Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yudhi Huang
Abstrak :
Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tapi terkadang tujuan membentuk suatu keluarga yang kekal tidak dapat di laksanakan karena terdapat perbedaanperbedaan yang tidak dapat lagi di tolerir, sehingga ikatan perkawinan tersebut harus terputus. Ketika suatu ikatan perkawinan terputus terdapat akibat-akibat yang mengikuti di belakangnya, salah satunya ialah mengenai pengasuhan anak. Faktorfaktor apa saja yang menyebabkan hak asuh terhadap anak yang masih di bawah umur tidak diberikan kepada pihak ibu dan upaya apa yang dapat dilakukan oleh pihak ayah untuk mendapatkan hak asuh terhadap anak di bawah umur jika teijadi perceraian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian hukum yuridis normatif (penelitian kepustakaan). Data yang digunakan adalah data primer berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai keluarga dan anak, selain didukung dengan data sekunder berupa literatur buku dan tulisan yang di dalamnya membahas mengenai keluarga dan anak. Yang kemudian dianalisa secara kualitatif dengan menganalisa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak asuh anak yang masih dibawah umur yang diberikan kepada pihak ayah sehingga dapat diketahui kesesuaian peraturan dengan kenyataan. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan hak asuh terhadap anak yang masih di bawah umur tidak diberikan kepada ibu karena kebiasaan ataupun tabiat ibu yang tidak baik, kondisi lingkungan yang kurang baik sehingga dapat menyebabkan anak tersebut tidak nimbuh dengan baik. Hal yang dapat dilakukan seorang ayah untuk mendapatkan hak asuh anaknya yang masih di bawah umur ialah dengan cara membuktikan ketidak patutan ibu dari anak yang masih di bawah umur tersebut untuk mengasuh, ataupun juga dengan cara melakukan persetujuan dengan mantan istri untuk mengasuh anaknya yang masih di bawah umur. Sebaiknya perceraian yang teijadi tidak menyebabkan perselisihan antara suami-isteri agar kondisi yang tidak harmonis tersebut berdampak buruk terhadap anak, selain itu dalam memutuskan kasus perceraian hakim dapat meminta bantuan kepada komisi perlindungan anak agar kondisi kejiwaan anak lebih terperhatikan.
A marriage according to Article 1 of the Marriage Act, Act Number 1 o f 1974 is an internal and physical bond between a man and a woman as the husband and wife to form a happy and lasting family based on a faith to God Almighty. Sometimes the objective to form a lasting family can not be fulfilled because o f unsolved differences, therefore the matrimony bond can be broken. When the bond is broken there are consequences, among other things is child custody. In the researched factors that can cause child custody for minor to the father instead o f the mother, and guidelines for the father to get the legal custody for a child in a divorce. This research?s methodology is Yuridis Normative (Library research) focus on marriage laws. The data sources are from secondary data that has been analyze qualitatively which are regulations related to child custody right for minor children compare with the regulations applied in reality. The result o f this research for child custody, there are factors that make child custody not to be given to the mother, such as bad behavior, unsupported residential environment, etc. in order to get the child custody, the father should prove that the mother is not suitable to raise the child, or making an arrangement on the child custody. A divorce should not be worsen by conflict in court, so it will not add the negative effect to the children, and in deciding a divorce case, the judges can ask assistant from Child Protection Commission for the best interest o f the child psychology.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T37006
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nya`Zata Amani
Abstrak :
ABSTRAK
Budaya Aceh dan ajaran Islam menekankan pentingnya peran ayah dalam kehidupan anaknya. Selain itu, Aceh juga provinsi dimana ajaran agama menjadi dasar hukum dan terintegrasi dalam kehidupan masyarakatnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi sanctification of parenting, yaitu sejauh mana ayah mempersepsi pengasuhannya kepada anak sebagai sesuatu yang memiliki divine character dan significance, terhadap keterlibatan ayah pada domain perilaku dan kualitas afeksi yang dipersepsi oleh anak. Keterlibatan ayah pada domain perilaku diukur menggunakan Reported Father Involvement Scale (Finley & Schwartz, 2004) dan kualitas afeksi diukur menggunakan Nurturance Fathering Scale (Finley & Schwartz, 2004). Sanctification of parenting diukur menggunakan alat ukur Sanctification of Parenting (Mahoney, Pargament, A. Murray-Swank, & N. Murray-Swank, 2003). Hasil analisis statistik regresi linear pada data dari 133 pasang ayah dan anak di Aceh menunjukkan bahwa sanctification of parenting berkontribusi signifikan pada keterlibatan ayah pada domain perilaku dan kualitas afeksi yang dipersepsi oleh anak. Analisis data demografi menunjukkan perbedaan rata-rata keterlibatan ayah pada jenis kelamin anak dan perbedaan kualitas afeksi pada tipe sekolah anak dan tingkat pendapatan total keluarga. Tidak ada perbedaan rata-rata pada sanctification of parenting antara urutan lahir anak, jenis kelamin anak, dan pendidikan pesantren ayah. Diskusi hasil penelitian, limitasi, serta saran penelitian lanjutan dijelaskan di bagian akhir.
ABSTRAK
Both the culture of Aceh and Islamic teachings stresses the important role of father to the child. This study was intended to find the extent to which Sanctification of Parenting, perception of a father to his caregiving process as having divine character and significance, can predict Father Involvement, operationalized in behavior domains involvement and affective quality perceived by the child. The variables measured using Reported Father Involvement Scale (Finley & Schwartz, 2004) and Nurturance Fathering Scale (Finley & Schwartz, 2004) measured in the child and Sanctification of Parenting (Mahoney, Pargament, A. Murray-Swank, & N. Murray-Swank, 2003) measured in the father. One hundred and thirty three pairs of father and adolescent in Aceh participated in the study. Based on linear regression analysis, Sanctification of Parenting contributes significantly to Father Involvement, both in behavior domains and affective quality perceived by the child. Analysis of demographic data shows differences in father involvement based on child gender, differences in affective quality based on school type and level of family income There is no mean differences between child birth order, child gender, and father pesantren education in sanctification of parenting score. Further discussion, limitation, and future research suggestion elaborated in the end.
2016
S64172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Shinta Dewi Prameswari
Abstrak :
Jumlah anak yang didiagnosis dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) semakin meningkat setiap tahunnya. GSA merupakan suatu gangguan perkembangan yang ditandai dengan adanya gangguan yang bertahan dalam komunikasi dan interaksi sosial, serta munculnya pola tingkah laku, minat, serta aktivitas yang berulang. Menjadi orang tua dari anak dengan Spektrum Autisme (SA) menyajikan tantangan tersendiri. Meski bukan pengasuh utama, ayah juga turut terlibat dalam pengasuhan dan menghadapi berbagai tantangan yang dapat membuat mereka mengalami stres. Namun demikian, penelitian mengenai stres pada ayah yang memiliki anak dengan SA masih terbatas. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk memeroleh gambaran yang mendalam mengenai stres pengasuhan ayah yang memiliki anak dengan SA. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi terhadap 4 orang ayah yang memiliki anak laki-laki dengan SA yang berusia remaja hingga dewasa muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ayah mengalami stres yang bersumber dari berbagai tantangan yang muncul pada tiap tahapan perkembangan anak mereka. Salah satu sumber stres yang sering disebut adalah finansial. Penerimaan terhadap kondisi anak dan cara yang digunakan dalam menangani stres sangat memengaruhi tingkat stres yang dirasakan oleh ayah. Melalui pengalaman mereka mengasuh anak dengan SA, para ayah juga mengalami berbagai perubahan positif dalam hidupnya.
The number of children diagnosed with Autism Spectrum Disorder (ASD) is increasing every year. ASD is a developmental disorder characterized by persistent deficits in communication and social interaction, and the emergence of repetitive behavioral patterns, interests, and activities. Being a parent of children with Autism Spectrum (AS) presents its own challenges. Although not the primary caregiver, fathers are also involved in parenting and facing various challenges that can make them experience stress. However, research on stress in fathers who have children with AS is still limited. For this reason, this study was carried out to obtain an overview of parenting stress of fathers who have children with AS. This research was conducted with a qualitative method using semi-structured interviews and observations of 4 fathers who have teenager to young adult boys with AS. The results of the study showed that fathers experienced stress resulting from various challenges that arose at each stage of their childs development. One of the most commonly mentioned stressor is financial. Acceptance of the childs condition and the coping strategy used to deal with stressor greatly influences the level of stress felt by the father. Through their experience in raising children with AS, fathers also experienced positive changes in their life.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsa Dhiya M
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interaksi ayah-orang dewasa keterikatan dengan orang dewasa baru yang berada dalam hubungan romantis. Keterlibatan Ayah memiliki dua aspek yaitu aspek afektif dan aspek perilaku. Aspek afektif dari interaksi ayah menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS), sedangkan aspek perilaku Interaksi ayah diukur menggunakan Skala Keterlibatan Ayah (FIS). Keduanya adalah alat ukur dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Kemelekatan orang dewasa memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kecemasan dan penghindaran. Untuk mengukur kedua dimensi orang dewasa attachment, digunakan untuk mengukur Experience dalam bentuk Close-Short Relations (ECR-S) Milik Wei, Russell, Mallinckrodt, dan Vogel (2007). Sebanyak 551 responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan aspek afektif Interaksi ayah memiliki hubungan dengan kecemasan lampiran (r = -0,129, p <0,01, dua sisi) tetapi tidak memiliki hubungan dengan menghindari keterikatan. Kemudian Ditemukan bahwa perilaku interaksi ayah tidak berhubungan kecemasan atau menghindari keterikatan. ...... This study aims to examine the relationship between father-adult interactions with new adults who are in romantic relationships. Father's involvement has two aspects, namely affective aspects and behavioral aspects. The affective aspect of the father's interaction uses the Nurturant Fathering Scale (NFS), while the behavioral aspects of the father's interaction are measured using the Father's Involvement Scale (FIS). Both are measuring tools developed by Finley and Schwartz (2004). Adult attachment has two dimensions, namely the dimensions of anxiety and avoidance. To measure both dimensions of adult attachment, it is used to measure Experience in the form of Close-Short Relations (ECR-S) by Wei, Russell, Mallinckrodt, and Vogel (2007). A total of 551 respondents in this study. The results of this study indicated that the affective aspect of the father's interaction had a relationship with attachment anxiety (r = -0.129, p <0.01, both sides) but had no relationship with attachment avoidance. Later it was found that the father's interaction behavior was not related to anxiety or attachment avoidance.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahl, Roald
New York : Random House, 1975
823.914 DAH d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasyim Asyari
Abstrak :
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model intervensi untuk meningkatkan perilaku tanggung jawab dalam paternal involvement keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan responden penelitian sebanyak 23. Kriteria responden adalah ayah yang memilki anak usia 2-12 tahun, tinggal dan menetap di Jabodetabek. Rancangan program intervensi menggunakan metode quasi experimental one group pre-test dan post-test dengan teknik perubahan perilaku melalui pelatihan dan teknik behaviour activation. Uji statistik dengan menggunakan non parametrik wilcoxon signed-ranks test menunjukkan perilaku tanggung jawab ayah dalam paternal involvement pada post-test M=32.65, SD=1.027 lebih tinggi dibandingkan pada pre-test M=25, SD=4.758, dengan skor signifikan yaitu Z = -4.203, dengan value Asymp. Sig 2 tailed sebesar 0,000. Hasil ini selaras dengan analisa deskriptif kualitatif yang menunjukkan bahwa perilaku tanggung jawab dalam paternal involvement pada ayah meningkat setelah diberikan pelatihan dan penerapan teknik behaviour activation.
ABSTRACT This study aims to make intervention model to improve behavior of responsibility in paternal involvement. The method used in this research is qualitative and quantitative approach with sample size of 23 respondents. The criterion of respondents are fathers, having children age 2-12 years old, and lives in Jabodetabek. The design of intervention program used quasi experimental one group pre-test and post-test methods with behavioral change techniques through training and application of behavioral activation technique. Statistical analysis of mean comparisons using wilcoxon signed-ranks non parametric test having average of responsibility behavior in paternal involvement in the post-test M = 32.65; SD = 1,027 is higher than pre-test M = 25; SD = 4.758. Meanwhile the post-test score of responsibility behavior in paternal involvement has significantly higher score than pre-test score Z = -4.203, with Ρ value Asymp. Sig 2 tailed is 0,000, with 0.05 l.o.s. These results are same with analysis of the qualitative study showed that responsibility behavior in paternal involvement after training and application of behavioral activation techniques have increased. Such outcome proved that intervention model succeeded to improve behavior of responsibility in paternal involvement of fathers in Jabodetabek.
2019
T52144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Ranti Rachmi
Abstrak :
Interaksi orang tua adalah salah satu prediktor perkembangan Theory of Mind (ToM), yaitu sebuah kemampuan sosial kognitif yang penting bagi kehidupan sosial anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran interaksi ayah, khususnya Mental State Language (MSL), terhadap perkembangan ToM pada anak usia 5 – 7 tahun. MSL diukur dengan inventori Mental State Language Ayah yang diadaptasi dari Maternal Mental State Input Inventory milik Peterson dan Slaughter (2003), dan ToM anak diukur dengan ToM Scale milik Wellman dan Liu (2004), Peterson et al., (2012), serta Perner dan Wimmer (1985). 120 pasangan ayah dan anak dari SES menengah ke atas menjadi bagian dari penelitian ini. Kontras dengan penelitian sebelumnya, studi ini menemukan bahwa MSL Ayah tidak berperan terhadap perkembangan ToM anak usia 5-7 tahun. Studi ini juga menemukan urutan perkembangan ToM yang berbeda, berupa Diverse Desire, Hidden Emotion, Sarcasm, Diverse Belief, Knowledge Access, False Belief, dan 2nd Order ToM.
Parental Interaction is one of the strong predictors of Children’s Theory of Mind Development, a social cognitive skill that affects children’s social life. This study invastigates whether father’s Mental State Language (MSL) has a role toward children’s ToM in age 5 to 7 years old. Father’s MSL measured by MSL Inventory which is adapted from Maternal Mental State Input Inventory (MMSI) (Peterson & Slaughter, 2003), and children’s ToM measured by ToM Scale (Wellman & Liu, 2004; Peterson et al., 2012; Perner & Wimmer 1985). 120 pairs of father and child from middle to high SES participated in this study. Contrast with the preliminary studies, this study suggests that fathers MSL have no role toward ToM in children 5 to 7 years old. This study also found that the childrens ToM developmental order differs from other studies, in the following order: Diverse Desire, Hidden Emotion, Sarcasm, Diverse Belief, Knowledge Access, False Belief, and 2nd Order ToM.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Bachtiar Safrudin
Abstrak :
ABSTRAK
Permasalahan yang terjadi pada keluarga ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga ke luar negeri adalah perubahan peran ayah menggantikan peran ibu yang memerlukan keseimbangan antara peran ayah dan peran ibu dalam pengasuhan remaja. Tujuan penelitian ini adalah menggali pengalaman remaja hidup dengan ayah dapat memberikan gambaran tentang permasalahan remaja selama hidup dengan ayah. Wawancara dilakukan dengan enam partisipan remaja yang memiliki latar belakang ditinggalkan ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga ke luar negeri di Desa Gebang Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif, analisis data menggunakan konten analisis. Penelitian ini menghasilkan lima tema yaitu anggota keluarga menggantikan peran ibu, pengaruh kepergian ibu terhadap remaja, persepsi remaja tentang pengaruh kepergian ibu terhadap anggota keluarga lain, respon psikologis remaja ditinggal ibu bekerja ke luar negeri dan persepsi remaja terhadap pengasuhan ayah ketika ditinggal ibu bekerja. Hasil temuan merekomendasikan kepada petugas kesehatan dalam memberikan perhatian lebih pada remaja yang ditinggalkan ibu bekerja ke luar negeri sebagai kelompok risiko untuk meminimalkan masalah yang muncul akibat kepergian ibu.
ABSTRACT
The problems in families while the mother works as housemaid in abroad is changing role of the father as a mother, so it requires a balance role as a father. The study aimed to explore the experiences of adolescents that living with a father, so it could describe the ​​adolescent problems while living with the father. Interviews were conducted with six participants. The participants is adolescents that have mother as housemaid in abroad at Gebang village, Gemuh district, Kendal. This study design was qualitative with descriptive phenomenological approach. Analysis of data used content analysis. This research has resulted seven themes. The themes are the ability of family members to do mother work; without mother changed the lives of adolescents; changes in the behavior of family members; adolescent response; changes in family and the wisdom without mother. The results of study recommended to healthcare services give more attention to adolescent as a vulnerable population that have mothers as housemaid in abroad, so it can minimize the problems.
2016
T46662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Susanti
Abstrak :
ABSTRAK
Fungsi orang tua adalah mengasuh anak. Meskipun pengertian orang tua meliputi ayah dan ibu, namun masyarakat umum seringkali menganggap peran orang tua dalam pengasuhan anak sinonim dengan peran ibu, yang secara tradisional berbeda dari ayah. Seiring dengan berjalannya waktu, pandangan tradisional tersebut mulai mengalami perubahan. Peran ayah dalam pengasuhan anak, baik secara psikologis mauan fisik, mulai diakui. Selain itu turut sertanya ayah dalam pengasuhan anak akan menguntungkan bagi orang tua dan anak. Lamb (1981) mengatakan turut sertanya ayah dalam pengasuhan akan membantu perkembangan kepribadian anak yang positif serta perkembangan peran sex dan identitas gender remaja putra dan putri. Bahkan Bigner (1994) menyebutkan anak yang kurang mendapat asuhan ayah akan mengalami kesukaran penyesuaian diri, perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial. Mengingat pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, kini banyak para ayah yang ikut terlibat dalam pengasuhan anak. La Rossa (1986 dalam Bigner, 1994) menyebutkan saat ini para ayah berusaha untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak igan anak-anak mereka. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak tidak menghilangkan peran ayah sebagai pencari nafkah keluarga. Dunia pekerjaan tidak dapat dipisahkan dari diri ayah, tetap menjadi bagian dalam hidupnya. Parson (1954 dalam Benson, 1972) mengemukakan bahwa kehidupan pria dan kehidupan rumah tangga dapat dianggap sebagai dua aspek dari serangkaian peran yang sama.. Benson (1972) mengemukakan bahwa pekerjaan atau pendidikan pria penting dalam menentukan pola pengasuhannya sebagai seorang ayah. Hal-hal yang biasa dilakukan oleh ayah dalam melakukan pekerjaan ditransfer ketika berinteraksi dengan anak. Penelitian ini hendak melihat bagaimana pola asuh ayah dikaitan dengan jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang dikhususkan adalah pekerjaan sebagai tenaga pendidik ABRI. Masyarakat umum menganggap bahwa pola asuh ABRI terhadap anaknya cenderung autoritarian. Ott (1978, dalam Turner dan Heims, 1990) mengemukakan pendekatan autoritarian merupakan cara yang biasa diterapkan oleh ayah militer dalam menerapkan disiplin pada anak-anaknya. Akan tetapi, dapatkah disimpulkan bahwa tenaga pendidik ABRI juga mengasuh anaknya secara autoritarian. Karena, walaupun memiliki persamaan dengan ABRI umumnya, namun mereka juga berperan sebagai pendidik orang dewasa seperti layaknya guru/pengajar di lembaga pendidikan. Tenaga pendidik ABRI sendiri berdasarkan jenis tugasnya dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu guru militer dan instruktur. Guru militer lebih banyak memberikan materi yang sifatnya teori, pekerjaan mereka lebih bersifat konseptual, sedangkan instruktur lebih banyak bekerja di lapangan untuk mengajarkan praktek/ketrampilan yang sifatnya praktis. Untuk melihat pola asuh ayah yang bekerja sebagai tenaga pendidik ABRI digunakan alat berbentuk kuesioner berisi 39 item yang terdiri dari 15 item menggambarkan pola asuh autoritatif, 12 item menggambarkan pola asuh autoritarian, dan 12 item menggambarkan pola asuh permisif. Hasil penelitian menunjukkan ayah yang bekerja sebagai tenaga pendidik ABRI lebih autoritatif dibandingkan permisif dan autoritarian dalam mengasuh anaknya. Selain itu dalam penelitian ini juga tidak dilihat perbedaan yang signifikan dalam pola asuh autoritatif, autoritarian, dan permisif antara tenaga pendidik yang guru militer dan tenaga pendidik yang instruktur. Perhitungan nilai rata-rata subyek berdasarkan perbedaan karakteristik data kontrol yaitu jenjang kepangkatan, jumlah anak, dan pendidikan umum, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada pola asuh autoritatif, permisif dan autoritarian, kecuali pada pembagian kelompok subyek berdasarkan perbedaan usia. Hasil yang tidak signifikan dari penelitian ini mungkin dapat disebabkan karena banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi pola asuh, bisa juga karena alat ukur yang digunakan belum menggambarkan aspek pengasuhan secara keseluruhan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran terutama ditujukan untuk mengontrol hal-hal lain yang mempengaruhi pola asuh dan menggunakan alat ukur lain yang sebelumnya telah diuji coba sebelum penelitian, agar dapat mengganti item yang tidak baik.
1997
S2733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>