Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Riski Putranto
"Penelitian ini membahas tentang persaingan teknologi luar angkasa antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Pencarian data, dilakukan melalui studi kepustakaan dan internet. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran aktif NASA sebagai badan yang berurusan dengan program luar angkasa, serta persaingan Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk menunjukkan superioritasnya sebagai negara adi kuasa. Serta untuk melengkapi penulisan sejarah Amerika Serikat, khususnya di bidang teknologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat mampu mengungguli Uni Soviet dalam penguasaan luar angkasa dengan didaratkannya manusia pertama di bulan pada tanggal 20 Juli 1969."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Dianati Fathimahhayati
"ABSTRAK
Seorang operator Air Traffic Controller (ATC) dituntut untuk selalu berkosentrasi tinggi dalam memantau navigasi, radiasi serta mengawasi dan melaksanakan pemanduan pesawat sehingga dapat menjamin keamanan serta keteraturan traffic dalam penerbangan jarak jauh maupun penerbangan jarak dekat. Tentunya pekerjaan tersebut dapat menimbulkan beban kerja mental pada pekeijanya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis beban kerja mental pada operator ATC Bandar Udara
XYZ. Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran secara subyektif dan pengukuran secara obyektif. Pengukuran beban kerja mental secara subyektif dapat dilakukan dengan metode NASA-TLX. Sedangkan pengukuran secara
obyektif dapat dilakukan dengan melakuan pegukuran secara fisiologis diantaranya melalui denyut jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja metal operator ATC Bandar Udara XYZ berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi jika dilihat dari pengukuran
secara subjektif. Tingkat Performansi merupakan faktor dominan yang menyebabkan tingginya beban kerja mental yang dirasakan oleh operator ATC tersebut. Sedangkan berdasarkan pengukuran objektif didapatkan bahwa beban kerja operator ATC berada pada kategori sedang."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2018
600 JIA X:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Adita Putri
"Salah satu beban kerja yang ditemui di tempat kerja adalah beban kerja mental. Pada industri manufaktur, para pekerjanya menghadapi beban kerja mental karena memiliki tugas yang memerlukan ketelitian, fokus, dan konsentrasi yang cukup tinggi dalam bekerja untuk memenuhi berbagai macam permintaan konsumen, khususnya bagian quality control (QC). Apabila beban kerja mental yang ada terlalu tinggi, bisa saja menjadi salah satu faktor menurunnya kinerja karyawan dan akan mempengaruhi kualitas produksi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat beban kerja mental, kinerja, dan melihat karakteristik pekerjaan yang dimiliki oleh karyawan Departemen Quality Control PT. X tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan melibatkan 34 karyawan QC di salah satu Industri manufaktur yang bergerak di bisnis kemasan obat – obat injeksi di Indonesia. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner dan untuk penilaian beban kerja mental peneliti menggunakan kuesioner standar NASA TLX serta untuk penilaian kinerja menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian menunjukan Tingkat beban kerja mental karyawan Departemen Quality Control PT. X tahun 2016 yakni dari total responden yang berjumlah 34 orang, rata-rata skor beban kerja mental yang didapat yakni 77.19 dimana skor ini termasuk dalam beban kerja mental yang tinggi. Tingkat kinerja karyawan Departemen Quality Control PT. X tahun 2016 yakni nilai rata-rata skor kinerja yang didapat adalah 52.06 dengan nilai median 51.5 dengan rentang nilai 43 – 60 serta didapatkan hasil didapatkan hasil dari total 34 responden, 50 % karyawan (17 orang) memiliki kinerja yang baik.

One kind of workload that can be encountered in the workplace is mental workload. In manufacturing industry, the employees have to face mental workload because their kind of work require them to use accuracy, focus, and high enough concentration to comply wide variety of consumer demand, particulary quality control (QC) workers. If the mental workload which exists is too high, it can be one of the factor of employee?s decreasing performance and it will affect the production quality directly . This study aimed to determine the level of employee?s mental workload, performance, and job characteristics of Quality Control Departement at PT. X in 2016. This study use cross-sectional study methods and involving 34 QC employees from one of manufacturing industry that engaged in the business of injection drug packaging in Indonesia. Datas were collected by using questionnaires and especially for mental workload assessment, used standardized questionnaire from NASA TLX and for performance appraisal used a validated questionnaire. Result from the study shows that the mental workload average score was 77.19 which is included in the high mental workload. The average score of performance was 52.06 with a median value of 51.5. As well as the result obtained, from a total of 34 respondents, 50% employees (17 people) had a good performance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Karamina Alifah
"Beban kerja mental yang tinggi dapat mengakibatkan kelelahan dan penurunan konsentrasi serta performa pekerja. Penelitian dilaksanakan untuk melihat pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan mental. Pengukuran kelelahan mental dilaksanakan pada 10 menit awal dan akhir waktu kerja menggunakan electroencephalogram, sedangkan beban kerja mental diukur setelah pekerjaan diselesaikan dengan menggunakan kuesioner NASA-TLX.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada gelombang alpha yang mengindikasikan adanya peningkatan kelelahan mental dan menemukan bahwa variabel absolute alpha lebih sensitif dalam melihat peningkatan gelombang alpha dibandingkan dengan relative alpha. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja mental dengan kelelahan mental walaupun kekuatannya tidak tergolong kuat.

High mental workload can lead to fatigue and further result in decreased concentration and work performance. This study is conducted to see the effects of mental workload towards mental fatigue. Mental fatigue measurement was held at the first and the last 10 minutes of the working time using electroencephalogram, while mental workload measurement was held after the work is completed using the NASA-TLX questionnaire.
Research shows that there is an increase in alpha band which indicates an increase in mental fatigue and also finds that absolute alpha is more sensitive to see the increase in alpha band compared to the relative alpha. This study proves that there is a relationship between mental workload and mental fatigue although it's not relatively strong.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Piniji Lestari
"Stres merupakan hal yang sudah menjadi fenomena di masyarakat pada saat ini. Stres dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, termasuk pekerjaan. Dalam pekerjaan itu sendiri terdapat istilah yang disebut beban kerja. Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode NASA-TLX dan SWAT. Di sisi lain juga dibuat modifikasi kuesioner stres untuk mengukur tingkat stres pekerja. Kemudian dari kedua hasil tersebut, yaitu pengukuran beban kerja dan stres pekerja dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui adanya pengaruh beban kerja NASA-TLX terhadap stres pekerja dan pengaruh beban kerja SWAT terhadap stres pekerja.

Stress is a matter that has become a phenomenon in society at this time. Stress can be caused by a variety of things, including work. In the work itself there is a term called workload. In this study, measurement of workload have been done by using the NASA-TLX and SWAT. On the other side, stress questionnaire modification also made to measure the stress level of workers. Then from the results, that is the measurement of workload and stress workers have been done ANOVA test to determine the influence of workload NASA-TLX on worker stress and the influence of workload SWAT on worker stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ari Widyanti
"Measuring mental workload requires both subjective and objective measurement. However, as existing objective measures lack applicability due to technical reasons and cost considerations, this study evaluates an easy to use and cost effective method of measuring the sensitivity of the eye blink rate as a potential objective measure of mental workload. Eight participants were instructed to operate a driving simulator in a lab setting and complete a series of driving tasks set at three different levels of difficulty. The completion time and penalty scores were recorded as the performance measures. The eye blink rate data were analyzed as an objective measure, and the NASA Task Load Index (NASA-TLX) was used to assess the participants’ mental workload at the end of each task as the subjective measure. Although the completion time, penalties, and NASA-TLX increased as the difficulty level of the tasks increased, the eye blink rate decreased. The implications of these results are discussed."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Talitha Rizqi Amanda
"Pada abad ke-21, dunia sudah memasuki Space Age yang ditandai oleh Space Race 1 antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perlombaan dalam bidang teknologi ruang angkasa ini dilakukan untuk menunjukkan pada dunia siapa negara yang paling hebat dan dapat menjadi pemimpin dunia. Dari peristiwa ini pula kesadaran akan potensi kekuatan ruang angkasa menjadi perhatian dunia. Dalam perlmbaan ini Amerika Serikat berhasil menang dan menjadi pemimpin ruang angkasa. Selama beberapa dekade berhasil menjadi space power dunia karena belum ada negara lain yang memiliki kemampuan seperti mereka. Amerika Serikat menemui ancaman saat negara lain sudah mulai mengembangkan teknologi ruang angkasanya, salah satunya adalah Rusia. Sehingga dalam mempertahankan kedudukannya mereka memiliki misi untuk mendominasi LEO. Pada pemerintahan Presiden Barack Obama Amerika Serikat menerapkan pendekatan commercial space power dengan kebijakan dan komersialisasi ruang angkasa yang dijalankan oleh NASA sebagai badan antariksa nasional. Obama tidak menggunakan pendekatan militer karena hal tersebut merupakan hal yang dilarang oleh Outer Space Treaty 1967. Tanpa menggunakan militer, Amerika Serikat harus melakukan cara lain yang dapat memanipulasi publik dan mempertahankan kedudukannya. Dengan cara tersebut mereka berhasil hadir sebagai negara yang mendominasi LEO karena space power yang mereka miliki berbanding lurus dengan kehadirannya di ruang angkasa. Pendekatan pada pemerintahan Obama berhasil membawa kembali Amerika Serikat sebagai negara yang mendominasi ruang angkasa.

In the 21st century, the world has entered a Space Age marked by Space Race 1 between the United States and Soviet Union. The competition in the field of space technology is carried out to show the world who is the most powerful country and can become a world leader. From this event, awareness of the potential power possessed by space became the world's attention. It’s all because space as new domain serves so many benefits. The United States managed to win and become the leader of space. For decades the United States has succeeded in becoming the dominant world space power because no other country has the equal ability. But in the end they faces a threat when other countries have begun to develop thir space technology, one of them is Russia. So in maintaining their position in space they have to dominate LEO. In the administration of President Barack Obama, United States use commercial space power approach by implementing space policy and commercialization that run by NASA as the national space agency. Barack Obama did not use a military approach because it is something that is prohibited by the Outer Space Treaty of 1967. Without using the military, the United States must use other means that can manipulate the public and maintain their position. In this way, they managed to emerge as a country that dominates LEO because the space power they have is directly proportional to their presence in space. The method that was use in Obama administration has succeeded in bringing back the United States as a space dominating nation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livia Putri Sulistiyo
"ABSTRAK
Operation Control Center (OCC) Room memiliki sistem kerja yang otomatis dan dikendalikan oleh operator. Tuntutan pekerjaan operator didominasi oleh tugas kognitif yang digolongkan kedalam beban kerja mental karena bertanggung jawab untuk memantau dan mengendalikan kondisi operasional untuk menghindari insiden dan kegagalan. Beban kerja mental pada OCC perlu dievaluasi karena beban kerja operator yang rendah dalam jam kerja yang panjang dengan tuntutan tugas yang sederhana dan berulang. Penelitian ini dilakukan oleh 17 operator pria dalam dua jam pada saat waktu sibuk di shift pagi dan sore. Operator melakukan beban kerja tunggal (skenario 1) dan beban kerja gabungan (skenario 2) dengan menggunakan EEG untuk mendapatkan beban kerja yang optimal. NASA-TLX dipilih sebagai penilaian subjektif untuk mengukur beban kerja mental operator setelah menggunaan EEG. Artificial Neural Network pun digunakan untuk memprediksi beban kerja mental operator. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara dua skenario dengan beban kerja yang berbeda karena terjadi peningkatan gelombang teta di lobus Frontal dan gelombang beta pada lobus Parietal. Pada skenario 1, kondisi operator didominasi oleh gelombang teta dengan power yang rendah sehingga membuat operator menjadi mudah jenuh dan setelah pengimplementasian skenario 2 terjadi peningkatan gelombang teta dan alfa yang menunjukkan bahwa operator mengalami peningkatan kewaspadaan dan konsentrasi yang dapat mengurangi kejenuhan dan kegiatan monotonitas. Hasil ANN menjelaskan bahwa 96,65% dari nilai R-square pada kelompok data Testing adalah akurat untuk memprediksi beban kerja mental. Tingkat akurasi yang tinggi berarti tugas gabungan dapat diterapkan operator OCC untuk meningkatkan beban kerja operator dan mengurangi aktivitas monotonitas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ariyani
"Perubahan iklim merupakan isu yang sedang dihadapi oleh masyarakat global, yang dipengaruhi oleh variabilitas curah hujan dan suhu udara. Penelitian ini di lakukan di wilayah sungai Nasal-Padang Guci, dengan menganalisa trendline curah hujan dan suhu udara, selama kurun waktu 1910-2010, sehingga diketahui pengaruhnya terhadap neraca air. Penelitian ini menggunakan metode Mann Kendall Test untuk mengetahui kecendrungan trendline nya, serta metode Neraca Surplus Defisit untuk menganalisa neraca airnya. Dari hasil analisa didapatkan bahwa suhu rata-rata bulanan naik sebesar 0,80C selama 54 tahun, sedangkan kenaikan curah hujan pada tahun 1910-1978 sebesar 20 mm/69 tahun, dan meningkat selama tahun 1979-2010 sebesar 125 mm/30 tahun. Kenaikan curah hujan dan suhu udara mempengaruhi ketersediaan dan kebutuhan air di WS Nasal-Padang Guci, dalam hal ini ketersediaan air dipengaruhi oleh curah hujan dan evapotranspirasi yang merupakan fungsi dari suhu, sedangkan kebutuhan airnya dipengaruhi oleh tataguna lahan dan jumlah penduduk.
Dari perhitungan neraca air diketahui bahwa ketersediaan air sungai pada tahun 2030 lebih kecil dibandingkan dengan 2010, hal ini disebabkan karena pengaruh peningkatan suhu udara, sehingga nilai evaporasinya semakin besar. Ketersediaan air pada tahun 2010 sebesar 3358,4 juta m3/tahun, sedangkan kebutuhan air untuk irigasi 669 juta m3/tahun (20%), RKI (rumah tangga, perkotaan dan industri) sebesar 87,2 juta m3/tahun (3%), dan sisanya 2602,2 juta m3/tahun (77%), tidak dapat dimanfaatkan. Ketersediaan air pada tahun 2030 menurun dibandingkan dengan 2010 yaitu sebesar 2498,9 juta m3/tahun, untuk irigasi sebesar 1133,7 juta m3/tahun (45%), RKI sebesar 136,5 juta m3/tahun (4%), sedangkan sisanya 1228,8 juta m3/tahun (51%) tidak dapat dimanfaatkan. Pada tahun 2010 air masih bisa mencukupi kebutuhannya dan terjadi defisit pada tahun 2030, yaitu pada bulan Agustus dan September, sehingga diperlukan bantuan waduk untuk menyimpan air pada saat surplus, yang nantinya bisa digunakan kembali pada saat defisit.

Climate change is a global issue that is currently being faced by the global comunity, which is strongly influenced by precipitation and air temperature variability. The research examines the increase rainfall and air temperature, during the period 1910-2010 in the Nasal-Padang Guci River Area, and its influences on water balance. The study uses Mann Kendall Test to determine the trend line of precipitation and air temperature, The methode used water surplus and defisit to analyze water balance. The temperature rise of 0,80 C/54 years on the average. Rainfall in the year 1910-1978 increase by 20 mm/69 years, this is considered reasonable, and does not have any significant effect. However increases significantly in the year 1979-2010 it amounted to 125 mm/30 years. The increase of precipitation and air temperature variability affects water availability and water demand, in the Nasal-Padang Guci river area, in this case water availability is affected by rainfall and evapotranspiration which is a function of temperature, while the water demand is influenced by land use and population.
From the water balance calculation the water availability in 2030 is less than 2010, this was due to the effect of increasing air temperature increases, because increase of evaporation rate. Water Aviability in the year 2010 amounted to 3358.4 million m3 / year, while the water demand for irrigation is 669 million m3 / year (20%), household, urban and industrial amounted to 87.2 million m3 / year (3%), and 2602.2 million m3 / year (77%), can not be used. Water Aviability in 2030 decreased compared to 2010 amounted to 2498.9 million m3 / year, for irrigation amounted to 1133.7 million m3 / year (45%), household, urban and industrial at 136.5 million m3 / year (4%), and 1228.8 million m3 / year (51%) con not be used. By 2010 the water was still meet the demand while by 2030, there will be a deficit in the month of August and September, so that is the necessary support from reservoirs to store water surplus, which will be used during the defisit period.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>