Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roefmilina Maaroef
Abstrak :
ABSTRAK Pelaksanaan Akreditasi Rumah sakit adalah merupakan langkah strategis dari Departemen Kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia Pengertian Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia adalah pengakuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Rumah Sakit karena telah memenuhi standar. Pelayanan Medik adalah salah satu aspek yang akan diakreditasi, mempunyai peranan penting di rumah sakit, karena baik / buruknya pelayanan medik yang diberikan, akan menentukan baik / buruknya mutu pelayanan rumah sakit tersebut. RSUD Pasar Rebo telah mendapat kepercayaan dari Departemen Kesehatan untuk melakukan akreditasi rumah sakit pada tahun 1998 ini. Rendahnya nilai pelayanan medik pada waktu diadakan evaluasi self assessment tahap pertama, memacu Subtim Pelayanan Medik RSUD Pasar Reba untuk meningkatkan manajemen pelayanan medik dalam upaya memenuhi standar pelayanan medik. Untuk memperoleh kejelasan tentang langkah persiapan dan Cara pengorganisasian yang dilakukan Subtim Pelayanan Medik RSUD Pasar Rebo dalam upaya pemenuhan standar pelayanan medik, maka diadakan penelitian pada bulan Mei - Juni 1998 di RSUD Pasar Rebo. Metoda penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus untuk mengidentifikasi langkah persiapan dan pengorganisasian Subtim Pelayanan Medik dalam upaya pemenuhan standar pelayanan medik 1 - 7. Subtim pelayanan medik secara struktur organisasi berada dibawah Komite Medik yang merupakan organisasi non struktural di RSUD Pasar Rebo. Secara organisatoris sebagai organisasi non struktural agak sulit bagi Subtim Akreditasi Pelayanan Medik untuk menata kondisi struktural agar mau memenuhi ketentuan akreditasi rumah sakit. Untuk mengatasi kendala diatas maka dalam melakukan penmgiorganisasian kegiatannya Subtim Pelayanan Medik RSUD Pasar Rebo memanfaatkan budaya organisasi yang ada di RSUD Pasar Reba dan melakukan pembagian tugasnya mempergunakan organisasi matriks sehingga walaupun bersifat nonstruktural , Subtim Pelayanan Medik ini bisa Iangsung berhubungan dengan struktural maupun nonstruktural ada dilingkungan RSUD Pasar Rebo.
Analysis on Preparation of Medical Service Accreditation ; Case Study at RSUD Pasar ReboA Hospital accreditation process is a strategic program from the Ministry of Health in order to Improve the quality care of hospital all over Indonesia Accreditation in Indonesia is mean the legitimization from the government that the hospital has already fulfill the standard. Structurally the medical service accreditation is under the position of medical committee which is nonstructural organization line at RSUD Pasar Rebo. The place of medical service is one of the accreditation aspect with an important role in the hospital. It does because whether it is good or bad will influence the quality of the hospital service. RSUD Pasar Rebo, trusted by the ministry of Health to accredited at 1998. The lower quality of medical services activity at the first self assessment evaluation had evoke Medical Service Accreditation Sub Team to improve the hospital medical service management. To get a clear understanding about the preparation stage and organizational process that was carried out by RSUD Pasar Rebo, a research had done from May-June 1998. The aim of this research was in order to fulfill the medical service standard. This research was done by using qualitative method with case study approach to identification the preparation stage and the organization process which has done by the medical service Accreditation Sub Team at RSUD Pasar Rebo. As a nonstructural organization it is difficult for the Medical Service Accreditation Sub Team to arrange its structure to follow the accreditation regulation. With an Already Formulated organizational cultural and using the organizational matrix, all the obstacle can be over come by the Medical Service Accreditation Sub Team. Therefore in the evaluative stage, RSUD Pasar Rebo stated accredited with the category full Accredited.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: J.B. Lippincott, 2002
362.18 DIS (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Luckyatiningsih
Abstrak :
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat, terutama biaya di rumah sakit , oleh karena biaya di rumah sakit mencapai 65 % dari seluruh biaya pelayanan kesehatan, sehingga hal ini akan mempengaruhi besarnya iuran bagi peserta.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif Data diambil dari laporan bulanan iuran, biaya, serta klaim dari rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran peningkatan iuran, jaminan dan rasio klaim serta biaya pelayanan kesehatan dibagian rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit. Peningkatan iuran ternyata lebih rendah dari peningkatan biaya pelayanan kesehatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Peningkatan iuran peserta tidak sesuai lagi dengan biaya pelayanan kesehatannya. Karakteristik dari peserta yang membuat biaya pelayanan kesehatan menjadi tinggi adalah : peserta pensiunan yang berobat di rumah sakit swasta dengan diagnosa penyakit degeneratif, umurnya lebih dari 56 tahun, lama hari rawat inapnya lebih dari 16 hari dan statusnya adalah peserta. Penulis menyarankan untuk : 1). Mengevaluasi iuran peserta yang disesuaikan dengan peningkatan biaya pelayanan kesehatan dengan memperhitungkan rasio klaimnya; 2). Mengevaluasi kembali biaya kapitasi di PPK I dan melakukan supervisi ke rumah sakit untuk mengendalikan biaya; 3). Mengevaluasi laporan secara periodik. ...... Analyses Of Hospital Costs Of Basic Plus Program In Jabotabek During 1996The Problem studied in this research was the rise of health care cost especially hospital costs. This caused increased of premium for member. This research was descriptive analyses. The data were taken from financial and claim report of hospital care. The purpose of this research is to got described the increased of premium, benefit and claim ratio with characteristic from the member of health care benefit basic plus program in mean health care cost in outpatient and inpatient hospital. The increased of premium was less than the increased of health care costs. Hospital costs comprised of 65 % of total health care cost. This study found that the increased in health care costs was not againted by the increased in premium. Several factors, such as old age, private hospitals: degenerative diseases, subscriber, and length of stay have contributed to the high hospital costs. To control hospital costs, I recommended that PT. JAMSOSTEK do the following:
To evaluate premium in accordance with the increased of claim ratio.
To evaluate capitation rate in PCP and to supervise hospital, to asses over utilization.
To do periodic evaluation on financial report
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanawati Suleman
Abstrak :
Dengan adanya era globalisasi, masyarakat Indonesia semakin sadar akan pelayanan jasa rumah sakit, sehingga rumah sakit semakin dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan bermutu. Kondisi persaingan antara rumah sakit yang satu dengan rumah sakit yang lain menjadi semakin ketat. Oleh karena itu bukan hanya pelayanan medis saja yang penting, tetapi unit penunjang medispun menjadi hal yang penting pula. Salah satu unit penunjang adalah rekam medis. Rekam medis sangatlah penting, karena fungsi utamanya adalah membantu keputusan klinis, yaitu dalam membuat diagnosa dan pengobatan. Komunikasi di antara dokter dalam mengobati pasien melalui rekam medis tersebut, bahkan rekam medis memuat pengetahuan yang dibutuhkan oleh mahasiswa dan resident yang bertugas di suaturumah sakit. Di dalam rekam medis juga tercermin kualitas pelayanan rumah sakit dan data - data yang dibutuhkan untuk perencanaan rumah sakit Rumah Sakit Kanker "Dharmais" merupakan satu - satunya rujukan kanker di Indonesia. Sesuai dengan misinya tersebut, maka rekam medis yang merupakan hal yang penting bagi riset epidemiologi dan aspek medikolegal. Jadi dalam rekam medis banyak informasi yang tersedia dan akan sangat sulit untuk mendapatkan informasi dari pencatatan yang tidak baik Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan riset responden melalui teknik wawancara mendalam dan berperan serta. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan masukan dari Direksi, manajemen dan para dokter untuk meningkatkau kualitas dan kuantitas pencatatan resume pasien rawat inap, mengingat resume media merupakan ringkasan dari seluruh pencatatan atas tindakan yang dilakukan kepada pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan akan tercapai melalui pembentukan komite rekam media yang selanjutnya dengan wewenang dan tanggung jawab terhadap rekam medis akan melakukan perubahan dokumentasi yang telah ada Jadi pencatatan resume media pasien rawat inap akan menjadi lebih baik terlebih dengan bantuan dari dokter umum yang beitugas sebagai dokter ruangan.
As a consequence of globalization, Indonesian s peoples becomes aware with health care. Nowadays the competition among the hospital becomes greater and greater, it makes the hospital are expected to give good quality, exactly and rapidly services. Clinical service units are important and clinical support are too, such as : medical record. Medical record is very important, the function is primarily to assist clinical decision making in diagnosis and treatment. They serve as an important means of communication of information between the medical team treating the patient. Also the medical record provides a discipline which plays an essential role in education of medical students, residents or junior doctors. For the planning of the health care and epidemiological researches needed the information from medical record. "Dharmais" Cancer Hospital is initially National Cancer Hospital in Indonesian. The mission is built to approach effectiveness and qualified health service purposes, including preventive, curative and rehabilitative of cancer. Based on that mission, medical record plays an important role in epidemiological research and they provide evidence for medico - legal. So, there are much more information being available and it is too difficult to retrieve information from unorganized notes. This study through in - depth interview were designed to get suggestion from management hospital and clinical team. The aim of study is assist to improve quality and quantity in - patient medial record, especially discharged summary. It is written by the physician and other health care specialists and should always be problem oriented. Discharged summary is a brief of clinical information, such as : diagnosis, treatment, prognosis etc. As a result of the study indicates that Medical Record Committee is needed to designed new document standards and change medical record system. And also general practitioner should help to write the discharged summary. Finally, medical record will be gain the benefit.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Taralan
Abstrak :
Untuk memahami profesionalisme dalam bidang pediatri terapeutik ada baiknya ditelusuri lebih jauh tentang profesionalisme kedokteran secara umum. Kita sudah lama mengenal istilah medicine is a science and art. Sadar akan perkembangan ilmu pengetahuan, para pakar kedokteran kemudian memahami bahwa medicine is an ever-changing science. Dalam buku teks Cecil Textbook of Medicine edisi ke 21 karangan Goldman (2000) pada bagian I pasal 1 dengan judul: Medicine as a learned and humane profession tertulis batasan ilmu kedokteran sebagai berikut: Medicine is not a science, but a profession that encompasses medical sciences as well as personal, humanistic, and professional attributes. Lebih jauh ditekankan bahwa profesionalisme dalam bidang kedokteran mencakup:
  • Komitmen atau tanggung jawab dalam praktik kedokteran dengan standar tertinggi dan dalam pengembangan dan peningkatan pengetahuan kedokteran
  • Komitmen dalam sikap dan perilaku yang dapat menopang kepentingan dan kesejahteraan pasien
  • Komitmen dalam aspek kebutuhan kesehatan di dalam masyarakat.
Profesionalisme kedokteran menginginkan altruisme, akuntabilitas, keunggulan, tugas, pelayanan, kehormatan, integritas serta rasa saling menghargai. Dalam pengertian profesionalisme seperti di atas inilah kita memaknai arti profesionalisme dalam bidang pediatri terapeutik. Pengembangan kemampuan profesional yang sekarang dikenal sebagai continuing professional development (CPD) mempunyai cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan continuing medical education (CME) karena selain pengembangan ilmu kedokteran, juga aspek profesional lainnya yakni kompetensi (termasuk penalaran klinis dan keterampilan klinis), akuntabilitas, altruisme, kolegalitas serta etika turut ditingkatkan dan dikembangkan. Semua komponen profesialisme tersebut di atas terkait pula dengan aspek penanganan dan pengobatan penyakit. Peningkatan profesionalisme, khususnya peningkatan dalam penanganan dan pengobatan pasien sekaligus bertujuan agar seorang dokter, terutama klinikus, mempersiapkan diri terhadap rencana Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) yang mengusulkan dimasukkannya audit medik dalam hukum kedokteran. Audit medik perlu dilakukan sebagai upaya mengejawantahkan etika kedokteran dan melindungi pasien. Audit medik merupakan jalan menuju pelayanan kedokteran yang lebih rasional, dengan kata lain agar dokter lebih arif dan rasional dalam menuliskan resep bagi pasiennya. Dalam elemen utama penataan klinis (clinical governance), audit klinis dan efektivitas klinis merupakan dua unsur utama yang terkait erat dengan pengobatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan penataan klinis di suatu rumah sakit, unsur terapi perlu dikuasai dan dijalani dalam kaitannya dengan audit klinis dan efektivitas pengobatan.
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0221
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rusdi
Abstrak :
Abstract. The research is aimed at describing actors’ conscience (hear / inner-self / sincerity), and to identify other factors that may influence the process of free medical service policy making in the Province of South Sulawesi and the focus of the analysis is about free medical service policy making; how the men behind (we call it as actors) should fight between their conscience and rational thinking the time they argue and propose the policy. By applying qualitative method, data collection of this research is done through an in-depth interview and observation. The results shows that in the policy making process, in general, the actors’ conscience and sincerity only play their role at the latter stage that is when the proposal is being legalised; Other findings say that some factors that could influence their sincerity are the political actors who can control and follow their conscience and give the best in terms of deciding and legalising the policy.

Abstrak. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan hati nurani para pelaku, mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi proses pelayanan medis gratis di Provinsi Sulawesi Selatan dan fokus dari analisisnya adalah penyusunan kebijakan pelayanan medis gratis; bagaimana orang-orang yang terlibat (kami menyebutnya sebagai pelaku) harus berjuang dengan hati nurani dan pemikiran rasional di saat mereka berargumen dan mengajukan kebijakan ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, pengumpulan data di dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam proses penyusunan kebijakan, secara umum, hati nurani dan ketulusan hati para pelaku hanya berperan di tahap terakhir, yaitu saat usulan kebijakan ini disahkan; temuan lain menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketulusan para pelaku adalah politikus yang dapat mengendalikan dan mengikuti hati nurani mereka, dan memberikan hal yang terbaik dalam hal memutuskan dan mensahkan kebijakan ini.
Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Hassanudin,, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Oesman
Abstrak :
RSUD Pasar Rebo merupakan rumah sakit umum pemerintah yang telah ditetapkan sebagai unit swadana daerah sesuai peraturan daerah Pemda DKI Jakarta nomor 2 tahun 1996. Sejalan dengan perkembangan rumah sakit sebagai unit swadana maka kinerja dan pendapatan operasional RSUD Pasar Rebo menunjukkan peningkatan yang membaik. Salah satu faktor dalam mempertahankan kinerja karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan adalah partisipasi aktif seluruh karyawan sehingga diperlukan motivasi kerja yang erat hubungannya dengan kepuasan kerja karyawan.

Masalah yang dihadapi dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan selain imbalan adalah mengenai insentif atau disebut sebagai jasa medik di RSUD Pasar Rebo, yang dikeluarkan berdasarkan Keputusan Direktur RSUD Pasar Rebo No.077.1/1997. Model pembagian jasa medik tersebut dirasa kurang tepat oleh sebagian karyawan terutama tenaga keperawatan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Didapatkan 96 sampel dari total populasi 252 karyawan tenaga keperawatan.

Dari hasil penelitian yang menyatakan tidak puas atas jasa medik berjumlah 57 orang responden
(59 %).
Dengan analisis x2 terdapat beberapa hubungan yang bermakna antara pendidikan, masa kerja, kehadiran kerja, kehadiran apel dan umur terhadap kepuasan atas jasa medik.

Pihak manajemen perlu mengkaji kembali, mendesain, atau memodifikasi faktor pendidikan, masa kerja, kehadiran kerja, kehadiran apel dan umur, guna lebih meningkatkan kepuasan atas jasa medik tenaga keperawatan.
RSUD Pasar Rebo is a state hospital, which was established as a local self-funding unit, based on local government regulation of DKI Jakarta No.2/1996. As the development of hospital, the performance and operational revenue have indicated improvement. One of factors in maintaining the performance of employees which finally improves the health treatment quality, is the active participation of employee, therefore motivation in work to which employees' satisfaction in work closely relates is needed.

There is the problem in order to motivate the employee besides the regular payment can do the implementation the management of hospital.;Paramedic Satisfaction Analysis on Medical Service System at Pasar Rebo Hospital , 1999 RSUD Pasar Rebo is a state hospital, which was established as a local self-funding unit, based on local government regulation of DKI Jakarta No.2/1996. As the development of hospital, the performance and operational revenue have indicated improvement. One of factors in maintaining the performance of employees which finally improves the health treatment quality, is the active participation of employee, therefore motivation in work to which employees' satisfaction in work closely relates is needed.
There is the problem in order to motivate the employee besides the regular payment can do the implementation the management of hospital.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T5278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuwanti
Abstrak :
Pada era globalisasi dan persaingan dalam bidang perumahsakitan saat ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kepuasan pasien dan keadaan mutu pelayanan kesehatan secara obyektif di ruang rawat inap . Penelitian ini bersifat survei dengan pendekatan cross sectional . Data primer didapat melalui pengisian kuesioner oleh pasien dan check list oleh pengamat. Analisa statistik yang dipakai adalah analisa univariat untuk melihat gambaran deskriptif, analisa bivariat Anova untuk melihat perbedaan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat berbeda , analisa Korelasi dari Spearman dan uji Chi Square untuk melihat bagaimana hubungannya antara persepsi pasien dengan hasil pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan tingkat kepuasan pasien dan hasil pengamatan mutu pelayanan masih kurang baik. Didapatkan ada perbedaan tingkat kepuasan pada ruang perawatan yang berbeda. Faktor mutu keadaan fisik mempunyai hubungan yang baik dan siknifikan antara persepsi pasien dan pengamatan obyektif Sedangkan faktor mutu lainnya mempunyai hubungan yang lemah dan tidak siknifikan. Berdasarkan penelitian ini disarankan ; perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan pasien secara berkesinambungan, memprioritaskan peningkatan faktor mutu kepedulian dan keadaan fisik agar dapat memberikan kepuasan kepada pasien yang dirawat di RSU.R.Syamsudin SH Sukabumi.
In this globalization and tough competition in business, hospitals are demanded to increase quality of health care services. One indicator to measure the quality of health care in hospital is patient satisfaction. The goal of this research is to describe the degree of patient satisfaction and the objective quality of health service at ln-Patient Department. This research using a cross sectional approach and the primary data is taken by filling the questioner by patient and filling a check list by observer. Statistically analysis to be used are ; univariant analysis to show descriptive data , bivariant analysis with Anova to show the different degree of patient satisfaction and dimension of service quality from patient in different rooms and Spearman Correlation and Chi Square test to show how is the correlation between patient perceived and the result of the observation. The result shows that the general degree of patient satisfaction and the observation result is not good . There is difference patient satisfaction in different service rooms. Dimension of tangibles have a meaningful correlation statistically between perceived patient and the observation , while the other dimensions has a bad correlation statistically and insignificant. Based on the research, there are some suggestions such as ; measuring the degree of patient satisfaction, integratedly, prioritizing and increasing the dimensions of empathy and tangibles so that could give patient satisfaction at the general hospital R.Syamsudin SH Sukabumi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizalwan
Abstrak :
Objektif : Klinik PMS Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur adalah merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan khusus untuk tindakan promotiv, preventive, curative, dan rehabilitive, bagi PSK, dan untuk warga yang berada dilokalisasi Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur. Klinik ini diadakan sejak tahun 1999, sampai saat ini implementasinya cendrung rendah yang disebabkan kurang tanggap terhadap permintaan dan keinginan dari masyarakat disana, dan adanya factor-faktor ketidak inginan dan masyarakat disana untuk tidak memanfaatkan fasilitas yang sudah ada tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Klinik PMS Batu 7, serta mengetahui faktor apa yang paling dominant yang berhubungan dengan Pemanfatan Klinik Batu 7 tersebut. Metoda : Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian " Cross Sectional", dengan pendekatan kuantitatif, yang melibatkan sampel sebanyak 192 PSK penderita yang berada di lokalisasi Batu Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur-Kabupaten Karimun. Hasil : Dari hasil kajian data menunjukkan terdapat sebanyak (38,5%) responden yang memanfaatkan, dibandingkan (61,5%) yang tidak memanfaatkan klinik PMS Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur. Hasil Uji Chi-square menunjukkan hasil yang bermakna antara beberapa variable independent dengan pemanfaatan klinik PMS Batu 7 antara lain Faktor Internal dengan variabel; pendidikan, sikap responden, dan Faktor eksternal dengan variabel; sikap petugas, kualitas klinik, anjuran, dan hambatan pergi ke klinik. Dari model akhir hasil uji multivariate diketahui variabel yang paling dominan adalah variabel hambatan pergi ke klinik dengan OR (95% CI-DR) sebesar 52,320 (10.601-258228), dengan pengertian PSK penderita PMS akan menyatakan tidak akan memanfaatkan klinik PMS sebesar 52,320 kali lebih besar jika dibandingkan dengan yang menyatakan tidak mendapatkan hambatan. Kesimpulan: Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan pemanfaatan klinik PMS Batu 7 adalah faktor eksternal dengan variabel hambatan pergi klinik PMS setelah dikontroi variable kualitas klinik, anjuran pergi ke klinik, pada wanita PSK penderita PMS di lokalisasi Batu 7 Kecamatan Kundur . Saran : Untuk meningkatkan pemanfaatan klinik PMS Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun, perlu dilakukan perbaikan kualitas klinik , dan peningkatan penyuluhan pada warga lokalisasi Batu 7, terutama pada Mucikari dan seluruh PSK yang ada di lokalisasi tersebut. Daftar pustaka : 52 (1974 -- 2001).
Objective: The clinic PMS Batu 7 Tanjung Batu Kecamatan Kundur is the main government health service which purpose to give health service especially for the act promotiv, preventive, curative, and rehabilitiv, for PSK, the common case for the society around Lokalisasi Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur. This clinic set up in 1999, until now the implementation was declining which caused doesn't have respond to the demand and wants from Lokalisasi society, besides with unwanted factor from the society for not using the society. This research purpose to know the benefit description factors clinic Batu 7 by PSK who suffered PMS and to know the factor which to the use of clinic Batu 7, and also to know what is the dominant factor which connected with the used clinic PMS Batu 7 Tanjungbatu. Method: This research using a plan research "Cross Sectional" to know the factor which connected to the use of clinic Batu 7 by PSK who suffered PMS at Lokalisasi Batu 7 Tanjung Batu Kundur, with quantitative approach, involving 192 PSK sample who suffered PMS in Lokalisasi Batu 7 Tanjung Batu Kecamatan Kundur - Kabupaten Karimun. The results: The examine data shows that there are 74 respondent (38,5 %) who use the clinic, compare with the people who not using clinic Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur is 118 (61,5%). The result of CM-Square shows the meaning result between some independent as internal factors variables with other used such as: education (p value = 0,027), respondent attitude (p value = 0,022), and External factors variables with; official attitude(p value=0.002), clinic suggestion (p value = 0,000), barrier to the clinic (p value=0.000). From the last model result multivariate knowing the dominant is External factor variable with is barrier variable to go to the clinic with OR (95% CI-OR) amount 52,320 (10.601-258.228), with understanding PSK who suffered PMS will tell there is barrier to not using the clinic bigger than 52,320 times if compare with the one saying doesn't get any barrier. Conclusion: the dominant factor which connected with the used of clinic Bath 7 without any interaction is clinic barrier to clinic variable after controlling with quality variable, suggestion, and PSK education. And the dominant variable after doing result multivariate is barrier to clinic variable after controlling with suggestion variable, quality, and interaction variable between suggestion and barrier to go to the Clinic Batu 7. Suggestion : To Increase the used of clinic Batu 7 Tanjungbatu Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun, need to do some clinic quality reparation, and increasing illumination to Lokalisasi society Bata 7, especially to the procuress and all PSK where in that Lokalisasi. Library List ; 52 from (1974-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurma Hidayati
Abstrak :
Diagnosa dini TB dan memulai pengobatan secepat mungkin merupakan hal yang sangat esensial dalam program pemberantasan TB, dimana hal ini sangat tergantung dari upaya temuan kasus (case finding). Keterlambatan diagnosis dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan sehingga memperburuk penyakit, meningkatkan risiko kematian dan memperpanjang transmisi infeksi di komunitas. Program pemberantasan TB yang baik akan meminimalkan keterlambatan diagnosis dan meningkatkan kepatuhan berobat pasien. Informasi dasar tentang besarnya masalah dan faktor risiko terjadinya keterlambatan diagnosis dan pengobatan TB paru akan sangat berguna untuk mengestimasi dampak strategi DOTS dimasa datang dan juga untuk mengembangkan strategi yang sesuai untuk mengurangi keterlambatan diagnosa TB para. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui waktu terjadinya keterlambatan diagnosis TB dan faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan diagnosis pada tingkat penderita (patient delay) dan pada tingkat sistem kesehatan (health system delay) serta keterlambatan total (total delay). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan menggunakan metode potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel 162 orang. Subyek penelitian adalah seseorang yang didiagnosa menderita TB para dari bulan Juli 2002 sampai dengan bulan Juni tahun 2003 baik dalam status masih aktif, sudah sembuh maupun yang putus berobat berusia < l5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan waktu keterlambatan pasien (median) 2 minggu, pelayanan kesehatan 1 minggu dan keterlambatan total 6,05 minggu. Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan pasien mencari pengobatan < 4 minggu adalah faktor umur > 33 tahun (OR 2.44; 95% CI 1.02-5.83), gejala pertama batuk (OR 5.12; 95% CI 1.68-15.6), persepsi gejala serius (OR 2.57; 95% CI 1.206 - 5.48), jarak tempuh > 30 menit berkendaraan (OR 3.17; 95% CI 1.34-7.52), dan status perkawinan belum menikah (OR 7.03; 95% Cl 1.61-30.54). Faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan pelayanan kesehatan > 1 minggu adalah UPK I yang dikunjungi milik swasta (OR 2.41; 95% CI 1.108-5.243). Lamanya gejala sebelum diagnosa TB ditegakkan (OR 0.27; 95% CI 0.127-0.574) dan jarak tempuh ke UPK I tersebut (OR 0.364; 95% CI 0.136-0.973) merupakan faktor pencegah keterlambatan pelayanan kesehatan > 1 minggu. Faktor risiko yang berhubungan dengan keterlambatan total > 5 minggu lamanya gejala sebelum diagnosa TB ditegakkan (OR 5.41; 95% CI 2.55-11.46). Untuk mengurangi keterlambatan diagnosis TB para, perlu dilakukan pendidikan ke masyarakat dengan mempertimbangkan aspek sosial dan budaya, terutama dalam hal pengenalan gejala TB paru dan mendorong motivasi untuk mencari pengobatan secepat mungkin. Perlu pengembangan cakupan program penanggulangan TB ke fasilitas pelayanan kesehatan non-pemerintah. Perlu ditingkatkan kewaspadaan petugas kesehatan di fasilitas kesehatan swasta dan pemerintah untuk mengenali gejala TB sedini mungkin,
Early diagnosis of the disease and prompt initiation of treatment is essential for an effective tuberculosis control program. Delays in diagnosis may affects the eradication of the TB patients, increase the risk of death and enhance tuberculosis transmission in the community. Good control programs will reduce duration of illness average by minimizing diagnostic delay and ensuring the patients adherence to short-course treatment. Baseline information on the magnitude and risk factors of delays in diagnosis of tuberculosis will be useful in estimating the impact of DOTS strategy over time, as well as for developing appropriate strategies to reduce diagnostic delays. The aims of this study is to determined the risk factors associated with delays in health care seeking (patient delay) and delays in diagnosis by health providers (health system delay) among tuberculosis patients diagnosed at health facilities. The cross-sectional study was conducted in Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. A total 162 TB patients > 15 years old diagnosed at health facilities during July 2002-Juni 2003 were interviewed using a structured questionnaire. This study found that the median of patient, health system and total delay were 2 weeks, I weeks and 6.05 weeks respectively. In multivariate analysis, age > 33 years old (OR 2.44; 95% CI 1.02-5.83), first symptoms was cough (OR 5.12; 95% CI 1.68-15.6), felt serious symptoms (OR 1,6; 95% CI 1.09-234), time to reach the first health facilities > 30 minute (OR 3.17; 95% CI 1.34-7.52), and not married (OR 7.03; 95% CI 1.61-30.54) were associated with patient delays 4 weeks. Longer patient delays (OR 0.27; 95% CI 0.127-0,574), first consultation to private provider (OR 2.41; 95% CI 1.108-5.243) and time to reach the first health facilities > 30 minute (OR 0.364; 95% Cl 0.136-0.973) were associated with health system delay > l weeks. Longer patient delays (OR 5.41; 95% CI 2.55-11.46) was associated with total delay > 5 weeks. To reduce diagnostic delays, there must be a public educated and information to be aware about sign and symptom of TB and to motivate to seeks care more quickly. Social and culture approached should be taken into account in design of TB information campaigns and in prioritizing public health interventions about TB. It is urgency that TB programs should be expanded to private sectors as well as public sectors. Government and private physician should maintain and enhance a high index of suspicion for TB.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>