Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Myrna Martinus
Abstrak :
Latar Belakang: Sebesar 90% penderita DM merupakan DMT2. Komplikasi makrovaskular pada DM merupakan komplikasi ke tiga terbanyak setelah retinopati dan neuropati. Kematian pada DMT2 tujuh puluh lima persen disebabkan oleh PJK. Hal yang mendasari kejadian PJK adalah aterosklerosis yang didahului oleh proses disfungsi endotel. Disfungsi endotel ditandai oleh adanya peningkatan endotelin-1 (ET-1) dan penurunan NO akibat peningkatan inhibitor eNOS, asymmetrical dimethylarginine (ADMA). Tujuan: Mengetahui perbedaan kadar ADMA dan ET-1 dengan keparahan Penyakit Jantung Koroner (PJK) stabil dengan dan tanpa DMT2. Metode: Penelitian potong lintang, analitik pada pasien PJK stabil dengan dan tanpa DMT2 yang akan menjalani angiografi koroner pertama kali. Dilakukan pemeriksaan ADMA, ET-1, HbA1c dan evaluasi lesi koroner dengan sistim skoring berdasarkan syntax score (SS). Analisis untuk melihat 2 perbedaan median dilakukan dengan uji Mann Whitney dan perbedaan median lebih dari 2 kelompok dengan uji Kruskal Wallis pada distribusi data yang tidak normal. Hasil: Dari 28 orang pasien PJK stabil dengan DMT2 dan 30 pasien PJK stabil tanpa DMT2 didapatkan proporsi usia hampir sama, wanita lebih banyak pada kelompok DMT2. Kadar ADMA dan ET-1 pada DMT2 lebih tinggi dibanding tanpa DM (p 0,6; 2,1 dan p 0,3). Kadar ADMA dan ET-1 pada DMT2 dan HbA1c ≥ 7% lebih rendah dari HbA1c < 7% ( p 0,7 dan p 0,8).Kadar ADMA pada DMT2 dan SS tinggi lebih rendah dibanding SS rendah(p 0,7), sedangkan kadar ET-1 pada DMT2 dan SS tinggi, lebih tinggi dibanding SS rendah (p 0,9). Kadar ADMA dan ET-1 pada DMT2 dengan SS rendah dan HbA1c ≥ 7% lebih rendah dibanding HbA1c < 7% ( p 0,5 dan p 0,5). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ADMA dan ET-1 pada pasien PJK stabil dengan dan tanpa DMT2. Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar ADMA dan ET-1 dengan kontrol glukosa darah pada kelompok syntax score rendah. ...... Background: Ninety percent of diabetes patients have type 2 diabetes mellitus (T2DM). Macrovascular complication was the third highest complication in diabetes after retinopathy and neuropathy. Coronary artery disease (CAD) resulting from diabetes is responsible for 75% of diabetes-related death. Underlying mechanism of CAD is atherosclerosis initiated by endothelial dysfunction. The endothelial dysfunction is marked by endothelin-1 (ET-1) levels raise and NO decrement, as a result of eNOS inhibition by increased asymmetrical dimethylarginine (ADMA). Objective: To determine the difference of asymmetrical dimethylarginine (ADMA) and endotelin-1 (ET-1) levels to evaluate the severity and complexity of coronary lesion in stable coronary artery disease (SCAD) with and without T2DM. Methods: This is an analytical cross-sectional study. We obtained serum sample and measured ADMA, ET-1, HbA1c levels and evaluated coronary lesion by syntax score (SS). Analysis of the ADMA and ET-1 correlation was evaluated by blood glucose control and SS. Mann-Whitney U test was used to compare two independent mean, Kruskal-Wallis test was used for differences among the groups median if variables were not normally distributed. Results: We enrolled 28 stable CAD patients with T2DM and 30 stable CAD patients without T2DM. Baseline coroner angiography results with age proportion were similar in both groups. Women were predominant in T2DM group. ADMA and ET-1 levels in T2DM were higher than in without T2DM (58,0 and 50,5 with p 0,6 ; 2,1 and 1,8 with p 0,3). ADMA dan ET-1 levels in T2DM with HbA1c ≥ 7% were lower than in T2DM with HbA1c < 7% (51,7 and 65,3 with p 0,7 ; 2,08 and 2,14 with p 0,8). ADMA level in T2DM with high SS was lower than ones with low SS (44,5 and 58,4 with p 0,7), ET-1 level in T2DM with high SS was higher than in T2DM with low SS (2,72 and 2,08 with p 0,9). ADMA and ET-1 levels in T2DM with low SS and HbA1c ≥ 7% were lower than HbA1c < 7% (47,8 and 72,0 with p 0,5 ; 2,06 and 2,14 with p 0,5). Conclusions: ADMA and ET-1 levels in patient SCAD with and without T2DM are insignificantly related. There is no significant difference of ADMA and ET-1 levels with blood glucose control and low syntax score.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Made Dewi Susilawati
Abstrak :
Kriteria utama obesitas menurut WHO adalah IMT namun obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibanding obesitas umum Tujuan penelitian untuk mendapatkan cut off point dari ketiga indikator dalam mendeteksi terjadinya DMT2. Juga untuk mengetahui hubungan obesitas dengan indikator IMT, LP dan rasio LP-TB dengan terjadinya DMT2 dan menentukan indikator mana yang lebih baik dari ketiganya. Desain Cross Sectional. menggunakan data sekunder. Analisis menggunakan regresi logistic dan metode ROC. Hasil : prevalensi DMT2 9,1% dan prevalensi obesitas berkisar 38,37 % - 41,98 % Nilai cut off obesitas umum IMT ≥ 25,72 kg/m2, LP laki-laki ≥ 80,65 cm perempuan ≥ 80,85 cm dan LP-TB laki-laki ≥ 0,51 perempuan ≥ 0,55. Kesimpulan : orang dengan obesitas meningkatkan risiko terjadinya DMT2 setelah dikontrol faktor umur. Karena hasil ketiga indikator tidak jauh berbeda, maka penggunaanya tergantung keputusan praktisi kesehatan itu sendiri. ......The WHO's major obesity criteria is BMI but central obesity is more associated to health risks than general obesity. The objective of the research is to define the cut off points of the three measurements in detecting the occurrence of T2DM. It is also aimed to examine the relationship of obesity indicators (BMI, WC, and WHtR) with T2DM and determine the best indicator of them. Design of Cross Sectional employs secondary data. Analysis apply logistic model and ROC method. The result: prevalence of type 2 DM is about 9.1%, and obesity prevalence is about 38.37 % to 41.98 %. The cut off values of BMI general obesity, male WC, female WC, male WHtR, and female WHtR are ≥ 25.72 kg/m2, ≥ 80.65 cm, ≥ 80.85 cm, ≥ 0.5, and ≥ 0,55 respectively. Conclusion: adjusted by age, obesity increases the risk of type 2 DM occurrence. Since there is no significantly different result, the use of obesity indicators depends on the health practitioner decisions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariska Nur Aeni Pratiwi
Abstrak :
Obesitas merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme yang disebabkan oleh akumulasi lemak berlebih di jaringan adiposa. Obesitas memiliki faktor risiko yang berhubungan dengan kelainan metabolik yang mengakibatkan resistensi insulin seperti penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mencit obes yang berisiko DMT2 setelah dipajan oleh Static Magnetic Field (SMF). Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium secara in vivo dengan menggunakan sampel penelitian berupa mencit jantan galur C57BL/6J berumur 12 hingga 18 minggu yang diberi pakan standar dan pakan tinggi lemak (HFD) lalu dipajan SMF 2 mT selama 2, 7, 14, dan 21 hari dengan durasi waktu 1 jam/hari. Penelitian ini menganalisis pengaruh pajanan SMF terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, GLUT4 dan kalsium. Analisis statistik untuk uji glukosa darah dan kadar HbA1c menggunakan Paired sample t test atau Wilcoxon. Analisis statistik untuk selisih glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1, gen GLUT4, kadar kalsium menggunakan One way ANOVA atau Kruskal-Wallis. Apabila berbeda bermakna maka dilanjutkan dengan Uji Post Hoc atau Mann-Whitney. Uji korelasi antara ekspresi protein DPP4 dengan Ekspresi Gen Caveolin-1 dan GLUT4 dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson (p>0,05). Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa pemberian pajanan SMF pada mencit obes berpengaruh terhadap glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4 dan kalsium (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada ekspresi gen Caveolin-1 dan GLUT4 setelah diberikan pajanan SMF (p>0,05). Pajanan SMF yang terbaik ditunjukkan pada kelompok mencit obes yang dipajan SMF selama 7 hari dapat mempengaruhi glukosa darah, kadar HbA1c, ekspresi protein DPP4, gen Caveolin-1 dan GLUT4 menurun serta peningkatan dalam kadar kalsium. ......Obesity is one of the metabolic disorders caused by the accumulation of excess fat in adipose tissue. Obesity has risk factors associated with metabolic disorders resulting in insulin resistance, such as Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM). This study aimed to examine the effect of static magnetic field (SMF) exposure on obesity-prone mice with T2DM susceptibility. The research design involved an in vitro laboratory experimental stuy using  C57BL/6J male mice aged 12 to 18 weeks, fed standard and high-fat diets (HFD), followed by exposure to a 2 mT SMF for duration of 2, 7, 14, and 21 days, with each exposure lasting 1 hour per day. This study  observed the effects of SMF exposure on blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium level. Statistical analysis for blood glucose and HbA1c levels used paired sample t-test or Wilcoxon. Differences in blood sugar, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, and calcium levels were analyzed using One-way ANOVA or Kruskal-Wallis. If significant differences are found, Post Hoc or Mann-Whitney tests were conducted. The correlation test between DPP4 protein with Caveolin-1 and GLUT4 genes expression were conducted using Pearson correlation (p>0,05). The research indicated that SMF exposure in obese mice significantly influences blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, and calcium (p<0.05). There were no significant differences observed in the expression of Caveolin-1 and GLUT4 genes after SMF exposure (p>0.05). The most effective SMF exposure duration was observed in the obese mice group exposed to SMF for 7 days, resulting in decreased blood glucose, HbA1c levels, DPP4 protein, Caveolin-1 and GLUT4 genes expression, as well as increased calcium.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Dwi Hardika
Abstrak :
Latar Belakang/Tujuan: Premature cellular senescence yang sering dikaitkan pada kondisi Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) dapat meningkatkan berbagai risiko penyakit terkait usia. Time restricted feeding sebagai contoh puasa Ramadhan ditengarai dapat menghambat proses penuaan. Sejauh ini, telah banyak studi yang menilai efek puasa Ramadhan terhadap berbagai parameter metabolik dan antropometrik, namun belum ada studi yang mengevaluasi efek puasa Ramadhan terhadap biomarker aging yang dinilai melalui panjang telomer leukosit relatif (TLR). Metode: Studi dengan desain potong lintang dan kohort retrospektif pada subjek DMT2 dan subjek non-DM berusia 40 – 60 tahun yang menjalani ibadah puasa Ramadhan setidaknya selama minimal 14 hari pada bulan Mei – Juli 2018 dan bulan Mei – Juli 2019. Perbedaan rerata panjang TLR antar subjek DMT2 dan non-DM dianalisis dengan uji Mann Whitney sedangkan perbedaan rerata TLR pada subjek DMT2 yang berpuasa dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil: Pada 39 subjek DMT2 dan 36 subjek non-DM subjek DMT2 yang ikut dalam penelitian ini didapatkan pemendekan panjang TLR yang bermakna pada subjek DMT2 dibandingkan dengan subjek non-DM (0,436 (0,034 –1,472) vs 1,905 (0,615 –12,380), p =0,000) dan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna pada 48 subjek DMT2 yang menjalani puasa minimal 14 hari (0,391 (0,021 – 1,515) vs 1,117 (0,528 –1,741), p=0,112), namun bermakna secara klinis. Kesimpulan: Pada subjek DMT2 terjadi pemendekan panjang TLR yang secara statistik bermakna dibandingkan subjek non-DM sedangkan pada subjek DMT2 yang menjalani puasa Ramadan didapatkan pemanjangan panjang TLR yang tidak bermakna secara statistik namun bermakna secara klinis. ......Background/Aim: Premature cellular senescence which is often associated with type 2 diabetes mellitus (T2DM) can increase the risk of various age-related diseases. Time restricted feeding such as Ramadhan fasting hypotesized could delay the aging process. So far, there have been many studies assessing the effects of Ramadan fasting on various metabolic and anthropometric parameters, but no studies have evaluated the effect of Ramadhan fasting on aging biomarkers assessed by the relative telomere leucocyte length. Method: An observational comparative dan cohort retrospective study was conducted from May to July 2018 and May to July 2019 on 40 – 60 years old T2DM and non-DM subjects. The mean difference between TD2M and control was analysed using Mann Whitney test and the mean difference relative telomere length in subjects with T2DM who underwent at least 14 days of Ramadan fasting was analyzed using Wilcoxon test. Results: A total of 36 subjects with type 2 diabetes dan 39 subjects non-DM who enrolled in this study, there were a significant decrease relative leucocyte telomere in subjects with type 2, compared with controls (0,436 (0,034 – 1,472) vs 1,905 (0,615 – 12,380), p =0,000) but there were statitically insignificant but clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting at least 14 days (0,391 (0,021–1,515) vs 1,117 (0,528–1,741), p=0,112. Conclusions: In T2DM subjects, there were a statistically significant decrease relative leucocyte telomere compared with controls while there were statitically insignificant but clinically significant increase relative leucocyte telomere in subject with type 2 diabetes who underwent Ramadhan fasting.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mashudi
Abstrak :
PMR adalah suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui pemberian tegangan pada suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian untuk mendapatkan sensasi rileks. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasikannya pengaruh progressive muscle relaxation(PMR) terhadap penurunan kadar glukosa darah (KGD) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) di RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan pre and post with control group, masing-masing kelompok terdiri dari 15 orang responden. Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh PMR secara signifikan dalam menurunkan KGD pasien DMT2 di RSUD Raden Mattaher Jambi. Sedangkan variabel umur, jenis kelamin, penyakit penyerta, dan lama menderita DMT2 tidak mempunyai hubungan dengan rata-rata penurunan kadar glukosa darah setelah intervensi. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk menjadikan PMR sebagai salah satu intervensi keperawatan mandiri dan memasukkan PMR dalam protap penatalaksanaan pasien DMT2.
PMR was procedure to muscle relaxation, through stretching and relaxing the muscles followed by focus attention to create relaxation effect. The aim of this study was to identivy the effect of progressive muscle relaxation to decrease blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus in Raden Mattaher Hospital Jambi. The study used quasi-experimental with pre and post control group, each group consisted of 15 respondents. Data was analyzed by univariate and bivariate test. The results showed that there was a significant effect of PMR in lowering blood glucose levels of DMT2 patients in Raden Mattaher Hospital Jambi. The variables of age, sex, comorbidities, and long-suffering DMT2 did not have a significant relationship with an average of blood glucose levels after providing intervention. The results could be an input for nurses to develop the PMR as an independent nursing intervention as a part of nurse management standard for DMT2 patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gabrielle Ophelia Kusuma
Abstrak :
Latar belakang: Kondisi hiperglikemi pada diabetes mellitus dapat menyebabkan stress oksidatif akibat ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan. Pada hati, komplikasi terberat dari stres oksidatif adalah non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). Hingga saat ini, metformin merupakan drug of choice pengobatan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2), namun dapat menimbulkan efek samping yang menurunkan kepatuhan berobat pasien seperti mual, muntah, dan diare. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menilai aktivitas antioksidan α-mangostin terhadap kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH) hati tikus dengan DMT2 sebagai kandidat obat alternatif metformin untuk menangani stres oksidatif pada DMT2. Metode: Penelitian dilakukan terhadap tikus Wistar jantan (usia 10-12 minggu) dan dibagi menjadi enam kelompok uji: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200mg/kgBB, DMT2+α-mangostin 100mg/kgBB, dan DMT2+α-mangostin 200mg/kgBB. Kelompok DMT2 diinduksi dengan diet tinggi lemak dan glukosa, lalu diinjeksi streptozotocin. Kadar MDA dan GSH kemudian diukur dengan kit pemeriksaan pada jaringan hati yang telah disimpan dalam suhu -80°C setelah tikus-tikus di-sacrifice. Hasil: α-mangostin 100 mg/kgBB memberikan hasil paling baik, yaitu selisih terbesar kadar biomarker dibandingkan keadaan DMT2, di mana terjadi penurunan kadar MDA yang signifikan (p=0.038 vs DMT2) dan peningkatan kadar GSH signifikan (p=0.029 vs DMT2). Kesimpulan: α-mangostin mampu mempengaruhi kadar MDA dan GSH pada hati tikus dengan DMT2. ......Background: The hyperglycaemic condition in diabetes mellitus causes oxidant and antioxidant imbalance, leading to oxidative stress. In the liver, the worst possible complication of oxidative stress is non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). So far, metformin is the drug of choice for treating type 2 diabetes mellitus (T2DM), but it has possibilities of causing nausea, vomiting, and diarrhoea, thereby disrupting patient compliance. Objectives: This study aims to investigate α-mangostin’s antioxidant activity towards malondialdehyde (MDA) and glutathione (GSH) levels in T2DM rats’ liver as a candidate alternative of metformin to treat oxidative stress in T2DM. Methods: Research is conducted towards male Wistar rats (age 10-12 weeks) separated into six groups: normal, normal+α-mangostin 200mg/kgBW, T2DM, T2DM+metformin 200mg/kgBW, T2DM+α-mangostin 100mg/kgBW, and T2DM+α-mangostin 200mg/kgBW. T2DM groups were induced with high fat-high glucose diet and streptozotocin injection. MDA and GSH levels were obtained with the appropriate assay kit of liver tissues (refrigerated at -80°C) after the rats were sacrificed. Results: 100mg/kgBW dose of α-mangostin yields the best results (highest biomarker levels difference than T2DM group). It significantly decreased MDA levels (p=0.038 vs T2DM) and significantly increased GSH levels (p=0.029 vs T2DM). Conclusion: α-mangostin is able to affect MDA and GSH levels in T2DM rats’ liver.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Destri Andari
Abstrak :
First-degree relatives (FDR) adalah generasi pertama (anak) dari orangtua yang memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2. Kejadian DM tipe 2 pada FDR secara genetik berisiko 2 kali lipat dibandingkan Non FDR. Penyakit ini didasari adanya inflamasi derajat rendah kronik berhubungan dengan menurunnya aktivitas anti-inflamasi. Diperlukan upaya pencegahan diantaranya dengan memberikan probiotik yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anti-inflamasinya. Bakteri Lactococcus lactis ssp lactis YPD 01 adalah bakteri yang dominan ditemukan pada makanan dadih yang berasal dari Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 terhadap perkembangan monosit menjadi sel dendritik dengan mengkaji peran CD11C,CD80 dan CD40 pada kultur darah PBMC subjek FDR dan NFDR DMT2. CD40 dan CD80 berperan dalam penanda perubahan karakter sel-sel dendritik sebagai sel penyaji antigen dan penting dalam mengaktivasi sel T helper.  Sebanyak 22 sampel darah masing-masing subjek FDR dan NFDR DMT2 dikultur dengan menambahkan Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 pada hari ke-0 dan diinkubasi selama 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Pada kondisi awal H-0 tanpa stimulasi diketahui bahwa pada subjek FDR DMT2 didapatkan ekspresi CD40 tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan ekspresi CD80 pada sel dendritik. Pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 dapat menyebabkan perkembangan  ekspresi CD40 pada subjek FDR DMT2 menurun dibanding tanpa pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01. ......First-degree relatives (FDR) are the first generation (children) of parents who have a history of type 2 diabetes mellitus. Occurrence of type 2 DM in FDR genetically at risk 2 times compared to Non FDR. This disease is based on chronic low-grade inflammation associated with decreased anti-inflammatory activity. Prevention efforts are needed, including by giving probiotics which are expected to increase their anti-inflammatory abilities.bacteria Lactococcus lactis ssp lactis is the dominant bacteria found in dadih food originating from West Sumatra. This study aims to analyze the effect of administration of Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on the development of monocytes into dendritic cells by examining the role of CD11C, CD80 and CD40 in PBMC subjects FDR and NFDR DMT2. CD40 and CD80 play a role in markers of changes in the character of dendritic cells as antigen-presenting cells and are important in activating T helper.  A total of 22 blood samples from each of the FDR and NFDR groups DMT2 was cultured by adding Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on day 0 and incubated for 3 days, 6 days and 9 days. In the H-0 initial condition without stimulation it was known that in FDR DMT2 subjects the expression of CD40 was three times higher than the expression of CD80 in dendritic cells. Giving Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 can cause the development of CD40 expression in FDR DMT2 subjects to decrease compared to without administration of actococcus lactis ssp lactis YPD01.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Sulfianti
Abstrak :
Polimorfisme gen TCF7L2 telah dilaporkan berasosiasi dengan DMT2 di berbagai populasi di dunia. Pada penelitian ini, dilakukan studi cross-sectional pada 160 individu di Desa Penglipuran, Bangli yang bertujuan mengetahui prevalensi DMT2 di desa tersebut dan melihat keterkaitannya dengan polimorfisme gen TCF7L2. Tiga SNPs gen TCF7L2 yang diidentifikasi adalah rs7903146, rs10885406, dan rs12255372. Berdasarkan data klinis sampel, diketahui bahwa prevalensi DMT2 di Desa Penglipuran sebesar 5%. Studi asosiasi pada masingmasing SNPs menunjukkan bahwa asosiasi hanya ditemukan pada DMT2 laki-laki yang dipengaruhi oleh rs12255372 (p = 0,036), sedangkan dua SNPs lain, yaitu rs7903146 dan rs10885406 tidak berasosiasi (p > 0,05) dengan DMT2. Berdasarkan analisis melalui haplotype, juga tidak ditemukan adanya asosiasi antara tiap variasi haplotype dari ke-tiga SNPs tersebut dan DMT2 di Desa Penglipuran (p > 0,05).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifatul Khoiriyah
Abstrak :
Latar belakang: Diabetes melitus tipe 2 masih menjadi masalah kesehatan global yang serius. Prevalensi DMT2 selalu meningkat dari tahun 2000-2021 yakni dari 4,55% menjadi 10,6%. Angka kematian DMT2 juga mengalami peningkatan sebanyak 57,94% dari tahun 2011 ke tahun 2021. Walaupun pemerintah sudah berupaya dalam mengendalikan DMT2, beban penyakit ini diproyeksikan meningkat hingga tahun 2045. DMT2 merupakan penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Beban penyakit DMT2 ini dapat tercermin dalam ukuran DALYs. Penelitian ini bertujuan untuk melihat tren DALYs penyakit DMT2 dan faktor risikonya di Indonesia tahun 1990-2021. Metode: Penelitian ini menggunakan metode systematic review dengan data sekunder Global Burden of Disease 2021. Populasi dari penelitian ini adalan penduduk usia ≥ 35 tahun di 34 provinsi di Indonesia dengan unit analisis provinsi. Variabel dalam penelitian ini adalah DALYs DMT2, DALYs DMT2 akibat IMT tinggi, dan DALYs DMT2 akibat perilaku merokok. Hasil: Penelitian menjukkan DALYs DMT2 mengalami kenaikan sebesar 59,6% dari tahun 1990-2021. Faktor yang paling berkontribusi dalam DALYs DMT2pada tahun 2021 yaitu IMT tinggi (41,7%) dan perilaku merokok (15,8%). DALYs DMT2 yang disebabkan oleh faktor risiko tersebut juga mengalami kenaikan, dengan rincian 133,21% untuk IMT tinggi dan 69,2% untuk perilaku merokok. Kesimpulan: DALYs DMT2, DALYs DMT2 akibat IMT tinggi, dan DALYs DMT2 akibat perilaku merokok selalu meningkat dari tahun 1990-2021. Hal ini menunjukkan kewaspadaan masyarakat terhadap dampak DMT2 yang masih rendah. ......Background: Type 2 diabetes mellitus remains a serious global health problem. The prevalence of T2DM has always increased from 2000-2021, from 4.55% to 10.6%. The mortality rate of T2DM also increased by 57.94% from 2011 to 2021. Despite the government's efforts to control T2DM, the disease burden is projected to increase until 2045. T2DM is a disease with high mortality and morbidity. The disease burden of T2DM can be reflected in the DALYs measure. This study aims to examine the trend of T2DM disease DALYs and its risk factors in Indonesia from 1990 to 2021. Methods: This study used systematic review methods with secondary data from the Global Burden of Disease 2021. The population of this study was the population aged ≥ 35 years in 34 provinces in Indonesia. The variables in this study were T2DM DALYs, T2DM DALYs due to high BMI, and T2DM DALYs due to smoking behaviour. Results: The study showed that T2DM DALYs increased by 59.6% from 1990- 2021. The most contributing factors to T2DM DALYs in 2021 were high BMI (41.7%) and smoking behaviour (15.8%). T2DM DALYs caused by these risk factors also increased, with 133.21% for high BMI and 69.2% for smoking behaviour. Conclusion: T2DM DALYs, T2DM DALYs due to high BMI, and T2DM DALYs due to smoking behaviour always increased from 1990-2021. This shows that public awareness of the impact of T2DM is still low.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library