Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deasti Nurmaguphita
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari hubungan pola asuh dengan perilaku seksual beresiko pada remaja di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantu!, DIY. Desain penelitian ini adalah descriptive correlational secara cross sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 102 remaja. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh dengan perilaku seksual beresiko pada remaja. Sedangkan variabel yang paling mempengaruhi perilaku seksual beresiko pada remaja di Kecamatan Pundong Kabupaten Bantu! adalah pola asuh otoriter. Penelitian ini merekomendasikan perlu adanya pola komunikasi dalam keluarga yang terbuka untuk mencegah perilaku seksual beresiko pada remaja. ...... This study was aiming to gain an overview of the parenting relationship with a risk sexual behavior in adolescents in Pundong Bantul, Y ogyakm1a. The design of study was cross-sectional descriptive correlational. Respondents in this study amounted to 102 teenagers. The sampling technique was done by cluster sampling. The results of this study suggested a link between parenting style with risk sexual behavior in adolescents. The most influenced variable sexual risk behavior in adolescents in Pundong, Bantul was authoritarian parenting. The study recommended the need for open communication patterns in family to prevent risk sexual behavior in adolescents.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Azalea Vargas
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja di Jakarta Pusat. Masalah perilaku yang diukur dalam penelitian ini adalah masalah emosional, distres psikologis, conduct problem, dan perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur keterlibatan ayah, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional dan conduct problem, Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) untuk mengukur distres psikologis, dan alat ukur perilaku kekerasan. Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang berasal dari tiga sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Pusat dan ayah yang menjadi responden dalam penelitian ini. Sebanyak 403 responden anak dan 133 responden ayah dipilih melalui teknik random sampling. Berdasarkan teknik analisis data pearson correlation test, terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan tiga bentuk masalah perilaku, yakni masalah emosional, distres psikologis, serta conduct problem. Adapun pada perilaku kekerasan tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan keterlibatan ayah.
This quantitative study investigated the relationship between father involvement and behavior problems among adolescents in Central Jakarta. Behavior problems consisted of emotional problem, psychological distress, conduct problem, and violent behavior. Father involvement inventory are used to measure father involvement, subtest of emotional symptom and conduct problem of The Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) to measure emotional and conduct problem, The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) to measure psychological distress, and violent behavior inventory to measure violent behavior. There were 403 adolescents and 133 father participated in this study, selected by random sampling. According to measurement using Pearson Correlation Test, the results indicated that there were significant relationships between father involvement and emotional problem, psychological distress, as well as conduct problem. No significant relationships were found between father involvement and violent behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Rizki Kuswisnu Wardani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara adult attachment dan komitmen pada emerging adult yang sedang berpacaran. Sebanyak 203 responden mengisi kuesioner alat ukur adult attachment (Experience in Close Relationship) dan komitmen (Commitment Inventory). Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara adult attachment dan komitmen (r = -.269, p = .000). Hal ini berarti, semakin rendah adult attachment, semakin tinggi komitmen yang dimiliki. Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen dengan kategori adult attachment, yaitu secure, preoccupied, dismissive, fearful ( p > 0,5). ......The aim of this research was to examine the relationship between adult attachment and commitment among dating emerging adult. A total 203 respondent completed questionnaires on adult attachment (Experience in Close Relationship) and commitment (Commitment Inventory). In this research, the result points out a negative and significant relationship between adult attachment and commitment (r = -.269, p = .000). It means, low attachment indicates high commitment. The result of this research also indicates that the adult attachment?s categories (secure, preoccupied, dismissive, fearful) doesn?t correlated with commitment (p > 0,5).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Azura
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua tipe ruminasi (intrusive dan deliberate) terhadap posttraumatic growth pada remaja yang mengalami pengalaman buruk. Ruminasi merupakan pemikiran yang berulang-ulang mengenai suatu pengalaman, sementara posttraumatic growth merupakan perubahan psikologis positif sebagai hasil perjuangan menghadapi situasi hidup yang amat menantang. Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen: Ceklis Pengalaman Buruk, Event Related Rumination Inventory (ERRI), dan Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). Sebanyak 276 remaja usia 13-19 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Ditemukan bahwa kedua tipe ruminasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap posttraumatic growth. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa pengaruh intrusive rumination terhadap posttraumatic growth dimediasi oleh deliberate rumination. ......The objective of the present study was to investigate the effect of two types of rumination (intrusive and deliberate) on posttraumatic growth among adolescents who experienced negative events. Three instruments were used in this study: Negative Experience Checklist, Event Related Rumination Inventory (ERRI), and Posttraumatic Growth Inventory Revised for Children and Adolescents (PTGI-R-C). 276 adolescents age of 13-19 years old participated in this study. The result of this study showed that both types of rumination positively and significantly affect posttraumatic growth. Mediation analysis revealed that the effect of intrusive rumination to posttraumatic growth is mediated by deliberate rumination.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Wisanti
Abstrak :
Prevalensi perokok remaja terus meningkat bahkan di usia yang semakin muda. Aktif Mandiri edukasi interaktif, latihan asertif, dan manajemen diri sebagai salah satu tindakan keperawatan yang diharapkan dapat merubah perilaku dan persepsi remaja tentang perilaku merokok. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh intervensi keperawatan Aktif Mandiri untuk mengatasi masalah perilaku merokok pada remaja. Pelaksanaan intervensi ini dilakukan di komunitas khususnya setting sekolah yang mengelola 106 remaja perokok di SMP dan keluarga dengan sepuluh keluarga kelolaan di Kelurahan Curug selama satu tahun. Hasil evaluasi menunjukkan ada peningkatan rerata pengetahuan P=0.001, sikap P=0.007, dan perilaku P=0.001 sedangkan pada persepsi tidak terjadi peningkatan rerata P=0.056 dan peningkatan kemandirian keluarga. Intervensi Aktif Mandiri ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku secara signifikan tentang perilaku merokok. Disarankan agar intervensi Aktif Mandiri diterapkan di sekolah yang terintegrasi dengan program kesehatan remaja.
Adolescent smoker prevalence continues to increase in younger ages. Aktif Mandiri intervention interactive education, assertive training, and self-management is a nursing action as a strategy to prevent and handle smoking behavior by changing the perception and behavior of adolescents. The aim of this paper were to identify the influence of Aktif Mandiri on adolescents behavior and perception about smoking, conducted in school and family settings. Implementiation of this intervention was conducted in the community especially in school settings with 106 adolescent smokers in junior high schools and ten families at Curug. The result showed that there was significant increase of knowledge P = 0.001, attitude P = 0.007, and behavior P = 0.001, while there was no change in perception aspect P = 0.056 and increase of family independence. This Aktif Mandiri intervention can significantly increasing knowledge, attitude and behavior about smoking behavior. Aktif Mandiri education is recommended to implemented in school and integrated with adolescent health program.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nandi
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ekspektasi sosial dengan identitas diri pada remaja di DKI Jakarta dan mengetahui perbedaan antara elemen ekspektasi sosial dan status identitas berdasarkan kategori usia (early adolescents, middle adolescents, dan late adolescents). Pengukuran identitas diri dilakukan dengan menggunakan alat ukur Extended Objective Measure of Ego-Identity Status (EOM-EIS II) yang dikembangkan oleh Adams (1998). Pengukuran ekspektasi sosial dilakukan dengan menggunakan alat ukur Social Expectation Scale yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Partisipan penelitian berjumlah 190 orang yang bertempat tinggal di enam wilayah bagian DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ekspektasi sosial dengan identitas diri pada remaja di DKI Jakarta. Selain itu, juga ditemukan perbedaan yang signifikan antar kategori usia pada elemen ekspektasi keluarga dan elemen ekspektasi teman sebaya. Untuk identitas diri, terdapat perbedaan yang signifikan pada status identitas achievement dan status identitas diffusion dengan kategori usia. Pada status identitas achievement dan status identitas diffusion sama-sama terdapat perbedaan yang signifikan antara early adolescents dengan late adolescents, serta terdapat perbedaan yang signifikan juga antara kategori usia late adolescence dengan middle adolescents. Saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melihat bagaimana peran gender terhadap identitas diri, dan bagaimana hubungan pola asuh orangtua dan tokoh idola terhadap identitas diri pada remaja.
This research objective is to explore the correlation between social expectation and self identity among adolescents in DKI Jakarta, and also to know the difference between social expectation status and self identity status based on their age categories (early adolescents, middle adolescents, dan late adolescents). Measuring self identity is done by using the Extended Objective Measure of Ego-Identity Status (EOM-EIS II), which is a measuring tool developed by Adams (1998). Measuring social expectation is done by using the Social Expectation Scale, which is a measuring tool developed by the researcher. The number of participants of this research is 190, and also currently living in six areas of DKI Jakarta, which is Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, and Kepulauan Seribu. By using Pearson Correlations's statistic technique, it is foundes that there is a significant correlation between social expectation and self identity among adolescents in DKI Jakarta. Based on the reaults of statistic analysis using Post Hoc Test, it is also founded on elements of social expectation that there is a significant difference between the element of family expectations and element of friends expectations in the age category of adolescents. On the other hand, in identity status, there is a significant difference in identity achievement status and identity diffusion status with the age category of adolescents. In identity achievement status and identity diffusion status there are significant difference between early adolescents and late adolescents, and also there are significant difference between late adolescence and middle adolescents. Suggestions for further research are how the role of gender, and how the relationship between parenting style and model figures of the self identity in adolescents.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amry Muhaimin Ramadhan
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepercayaan irasional dan kecenderungan mengalami distres psikologis pada remaja. Keberadaan ayah yang digambarkan melalui status buruh migran non buruh migran dianggap memiliki pengaruh dalam memperkuat atau melemahkan hubungan antara dua variabel utama. Penelitian ini perlu dilakukan mengingat remaja rentan untuk mengalami distres psikologis, khususnya remaja yang tumbuh tanpa figur ayah dalam jangka waktu tertentu. Studi korelasional ini menggunakan data yang didapat dari remaja yang tinggal di salah satu daerah dengan tingkat persentase buruh migran yang tinggi, Karawang (N=479). Shortened General Attitude and Belief Scale (SGABS) digunakan untuk mengukur kepercayaan irasional, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) digunakan untuk mengukur kecenderungan depresi dan kecemasan, dan data demografis berupa status ayah (TKI non TKI) digunakan untuk menggambarkan keberadaan ayah. Hasil analisis moderasi secara umum menunjukkan keberadaan ayah tidak signifikan memengaruhi kekuatan hubungan antara dua variabel utama (b = 0.001, p >0.129).
This study aimed to determine the relationship between irrational beliefs and the tendency to experience psychological distress among adolescents. Fathers presence described through the status of igrant workers - non-migrant workers, is considered to have an effect for strengthening or weakening the relationship between the two main variables. This research needs to be done because adolescents are vulnerable to experiencing psychological distress, especially adolescents who grow or grew up without a father presence in a certain period of time. This correlational study uses data obtained from adolescents who live in one area with a high percentage of migrant workers, Karawang (N = 479). The shortened General Attitude and Beliefs Scale (SGABS) was used to measure irrational beliefs, Hopkins Symptoms Check List 25 (HSCL-25) was used to measure tendencies of depression and anxiety, and demographic data in the form of father status (migrant workers - non-migrant workers) were used to describe father's presence. The results of the moderation analysis generally indicate that the presence of fathers did not significantly influence the strength of the relationship between the two main variables (b = 0.001, p >0.129).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>