Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diendy Dewiyanti Ayudya F.
Abstrak :
Skripsi ini menjelaskan bagaimana gaya hidup perempuan Amerika Serikat pada tahun 1920-an. Perkembangan industri pada awal abad 20, Perang Dunia I, dan disahkannya Amandemen ke-19 pada tahun 1920 adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya perempuan modern pada tahun 1920-an. Sebelumnya perempuan Amerika terkurung dalam budaya Victorian yang melarang perempuan untuk memiliki kehidupan di luar lingkungan domestik. Dari penulisan ini bisa dilihat dinamika kehidupan perempuan Amerika Serikat, dari masa Victorian sekitar abad 19, awal abad 20, sampai dengan tahun 1920-an. ...... The focus of this study is to describe the American women’s lifestyle in the 1920s. The industrial development in the early 20th century, World War I, and the passing of the 19th Amendment in 1920 were the factors that underlying the emergence of the modern women in the 1920s. Previously, American women trapped in a Victorian culture that forbids women to have a life outside of the domestic environment. The main focus of the study is to explain the dynamics of the American women's life, from the Victorian period starting from the 19th century to 1920s.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Christine Novida Putri
Abstrak :
Di dalam Deklarasi Kemerdekaan ( Declaration of Independence ) Amerika Serikat yang diproklamasikan pada 4 Mei 1776 terdapat kalimat dimana kata men menjadi perdebatan karena mempunyai arti dan That All Men are Created Equal pcnafsiran yang berbeda. Tuntutan para pemuka gerakan perempuan dalam Konvensi Seneca Falls, di New York tahun 1848 yang mempunyai persepsi bahwa kata men dengan arti sebagai kaum pria menginginkan agar kata women pun ditambahkan dalam Deklarasi kemerdekaan tersebut.' Tambahan kata women pasti tidak mungkin dipenuhi sehingga tuntutan itu akhirnya menjadi lenyap. Sementara kata men diartikan secara luas sebagai orang/manusia dan arti ini rupanya dapat diterima oleh masyarakat Amerika Serikat. Munculnya amandemen ketika konvensi konstitusi tahun 1787 yang berusaha untuk membentuk pemerintahan federal yang kuat disitulah Amandemen dibicarakan. Pcmbicaraan menyangkut agar pemerintah federal yang kuat tersebut tidak semena-rnena menekan rakyat maka muncul amandemen ke 1-10 yang biasa disebut Bill of Right tahun 1791 yang berguna melindungi masyarakat Amerika Serikat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S12606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutini Paimin
Abstrak :
Kaum wanita Amerika sudah mengalami ketidaksetaraan ratusan tahun yang lalu. Mereka merasa bahwa sebagai warga Amerika mereka tidak diberi kesempatan yang sama dengan pria yaitu mendapat pendidikan yang sama dengan pria serta mendapat kesempatan bekerja di luar rumah. Dengan adanya ketidaksetaraan ini, kaum wanita kelas menengah yang tergabung dalam kelompok feminisme menentangnya. Kaum wanita ini berkumpul di Seneca Falls pada tahun 1848 dan mencetuskan suatu deklarasi yang disebut Declaration of Sentiment and Resolutions yang isinya adalah pria dan wanita diciptakan sama. Atas dasar inilah kaum wanita menuntut persamaan hak dan kesempatan dengan pria. Perjuangan feminisme mulai berhasil ketika pada tahun 1920 kaum wanita mendapatkan hak pilih mereka setelah menunggu selama 72 tahun. Selain itu, mereka juga sudah mendapat kesempatan bekerja di luar rumah ketika Perang Dania II pecah sekitar tahun 1945. Mereka menggantikan tenaga kerja pria yang harus pergi berperang. Sejak itu, tenaga kerja wanita terus bertambah bahkan melampaui angka tenaga kerja pria. Meskipun secara kuantitas jumlah tenaga kerja wanita lebih besar dari pria tetapi kualitas pekerjaan mereka lebih rendah dari pekerjaan pria. Karena banyaknya tenaga kerja wanita serta rendahnya kualitas pekerjaan mereka, muncullah tindakan yang tidak menyenangkan dari pria terhadap wanita yang dikenal dengan tindakan pelecehan seksual. Pelecehan seksual terhadap wanita di lingkungan kerja adalah bentuk diskriminasi terhadap wanita serta bentuk pelanggaran terhadap Title VII of the Civil Rights Act of 1964. Salah satu kasus pelecehan yang sangat terkenal di Amerika adalah kasus pelecehan seksual oleh Thomas terhadap Hill. Kasus ini terjadi pada tahun 1981 tetapi oleh Hill baru diungkapkan pada tahun 1991 ketika Thomas dicalonkan oleh Presiden Bush sebagai hakim di Supreme Court. Umumnya kasus pelecehan terjadi karena adanya unsur ras, jender dan power (kekuatan). Dalam kasus Hill, Thomas adalah atasannya dan Hill adalah sekretarisnya. Kedudukan mereka tidak sejajar sehingga tindakan pelecehan dapat terjadi. Tuduhan Hill terhadap Thomas mengundang kontrovesi baik di kalangan masyarakat maupun di kalangan senator. Bagi kaum wanita yang tidak bekerja di luar rumah, mereka lebih percaya kepada Thomas karena ia pria kulit hitam yang berhasil di pekerjaan yang biasanya dilakukan pria kulit putih. Sementara itu, kaum wanita yang bekerja di luar rumah lebih mempercayai Hill karena menurut mereka pelecehan seksual memang terjadi di lingkungan kerja mereka. Senator Partai Republik yang sangat mendukung Thomas menginginkan agar pengukuhan Thomas segera dilaksanakan. Sedangkan Partai Demokrat menginginkan agar tuduhan terhadap Thomas dibuktikan dahulu kebenarannya. Hill akhirnya dikalahkan dan Thomas dimenangkan. Masalah yang dibahas di sini adalah bahwa kekalahan Hill lebih banyak dipengaruhi oleh unsur ras daripada jender ataupun politik kepentingan. Sekalipun Hill sebagai korban pelecehan mengatakan yang sesungguhnya tetap saja ia tidak dipercayai karena ia tidak dapat membuktikan kebenarannya. Tujuan penulisan ini ialah untuk menunjukkan bahwa kasus pelecehan seksual Hill gagal diselesaikan karena faktor ras lebih berpengaruh daripada faktor jender atau faktor politik kepentingan. Hal ini dikarenakan adanya kolaborasi kepentingan antara presiden yang berkuasa saat ini dengan para senator dari Partai Demokrat dan Republik, dengan Clarence Thomas, dan juga dengan kelompok minoritas kulit hitam. Metode penulisan yang dipakai adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif interpretatif sebagai sumber informasi utama ditunjang oleh informasi dari internet dan CD-ROM.
Sexual Harassment towards Women at Working Environment: Anita Hill vs. Clearance Thomas's Case American women had experienced inequality since hundred years ago. They felt that as American citizen they were not given equal opportunity in getting the same education as well as getting the rights to work out side the home. The feminist group whose members were middle class women opposed this inequality. These women gathered in Seneca Falls in 1848 and declared what was called as Declaration of Sentiments. This declaration stated that all men and women were created equal. Based on this statement, women demanded equality of rights as well as opportunity with men. In 1920, the struggle of feminism equality was successful because they got their right to vote after waiting for 72 years. Beside that, they had also got a chance to enter the work force especially when World War II broke in 1945. Since then, the women labor force even outnumbered their constituent that was men's labor. Even though the number of women who entered the labor force was greater but their occupation was considered lower than men's job. Due to this condition, unwelcome advances or acts from men to women happened which was known as sexual harassment. Sexual harassment towards women at working environment is a form of discrimination and the violation of Title VII of the Civil Rights Act off 964. One of the sexual harassment cases which were famous in America was Anita Hill's case. This case happened in 1981 and was emerged by Hill in 1991 when Thomas was nominated as a judge at the Supreme Court by President Bush. Generally, sexual harassment happens because of race, gender and power factors. In Hill's case, Thomas was her supervisor while Hill was his secretary. Their position was unequal so the unwelcome advances might happen. Hill's allegation towards Thomas arouses controversy both in the society and among senators. American women who didn't enter the workforce, they believed Thomas more than Hill because he was a Blackman who was successful in white men's world. On the other hand, women who worked outside believed Anita Hill because sexual harassment did happen in their working environment. Republican senators who strongly supported Thomas wanted no delay for his confirmation, while Democratic senators suggested investigating Thomas due to Hill's allegations. However, Hill at last was defeated and Thomas was supported. The problem discussed in this thesis is that Hill's sexual harassment case is mainly influenced by race factor than gender or politics factor. The purpose of this writing is to show that Hill's sexual harassment case is unresolved. It is due to the race factor which is more decisive than the other two factors, namely gender and politics factors. This is caused by the collaboration between the president at that time with the Republican and Democratic senator as well as Clarence Thomas and the minority group that is African Americans. Method of writing in this thesis is purely library research with descriptive interpretative approach as the main source supported by the information from internet and CD-ROM.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T5531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna J. Kasakeijan
Abstrak :
Diskriminasi terhadap kaum wanita kulit putih di Amerika Serikat sudah ada sejak beberapa ratus tahun lalu. Dengan adanya diskriminasi ini maka timbullah gerakan-gerakan feminisme yang menentangnya. Maka pada tahun 1848 konvensi feminis awal yang dilakukan oleh kaum wanita di Seneca Falls, New York, mengungkapkan Declaration of Sentiments yang mengatakan bahwa semua wanita diciptakan sama/identik dengan pria baik dalam hal kapasitas maupun tanggung jawabnya. Jika wanita dan pria itu serupa di mata Tuhan, maka tidak ada dasar lain untuk memperlakukan wanita sebagai individu yang berbeda dan lebih rendah dari pria. Masalah yang dibahas dalam tesis ini ialah diskriminasi terhadap wanita kulit putih eksekutif dalam upah dan kedudukan. Sekalipun seorang wanita kulit putih eksekutif melakukan tugas yang setara dengan pria eksekutif, upah yang diterima wanita akan lebih rendah dari yang diterima pria. Dalam hal kedudukan pun demikian pula. Lebih mudah bagi kaum pria untuk memperoleh posisi puncak dari pada kaum wanitanya. Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk menunjukkan bahwa di Amerika Serikat yang terkenal sangat demokratis itu, masih ada diskriminasi terhadap wanita, juga wanita kulit putih. Lebih-lebih lagi diskriminasi ini teijadi terhadap wanita kulit putih eksekutif yang tergolong tinggi pendidikannya. Metode penulisan yang saya pakai sepenuhnya mengguuakan studi kepustakaan sebagai sumber utama, ditunjang oleh informasi yang saya peroleh melalui internet. Hasilnya ialah bahwa diskriminasi terhadap wanita kulit putih eksekutif itu memang ada, khususnya mengenai upah dan kedudukan mereka yang tidak setara dengan pria eksekutif untuk membuktikan adanya diskriminasi ini saya memberikan kasus-kasus dengan melampirkan tabelnya. Saya juga memperoleh jawaban bahwa sampai tahun 1990-an masih terjadi diskriminasi terhadap wanita kulit putih eksekutif dalam upah dan kedudukan, yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam cara mendidik dan membesarkan anak laki-laki dan perempuan dalam keluarga Amerika serta sikap patriarki yang kuat dalam masyarakat Amerika yang menganggap kaum wanita sebagai subordinasi dari kaum pria. Juga saya menguraikan pola-pola yang digunakan dalam mendiskriminasikan wanita kulit putih eksekutif ini. Pada akhirnya saya memberikan kesimpulan, bahwa wanita kulit putih eksekutif masih menghadapi hambatan-hambatan yang mencegah mereka untuk memperoleh upah dan kedudukan yang setara dengan pria eksekutif.
Discrimination against white females in the United States started some hundred years ago. Due to discrimination, feminist movements appeared and tried to oppose it. The radical nature of the early feminist movement was revealed in the Declaration of Sentiments, which asserted that `all men and women are created equal'. Equal in their capacity as well as responsibility. If man and woman are equal in the eyes of God, there is no reason to treat one sex as different from and less equal than the other. The problem in this thesis is that discrimination against white female executives concerns pay and position. Even though a white female executive does an equal job as a male executive, the pay a female gets is lower than what the male executive receives. This is the same in position. It is much easier for a male to get a top position but this does not count for a female. My aim to write this thesis is to show that there is still discrimination against white women. Significantly this discrimination is against the white female executives who belong to the highly educated ones. The writing method I conduct is by using fully a literature study as a primary source, backed up with some information from the Internet. The result is that discrimination against white female executives really exists, mainly concerning pay and position. To prove these, I have stated some cases of discrimination in which I include a table showing inequality of pay and position between female and male executives. I also prove that discrimination happens due to the difference of the parents' attitude in the way of upbringing their son and daughter. Besides that the patriarchy is deeply embedded in the social culture of the United States. I also mention how the patterns of discrimination are. Finally in conclusion, I wrote that female executives still face barriers in their efforts to get equal pay and position.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T3505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Deckard, Barbara Sinclair
New York: Harper and Row , 1975
301 DEC w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Solovic, Susan Wilson
Abstrak :
The Girls' Guide to Power and Success shows readers how. It's packed with frank advice and hard-won lessons including: * It's not what you say, it's how you say it. Learn to strip out the hesitant ""buts""; intimate details; and indirect phrasings -- and assert yourself effectively. * Develop the confidence to ask for what you want. Learn how to create opportunities for yourself rather than waiting for them to be offered. * Look for companies that ""get it.""
New York: [American Management Association;, ], 2001
e20437931
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Afiantari
Abstrak :
ABSTRAK
Fairy tales atau dongeng merupakan salah satu jenis karangan dalam sastra anak. Anak-anak mencintai dongeng karena alur ceritanya yang menarik dan kaya akan imajinasi. Cerita yang terkandung di dalamnya sangat kuat melekat dalam ingatan masyarakat, bahkan setiap budaya biasanya memiliki dongeng masing-masing.Amerika Serikat adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan ideologi. Hal ini selalu dapat terlihat dalam hasil-hasil kebudayaan yang mereka produksi. Salah satu karya yang masih dinikmati hingga saat ini adalah animasi Sleeping Beauty karya Disney. Karya ini dipercaya memiliki semangat nilai Amerika, seperti nilai-nilai domestik yang berlaku bagi perempuan. Dengan menggunakan dasar teori kebudayaan yang terdapat dalam buku the Nacirema dan Making Amerika penulis mencoba untuk menjabarkan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada dan terkandung dalam animasi Sleeping Beauty. Penulis juga akan memaparkan sifat-sifat domestik perempuan yang dianggap menjadi propaganda Disney dalam menentang pergerakan perempuan saat itu. Pada akhirnya, penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian analisa deskriptif ini dilakukan melalui sumber primer dan pengumpulan data yang berupa studi dokumen, artikel, jurnal, laporan, serta media elektronik.
ABSTRACT
A fairy tale is one of the types of creative writing in children’s literature. Kids engage with fairy tales as the storylines are both appealing and full with imagination. The stories within this type of fiction are strongly embedded in public memory as evidenced by each culture has its own fairy tales passing down from generation to generation. As a nation, the United States of America upholds its values and ideology. This is illustrated by cultural outcomes the country has produced. Among those works include the Walt Disney Company’s animated adaptation of the classic Sleeping Beauty. The animated musical fantasy film is believed to preserve American ideals, including women’s domestic values. By using the basic theory of culture contained in books The Nacirema and Making America, the author attempts to describe the values and cultures contained in the animated film Sleeping Beauty. In addition, the author seeks to elaborate the domestic values of women that were considered as Disney’s propaganda to counter the women’s movement at the time. This study, conducted using qualitative method with descriptive analysis type of research, was completed with references including primary sources and data collection study in the form of documents, articles, journals, reports, and electronic media.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamanepa, Mia Nirmala Hapsari
Abstrak :
Pengendalian kelahiran di Amerika Serikat dengan sudut pandang pendirian klinik yang dipelopori oleh Margaret Sanger pada tahun 1916. Pendirian klinik tersebut mcrupakan perwujudan dari gagasan Sanger yang menginginkan agar pengetahuan mengenai kontrasepsi bisa diperoleh dengan mudah melalui tenaga medis yang dapat diandalkan. Gagasan tersebut kemudian mengalirkan dukungan luas serta kecaman terhadap gerakan pengendalian kelahiran. Pelaksanaan Undang-undang Comstock yang disahkan pada 1873 oleh Kongres. sesungguhnya menutup seluruh akses, baik penerbitan tulisan yang mengandung informasi metode kontrasepsi maupun pendistribusian alat-alat kontrasepsi. Namun. hambatan tersebut diterjang oleh Sanger dan para pendukungnya yang gigih membantu pihak-pihak yang membutuhkan kontrasepsi meskipun harus dibayar dengan tuntutan melanggar UU dan beberapa kali hukuman penjara. Gerakan pengendalian kelahiran yang semula miskin dukungan. berangsur-angsur mendapat dukungan luas dari masyarakat AS. Lalu Sanger membalas dukungan tersebut dengan memperjuangkan legalisasi penggunaan kontrasepsi yang dilandasi dengan pemikiran ilmiah. la bekerjasama dengan para dokter untuk melakukan riset bagi alat kontrasepsi yang aman dan higienis. Penelitian ini hendak menunjukkan bahwa strategi pendirian klinik untuk menyebarkan informasi serta penelitian mengenai pengendalian kelahiran di AS menjadi sesuatu yang lazim setelah era kepemimpinan Margaret Sanger.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 1975
378. WOM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>