membuat klien mengungkapkan dan mengenal keputusasaan yang dialami, menjelaskan tentang proses penyakit, melakukan kegiatan kegiatan positif, mendorong keterlibatan keluarga, dan meningkatkan kegiatan spiritual klien. Hasil asuhan keperawatan menunjukan bahwa intervensi keperawatan secara efektif meningkatkan harapan hidup dan menurunkan keputusasaan pada klien.
ABSTRACT
Chronic Kidney Disease (CKD) is complex illness condition. Patient with CKD should get long term nursing care, which leads to many physic and physiologic problems, including hopelessness. This paper has aimed to indentify the effectiveness of nursing care on Mrs. U with hopelessness in chronic kidney disease. Nursing care aims to enhance patient life expectancy. Nursing care plans is designed to foster trust relationships with patient, help the patient to recognize the hopelessness, explain the disease process, conduct positive activities, encourage family support, and increase the patient's spiritual activity. The implementation of nursing care is effective to improve life expectancy and reducing hopelessness in client with CKD.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Ambar Prabowo
Abstrak :
Kedokteran Okupasi memiliki peran penting dalam aspek psikososial untuk meningkatkan produktivitas pekerja menghadapi bonus demografi tahun 2045yang sudah dimulai sejak tahun 2020. Dokter bidang kedokteran okupasi memberikan evaluasi kesehatan mental dan fisik kepada pekerja dengan melakukan identifikasi bahaya potensial di lingkungan kerja (terutama bahaya potensial aspek psikososial), pemeriksaaan kesehatan pekerja; menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja atau bukan, menentukan laik kerja atau Kembali kerja, serta memberikan rekomendasi/solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi stress kerja, kelelahan akibat kerja, dan masalah kesehatan kerja lainnya. Dengan pendekatan yang holistik, Kedokteran Okupasi dapat membantu pekerja mempertahankan kesehatan mental dan fisiknya, sehingga meningkatkan produktivitas dan kontribusi mereka dalam lingkungan kerja. Selain itu, Dokter bidang Kedokteran Okupasi Bersama dengan tenaga kesehatan lainnya juga dapat memberikan pelatihan dan workshop mengenai manajemen stres, keseimbangan kehidupan kerja, dan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja dalam menghadapi perubahan lingkungan kerja dan tuntutan kerja di masa datang.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
PGB-Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>