Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gun Gun Heryanto
Abstrak :
Penelitian ini tertarik membatas relasi kekuasaan pada kebijakan perubahan status hukum TVRI setelah era reformasi tepatnya pada saat TVRI berstatus Perjan sekaligus pada transisi perubahannya hingga menjadi Persero. Tentu saja, dengan tidak melupakan aspek historisitas dari perjalanan TVRI sebelumnya sebagai bahasan pendukung. Mengingat saat ini berbagai perubahan di TVRI masih terus berlangsung, penelitian ini secara tegas membatasi diri hingga tanggal 15 April 2003. Pertimbangannya, karena pada tanggal tersebutlah status hukum Persero bagi TVRI disahkan pemerintah melalui Meneg BUMN. Kebijakan perubahan status hukum TVRI tentu saja tidak lahir begitu saja, melainkan muncul dari pergulatan berbagai kepentingan yang mendeterminasi keseluruhan proses reformasi TVRI. Untuk itu sangat relevan jika peneliti mengungkap : Bagimanakah latarbelakang lahirnya kebijakan perubahan status hukum TVRI dari Yayasan/Unit Pelaksana Teknis Deppen ke Perusahaan jawatan (Perjan) dan Perusahaan Perseroan (Persero)? Permasalahan-permasalahan apa saja yang terjadi pada saat penetapan kebijakan perubahan status hukum (Perjan dan Persero) tersebut ? serta bagaimana dampak kebijakan perubahan status hukum tersebut bagi TVRI saat terutama dikaitkan dengan ditetapkannya TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dalam UU No.32 /2002 ?. Paradigma yang digunakan dalant penelitian ini adalah paradigma kritis. Sementara tipe penelitiannya bersifat kualitatif. Untuk pengumpulan data di lapangan digunakan tiga teknik : Dokument analysis dipergunakan untuk menelaah data-data yang telah ada baik yang berupa dokumen kebijakan status hukum TVRI atau kebijakan dan tulisan yang relevan. Depth interviewing wawancara mendalam dengan nara sumber yang relevan dengan substansi masalah penilitian, serta Unstructure observation, observasi langsung tidak terstruktur dengan mengamati perkembangan-perkembangan yang terjadi di TVRI. Data yang didapat bails berupa dokumen maupun hasil wawancara dianalisa dengan perspektif Critical Political-Economy dari varian konstruktivisme. Untuk membantu mempertajam analisa critical political economy juga digunakan analisa dari Teori Konstruksi Sosial, terutama untuk memahami realitas sosial TVRI di tengah realitas sosial industri penyiaran secara keseluruhan. Ada tiga periode yang relevan dalam konteks kebijakan status hukum TVRI. Pertama, status hukum TVRI era 1962 hingga 1975 di.anana TVRI ditetapkan badan hukumnya sebagai Yayasan TVRI. Kedua, status hukum TVRI era 1975 hingga 1999 dimana TVRI mulai memasuk era status hukum ganda. Disamping sebagai yayasan, TVRI juga ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Deppen. Pada kedua periode tersebut yang dominan memanfaatkan TVRI adalah negara. Ketiga, status hukum TVRI era Reformasi yakni dengan status Perjan dan Persero. Hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa kebijakan perubahan status hukum dalam rangka reformulasi TVRI itu tidak semata diciptakan oleh struktur. Terdapat sejumlah tindakan aktor di TVRI (human agency) yang sebenarnya berpengaruh. Dengan demikian, terdapat interplay yang dinamis antara struktur dan agency dalam bentuk negosiasi peran dan kewenangan. Historical siluatedness kebijakan perubahan status hukum TVRI adalah : pertama, terjadinya reformasi sehingga membuka "rang" bagi TVRI untuk berubah. Likuidasi Deppen menjadi entry point perubahan bentuk dan fungsi TVRI dari media organik negara menuju televisi publik. Kedua, loby dari insan TVRI selain kepada pemerintah, juga kepada DPR, LSM, dan akademisi. Ketiga, tekanan industri pasar karena muncul kecenderungan untuk menjadikan TVRI seperti halnya TV komersial yakni menjadi capitalist venture. Keempat, pada saat pengalihan transisi TVRI dari Perjan ke Persero, TVRI disyahkan menjadi Lembaga Penyiaran Publik. Hanya saja, tuntutan menjadi TV Publik belum bisa direalisasikan apalagi dengan pilihan TVRI yang mengadopsi model persero yang tampil bak "swan to". Sejumlah masalah muncul dan berkembang di TVRI, sehingga menyebabkan mandulnya Perjan TVRI. Terdapat relasi kekuasaan pertama, antara Negara dengan TVRI dalam bentuk negosiasi peran dan kewenangan negara atas TVRI. Banyak peraturan-peraturan yang telah di"buat bertentangan sate sama lain . Contoh paling nyata saat Dirut Sumita Tobing dilarang melakukan 21 wewenang, karena sudah didelegasikan kepada Direktur Administrasi dan Keuangan. Kedua, relasi TVRI DPR, dalam hal ini juga mengundang polemik karena permintaan DPR agar TVRI menjadi TV Publik. Karena menganggap sudah badan usaha, seringkali Perjan TVRI tidak mau bergabung dalam rapat dengan Komisi I, melainkan dengan Komisi IX. Ketiga, terjadi relasi kekuasaan antar aktor di tubuh TVRI, seperti antara Dirut dengan para Direktur, Dirut dengan manajemen level menengah, karyawan Federasi Serikat Pekerja-TVRI dengan non FSP. Ini semua menyatu dengan permasalahan-permasalahan TVRI bails aktual ataupun "dosa turunan" sehingga menambah kompleksnya persoalan TVRI. Satu hal yang pasti, TVRI saat ini tidak bisa di`icategorikan TV publik, karena prinsip-prinsip umum TV Publik belum diimplementasikan secara baik. Kesimpulannya saat membicarakan perubahan status hukum TVRI, faktor ekonomi bukan satu-satunya penyebab perubahan melainkan juga terdapat faktor politik.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.G. Sudibyo
Abstrak :
Perkembangan industri media massa di Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini pesat sekali. Penanaman modal secara besar-besaran telah dilakukan oleh para pemilik modal khususnya sejak diijinkannya televisi swasta di Indonesia. RCTI, SCTV ,TPI , ANTV dan INDOSIAR adalah stasiun-stasiun televisi swasta yang ada di Indonesia. Kondisi ini menyebabkan terjadinya persaingan atau kompetisi di antara ke lima stasiun televisi swasta tersebut untuk berebut pemirsa.

Salah satu cara untuk merebut pemirsa ialah dengan menampilkan program-program yang menarik agar banyak ditonton dan memperoleh Rating tinggi. Peranan rating di sini menjadi sangat penting, karena biasanya para produsen akan memasang iklan-iklan di acara-acara yang ratingnya tinggi. Di sinilah kelima stasiun andalannya.

Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan gambaran mengenai niche breadth dan niche overlap dari ke lima stasiun televisi swasta tersebut. Untuk mengukur televisi swasta tersebut berkompetisi untuk menampilkan program-program tingkat kompetisi di antara ke-lima stasiun tersebut dalam penelitian ini digunakan teori Niche. Teori ini telah berulang kali digunakan untuk mengukur tingkat kompetisi antar media massa. Dalam penelitian ini Pengukuran dilakukan derrgan menghitung Niche Breadth dan Niche Overlap terhadap program-program yang ditayangkan ke-lima stasiun televisi swasta tersebut.

Dari penghitungan Niche Breadth diperoleh hasil bahwa dua stasiun televisi yaitu RCTI dan SCTV mengarah ke pola Generalis, sedangkan tiga stasiun yaitu TPI, ANTV dan Indosiar mengarah ke pola Moderat. Namun demikian ada pola spesifik yang ditujukkan oleh masing-masing stasiun televisi swasta tersebut. RCTI dan SCTV menonjol dalam program beritanya. TPI dan ANTV mnonjol dalam program musiknya sedangkan Indosiar menonjol dalam program musik dan sinetronnya.

Dari penghitungan Niche Overlap diperoleh hasil tingkat persaingan atau kompetisi yang ketat terjadi antara RCTI dan SCTV. Persaingan antara ke-dua stasiun televisi swasta tersebut terutama terdapat di dalam program-program siaran beritanya. Sedangkan tingkat persaingan yang paling rendah terjadi antara RCTI dan ANTV.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Dwi Putranto
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang kebijakan produksi KompasTV sebagai stasiun televisi berjaringan di era konvergensi media. Bagaimana manajemen KompasTV mempertimbangkan berbagai faktor sebelum membuat kebijakan produksi terkait konvergensi stasiun jaringan KompasTV dan bagaimana praktik penerapannya dengan tetap mematuhi regulasi. Televisi saat ini masih mendominasi pasar media di Indonesia. Demi terciptanya demokrasi, pemerintah membuat aturan terkait Sistem Stasiun Jaringan (SSJ) bagi lembaga penyiaran yang ingin siarannya menjangkau secara nasional. Sistem ini membawa berbagai manfaat bagi khalayak. Di sisi lain, pengembangan SSJ membutuhkan biaya yang besar bagi lembaga penyiaran dan akan membawa kerugian besar pula bagi sepuluh stasiun televisi swasta nasional yang sudah berdiri sebelum terbitnya UU Penyiaran Tahun 2002. Hal berbeda terjadi pada stasiun televisi baru yang wajib mengembangkan SSJ agar mendapatkan izin bersiaran, salah satunya adalah KompasTV. Manajemen KompasTV berusaha patuh terhadap peraturan yang berlaku tapi tetap berusaha agar dapat menguntungkan secara finansial. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan konvergensi. Studi ini melihat bagaimana manajemen produksi KompasTV dalam melakukan konvergensi dengan tetap menjalankan regulasi SSJ. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data utama. Informan berjumlah empat orang dari jajaran manajemen Departemen News Network, Departemen Digital KompasTV dan seorang kepala biro. Penelitian ini mencapai kekesimpulan bahwa KompasTV telah memenuhi regulasi SSJ yang ditetapkan oleh pemerintah. Siaran KompasTV dapat menjangkau 29 provinsi melalui 36 stasiun televisi. Strategi konvergensi diterapkan di seluruh stasiun jaringan KompasTV. Platform YouTube merupakan platform yang paling menjadi perhatian, seluruh stasiun jaringan KompasTV diwajibkan memiliki dan mengelola kanal YouTube masing-masing. Konten yang diunggah sebagian besar merupakan potongan program Free To Air (FTA) baik yang tayang lokal maupun nasional. Dari segi ekonomi, strategi konvergensi tersebut memunculkan dua arus pendapatan baru, yakni dari iklan programmatic dan tawaran kerja sama dengan klien di daerah. Kebijakan produksi yang diambil oleh KompasTV berdasarkan dari berbagai faktor, beberapa faktor yang cukup memengaruhi adalah faktor dari luar media, seperti pengiklan, kontrol negara atas media, pasar media, karakteristik pasar dan kebijakan media. ......This thesis discusses the production policy of KompasTV as a networked television station in the media convergence era. How does KompasTV management consider various factors before making production policies related to the convergence of KompasTVnetwork stations and how to implement them in practice while still complying with regulations. Television is currently still dominating the media market in Indonesia. For the sake of creating democracy, the government has made regulations related to the Network Station System (SSJ) for broadcasting institutions that want their broadcasts to reach the national level. This system brings various benefits to the public. On the other hand, the development of SSJ requires a large amount of money for broadcasting institutions and will also bring huge losses to ten national private television stations that were already established before the issuance of the 2002 Broadcasting Law. Things are different for new television stations which are required to develop SSJ in order to obtain a broadcasting license, one of which is KompasTV. KompasTV management tries to comply with applicable regulations but still tries to be financially profitable. One of the strategies implemented is convergence. This study looks at how KompasTV's production management converges while implementing SSJ regulations. The research was conducted using a qualitative approach with in-depth interviews as the main data collection method. There were four informants from the management of the news network department, KompasTV digital department and a bureau head. This study reached the conclusion that KompasTV has complied with the SSJ regulations set by the government. KompasTV broadcasts can reach 29 provinces through 36 television stations. The convergence strategy is implemented in all KompasTV network stations. The YouTube platform is the greatest concern, all KompasTV network stations are required to own and manage their respective YouTube channels. Most of the content uploaded is part of the Free To Air (FTA) program, both broadcast locally and nationally. From an economic perspective, the convergence strategy has created two new revenue streams, namely from programmatic advertisements and cooperation offers with clients in the regions. The production policy taken by KompasTV is based on various factors. Some of the factors that are quite influential are factors from outside the media, such as advertisers, state control over media, the media market, market characteristics, and media policies.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Triana Dewi
Abstrak :
Kompetisi dalam industri media massa di Indonesia, khususnya televisi semakin ketat. Hal ini disebabkan karena munculnya semakin banyak stasiun televisi baru. Khalayak yang merupakan sumber pemasukan yang sangat berarti bagi media massa, tentu semakin diperebutkan. Dan semua stasiun televisi yang ada saat ini, berdasarkan data dari Media Scene, ada tiga stasiun yang lebih menonjol dibanding yang lainnya yaitu RCTI, SCTV, dan Indosiar. Ketiganya juga memiliki segmen pemirsa dan jenis program acara yang hampir sama. Kemampuan ketiganya dalam memenuhi kebutuhan pemirsa akan menentukan stasiun mana yang lebih unggul.

Tujuan dari studi ini adalah untuk melihat pola penggunaan media oleh pemirsa, jenis kepuasan yang dicari pemirsa, serta kepuasan yang mereka peroleh, juga tingkat persaingan diantara ketiga stasiun televisi tersebut dalam memenuhi kebutuhan pemirsanya. Kepuasan yang diperoleh pemirsa diibaratkan sebagai "niche" atau celung yang menjadi keunggulan satu stasiun televisi dibanding yang lainnya.

Ada dua landasan teori yang digunakan yaitu Uses And Gratification dan Niche Theory. Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sahid angkatan 1998, 1999, dan 2000 yang berjumlah 78 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah single cross sectional survey. Untuk melihat perbedaan tingkat kepuasan yang diperoleh pemirsa, digunakan metode analisa varians satu jalan (Oneway Anova).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga stasiun televisi lebih banyak ditonton oleh pemirsa dari kategori light viewer. RCTI lebih mendapat perhatian untuk acara musik, drama, film sari lepas, program kebudayaan dan berita dalam negeri. Indosiar lebih menarik penonton pada program komedi, kuis, dan olah raga. Sedang SCTV hanya mendapat perhatian pada program berita luar negeri. Dua kebutuhan yang sangat dicari oleh khalayak dalam menggunakan media adalah terhibur dan relaks-santai.

Hasil analisa oneway anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada kepuasan yang diperoleh dari masing-masing kelas penonton. Juga tidak terdapat perbedaan tingkat kepuasan yang diperoleh pemirsa pada ketiga stasiun televisi. Pemirsa menganggap ketiganya memiliki kemampuan yang sama dalam memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa tingkat persaingan diantara RCTI, SCTV, dan Indosiar sangat tinggi karena ketiganya memperebutkan satu celung yang sama. Tidak ada celung khusus yang membuat satu stasiun lebih unggul dari yang lainnya.
Competition in mass media industry in Indonesia, specially, for television is more tightly. It is caused by the more emerging new television stations. Significantly, of courses the audiences (television watchers) as inputs more he cared with. Currently, for all existing television stations based on data from Media Scene, there are three remarkable stations than others, those are RCTI, SCTV, and Indosiar. Three those are having almost similar market segment and programs. The capability of them to satisfy their audiences will determine which station brand is leader.

The objective of this study is to see the pattern of mass media usage by audiences, the gratification sought by the audiences, and the gratification they obtained, as well as competition degree among those three stations in satisfying its audiences needs. The satisfaction they need is resembled as `niche' to be one leading television station than others. There are two theories being used : Uses and Gratification and Niche Theory.

Sample of this research is students in major Communication Science of Sahid University from generation 1998, 1999 and 2000. The total sample is 78 students. The used research method is single cross sectional survey. To see the differences on satisfaction level of audiences had been applied one way analysis of variance (One Way Anova).

This research result had indicated that more numerously, all three stations had been watched by the audiences from light viewer category. RCTI more having attention from programs of music, drama, non serial film, culture and domestic news. Indosiar that of comedy program, quiz, and sport. Whereas, SCTV that of foreign news. Two necessities being wanted by audiences in using mass media is feeling enjoy and relax.

Significantly, analysis result of one way Anova had indicated there is no difference on satisfaction being obtained by each audience category. Neither found the difference of satisfaction level obtained by audiences of all three television stations. The audiences had supposed that those three television stations having same capability in satisfying their needs. Hence, we may say that competition degree among RCTI, SCTV and 1ndosiar is very high because they should win one similar niche. There is no special niche making one station is leader than others.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Cipto Cahyono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S47970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Arief Sofyan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lukmiyati
Abstrak :
[ABSTRAK
Industri televisi di Indonesia semakin berkembang pesat. Saat ini ada sekitar lebih dari 200 stasiun televisi yang tersebar di berbagai propinsi. Semakin sesaknya pasar membuat persaingan di industri ini semakin ketat sehingga diharapkan setiap stasiun televisi memiliki positioning yang jelas di benak khalayak untuk dapat bertahan. Namun tidak selamanya proses positioning dapat berjalan sesuai harapan, ada kalanya sebuah perusahaan mengalami kesalahan dalam positioning yang disebabkan oleh beberapa hal. Pada penelitian ini, Jak tv, sebagai salah satu stasiun televisi lokal di Jakarta, mengalami confused positioning akibat terlalu banyaknya informasi yang diberikan kepada khalayak dan bahkan salah satu informasi kesehatan menimbulkan image yang berbeda bagi khalayak. Kondisi ini menjadi salah satu alasan Jak tv melakukan repositioning untuk membangun image menjadi televisi informasi. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma post-positivis. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap 3 orang informan yaitu Direktur Utama Jak tv, Direktur Pemberitaan NCA, dan mantan Manajer R & D Jak tv, selain itu juga dilakukan observasi partisipatori dan penelusuran dokumen terkait tema penelitian. Penelitian ini bersifat evaluasi untuk menganalisis strategi repositioning yang dilakukan Jak tv yang mengalami confused positioning untuk membangun image sebagai televisi informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi repositioning yang dilakukan yaitu penyesuaian kembali STP (segmentation, targeting, positioning), perubahan manajerial di bidang SDM, perbaikan alat dan teknologi serta perubahan dan perbaikan program tayangan. Dalam rangka meraih posisi yang baru, Jak tv terus melakukan komunikasi dengan khalayak yakni penonton dan pemasang iklan, dengan memanfaatkan media promosi on air dan off air termasuk memanfaatkan unit jaringan dalam grup Mahaka Media dan Artha Graha Network
ABSTRACT
The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the positioning process can not always going well, some of them had positioning gap, which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning was made to build image of Jak tv as the information television. This research using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R & D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the researcher also did participatory observation and documents study. This is an evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had confused positioning to build image as the information television. The result showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv, as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used media promotion both on air and off air to inform their new positioning;The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the positioning process can not always going well, some of them had positioning gap, which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning was made to build image of Jak tv as the information television. This research using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R & D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the researcher also did participatory observation and documents study. This is an evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had confused positioning to build image as the information television. The result showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv, as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used media promotion both on air and off air to inform their new positioning, The television industry in Indonesia is growing fast. Nowaday, there are more than 200 tv stations in Indonesia. Regarding that, each station must has a good and clear positioning for the audience to win the competition. However, the positioning process can not always going well, some of them had positioning gap, which is caused by many factors. This research took Jak tv, one of the local tv station in Jakarta, as a case study which had confused positioning. There were too many various information for Jak tv audiences, e.g one of the health information had made misperception of Jak tv image for the audience. Then the repositioning was made to build image of Jak tv as the information television. This research using a qualitative approach and a post-positivism paradigm. The researcher did an in-depth interview to the 3 resources: the CEO, the NCA Directors and ex R & D Manager of Jak tv. In order to be more accurate and comprehensive data, the researcher also did participatory observation and documents study. This is an evaluation research to analyse the repositioning strategi of Jak tv which had confused positioning to build image as the information television. The result showed that Jak tv had made some repositioning strategies include readjustment of the STP (segmentation, targeting, positioning), the managerial transformation of the human resources, renew the broadcasting equipments and technologies, and change over of the on air look and the content of broadcast programs. Jak tv always share with the audience and the advertiser of the new positioning. Jak tv, as unit part of two groups, the Mahaka Media and the Artha Graha Network, used media promotion both on air and off air to inform their new positioning]
2015
T43747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mazaya Rizy Safira
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana eksistensi televisi lokal di Indonesia dalam hal ini JTV Surabaya melalui Model Organisasi Industri pada media. Model Organisasi Industri digunakan untuk memahami hubungan antara struktur pasar, perilaku, dan performa sebuah industri. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme melalui pendekatan kualitatif deskriptif dengan desain penelitian studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan pekerja media dan studi dokumen dari lembaga rating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dapat bertahan di tengah struktur pasar televisi yang oligopoli dan persaingan antar pemilik media, diperlukan strategi, seperti diferensiasi produk, riset program dan penentuan target khalayak. ...... This study aims to analyze the existence of local television in Indonesia, in this case JTV Surabaya with The Industrial Organization Model. The Industrial Organization Model was used to understand the relation, specifically on market conduct, and performance, specifically in media industry. This study used post-positivism through descriptive qualitative approach with case study research design. Data were collected through interviews with media workers and study documents from the rating agencies. The results showed that in order to survive in the middle of the television market structure of oligopoly and competition among media owners and concentration, a strategy was needed to be done, such as product differentiation, research programs and determining the target audience.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Yoerliansah Tangkari
Abstrak :
Layar pesawat televisi menyajikan tayangan yang menjadi media sumber informasi dan komunikasi bagi masyarakat. Oleh sebab itu, ragam tayangan televisi semakin bermunculan dan berlomba untuk menghasilkan tayangan yang berbeda. Tayangan televisi merupakan suatu produk kreatif, yang membutuhkan proses panjang dalam pembuatannya. Dengan memanfaatkan ruang khusus pengambilan gambar yang disebut studio televisi. Didalamnya terdapat ruang kosong yang dapat dimanfaatkan untuk dibangun suatu desain panggung/set yang menjadi bagian penting berlangsungnya suatu tayangan televisi. Saat pemirsa menyaksikan tayangan televisi, mereka kerap tidak menyadari bagaimana sesungguhnya kondisi di sekitar panggung. Pada layar televisi yang terlihat berupa tayangan yang telah terkemas baik antara konsep, pengisi acara, hingga background lokasi yang terlihat nyata. Kreatifitas orang-orang belakang layar mampu - mengelabui - visualisasi mata seseorang yang pada akhirnya mempengaruhi pemikiran seseorang. Desain Panggung/set dirancang sesuai konsep tayangan televisi dan dibangun dengan kualitas ruang yang sesuai. Kualitas ruang tersebut diharapkan mampu menciptakan efek tertentu dan menciptakan manipulasi arsitektur sehingga muncul tampilan yang berbeda dengan apa yang dilihat pemirsa di layar televisi. Manipulasi yang dilakukan akhirnya menghasilkan image atau citra baru, yang bahkan hasilnya bias berlawanan dengan kondisi yang sesungguhnya di studio TV. ......The Television presents us the whole information and communication in consequence that there are many new kind of television shows. Television show is a product of creative idea which is required a long process to make it real. The Television show alots a special room called television studio, it is an empty space used to created a sets which is holding the important rate for the television show. When watching the TV, usually we do not notice how the conditions around the real sets. In the screen we watch finishing show that embrace good concept, professional performers & fabulous background. The creativity of the people behind the scene is able to deceive vision and mind of audience. Sets are designed in accordance with TV show concept and arrange in accordance to the certain quality space. The quality space expected to created the special effect. Architecture manipulated the space so that the display of in tv screen viewed differently by audiences. Finally manipulation produces a new image that might contradict with the real situation in the TV studio.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52283
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatu Sya`diah
Abstrak :
Penelitian mengenai Sistem Temu Kembali Koleksi Video Pusat Dokumentasi Redaksi Berita Rajawali Citra Televisi Indonesia telah dilaksanakan pada bulan Mei 2002 dan 2003, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai keseluruhan proses yang dilalui sebuah video berita sehingga dapat menjadi koleksi sebuah Pusat Dokumentasi Redaksi Berita.Pengumpulan data dilakukan melalui tinjauan literatur, observasi dan wawancara langsung baik kepada Kepala Pusat Dokumentasi selaku pembuat kebijakan maupun kepada staf Pusat Dokumentasi yang memahami secara mendalam proses pengolahan koleksi video berita. Pada tahap analisisnya, data-data yang didapat di tempat penelitian melalui observasi dan wawancara dibandingkan dengan berbagai literatur yang mendukung. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian aksi (actions research).Hasilnya menunjukkan bahwa banyak kebijakan Pusat Dokumentasi diterapkan dengan tepat guna, walaupun dapat ditingkatkan pada daerah pangkalan datanya. Penyusunan suatu kebijakan dalam pengindeksan dapat meningkatkan potensi koleksi video sehingga dapat digunakan semaksimal mungkin.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S15126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library