Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dio Catur Prasetyohadi
"This article uses concepts of magical realism by Wendy B. Faris to analyze Shakespeare's A Midsummer Night's Dream. We analyze elements of magical realism of the work in mapping discourses between the text and the real life. The chosen material object that published earlier than the theory we chose make this work contributes to describe the trace of the civilization development; event of in-betweeness of human consciousness. However, we have found that A Midsummer Night’s Dream is only a magical realism-like mode, since realism is dominant in the text as the trace of modernity. Meanwhile, the characteristics of Magical Realism that is postulated by Faris is in-between realism and fantasy as a trace of transition era; modern to postmodern."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
810 JEN 7:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhyar Yusuf
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Kinasih Asmaradhani
"ABSTRAK
Artikel ini membahas penulisan perempuan criture f minine dalam novel Saman karya Ayu Utami yang didasarkan pada konteks pemikiran feminis H l ne Cixous. Ia merupakan salah satu penggagas feminisme posmodern yang menganggap bahwa perempuan dapat mengekspresikan eksistensi dirinya melalui tulisan. Data primer dihimpun dari novel Saman berupa berbagai teks yang memiliki kaitan dengan pemikiran feminis posmodern. Data yang telah dikumpulkan akan ditinjau dari sudut pandang feminis posmodern yang disampaikan oleh H l ne Cixous. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa novel Saman memiliki ciri-ciri yang sama dengan gaya penulisan perempuan seperti yang dikemukakan oleh H l ne Cixous. Maka, dapat disimpulkan bahwa novel Saman adalah bentuk penulisan perempuan.?

ABSTRACT
This article focuses on feminine writing criture f minine in Ayu Utami rsquo s Saman based on the context of feminism by H l ne Cixous. As one of the initiators of the postmodern feminism, Cixous assumes that women can express their existence through writing. Variety of texts gathered from Saman, spesifically those contained postmodern feminism idea. Those primary datas are reviewed from the standpoint of postmodern feminism delivered by H l ne Cixous. The result shows that Saman has the same characteristics as the concept of feminine writing proposed by H l ne Cixous. Thus, it can be concluded that Saman is a form of feminine writing. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bustanuddin Agus
Jakarta: UI-Press, 2015
190 BUS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Mursintowati
"Posfeminisme mulai dikenal di media pada pertengahan tahun 1980an, akan tetapi baru dikenal sebagai sebuah konsep pada tahun 1990an. Pakar feminisme posmodern mempelajari bagaimana gender tercipta oleh struktur bahasa itu sendiri, mereka menganalisa bagaimana subyek bisa digenderkan sebagai ?laki-laki? atau perempuan, maskulin atau feminin.
Salah satu tokoh feminisme posmodern, Helene Cixous mengajukan teori penulisan feminin sebagai sarana perempuan untuk membebaskan diri dari opresi sistem kultural. Senada dengan Cixous, Luce Irigaray juga mengungkapkan perlunya penciptaan bahasa perempuan, yang dapat dijadikan sarana untuk menciptakan tatanan kehidupan yang baru, yang jauh dari sistem oposisi biner.
Hal tersebut kemudian memacu kaum perempuan untuk menulis tentang kehidupan perempuan yang kompleks dan rumit terutama mengenai kondisi emosi dan jiwa mereka, salah satunya adalah Judith Hermann. Dalam karyanya, Hermann mengungkapkan bahwa kini telah tercipta berbagai potret perempuan posfeminis yang berkembang karena hal inilah yang mereka yakini dalam hidup.

Postfeminism began to appear as a term in the media by the id-1980s, but perhaps began to be significantly present as a concept in 1990s. Postmodern feminist scholars were studying how gender was created within the structure of language itself, they examined how subject positions were gendered as "Man" or "Woman," masculine or feminine.
One of these postfeminist experts, Helene Cixous, provides an escape from systems of cultural, religious, sexual and linguistic oppression with her theory of feminine writing. Aligned with Cixous, Luce Irigaray also stated the necessarity of creating women?s language as an effort of creating a new systems of life, away from binary opposition that has suppressed women from the day they were born.
Postfeminism encourages supportive conditions for women to write about their complicated life, their emotion, and also their soul. As an impact, postfeminist's writer emerged in early 1990s. Judith Hermann is one of this succesful writer. She has shown in her writings, that from today on, many postfeminist figures have put a step towards their life based on their beliefs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14619
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Meuthia
"Lirik lagu merupakan media untuk mengekspresikan pikiran dan emosi sang pencipta karya mengenai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat khususnya yang mengelilingi keberadaan mereka. Dalam hal ini, musik dapat menjadi suatu aksi perlawanan yang disampaikan sang pencipta lagu, yaitu misalnya mengenai kondisi perempuan di masyarakat yang masih kerap dipandang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan resistensi wacana patriarki berdasarkan pemikiran feminisme posmodern melalui metafora yang ditemukan di dalam lirik lagu “La Grenade” karya Clara Luciani. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan teknik studi literatur. Selanjutnya, lirik lagu dikaji dengan teori analisis komponen makna Leech (1981), teori metafora Ullmann (2007), dan pemikiran feminisme posmodern Tong (2018). Jenis metafora yang ditemukan dari hasil penelitian ini adalah metafora konkret ke abstrak dan metafora kehewanan. Makna metafora yang digunakan merupakan sebagai bentuk ekspresi keluh kesah sang penyanyi menjadi seorang perempuan di dalam masyarakat patriarki sehingga ia berusaha untuk melawannya. Hal ini ia lakukan dengan menggunakan dua kata oposisi metafora dalam kalimat yang sama agar dapat lebih mudah memperlihatkan sisi kelebihan dan kekuatan perempuan yang selama ini tidak terlihat oleh masyarakat. Ditemukan pula bahwa resistensi dirinya terhadap wacana patriarki sejalan dengan pemikiran feminisme posmodern di mana ia berhasil membangun identitas baru bagi dirinya sebagai seorang perempuan yang lepas dari pemikiran masyarakat patriarki atas pendefinisian perempuan.

The lyrics of a song are a medium for expressing the thoughts and emotions of the song’s creator about social issues that occur in society, particularly those surrounding their existence. In this case, music can serve as a form of resistance expressed by the song's creator, for example, regarding the condition of women in society who are still often viewed as inferior. This study aims to show resistance to patriarchal discourse based on postmodern feminist thought through the metaphors found in the lyrics of the song "La Grenade" by Clara Luciani. The research was conducted using a qualitative method and literary study techniques. The lyrics were then analyzed using Leech's (1981) theory of componential analysing of meaning, Ullmann's (2007) theory of metaphor, and Tong's (2018) postmodern feminism thought. The types of metaphor found from the results of this research are concrete to abstract metaphor and animal metaphor. The meaning of the metaphor used serves as a form of expression of the singer's complaints about being a woman in a patriarchal society, leading her to attempt to resist it. She does this by using two opposing metaphorical words in the same sentence in order to more easily show the strengths and powers of women that have not been seen by society. It was also found that her resistance to patriarchal discourse aligns with postmodern feminism thought, in which she successfully builds a new identity for herself as a woman free from patriarchal society's definition of womanhood."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Made Arya S.
"Kebebasan dalam posmodernitas tclah mengakibatkan kescngsaraan dan patologisasi tanpa henti terhadap sang subjek yang juga tanpa disadari terbalut di dalam politik kapitalisme. Dengan menggunakan Slavoj Ziiek schagai filsuf kunci penelitian ini berusaha untuk mengkritisi situasi politik kontemporer yang mana subjek yang bertindak tidak memiliki satu jaminan pasti atas risiko yang nantinya mereka hadapi. Apa yang Zizek ajukan adalah jika kita berkeinginan untuk mengatasi masalah yang dialami subjek posmodem, yang dapat kita lakukan adalah dengan merubah cakrawala dari yang simbolik yang mana masalah tersebut dapat ditangkap secara logis. Di sini Ziiek menawarkan satu solusi politis, yang bagi Ziiek tidak lain adalah revolusi. Dengan revolusi seseorang mampu merubah kondisi alas kemungkinan posmodernitas dan melahirkan sebuah bentuk tatanan simbolik yang bare dimana subjek yang ham akan terbentuk. Dalam penelitian ini juga akan menganalisa perkembangan politik demokrasi liberal yang mampu bertindak opresif dan cenderung totaliter

The freedom of posmodernitiy is making suffer and endless patologization to the subject who unrealized wrapping on politic of capitalism. By Ziiek as an key philosopher this research trying to critizes the contemporary politic situation which is subject who act doesn't have any guarantee for its risk that they face later. What Zizek's purposes is that if we wish to resolve the predicaments of the postmodern subject, we can only do so by changing the horizon of symbolic in which this predicaments make sense. Here Ziiek have a political solution, for Ziiek nothing other than revolution. By revolution one which will alter the conditions of possibility of posmodernity and so give birth to a new type of symbolic other in which a my type of subject can be exist. In this research so will he analize the development of politic of liberal democracy which can he opressive and lean to totalitarian"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16013
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mashuri
"Penelitian ini berangkat dari masalah keposmoan novel DurgaUmayi karySa Y.B. Mangunwijaya. Oleh karena itu, digunakan teori dan pendekatan pasca stukturalis untuk mengurai kondisi posmodern dalam karya yang terbit pada tahun 1991 itu. Kondisi posmodern dalam novel ditelisik dari straiegi 'bahasa' yang menjadi cara baca kalangan pascastrukturalis. Dengan metode pembacaan yang menitikberatkan pada ikhtiar mengaburkan dan membalik oposisi biner, serta strategi peniadaaan ptsat (decentering) dapat dirunut maksud tersembunyi dari teks dan pembongkaran kesadaran kolektif yang selama ini menyusun sejarah, pengetahuan, dan mitos."
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
407 WID 41:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Manshur Zikri
"Skripsi ini membahas representasi kekerasan negara di dalam sebuah film.Peneliti menggunakan teori Estetika Kejahatan Michelle Brown dengan perspektif kriminologi kultural, dipadukan dengan teori kejahatan dan kekerasan negara. Metodologi penelitian ini adalah analisis isi film yang didukung dengan data tanggapan 100 orang responden, yang kemudian digunakan dalam analisa wacana secara kontekstual. Penelitian ini menemukan sembilan adegan yang memiliki unsur representasi kekerasan negara di dalam The Act of Killing, serta mengajukan argumentasi bahwa produksi makna yang terjadi pada proses interaksi film dengan penontonnya menghasilkan pergeseran konsepsi mengenai kekerasan negara. Peneliti menyimpulkan bahwa terdapat sublimasi pada film terkait wacana kekuasaan dan kekerasan yang merasuk dan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat kontemporer, khususnya di Indonesia.

It discusses the representation of state violence in a film. I used the Aesthetics of Crime theory of Michelle Brown through the cultural criminology perspective,combined with the theory of state crimes and violences. I used the content analysis methodology toward the film which were supported by data from the responses of 100 respondents, which was then used in contextual discourse analysis. This study found nine scenes that had elements of representation of state violence in The Act of Killing, and argued that the production of meaning that occurs in the interaction between film and audiences produced a shift in the conception of state violence. This study concluded that there was a sublimation in the film related to the discourse of the power and violence that emerge and govern the contemporary social life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Tamirin
"Meskipun pelaku kekerasan seksual di kampus kini ditindak semakin tegas, masih terdapat sejumlah isu yang memerlukan tinjauan mendalam, salah satunya terkait keputusan organisasi mahasiswa untuk memublikasikan putusan bersalah pelaku di media sosial. Penelitian ilmiah yang menyatakan manfaat dari publikasi semacam ini, baik kepada korban/penyintas, pelaku, maupun publik secara umum masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dampak dari publikasi putusan bersalah pelaku terhadap dua perempuan korban/penyintas kekerasan seksual di lingkungan Universitas Indonesia. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam serta dianalisis dengan pendekatan naratif feminis dan perspektif feminis posmodern. Analisis mengungkap bahwa dampak publikasi bervariasi antar individu, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Temuan keseluruhan menunjukkan bahwa publikasi tidak secara signifikan membantu proses pemulihan. Meskipun publikasi dapat membawa validasi, dukungan, dan emosi positif bagi korban/penyintas, manfaat tersebut hanya bersifat sesaat. Di sisi lain, publikasi justru membawa berbagai risiko reviktimisasi, seperti penyebaran identitas, intimidasi, hingga ancaman. Temuan ini menegaskan pentingnya pertimbangan matang atas seluruh risiko sebelum memutuskan publikasi. Hal ini dibutuhkan guna memastikan implementasi prinsip-prinsip penanganan kekerasan seksual yang ideal.

Even though perpetrators of sexual violence on campus are now dealt with more firmly, there are still several issues that require in-depth review, one of which is related to the student organization's decision to publish the perpetrator's guilty verdict on social media. Scientific research stating the benefits of this kind of publication, both for victims/survivors, perpetrators, and the general public is still minimal. This research aims to explore the impact of the publication of the perpetrator's guilty verdict on two female victims/survivors of sexual violence within the Universitas Indonesia. Data were generated from in-depth interviews and analyzed using a feminist narrative approach and a postmodern feminist perspective. Analysis reveals that the impact of publications varies across individuals and is influenced by various factors. Overall findings suggest that publication does not significantly aid the recovery process. Although publications can bring validation, support, and positive emotions to victims/survivors, these benefits are only felt momentarily. On the other hand, publication carries various risks of revictimization, such as spreading identity, intimidation, and threats. These findings emphasize the importance of careful consideration of all risks before deciding on publication. This is needed to ensure the implementation of the principles of ideal handling of sexual violence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library