Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Epi Rustiawati
"Adekuasi hemodialisis tercapai dengan terpenuhinya dosis sesuai kebutuhan pasien untuk mendukung pasien mampu hidup secara optimal. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan dosis dengan adekuasi pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Serang Banten.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi melibatkan 46 pasien hemodialisis dengan tehnik purposive sampling. Variabel penelitian ini meliputi durasi HD, quick of blood, dan adekuasi dengan perhitungan rumus Kt/V.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara durasi HD dengan adekuasi hemodialisis. Rerata adekuasi hemodialisis pasien 1,6. Seluruh pasien menjalani hemodialisis dengan frekuensi 2 kali per minggu dengan durasi HD 4-5 jam, quick of blood 200-265 ml/mt.
Hasil pemodelan menunjukan durasi HD berkontribusi paling besar terhadap adekuasi setelah dikontrol oleh jenis kelamin, ukuran tubuh, lama menjalani terapi, akses vaskuler, dan dialiser pengunaan ulang. Perawat perlu memperhatikan pengaturan durasi HD untuk mencapai adekuasi hemodialisis yang optimal.

The adequacy of hemodialysis can be achieved by meeting the needs of hemodialysis patients given, in order that the patients able to life optimally. The purpose of this research was to identify the correlation between dose with adequacy on patients undergoing hemodialysis at RSUD Serang Banten.
Description correlation involved 46 patients hemodialysis with technical purposive sampling. This study observed the duration of hemodialysis, quick of blood, and adequacy with Kt/V formula.
There was significant corelation between the duration of hemodialysis and adequacy. The average of hemodialysis adequacy patients 1,6, twice per week by 4 - 5 hours, quick of blood 200-265 ml/mt.
The modelling result that duration of hemodialysis the most contributed to the adequacy after being controlled by sex, body size, vintage of hemodialysis therapy, vascular access, and dialyzer reuse. The nurses need to pay attention to the duration to achieve optimal adequacy hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35282
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunisaf
"Meningkatnya kasus gagal ginjal menyebabkan meningkatnya kebutuhan tersedianya unit hemodialisa di RSUD Tanjungpinang, sementara Pemerintah Kota Tanjungpinang tidak mampu mengadakannya karena keterbatasan anggaran. Untuk itulah RSUD mengadakan kerjasama dengan pihak swasta dalam bentuk kerjasama operasional setelah mendapat izin dari Pemerintah Kota Tanjungpinang. Berdasarkan angka bahan medis yang harus dibayarkan, Rumah Sakit menetapkan tarif sebesar Rp 700.000 pertindakan hemodialisis. Untuk semua tindakan Hemodialisis bagi penduduk miskin ditanggung/didanai dari APBD. Akan tetapi angka bahan medis yang harus dibayarkan ke pihak ketiga tersebut, dirasa tidak efektif.
UU RI no 44 tentang Rumah Sakit menyebabkan RSUD Tanjungpinang harus menggunakan PK BLUD dalam tata laksananya. Perubahan ini menyebabkan BMHP yang pada tahun 2009 dibayar dari dana APBD pada tahun 2010 dibebankan kepada biaya fungsional yang dikelola rumah sakit. Dengan tarif Rp 700.000 belum pernah dihitung berapa biaya aktual layanan pertindakan dan pendanaan tindakan hemodialisis dengan PK BLUD.
Hasil penghitungan unit cost tindakan Hemodialisis dalam penelitian ini didapatkan angka Rp 1.113.502,- pertindakan Hemodialisis. Pendanaan untuk tindakan Hemodialisis tahun 2011 perlu ditindaklanjuti dengan penentuan sumber dana tindakan Hemodialisis untuk BMHP didanai oleh APBD dan penetapan tarif baru yang sesuai dengan penghitungan unit cost dalam penelitian ini.

The increasing cases of kidney failure caused the increasing need for availability of hemodialysis units in hospitals Tanjungpinang, while the Government Tanjungpinang unable to procure it because of budget limitations. For hospitals that entered into agreement with private parties in the form of operational cooperation after obtaining permission from the City Tanjungpinang.
Based on the number of medical materials to be paid, the hospital set a tariff of Rp 700,000 hemodialysis. For all measures for the poor Hemodialysis covered / funded from the budget. But the number of medical materials to be paid to such third parties, are found to be effective. UU No. 44 of the Hospital cause Tanjungpinang hospitals must use in order PK BLUD. This change causes BMHP which in 2009 paid from budget funds in 2010 is charged to the cost functional run hospital. With tariff Rp 700,000 have never calculated how much the actual cost of services and funding actions hemodialysis with PK BLUD.
The result of calculating unit costs Hemodialysis action in this study, the number of
Rp 1,113,502, - actions Hemodialysis. Funding for Hemodialysis action in 2011 must be followed up by determining the source of funds for BMHP Hemodialysis action funded by the budget and setting a new tariff in accordance with the calculation of unit cost."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T31374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ailinda Theodora Tedja
"Kesesuaian antara reticulocyte hemoglobin equivalent (RET-He) dan reticulocyte hemoglobin content (CHr) untuk menilai status besi pasien penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis (PGK-HD) belum diketahui. Penelitian ini bertujuan mendapat kesesuaian antara RET-He dan CHr, serta nilai cut off RET-He sebagai target terapi besi pasien PGK-HD.
Desain penelitian potong lintang. Subyek 106 pasien PGK-HD yang diperiksa RET-He menggunakan Sysmex XN-2000 dan CHr dengan Siemens ADVIA 2120i. Didapatkan korelasi sangat kuat (r=0,91; p<0,0001) dan kesesuaian yang baik antara RET-He dan CHr (perbedaan rerata 0,5 pg). Nilai cut off RET-He 29,2 pg sebagai target terapi besi pasien PGK-HD memiliki sensitivitas 95,5%, spesifisitas 94%.

The concordance between reticulocyte hemoglobin equivalent (RET-He) and reticulocyte hemoglobin content (CHr) to assess iron status in chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis (CKD-HD) was unknown. The aim of this study was to evaluate the concordance between RET-He and CHr, and to obtain the cut off value of RET-He as iron supplementation target in CKD-HD patients.
A cross sectional study from 106 CKD-HD patients were analysed on both Sysmex XN-2000 and Siemens ADVIA 2120i. There was very strong correlation (r=0.91; p<0.0001) and good concordance between RET-He and CHr (mean bias 0.5 pg). The cut off value of RET-He 29.2 pg were obtained to assess iron supplementation target in CKD-HD patients with sensitivity and specificity were 95.5% and 94% respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadarma Widjaja
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Telah banyak dilaporkan tentang malnutrisi dan faktor terjadinya pada pasien hemodialisis. Penyebab yang paling sering adalah asupan makanan terutamaenergi dan protein yang inadekuat. Ada anggapan yang menyatakan bahwa status klinis dan status nutrisi banyak berperon pada asupan tersebut. Penilaian asupan makanan pada pasien hemodialisis biasa dilakukan pada hari antara HD. Telah dilakukan suatu penelitian mengenai penilaian status nutrisi pada 32 responden pasien hemodialisis yang secara klinis stabil, dibagi atas kelompok HD selang 1, 2, dan 3 hari berturut-turut menjadi sebanyak 7, 14 dan 11 responden.
Hasil dan Kesimpulan : Antara ke-3 kelompok, asupan energi dan protein tidak berbeda bermakna dan terhadap nilai kecukupan berbeda bermakna, kecuali asupan energi kelompok HD selang 2 hari. Antara ke-3 kelompok, status nutrisi berdasarkan IMT dan status protein somatik berdasarkan LOLA tidak berbeda berrnakna dan terhadap nilai kecukupan pada IMT tidak berbeda bermakna, tetapi pada LOLA berbeda. Status protein viseral berdasarkan prot. tot., alb. dan trans. tidak berbeda antara ke-3 kelompok, terhadap nilai kecukupan nilai albumin tampak berbeda bermakna pada kelompok HD selang 2 dan 3 hari, sedangkan kelompok yang lain tampak tidak berbeda bermakna. Parameter status klinis kadar krea. dan ure. Masing-masing mempunyai korelasi dengan kemaknaan yang tertinggi (p < 0,001) terhadap asupan energi dan protein.
Hasil ini mernperlihatkan bahwa pasien hemodialisis yang secara klinis stabil menunjukkan pada parameter yang dinilai antara ke-3 kelompok, ada yang berbeda bermakna dan ada yang tidak. Hal ini juga diperoleh terhadap nilai kecukupan masing-masing parameter. Disamping itu didapati parameter krea. dan ure. berturut-turut mempunyai kolerasi yang dominan dengan parameter asupan energi dan protein. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnah Ariyanti
"Pasien ESRD yang menjalani hemodialisis merupakan kelompok yang rentan terkena infeksi di masa pandemi ini. Ketika pasien terkonfirmasi COVID-19, pasien harus menjalani isolasi dan hemodialisis di unit khusus COVID-19. Akan muncul berbagai respon dan dampak bagi pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam tentang pengalaman pasien yang menjalani hemodialisis dan terkonfrimasi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan metode wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 15 orang dari RS Universitas Hasanuddin yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Terdapat 5 tema yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu respon emosi saat terkonfirmasi COVID-19, dampak yang dialami pasien saat terkonfirmasi COVID-19 dan menjalani isolasi, perbedaan yang dialami saat menjalani isolasi dan HD COVID-19, support system dan harapan terhadap ruang perawatan isolasi dan HD COVID-19. Temuan tersebut menunjukkan bahwa pasien yang menjalani hemodialisis dan terkonfirmasi COVID-19 memerlukan bantuan dan dukungan dari penyedia layanan kesehatan di unit hemodialisis khususnya unit hemodialisis khusus COVID-19 untuk mengatasi berbagai masalah dan dampak akibat terkonfirmasi. Perawat perlu berperan aktif untuk melakukan pengkajian secara holistik dan evaluasi secara terus menerus dan berkelanjutan agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dalam memenuhi kebutuhan pasien

Hemodialysis patients were a susceptible group to get infection during pandemic. When a patient was confirmed COVID-19, the patient must undergo isolation and hemodialysis in a special COVID-19 unit. There would be various responses and impacts for the patient. The purpose of this study was to explore in depth the experiences of patients undergoing hemodialysis and confirmed COVID-19. This study used a phenomenological approach with in-depth interviews. There were 15 participants from Hasanuddin University Hospital who were selected through purposive sampling technique. There are 5 themes generated in this study, emotional responses when confirmed COVID-19, the impact experienced by patients when confirmed COVID-19 and undergoing isolation, differences experienced when undergoing isolation and HD COVID-19, support system and expectations for the isolation room.and HD COVID-19. These findings indicate that patients undergoing hemodialysis and confirmed COVID-19 require assistance and support from health care providers in the hemodialysis unit, especially in the COVID-19 hemodialysis unit for to overcome various problems and impacts of being confirmed. Nurses need to play an active role in conducting holistic assessments and evaluations continuously in order to provide comprehensive nursing care in meeting patient needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Dwi Hartanti
"Penilaian keefektifan dari tindakan hemodialisis diketahui dari nilai adekuasi hemodialisis. Exercise intradialisis merupakan latihan fisik dengan pergerakan terencana dan terstruktur, yang dapat meningkatkan bersihan ureum sehingga meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh exercise intradialisis terhadap adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal.
Desain penelitian ini menggunakan randomized control trial (RCT) dengan menggunakan rancangan pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutivesamplingdengan randomisasi alokasi menggunakan randomisasi blok. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 responden pada kelompok intervensi dan 25 responden pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai adekuasi hemodialisis pada kelompok intervensi setelah diberikan exercise intradialisis, (p value = 0,0001). Penelitian ini merekomendasikan penerapan exercise intradialisis untuk membantu meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hemodialisis.

The assessment of effectiveness of hemodialysis can be identified by measuring adequacy of hemodialysis. Intradialisis exercise is physical exercise with a planned and structured movement, which can increase the clearance of urea thus increasing the value of hemodialysis adequacy. This study aims to determine the effect of exercise intradialisis the adequacy of hemodialysis in patients with end stage renal disease.
This research used randomized control trial (RCT) design with pretest-posttest design with control group. The samples in this study using a consecutive sampling method with randomized allocation using block randomization. The sample size used in this study were as many as 26 respondents in the intervention group and 25 respondents in the control group.
The results showed that there were significant differences between the value of adequacy of hemodialysis in the intervention group after exercise intradialisis given, (p value = 0.0001). The study recommends intradialisis exercise for increase the value of adequacy of hemodialysis in patients end stage renal disease with hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Budhy Suwono
"ABSTRAK
Perbandingan Layanan Hemodialisis Rawat Jalan Antara Sistem Outsourcing Dan Sistem KSO Ditinjau Dari Segi Biaya Dan Kebijakan Di rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 merupakan gambaran layanan hemodialisis rawat jalan di Rumah Sakit Puri Cinere.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keuntungan dan kerugian layanan hemodialisis bila dijalankan dengan sistem outsourcing dan bila dijalankan dengan sistem KSO, mengetahui biaya satuan rata-rata hemodialisis rawat jalan dengan sistem outsourcing yang selama ini dilakukan di Rumah Sakit Puri Cinere, mengetahui biaya satuan rata-rata tindakan hemodialisis rawat jalan dengan sistem KSO yang akan menjadi alternatif pilihan, mengetahui sistem mana yang lebih menguntungkan bagi Rumah Sakit Puri Cinere antara sistem outsourcing dan KSO, mengetahui kebijakan Rumah Sakit Puri Cinere terhadap layanan hemodialisis yang berlangsung saat ini. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan partial economic evaluation. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menghitung biaya satuan yang menjadi dasar dalam penetapan tarif tindakan hemodialisis. Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam untuk memperoleh informasi mengenai dasar pemilihan sistem outsourcing yang sedang berjalan saat ini dan rencana selanjutnya setelah masa kontrak outsourcing telah berakhir.
Hasil penelitian menunjukkan biaya investasi gedung merupakan biaya yang paling tinggi dalam biaya investasi dan biaya investasi alat non medis merupakan biaya yang paling rendah dalam biaya investasi. Biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem Outsourcing tahun 2013 lebih tinggi daripada biaya total tindakan hemodialisis dengan sistem KSO. Biaya satuan aktual tindakan hemodialisis dengan sistem outsourcing lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Biaya satuan normatifnya juga lebih rendah daripada tarif tindakan hemodialisis yang berlaku di RS Puri Cinere. Pada tindakan hemodialisis dengan sistem KSO biaya satuan aktual dan biaya satuan normatif lebih rendah daripada tarif yang berlaku di RS Puri Cinere. CRR dengan sistem outsourcing lebih rendah (109,06%) dibanding dengan CRR sistem KSO (121,63%), yang artinya sistem KSO lebih memberikan benefit dibandingkan sistem outsourcing. Kebijakan rumah sakit terhadap layanan hemodialisis setelah habis masa kontrak dengan pihak outsourcing tergantung negosiasi antara kedua belah pihak, jika diperpanjang maka persentase bagi hasil harus dievaluasi, jika tidak bisa dievaluasi maka kontrak tidak diperpanjang lagi. Dengan demikian KSO dapat menjadi alternatif pilihan.

ABSTRACT
Comparison Outpatient Hemodialysis Patient Between Outsourcing System And Join Operational System Consideration Cost Factor And Hospital Policy At Puri Cinere Hospital In 2013 is a description of comparison outpatient at Puri Cinere Hospital.
This Study is to compare the advantage and disadvantage hemodialysis service in outsourcing system and join operational system, to determine outpatient average cost unit in outsourcing sistem undergo at Puri Cinere Hospital, to determine average outpatient cost unit in join operational system to become alternative choice, to determine which system give more advantage to Puri Cinere Hospital between outsourcing system and join operational system, to determine hospital policy to undergo hemodialysis service. This study uses a case study with partial economic evaluation approach. A quantitative approach is done by calculating cost unit that become the basic of determining of hemodialysis tariff. A qualitative approach is done by deep interview to gain information about the basic choice undergo outsourcing system and futher plan after the end of the outsourcing period.
The result showed that building investment is the highest cost in investment cost, and non medic investment is the lowest cost in investment cost. Total cost of hemodialysis in outsourcing system in 2013 is higher than join operational system. The actual cost and the normative cost unit of hemodialysis service with outsourcing system is lower than Puri Cinere Hospital hemodialysis service tariff. The same condition happen in Join Operational system. Cost Recovery Rate (CRR) in outsourcing system is lower (109.06%) than CRR in Join Operational System (121.63%), The Illustration above shows that the Join Operational System give more advantage compare to outsourcing system. Hospital policy to hemodialysis service after the end of the period with outsourcing depends on negotiation between two sides, and must be evaluated especially in terms of cost sharing. The result of this negotiation could become a basic to take a further decision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
"ABSTRAK
Penatalaksanaan gagal ginjal terminal membutuhkan modifikasi gaya hidup pasien dalam mengatur diet, membatasi cairan, rejimen medikasi, perawatan akses vaskuler dan kepatuhan menjalani hemodialisis. Pasien hemodialisis dapat mengoptimalisasikan kesehatan dirinya, mencegah komplikasi dan meminimalkan efek penyakit dengan melaksanakan self management. Tujuan penelitian mengetahui determinan yang berhubungan dengan self management pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik consecutive sampling dan jumlah sampel 100 orang. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, dukungan keluarga dan efikasi diri dengan SM (p value <0,05). Variabel yang paling berpengaruh adalah tingkat pengetahuan. Penelitian merekomendasikan kegiatan pendidikan kesehatan terstruktur sebagai sarana untuk untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian berat badan antara waktu hemodialisis

ABSTRACT
Management of end stage renal disease requires to modify the patient's lifestyle in regulating diet, limiting fluids, medication regimens, treatment of vascular access and adherence undergoing hemodialysis. Haemodialysis patients can optimize their own health, prevented complication and minimize the effects of the disease by carrying out self management. The objective research is to determinants influencying Self Management patients undergoing hemodialysis. The research disign was cross sectional study with consecutive sampling with 100 of a sample. The result showed there is a significant relationship between knowledge, family support and self efficacy with self-management (α =0.05, CI 95%). The most influential variable is the level of knowledge. This study recommends for educational activities as a forum to improve knowledge and control Interdialystic Weight Gain."
2016
T46512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Gunadi
"Secara alamiah ditemukan bahwa semakin lama pasien menjalani hemodialisis maka semakin besar pula risiko untuk mengalami gejala gagal jantung, tetapi hal ini masih menjadi hal yang patut untuk diselidiki teutama pada pasien yang memilki komorbid Hipertensi dan/atau diabetes serta non lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gejala gagal jantung pada pasien hemodialisis kurang dari 1 tahun dibanding 1 hingga 5 tahun, non-lansia dengan diabetes mellitus tipe 2 dan hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Cross-Sectional yang melibatkan 198 pasien hemodialisis di RS Medika BSD, Tangerang Selatan. Pengumpulan data primer diambil pada Juni 2022 dari rekam medis pasien hemodialisis. Risiko gejala gagal jantung 1,37 kali pada pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 1 tahun dibandingkan dengan pasien dengan lama hemodialisis 1 hingga 5 tahun (PR 1,37, 95% CI 1,06 – 1,76). Sedangkan pada pra-lansia menunjukkan tidak terdapat asosiasi antara gejala gagal jantung pada pasien dengan lama hemodialisis kurang dari 1 tahun dibandingkan dengan pasien dengan lama hemodialisis 1 hingga 5 tahun (PR 0,975, 95% CI 0,83 – 1,14). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melibatkan data Ekokardiografi hingga biomarker jantung lainnya untuk memastikan bahwa gejala gagal jantung yang muncul pada pasien hemodialisis, merupakan manifestasi klinis dari masalah kardiovaskular dan bukanlah gejala gagal ginjal pada tahap awal.

It is naturally found that the longer the patient undergoes hemodialysis, the greater the risk for experiencing symptoms of heart failure, but this is still something that deserves to be investigated, especially in patients who have comorbid hypertension and/or diabetes and are non-elderly. This study aims to determine the difference in symptoms of heart failure in hemodialysis patients less than 1 year compared to 1 to 5 years, non-elderly with type 2 diabetes mellitus and hypertension. This study is a quantitative study with a cross-sectional design involving 198 hemodialysis patients at Medika Hospital BSD, South Tangerang. Primary data collection was taken in June 2022 from medical records of hemodialysis patients. The risk of heart failure symptoms was 1.37 times in patients with hemodialysis duration of less than 1 year compared to patients with 1 to 5 years of hemodialysis (PR 1.37, 95% CI 1.06 – 1.76). Whereas in the pre-elderly, there was no association between symptoms of heart failure in patients with hemodialysis duration of less than 1 year compared to patients with 1 to 5 years of hemodialysis (PR 0.975, 95% CI 0.83 – 1.14). Future studies are expected to involve echocardiographic data and other cardiac biomarkers to ensure that the symptoms of heart failure that appear in hemodialysis patients are clinical manifestations of cardiovascular problems and are not symptoms of kidney failure in the early stages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risyda Zakiyah Hanim
"Pendahuluan: Xerostomia adalah stimulus utama yang menyebabkan ketidakpatuhan pembatasan cairan pada pasien yang menjalani hemodialisis. Auricular acupressure merupakan salah satu terapi untuk mengatasi xerostomia. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh auricular acupressureterhadap xerostomia. Metode: Desain penelitian dalam penelitian ini adalah quasy experiment pretest-postest with control group design, dengan jumlah responden 40 orang yang dibagi menjadi kelompok intervensi (n=20) dan kelompok kontrol (n=20). Analisis data menggunakan paired dan independent t-test. Hasil: Hasil analisis pada kelompok intervensi menunjukkan ada perbedaan signifikan skor rerata xerostomia sebelum dan sesudah perlakuan (sesi HD ke-1 VS sesi HD ke-2 VS sesi HD ke-3) dengan nilai P value < 0,05. Terdapat perbedaan signifikan rerate skor xerostomia posttest antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai P value 0.000. Kesimpulan: Auricular acupressure memberikan pengaruh terhadap xerostomia, sehingga dapat dikembangkan sebagai intervensi untuk mengatasi xerostomia pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis.

ntroduction: Xerostomia is the main stimulus that often causes the problem of non-compliance with fluid restrictions in patients undergoing hemodialysis. Auricular acupressure (AA) is one of the alternative therapies to treat xerostomia. This study aims to analyze the effect of auricular acupressure on xerostomia in end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis. Method: The research design used a quasi-experimental pre-test post-test with control group design, recruited 40 respondents of end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis who were divided equally into the intervention group (n=20) and the control group (n=20). The analysis used paired and independent t-test. Results: There was a significant difference in the mean score of xerostomia before and after treatment (1st HD session VS 2nd HD session VS 3rd HD session) with a P value <0.05. The result of the difference in xerostomia scores post-test between both groups showed a significant difference in the mean score of xerostomia with P value = 0.000. Conclusion: Auricular acupressure effects on reducing xerostomia. Thus, auricular acupressure can be recommended as a nursing intervention in reducing xerostomia in end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>