Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Efi Ongah
"Penelitian pengaruh pencekokan ekstrak alkohol buah paria (Momordica charantia L.) varietas putih clan hijau terhadap implantasi mencit (Mus musculus L.) betina galur Swiss telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan clan Laboratorium Reproduksi, Jurusan Biologi FMIPA-Ul. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan pengaruh ekstrak alkohol buah paria varietas putih dan hijau terhadap implantasi mencit betina. Pencekokkan dilakukan setiap hari selama 30 hari terhadap 24 ekor mencit betina yang dikelompokkan menjadi 8 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit betina. Kelompok perlakuan terdiri dari 3 kelompok untuk paria putih dan 3 kelompok untuk paria hijau
masing-masing dengan dosis 700, 800 clan 900 mg/ kg b.b./hari. Kelompok kontrol terdiri dari kelompok mencit yang diberi perlakuan dengan akuabidestilata dan CMC 1 %. Uji Kruskal-Wallis pada α = 0,05 teihadap rerata berat ovarium, jumlah korpus luteum, jumlah fetus, jumlah resorpsi fetus dan rerata berat badan fetus tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kedelapan kelompok perlakuan. Uji Chi kuadiat pada α = 0,05 terhadap rasio jenis kelamin fetus tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedelapan kelompok perlakuan. Kelainan eksternal fetus
(hemoragi) ditemukan di ekstrimitas posterior, kepala, dan ekor pada hampir semua kelompok perlakuan. Hemoragi merupakan kejadian spontan yang tidak dipengaruhi oleh pencekokan ekstrak alkohol buah pania varietas putih dan hijau. Ekstrak alkohol buah paria varietas putih dan hijau tidak berbeda dalam mempengaruhi implantasi mencit betina.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhuda
"Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah pare terhadap kesuburan dan kadar testosteron serum tikus Jantan strain IMF,. Sebanyak 24 ekor tikus jantan dibagi secara acak dalam 3 kelompok, masing-masing terdiri dari 8 ekor. Tiap kelompok diberi ekstrak buah pare secara oral mulai dari dosis 750 mg; 1000 mg; 1250 mg; 1500 mg; 1750 mg dan 2000 mg/kgBB. Kelompok lain diberi larutan CMC sebagai kelnmpok placebo dan sate kelompok sebagai kontrol (tanpa perlakuan.).
Pemberian ekstrak buah pare dilakukan setiap pagi selama 50 hari. Pada hari ke 50 tikus perlakuan dicampur dengan betina fertil sampai terjadi kopu1asi. Tujuh hari setelah dicampur, tikus jantan dibunuh dengan eter. Tikus jantan yang telah dibunuh dengan eter diambil darahnya dari jantung danjaringan testis. Parameter yang dianalisis yaitu kadar testosteron serum, berat testis, jumlah spermatozoa, persentase metilitas, persentase bentuk kepala abnormal dan jumlah anak.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah pare dosis 750 mg/kg SR sampai dosis 2000 mg/kg SS dapat meningkatkan kadar testosteron serum tikus dan persentase kelainan bentuk kepala spermatozoa. Selain itu juga dapat menurunkan berat testis, jumlah spermatozoa, persentase motilitas dan jumlah anak yang dihasilkan."
Lengkap +
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Medina Azra Ramadhani
"Mipit pare adalah ritual dalam tradisi pertanian Sunda yang ditujukan sebagai bentuk penghormatan kepada Nyi Pohaci atau dewi padi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Karangpakuan, Kabupaten Sumedang. Saat ini, praktek ritual mipit pare mengalami tantangan di tengah perkembangan agama Islam yang terjadi di Desa Karangpakuan. Praktek ritual yang kental akan pengaruh kepercayaan lokal ini tidak jarang mendapat pertentangan dari masyarakat karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam yang kini dianut mayoritas warga. Di sisi lain, para pelaku ritual yang juga merupakan penganut agama Islam tetap melaksanakan ritual mipit pare meskipun mendapatkan label musyrik dari masyarakat. Skripsi ini akan menjelaskan bagaimana masyarakat Desa Karangpakuan melaksanakan ritual mipit pare di tengah perkembangan agama Islam yang terjadi di desa mereka. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi partisipasi dan wawancara mendalam dengan para pelaku ritual, tokoh desa dan masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ritual mipit pare tetap dilaksanakan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai agama Islam dan kepercayaan lokal sehingga permasalahan pro dan kontra dapat diatasi perlahan-lahan

Mipit pare is a ritual in Sundanese agricultural tradition intended as a form of honour for Nyi Pohaci or known as the rice goddess practiced by the people of Desa Karangpakuan. Currently, the practice of the mipit pare ritual is experiencing challenges in the midst of the development of Islam that is taking place in Desa Karangpakuan. Ritual practice that is thick with the influence of local beliefs often get opposition from the society because they are considered not in accordance with Islamic teachings that are now practiced by the majority of the society. On the other hand, ritual actors who are also followers of the Islamic religion continue to carry out the ritual of mipit pare even though they are labeled as polytheistic from the society. This thesis will explain how the people of Desa Karangpakuan carry out the ritual of mipit pare in the midst of the development of Islam in their village. This thesis uses qualitative research methods with participatory observation, literature study and indepth interviews with ritual actors and village leaders. The results of this study indicate that the mipit pare ritual is implemented by maintaining the values of Islam and local beliefs so that the pros and cons problems can be resolved slowly."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Nur Widiya
"Pemanfaatan buah pare sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan umumnya masih secara tradisional. Rasa pahit pada pare yang berasal dari senyawa momordisin, kurang menyenangkan bagi lidah sebagian besar orang. Pada penelitian ini, pare dalam bentuk ekstrak dibuat dalam bentuk sediaan sirup dengan penambahan bahan pemanis berupa ekstrak buah bit yang memiliki rasa khas yang kuat serta kandungan gula yang diharapkan dapat menutupi rasa pahit dari pare. Sediaan sirup ini mengandung ekstrak pare, sukrosa, ekstrak bit, sorbitol, natrium benzoat, perisa stroberi, dan aquadest. Pada Formula kontrol, 1, 2, dan 3 secara berturut-turut mengandung ekstrak bit 0 , 10 , 15 , dan 20 . Keempat formula dievaluasi untuk melihat sifat fisik, stabilitas, dan pengujian rasa pahit dari setiap formula. Pengujian rasa pahit dilakukan pada 30 responden, kemudian data dianalisis menggunkana uji Wilcoxon pada software SPSS. Formula 3 dengan konsentrasi pemanis ekstrak buah bit sebesar 20 , terpilih menjadi formula yang terbaik dalam menutupi rasa pahit karena memiliki nilai rata-rata yang signifikan secara statistik dibandingkan formula lainnya dengan p

Utilization of bitter melon as a medicinal plant that provide many health benefits is generally done through traditional methods. The bitter taste of bitter melon comes from compound momordicin and generally regarded to be less enjoyable for most people. In this research, a bitter melon extract made in the form of syrup preparations with the addition of sweetener in the form of beet extract that has a special strong taste and sugar content which expected to cover the bitter taste of bitter melon. This syrup contains bitter melon extract, sucrose, beet extract, sorbitol, sodium benzoate, strawberry essence, and aquadest. The formula of control, 1, 2, and 3 accordingly contains beet extract as much as 0 , 10 , 15 , and 20 . All formulas were evaluated to determine the physical properties, stability, and the bitter taste of each formula. The bitter taste was tested on 30 respondents, data were analyzed using Wilcoxon test on SPSS software. Formula 3 with 20 bit extract was chosen to be the best formula for masking the bitter taste because it has a significant average value statistically compared to other formulas with p "
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhuda
"Pare merupakan salah satu jenis tanaman yang diduga bersifat antifertilitas. Dugaan ini didasarkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak buah pare dapat mempengaruhi perkembangan sel-sel yang aktif membelah seperti sel tumor dan feotus. Beberapa hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa pemberian ekstrak buah pare dapat mempengaruhi proses spermatogensis. Walaupun demikian perlu diteliti dosis optimum yang dapat mempengaruhi proses spermatogenesis secara keseluruhan. Tujuan penelitian, yaitu untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak buah pare dosis 750 mg sampai dosis 2000 mg/kgBB terhadap kesuburan dan kadar testosteron tikus jantan strain LMR. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Sebanyak 24 ekor tikus jantan ditempatkan dalam tiga kandang masing-masing delapan ekor. Enam ekor tikus pertama masing-masing menerima dosis ekstrak buah pare 750 mg, 1000 mg, 1250 mg, 1500 mg,1750 mg dan 2000 mg/kgBB ,sedangkan dua ekor sisanya disediakan sebagai kontrol perlakuan dan kontrol tanpa perlakuan. Tiap dosis perlakuan diberikan secara oral sebanyak 0,5 mL/hari selama 50 hari. Kontrol perlakuan hanya diberi pelarut berupa CMC 1% sebanyak 0,5 mL, sedangkan kontrol tanpa perlakuan tidak diberi perlakuan apapun. Setelah perlakuan selesai (50 hari), keesokan harinya tikus jantan dikawinkan dengan tikus betina fertil fase proestrus selama tujuh hari.
Selanjutnya tikus jantan dimatikan dengan eter untuk diambil darah dari jantung dan spermatozoa vas deferen. Tikus betina dipelihara sampai melahirkan anak. Parameter yang dinilai adalah kadar testosterone jumlah, persentase motilitas, persentase kelainan bentuk kepala spermatozoa dan jumlah anak.
Hasil dan kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah pare pada dosis 1250 mg sampai dosis 2000 mg/kg BB meningkatkan kadar testosteron dan persentase kelainan bentuk kepala spermatozoa yang sangat bermakna (P<0,01), sedangkan dibawah dosis tersebut tidak berpengaruh (P>0,05). Sebaliknya pemberian ekstrak buah pare dosis 1250 mg sampai dosis 2000 mg/kg BB dapat menurunkan jumlah, persentase motilitas spermatozoa dan jumlah anak sangat bermakna (P<0,01), sedangkan dibawah dosis tersebut tidak berpengaruh. Hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian esktrak buah pare pada dosis 1250 mg sampai dosis 2000 mg/kg BB dapat meningkatkan kadar testosteron dan menurunkan fertilitas tikus jantan."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Maudy
"ABSTRAK
Secara empiris buah pare (Momordica charantia Linn) telah lama digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk menurunkan kadar gula darah. Efek antihiperglikemik diperantarai oleh senyawa karantin yang terkandung dalam ekstrak buah pare. Karantin merupakan senyawa golongan steroid glikosida yang terdiri dari campuran glikosida stigmasterol dan glikosida β-sitosterol. Namun, ikatan glikosida pada struktur karantin mudah terhidrolisis oleh asam dan enzim dalam saluran pencernaan apabila diberikan secara oral. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem penghantaran obat, seperti solid lipid nanoparticles yang dapat melindungi senyawa karantin agar tidak terhidrolisis dalam saluran pencernaan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji potensi penerapan solid lipid nanoparticles yang mengandung ekstrak buah pare. Hasil dari kajian menunjukkan bahwa solid lipid nanoparticles memiliki kemungkinan untuk melindungi senyawa karantin dalam ekstrak buah pare dari hidrolisis di saluran cerna. Produk solid lipid nanoparticles ekstrak buah pare kaya karantin diharapkan memiliki efektivitas dalam menurunkan kadar glukosa darah dan bioavailabilitas senyawa karantin dalam darah dapat meningkat.

ABSTRACT
Bitter melon (Momordica charantia Linn) has been long used as a traditional remedy for lowering blood sugar levels. The antihyperglycemic effect is mediated by charantin compounds contained in the fruits extract of bitter melon. Charantin is a steroidal glycoside consists of a mixture of stigmasterol glycosides and β-sitosterol glycosides. However, the glycoside bonds in the charantin structure are easily hydrolyzed by acids and enzymes in the gastrointestinal tract when administered orally. Therefore, a nanoparticulate drug delivery system is required, such as solid lipid nanoparticles, which can protect the charantin from being hydrolyzed in the gastrointestinal tract. The purpose of this paper is to review about an application of the solid lipid nanoparticles containing fruits extract of bitter melon. The review reveals the solid lipid nanoparticles may protect the charantin of bitter melon fruits extract from hydrolysis in the gastrointestinal tract. The solid lipid nanoparticles of fruits extract of bitter melon are expected to have an effectiveness in reducing blood glucose levels and enhance the bioavailability of charantin.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antik Raisca Arnedy
"Buah pare mengandung senyawa karantin, agen hipoglikemik, yang sulit untuk berpenetrasi melalui kulit dan terhidrolisis apabila diberikan secara oral. Rute transdermal dapat menghindari terjadinya hidrolisis tersebut. Selain itu, etosom menawarkan penetrasi lebih baik dibandingkan fraksi herbal konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan fraksi buah pare dalam etosom agar kemampuan penetrasi karantin meningkat. Buah pare diekstraksi dengan etanol 80% dan difraksinasi dengan diklorometana. Kemudian kadar stigmasterol glukosida (STG), salah satu senyawa karantin dalam fraksi buah pare, ditetapkan. Etosom diformulasikan dengan berbagai konsentrasi, setara dengan 2% (F1), 3% (F2), dan 4% (F3) fraksi buah pare, dan dibuat menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Etosom yang didapatkan dikarakterisasi dan diuji stabilitasnya. Setelah itu, dilakukan uji penetrasi menggunakan sel difusi Franz.
Hasil menunjukkan bahwa fraksi buah pare merupakan fraksi kering berwarna coklat kehijauan dan memberikan hasil yang positif terhadap steroid. Hasil menunjukkan etosom F2 merupakan formula paling baik dengan bentuk partikel sferis, Dv mean sebesar 1233,37 ± 10,33 nm, indeks polidispersitas 0,35 ± 0,05, potensial zeta -57,50 ± 0,44 mV, dan efisiensi penjerapan 94,98 ± 0,23%. Selain itu, nilai fluks STG yang terpenetrasi dari etosom F1, F2, dan F3 sebesar 4,22 ± 0,61; 12,14 ± 0,44; dan 7,24 ± 0,67 µg/cm. Hal tersebut menunjukkan bahwa penetrasi F2 lebih tinggi dibandingkan etosom lainnya. Dapat disimpulkan bahwa etosom fraksi buah pare dapat meningkatkan penetrasi STG melalui kulit.

Bitter melon fruit containing charantin, a hypoglycemic agent, is difficult to penetrate through the skin -as well as- being hydrolyzed when given orally. A transdermal route can avoid drug hydrolysis. Besides, ethosome offers better penetration than conventional herbal fraction. This study aims to formulate ethosomes containing bitter melon fruit fraction for improving penetration ability of charantin. Bitter melon was extracted with ethanol 80% and fractionated with dichloromethane. Then, stigmasterol glycoside (STG) content, one of charantin compounds in bitter melon, was determined. Ethosomes were formulated with various concentrations, which were equal to 2% (F1), 3% (F2), and 4% (F3) of bitter melon fruits fraction, and prepared using thin layer hydration method. The ethosomes were characterized and tested for stability study. Furthermore, the penetration study was conducted using Franz diffusion cells.
The results showed that the bitter melon fruit fraction was a dry, brown-greenish fraction, and gave a positive test for steroid. The results showed that F2 was the best formula among the others with spherical shape, Dv of 1233.37 ± 10.33 nm, polydispersity index of 0.35 ± 0.05, zeta potential of -57.50 ± 0.44 Mv, and entrapment efficiency of 94.98 ± 0.23%. Futhermore, the STG flux of the F1, F2, and F3 ethosomes was 4.22 ± 0.61; 12.14 ± 0.44; and 7.24 ± 0.67 µg/cm. It suggests that F2 penetration was higher than the other ethosomes. It can be concluded that the ethosome could improve penetration of STG through the skin.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanna Aristanti
"Pare (Momordica charantia L.) telah lama digunakan sebagai agen hipoglikemik pada diabetes melitus tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Tujuan penelitian ini adalah membuat sediaan tablet dari ekstrak buah pare. Tablet dipilih karena berbagai keuntungannya. Ekstrak buah pare diperoleh dari perasan jus buah pare hijau segar dan dikeringkan dalam oven vakum suhu 50°C. Ekstrak kental diserbukkan dengan avicel PH 101 (1:1), lalu dikeringkan dalam oven suhu 50°C selama 4 jam. Serbuk ditambahkan 5% aerosil sebagai adsorben.
Penelitian ini menggunakan metode cetak langsung dan menggunakan aerosil, amilum, avicel PH 102 dan Mg stearat sebagai bahan tambahan. Evaluasi massa tablet meliputi laju alir, kompresibilitas, dan sudut istirahat. Uji tablet meliputi uji visual, keseragaman ukuran, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan keseragaman bobot. Formula D adalah formula terbaik diantara tiga formula lainnya dan menggunakan 5% avicel PH 102 sebagai disintegrator. Bobot tablet mengalami kenaikan pada uji keregasan karena serbuk ekstrak buah pare sangat higroskopis.
"
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kasmida
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ika Mayasari Atmaputri
"Pare (Momordica charantia Linn.) merupakan tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya diabetes melitus. Komponen bioaktif dari pare yang mempunyai efek hipoglikemik yaitu karantin (C32H53O6), yang merupakan campuran dari dua komponen steroidal saponin, dan diketahui agak sukar larut dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek antidiabetes fraksi diklormetana buah pare pada tikus diabetes yang diinduksi dengan streptozotosin serta pembuatan mikrosfer fraksi diklormetana buah pare menggunakan metode semprot kering. Fraksi tersebut diperoleh dengan cara partisi ekstrak etanol menggunakan diklormetana dan air secara berturut-turut. Fraksi yang diperoleh kemudian dikarakterisasi dan diuji aktivitas antidiabetesnya. Mikrosfer fraksi diklormetana buah pare dibuat dengan metode semprot kering menggunakan xanthan gum dan gum arab sebagai polimer penyalut. Mikrosfer yang diperoleh kemudian dievaluasi meliputi bentuk dan morfologi, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, dan profil disolusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fraksi diklormetana buah pare dengan dosis 20, 40, dan 60 mg/kgBB secara per oral selama 3 minggu dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes. Fraksi dengan dosis 40 mg/kgBB merupakan fraksi yang paling efektif karena dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa tikus sebesar 58,46-88,90%, dengan nilai Area Above Curve 1324,38 mg.hari/dl. Mikrosfer yang dihasilkan berupa serbuk halus berwarna kekuningan, berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata. Efisiensi penjerapan diperoleh sebesar 35-46% dan memiliki diameter 26,7-36,6 µm. Jumlah fraksi diklormetana yang terlepas dari mikrosfer dalam medium air selama 6 jam sebesar 98,46-100,37%. Formula mikrosfer F3 dengan perbandingan zat aktif : polimer (1:3), terpilih sebagai formula mikrosfer terbaik.

Bitter melon (Momordica charantia Linn.) is a medicinal plant which can be used to treat various diseases, one of which is diabetes mellitus. Its bioactive compound, which is having hypoglycemic activity is charantin (C32H53O6), a mixture of two streroidal saponin compounds and slightly soluble in water.
This study was aimed to investigate the antidiabetic effect of dichloromethane fraction from bitter melon fruits on streptozotocin-induced diabetic rats, prepare the microspheres of dichloromethane fraction from bitter melon fruits using spray drying method and evaluate the obtained microspheres. The dichloromethane fraction was obtained by partition of the ethanolic extract using dichloromethane and water, respectively. The fraction was then characterized and evaluated for antidiabetic activity. The dichlormethane fraction was microencapsulated by spray drying method using xanthan gum and acacia gum as a coating polymer. The microspheres were then evaluated for their shape and morphology, entrapment efficiency, particle size distribution, and dissolution profile.
The results showed that administration of dichlormethane fraction of bitter melon fruit at oral doses of 20, 40, and 60 mg/kg body weight for 3 weeks could reduce fasting blood glucose levels of diabetic rats. The fraction at a dose of 40 mg/kg body weight was the most effective one that showed 58.46-88.90% reduction of fasting blood glucose levels with Area Above Curve value of 1324.38 mg.day/dl. The obtained microspheres were yellowish powder and have spherical shape with irregular surface morphology. The entrapment efficiency was in the range of 35-46% and diameter of 26.7-36.6 µm. Percentage of dichloromethane fraction released from microspheres in water medium for 6 hours was 98.46-100.37%. Formula F3 of which ratio of fraction : polymer (1:3) was selected as the best microspheres formula."
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>