Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Duhita Pangesti Putri
"PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya merupakan pembangkit listrik terbesar di Indonesia dengan total kapasitas terpasang 8978 MW. Keseluruhan unit-unit pembangkitan tersebut menghasilkan tenaga listrik hamper 41000 GWh yang memasok lebih dari 50 % kebutuhan listrik Jawa Bali. Dilihat dari proses produksi dan operasinya (dimulai dari pembongkaran batubara-pengangkutan melalui conveyor-penggilingan/pembakaran yang akhirnya menjadi uap) dimana harus memenuhi kapasitas total produksi sebesar 30000 ton/hari, faktor manusia (tenaga kerja) sangat berperan didalamnya Kegiatan di unit operasi khususnya operator alat besar selalu menggunakan aktivitas fisik dalam melakukan pekerjaannya dan posisi kerja yang statis untuk mengoperasikan alat besar seperti dozer, wheel louder, dan lainnya sehingga memungkinkan tenaga kerja akan mengalami kelelahan kerja.
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor internal (usia, status gizi, kondisi kesehatan) dan faktor eksternal (beban kerja, variasi kerja, shift kerja) terhadap kelelahan pada operator alat besar PT. Indonesia Power Periode Tahun 2008. Tujuan khusus dari penelitian adalah mengetahui gambaran tingkat kelelahan kemudian mengetahui hubungan variabel-variabel seperti usia, status gizi, kondisi kesehatan, beban kerja, variasi kerja, dan shift kerja terhadap kelelahan.
Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif observasional dimana hasil dari penelitian ini disajikan secara deskriptif analitik. Sampel pada penelitian ini sama dengan jumlah populasi pekerja di unit operasi alat besar PT. Indonesia Power yaitu sebanyak 27 operator. Data dari penelitian ini didapatkan dari observasi, wawancara, pemeriksaan nadi kerja, pengisian kuesioner 30 item gejala kelelahan umum. Kemudian data yang telah terkumpul, diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan software komputer.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 27 operator alat besar, sebanyak 18,5% tidak mengalami kelelahan, 48,1% operator mengalami kelelahan ringan, 33,3% operator mengalami kelelahan sedang, dan tidak ada yang mengalami kelelahan berat. Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil bahwa dari enam variabel internal dan eksternal yaitu usia, status gizi, kondisi kesehatan, beban kerja, variasi kerja, dan shift kerja terdapat empat variabel yang menunjukkan tingkat kemaknaan dengan variabel depepnden kelelahan (p value < 0,05). Variabel tersebut antara lain : usia dengan p = 0,030 dan nilai OR = 15,00 (95% CI : 1,5 ? 150,4) ; status gizi dengan p = 0.009 dan nilai OR = 25,333 (95% CI : 2,1 ? 310,8) ; variasi kerja dengan p = 0,047 dan nilai OR = 10,667 (95% CI : 1,0 ? 115,7) ; shift kerja dengan p = 0,004 dan nilai OR = 40,000 (95% CI : 2,9 ? 554,7)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Wahyuni
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26634
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Yolanda
"Bus merupakan sarana transportasi publik yang masih menjadi pilihan masyarakat luas untuk menempuh perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh karena biayanya yang relatif lebih murah. Kondisi pengemudi berperan penting dalam penyediaan pelayanan kebutuhan masyarakat akan transportasi ini. Pengemudi yang mengalami kelelahan dan tidak diatasi maka akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, survei ini bertujuan untuk melihat kelelahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang mungkin terjadi pada pengemudi Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Jurusan Jakarta-Solo. Variabel yang diteliti diantaranya faktor internal pengemudi (usia, jenis, IMT, kondisi fisik, masa kerja, waktu tidur) dan faktor eksternal pengemudi (durasi mengemudi, waktu kerja dan jadwal kerja). Kelelahan diukur menggunakan kuesioner berdasarkan gejala kelelahan subjektif.
Hasil survei menunjukkan sebagian besar pengemudi mengalami kelelahan ringan dan hanya sebagian kecil yang mengalami kelelahan sedang dengan durasi mengemudi dan kurangnya waktu tidur sebagai faktor yang berhubungan terhadap terjadinya kelelahan pengemudi Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Jurusan Jakarta-Solo.

Bus is still the popular choice of mass public transport for common people to travel in short or long distance, because the fare is relatively cheap. And the driver's condition plays important role in the presentation of this mass public transportation service. The unrested fatigue will increase the possibility of accident to occur, therefore this survey dedicated to review this fatigue and the all the influencing factor that will likely to happen and affect the driver of City bus between Jakarta and solo.The variable that will be reviewed is the driver's internal factor (age, types of imt, physical condition, years of work, sleep time) and the drivers external factor (driving duration, work hour and work schedulle) fatigue is measured with a questionaire based on subjective fatigue symptoms.
The survey results shows that most drivers only suffer minor fatigue and only a few suffer medium fatigue with drivings duration and lack of rest time as the influencing factor of this fatigue to affect the jakarta-solo bus driver.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ressy Imelda
"Salah satu bahaya Ssik di industri garmen adalah pajanan panas yang berasal dari alat kerja yang digunakan (setrika boiler/listrik dan rnesin press). Kondisi lingkxmgan kexja yang panas dapat mempengaruhi performansi kelja yang pada akhimya meningkatkan beban kelja dan mempemepat munculnya kelelahan dan keluhan subjektif sena menurunkan produktifitas kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi hubungan pajanan panas di lingkungan kelja dengan tingkat kelelahan pekenja di bagian produksi PT. Fokus Garmindo. Populasi penelitian ini adalah selumh pekerja di PT. Folcus Garmindo, dan sebagai sampel yaitu pekelja yang mclakukan pekeljaan di bagian ironing dan printing PT. Fokus Garmindo beljumlah 53 responden, sampel diambil secara Nonrandom Sampling berdasarkan Kuota. Rancangan desain studi yaitu crosssectional dengan deskriptif analitik. Data diambil dengan 2 (dua) cara yaitu melakukan pengukuran dan wawancam dengan kuesioner. Analisa data pada penelitian ini mcnggmmakan analisa uji statistik yang ada di FKM.
Hasil penelitian diperoleh, rata-rata pajanan panas yang dilihat dad Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) di lingkungan kerja adalah 30,14°C dcngan pajanan panas (ISBB) terendah adalah 28,9°C dan pajanan panas (ISBB) tertinggi adalah 32,1°C. Hasil tingkat kelelahan mcnunjukkan, sebagian besar rcsponden mengalami kelelahan ringan yaitu sebanyak 47 orang (88,7%), sedangkan responden yang mcngalami kelelahan sedang ada 6 orang (11,3%).
Berdasarkan analisis hubungan didapatkan nilai p=0,028, berarti pada alpha 5% terlihat ada hublmgan yang signiikan rata-:ata pajanan panas di lingkungan kenja dengan tingkat keleIahan. Analisis mullivariat menunjukkan, variabel yang berhubungan bermakna (signiiikan) dan mempunyai pengamh paling besar tcrhadap tingkat kelelahan adalah variabel pajanan panas di lingkungan kelja. Odds Raiio (OR) dari pajanan panas didapat 4,403, artinya responden yang terpajau pauas lebih besar dari 30,14°C di lingkungan kerjanya akan berisiko 4 (empat) kali lebih besar mcngalami kelelahan dibandingkzm responden yang terpajan panas lebih kecil dari 30,14°C di lingkungan kegia selama 8 jam kerja.
Kesimpulan penelitian ini adalah pajanan panas di lingkungan kerja merupakan faktor yang paling dominan dan mempunyai pengamh paiing besar terhadap tingkat kelelahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengambi] kebijakan terutama masalah kesehatan pekegia, khususnya untuk meminirnalisasi dampak akibat dari pajanan panas di lingkungan kerja

One of physical hazard in garment industry is heat exposure from boiler/electrical iron and press machine. Hot working environment can influence work performance which cause increase work load and fatigue complaining and reduce productivity.
Objective of the research to 'rind out and evaluate correlation between heat exposure in the workplace with fatigue of workers at PT. Fokus Garmindo. Population of the research is all workers at PT. Fokus Garmindo, and as sample is workers who work in ironing and printing area of PT. Fokus Garmindo are 53 respondent. Sample is calculated with nonrandom sampling quota. Design study is cross sectional and descriptive analysis. Data is collected by two ways, to measure and interview with questionnaire. Data analysis use statistic analysis at FKM.
Result of the research, average of heat exposure which is measured from Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) index in the workplace is 30,14°C, the lowest of WBGT is 28,9°C and the highest of WBGT is 32,1°C. Result of fatigue level showed that almost all respondent has light fatigue 47 person (88,7%) and found only 6 person (11,3%) has moderate fatigue.
According to the analysis, found p value = 0,028, mean that on 5% alpha there was signiticant relationship between heat exposure in the workplace with fatigue level. Multivariate analysis, found that heat exposure in the workplace is the most significant and has biggest influence to fatigue level (Odds Ratio (OR)= 4,403). Respondent who is influenced by heat exposure more than 3O,14°C has 4 (four) times more risk to fatigue level compare to respondent who is influenced by heat exposure less than 30,14°C for 8 working hours.
Conclusion of the research, heat exposure is the most dominant factor and has biggest influence to fatigue level. This research result is expected can help the company to taking policy on workers health, particularly to minimize eH`ect of heat exposure in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34492
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Sapta Pramana
"Penelitian ini telah menginvestigasi pengaruh dari intervensi visual terhadap emosi dan kelelahan mengemudi pada simulator mengemudi dengan menggunakan indicator sinyal otak atau electroencephalography (EEG). Metode Frontal Alpha Asymmetry (FAA) digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap emosi sedangkan metode Rasio Kelelahan (θ+α)/β digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap tingkat kelelahan. Dua puluh pria dipilih untuk melakukan simulasi berkendara selama 40 menit. Selama proses mengemudi, otak bagian frontal direkam dengan menggunakan alat Emotiv EEG. Penelitian ini bersifat within-subject dimana masing-masing responden akan melakukan dua kali penelitian dengan dua kondisi berbeda, yaitu kondisi tanpa intervensi dan kondisi dengan menggunakan intervensi visual. Pada metode FAA, saat kondisi tanpa intervensi tingkat emosi yang dihasilkan sangat fluktuatif. Sedangkan, pada intervensi visual emosi yang dihasilkan lebih konsisten dan selalu berada pada emosi positif. Hasil uji tes ANOVA juga memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar intervensi. Untuk metode Rasio Kelelahan (θ+α)/β, tingkat kelelahan menurun di 30 menit pertama pada kondisi intervensi visual. Sedangkan, tingkat kelelahan terus menerus naik pada kondisi tanpa intervensi. Perbedaan signifikan juga terlihat pada 30 menit pertama sedangkan pada 10 menit terakhir tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar intervensi.

This study investigated the effects of visual intervention on emotion and fatigue in car driving simulation using brainwave indicator or changes in electroencephalography (EEG). Frontal Alpha Asymmetry (FAA) method were used to determine the effects on emotion while ((θ+α))⁄β Ratio method were used to determine the effects on fatigue level. Twenty males were recruited to perform a 40 minutes car driving simulation while frontal channel of EEG was recorded. This was a within subject experiment where each participant was given both no intervention and visual intervention treatment. For the FAA method, the no intervention had a tendency to fluctuate. Therefore, inducing both positive and negative emotions. Meanwhile, the visual intervention remains on the positive side throughout the driving session indicating that the visual intervention induced a positive emotion. The results for the repeated measure test also indicate that there is a significant difference between interventions. For the ((θ+α))⁄β Ratio, significant differences were found on the first 30 minutes while for the last 10 minutes there were no significant differences. These findings can be utilized as baseline for a more comprehensive research regarding traffic safety."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenni Dhamayanti
"Latar belakang :
Melihat belum adanya parameter yang spesifik untak pengakuran kelelahan umum pekerja serta sedikitnya penelitian yang telah dilakukan. Sehingga perlu dilakukan suatu studi yang hertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan terhadap timbulnya kelelahan umum dengan menggunakan parameter waktu reaksi L77 Lakassidaya secara objektif dan perasaan kelelahan secara subjektif dengan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja (KAUPK,).
Metode:
Penelitian ini menggunakan desain cross sectionaL Pengumpulan data dilakukan bulan Februari 2009 pada total populasi pekerja laki-laki sebuah call center bagian inbound jasa layanan C PT X Jakarta dari data primer dan data sekunder.
Hasil :
Dari 131 pekerja yang memenuhi persyaratan didapat prevalensi kelelahan mnum adalab 34 orang pekerja (25,9%) dan prevalensi perasaan kelelahan adalah 126 orang pekerja (96,2%). Secara statistik tidak ditemukan hubungau yang bermakna antara penyelesaian panggilan dengan kelelahan umum (OIMJ,79, 95o/.C/=0,3l-2,02) dan perasaan kelelahan (KS value= 1.000). Yang mendekati kemaknaan adalah faktor pencahayaan (OR= 2,26, 95o%CI=0,84-6,08), pelatihan sebelmn bekerja (OR l,80, 95%CI=0,&0-4,05) dan kebiasaan merokok (OR=0,47 95%Cl=0,21-l,06)

Background :
Specific parameter to measure general fatigue of workers has not been established yet and there were only few researches has been conducted. Thus, it is necessary to conduct a research to measure the prevalence and its factor related to general fatigue using reaction time L77 Lakassidaya objectively and fatique feeling using KAUPK, subjectively.
Method:
This study uses Gross sectional design. Data collection is performed at Call Center at lnbound Department ofC services at PT X Jakarta in February 2009. Sample is taken from total population of male worker at call center. Data collection is performed using primary and secondary data.
Result:
From 131 male workers of which comply with criteria, prevalence of general fatigue is 34 worker (25,9%), prevalence of fatigue feeling is 126 workers (96,2%). Statistically there is no significant relation between call handling accomplishment with general fatigue (OR=0.79. 95%CI=0.31-2.02) and fatigue feeling (KS value=1.000). Close factor are lighting (OR=2,26, 95%CI =0,84-6,08), pre-work training (OR=1,80 95%Cl=0,80-4,05) and smoking habit (OR=0,47 95%Cl=0,21-1,06).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T31993
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erian Sutantio
"ABSTRAK
Tesis ini membahas faktor terkait kelelahan kerja pada pekerja PT.X. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan desain penelitian potong lintang atau cross-sectional yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen yang diteliti secara bersamaan dalam satu waktu dengan unstrumen penelitian berupa kuesioner dan pengukuran lingkungan. Hasil penelitian ini yaitu faktor yang berperan signifikan dalam mempengaruhi kelelahan kerja yaitu jenis kelamin, kualitas tidur, motivasi kerja dan stress kerja, sedangkan variabel lain tidak signifkan mempengaruhi kelelahan kerja. Penelitian ini memprediksi sekitar 63,1 faktor-faktor ditempat kerja yang mempengaruhi total kelelahan kerja dan 36,9 dapat dijelaskan dari faktor-faktor diluar penelitian ini. Hasil penelitian ini juga menyarankan perlu adanya program manajemen pengelolaan program pengelolaan kelelahan kerja dan perbaikan lingkungan untuk pencahayaan.

ABSTRACT
This thesis discusses factors related to work fatigue on PT.X. This research is a qualitative and quantitative research with cross sectional or cross sectional research design which is used to find out the relationship between independent and dependent variables studied simultaneously in one time with research unstrumen in the form of questionnaire and environmental measurement. The results of this study are factors that play a significant role in influencing work fatigue, sex, sleep quality, work motivation and work stress, while other variables do not significantly affect work fatigue. This study predicts about 63,1 workplace factors that affect total work fatigue and 36,9 can be explained from factors outside this study. The results of this study also suggest the need for management program management program fatigue management work and environmental improvements for lighting."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Shofiya
"Kelelahan Kerja adalah kondisi fisik atau mental yang terjadi pada pekerja dan berpengaruh negatif terhadap performa kerjanya. Skripsi ini membahas mengenai faktor- faktor yang berkontribusi menyebabkan terjadinya Kelelahan Kerja Subjektif pada petugas pemadam kebakaran Kota Bogor tahun 2019. Jumlah responden yang diteliti adalah keseluruhan populasi, yaitu 54 pekerja. Pengukuran kelelahan menggunakan daftar pertanyaan berupa gejala kelelahan yang bersumber dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) dan hasilnya menunjukkan bahwa 36 pekerja (66,6%) mengalami kelelahan ringan dan 18 pekerja (33,3%) mengalami kelelahan sedang. Desain Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan menggunakan metode kuantitatif (Chi-square) dan odd ratio untuk mengetahui derajat hubungan dua variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya variabel yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan.

Work Fatigue is a physical or mental condition that occurs to workers and negatively affects their work performance. This study discusses the contributing factors for the occurrence of Subjective Work Fatigue in Bogor City firefighters in 2019. The number of respondents studied was the entire population, which is 54 workers. Measurement of fatigue using a questionnaire in the form of fatigue symptoms originating from the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) and the results showed that 36 workers (66.6%) experienced mild fatigue and 18 workers (33.3%) experienced moderate fatigue. The research design used was cross sectional using the quantitative method (Chi-square) and odd ratio to determine the degree of relationship between two variabels. The results of this study indicate the absence of variabels that have a significant relationship to the occurrence of fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rustiati, Sri
"Ruang lingkup dan metodologi penelitian : Penggunaan komputer sebagai alat bantu aktivitas kerja sudah sangat luas karena kemampuannya yang sangat tinggi, namun komputer juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada operatornya. Masalah gangguan kesehatan yang paling sering dikeluhkan oleh operator komputer adalah gangguan mata, yang meliputi 67% dari semua jenis gangguan kesehatan akibat penggunaan komputer. Diantara beberapa jenis gangguan mata tersebut, kelelahan mata merupakan keluhan yang terutama ditemukan. Bagian perangkat komputer yang paling berpengaruh terhadap kesehatan mata pemakai komputer adalah monitor komputer. Hal tersebut terjadi karena mata operator komputer menatap monitor, yang merupakan objek yang mengeluarkan cahaya berwarna secara terus menerus untuk jangka waktu tertentu. Penelitian ini merupakan suatu studi intervensi untuk mengetahui adanya kelelahan mata dan faktor yang mempengaruhinya. pada operator komputer serta upaya untuk mengatasinya. Intervensi dilakukan dengan pemberian istirahat selama 15 menit tidak menatap layar monitor komputer setelah 1 {satu} jam bekerja, dan penyuluhan tentang cara menggunakan komputer dengan baik. Sampel untuk penelitian ini diambil secara purposive dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi, sebanyak 13 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pengukuran amplitude akomodasi, serta penerangan dan kesilauan di tempat kerja.
Hasil penelitian dan kesimpulan : Terdapat kelelahan mata subyektif dan obyektif setelah 2 jam bekerja menggunakan komputer pada semua responden. Umur dan tingkat pendidikan tidak tampak mempengaruhi terjadinya kelelahan mata. Jenis kelamin, lama kerja, tingkat penerangan dan kesilauan tempat kerja turut mempengaruhi terjadinya kelelahan mata. Intervensi pemberian istirahat tampaknya dapat mengurangi terjadinya kelelahan mata dan intervensi pemberian penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan responden tentang cara kerja yang baik menggunakan komputer.

Scope and Methodology : Computer as human's working assisting device has been widely utilized because of its high capability. However, computer can also cause health problems to the operators. Eye problem is the most common problem found among the computer workers (i.e. 67%) of all health problems caused by computer operation. Eye strain is the most commonly found amongst the eye problems. The part of computer hardware which has the highest effect on eyes health was the computer screen. It happens as the operator's eyes gaze at the object which emits colorful lights. This study intervention objective is to identify the prevalence of eye strain and its affecting factors on computer workers and the remedy efforts through interventions of fifteen minute rest (break) by not watching the computer monitor during one working hour, and improving the behavior of computer use. A number of thirteen computer operators were purposively selected, among the computer workers at PT NK. The study was undertaken through interview, physical examination, amplitude accommodation as the objective measurement of eye strain and working environment factors (i.e. illumination and glare).
Result and conclusion: The study revealed that subjective and objective of eye strain occurred on all subject after two hours working with computer. Sex, working time with computer, the levels of illumination and glare in working place were also contributing factors for the occurrence of eye strain. Age and education were show as non contributing factors for the occurrence of eye strain. Intervention by giving working rest can reduce the recurrence of eye strain. It was also show that education increased the knowledge of the respondent how to use the computer on the right way.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>