Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cherniack, Reuben M.
Jakarta: Binarupa Aksara, 1997
615.836 CHE t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yono Taryono
"Penggunaan ventilator pada pasien yang sudah mengalami perbaikan harus segera dilakukan penyapihan. Salah satu indikator penyapihan ventilator adalah dengan menggunakan RSBI. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan nilai RSBI pada semi fowler 15°, 30° dan 45°. Rancangan penelitian ini pre-experimental designs dengan desain penelitian menggunakan one group pretest posttest design. Pemilihan sampel dengan consecutive sampling sebanyak 27 responden. Uji statistik dengan menggunakan uji repeated anova. Hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan nilai RSBI pada semi Fowler 15°, 30° dan 45° p value 0.003, terdapat perbedaan yang signifikan nilai RSBI pada semi Fowler 15° dengan semi Fowler 30° p-value 0,013, tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai RSBI pada semi Fowler 15° dengan semi Fowler 45° p-value 0,629, dan terdapat perbedaan yang signifikan nilai RSBI pada semi Fowler 30° dengan semi Fowler 45° p-value 0,003. Rekomendasi dari penelitian ini semi Fowler pada 30° adalah posisi yang terbaik untuk mendapatkan nilai RSBI yang paling rendah.

Patients with ventilator need to have weaning process gradually. RSBI is one of the indicators in giving weaning process patient with ventilator. The purpose of this study is to examine and compare the score of RSBI on patient with ventilator who is given semi fowler position 15°, 30° and 45°. This is pre-experimental designs study using one group pretest posttest design. Consecutive sampling had been used in recruiting 27 respondents. Repeated anova had been used to analyze the data. The result shows significant different amongst RSBI score on semi Fowler position 15°, 30° and 45° (p value 0.003). Significant different also shows on RSBI score between semi Fowler 15° and 30° (p-value 0,013), semi Fowler 30° and 45° (p-value 0,003), however there is no significant different on RSBI score between semi Fowler 15° and 45° (p-value 0,629). It is recommended that semi Fowler 30° is the best semi Fowler position with the lowest score of RSBI."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wyka, Kenneth A.
New York: Delmar , 2012
616.200 4 WYK f;616.200 4 WYK f (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sholichin
"Resistensi saluran nafas nonelastik merupakan resistensi terhadap aliran udara dalam saluran nafas pada pasien PPOK yang dlkarenakan adanya mukus yang berlebihan di saluran napas. Salah satu cara memperbaiki resistensi saluran nafas nonelastik pada pasien PPOK adalah fisioterapi dada. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya perbedaan penurunan resistensi saluran nafas nonelastik sebelum dan sesudah fisioterapi dada, adanya perbedaan penurunan resistensi saluran nafas nonelastik antara kelompok yang melakukan fisioterapi dada dan yang tidak melakukan fisioterapi dada, Serta variabel yang paling dominan mempengaruhi penurunan resistensi saluran nafas nonelastik sesudah fisioterapi dada. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan desain randomized control group pretest-postrest. Sampel penelitian adalah 42 responden dengan menggunakan teknik random sampling.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa resistensi salunan nafas nonelastik lebih baik sesudah diberikan fisiotempi dada pada kelompok intervensi (p=0.000, a=0,01), resistensi saluran nafas nonelastik lebih baik pada kelompok intervensi daripada kelompok kontrol (p=0.000, cz =0,01), Serta tidak ada variabel yang paling berpengaruh terhadap penurunan resistensi saluran nafas nonelastik sesudah fisioterapi dada (p=0.152, a=0,01). Kesimpulan penelitian ini adalah fisioterapi dada dapat menurunkan resistensi saluran nafas nonelastik. Penelitian ini merekomendasikan fisioterapi dada dapat menjadi salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan pasien PPOK."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nency Martaria
"Tujuan. Tujuan pertama yaitu mengetahui kemudahan pemasangan Laryngeal Mask Airway(LMA) dengan teknik baku disertai penekanan lidah. Tujuan kedua yaitu mengetahui perbandingan kemudahan pemasangan LMA antara teknik baku disertai penekanan lidah dan teknik baku.
Latar Belakang. Laryngeal Mask Airway merupakan alat bantu jalan nafas untuk mengatasi kesulitan jalan nafas. Teknik terbaru pemasangan Laryngeal Mask Airway berdasarkan penelitian Roodneshin dkk yang dipublikasikan pada Tanaffos 2011 yaitu teknik baku disertai penekanan lidah memberikan angka keberhasilan pemasangan 100%(tingkat keberhasilan paling tinggi pada penelitian LMA). Pemasangan LMA diharapkan mulus dan berhasil dalam pemasangan pertama tanpa menimbulkan trauma tetapi dalam prakteknya, pemasangan LMA bisa lebih dari satu kali. Penelitian ini dilakukan di RSUPN-Cipto Mangunkusumo sebagai penelitian perbandingan pertama dari penelitian Roodneshin dkk dengan beberapa penyesuaian.
Metode. Penelitian ini dilakukan pada 80 pasien dewasa yang menjalani operasi elektif dengan anestesia umum menggunakan Laryngeal Mask Airway. Secara random, 40 pasien mengalami pemasangan LMA dengan teknik baku disertai penekanan lidah dan 40 pasien mengalami pemasangan LMA dengan teknik baku. Upaya pemasangan dan kemudahan pemasangan LMA dicatat dan dinilai. Pemasangan mudah bila kurang atau sama dengan 2 kali pemasangan LMA. Komplikasi pemasangan LMA berupa noda darah, nyeri menelan dan nyeri tenggorokan dicatat dan dinilai. Analisa statistik dilakukan dengan uji Chi-square dan Fisher Exact. Batas kemaknaan yang digunakan untuk semua uji adalah p<0,05.
Hasil. Perbandingan proporsi keberhasilan upaya pemasangan pertama kali antara kelompok teknik baku disertai penekanan lidah dan teknik baku adalah 87,5% dibandingkan 65%. Perbandingan proporsi keberhasilan upaya pemasangan maksimal dua kali antara kelompok teknik baku disertai penekanan lidah dan teknik baku adalah 100% dibandingkan 97,5%. Secara statistik, perbandingan upaya pemasangan, kemudahan, komplikasi nyeri menelan, komplikasi nyeri tenggorokan antara teknik baku disertai penekanan lidah dan teknik baku, tidak berbeda bermakna.
Kesimpulan. Pemasangan Laryngeal Mask Airway dengan teknik baku disertai penekanan lidah tidak lebih mudah dibandingkan teknik baku(100% dibandingkan 97,5%). Kekerapan komplikasi yang berbeda bermakna berupa noda darah (0% pada teknik baku disertai penekanan lidah dibandingkan 6,2% pada teknik baku).

Purpose, The objective of this study is to know easiness of inserting Laryngeal Mask Airway(LMA) with the classic approached combined with tongue supression technique. Secondly, the study is to compare the success rate between classic approached combined with tongue supression technique and classic approached technique.
Background. Laryngeal Mask Airway is a device to overcome the difficulty of the airway management. Novel technique of Laryngeal Mask Airway insertion based on Roodneshin et aI research, publicised in Tanaffos 2011 was the classic approached combined with tongue supression technique resulted in 100% succes rate of insertion(highest success rate based on LMA research or study). LMA insertion is expected to be smooth and successful in the first attempt without inflicting trauma but in daily practice, insertion LMA can be more than once. This research is done at Cipto Mangunkusumo Hosptal, as the first comparison of research Roodneshin et al with some adjustments.
Methods. The study was done at 80 adult patients who underwent elective surgery with general anesthesia. A total of 80 adult patients was scheduled for elective operation with general anesthesia using Laryngeal Mask Airway. In random, 40 patients undergoing LMA insertion with classic approached combined with tongue supression technique and 40 patients undergoing LMA insertion with classic approached technique. The effort and success rate of LMA insertion was noted and evaluated. The easiness is if the insertion is attempted maximally twice. Complications of LMA insertion such as blood stains, sore throat, dysphagia was noted and evaluated. Statistical analysis conducted by test Chi-square and Fischer Exact. P<0,05 was considered significant.
Result. Comparison proportion first attempt of Laryngeal Mask Airway insertion between classic approached combined with tongue supression technique and classic approached technique was 87,5% compared with 65%. The proportion maximally twice attempt of Laryngeal Mask Airway insertion between classic approached combined with tongue supression technique and classic approached technique was 100% compared with 97,5%. Statistically, comparison attempt, success rate, dysphagia, sore throat between classic approached combined with tongue supression technique and classic approached technique, not significantly different.
Conclusion, Laryngeal Mask Airway insertion with classic approached combined with tongue supression technique no more easy compared with classic approached technique(100% compared with 97,5%). Complication which statistically significant different was blood stains(0% with classic approached combined with tongue supression technique compared with 6,2% classic approached technique).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Annisa
"ABSTRAK
Terapi inhalasi merupakan salah satu strategi penatalaksanaan gangguan bersihan jalan napas pada anak balita dengan pneumonia meskipun beberapa penelitian tidak merekomendasikan tindakan tersebut dalam pengobatan rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian terapi inhalasi dengan lama hari rawat anak balita penderita pneumonia. Desain penelitian menggunakan cross-sectional. Seratus dua pasien penderita pneumonia dalam data rekam medis diambil secara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian terapi inhalasi dengan lama hari rawat. Pemberian terapi inhalasi dengan menggunakan bronkodilator kombinasi ?-agonis dan antikolinergik NaCl 0,9 dan bronkodilator ?-agonis NaCl 0,9 lebih efektif mengurangi lama hari rawat.

ABSTRACT
Inhalation therapy is one of optional management of impaired airway clearance in children under age of five with pneumonia. This study aimed to examine correlation of inhalation therapy and hospital length of stay in children under age of five with pneumonia. This cross sectional study included 102 consecutive patients with pneumonia in medical record. The study result showed a significant correlation between the use of inhalation therapy and hospital length of stay. Inhalation therapy with combination of bronchodilator agonist and anticholinergic NaCl 0.9 and bronchodilator agonist NaCl 0.9 are more effective to reduce hospital length of stay in children under age of five with pneumonia."
2016
T47453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu M. Safrizal Kurnia Ramdhoni
"Latar Belakang: Dokter anestesiologi dituntut untuk memiliki kompetensi sesuai dengan perkembangan keilmuan. Pengetahuan akan gas anestetik inhalasi merupakan pengetahuan dasar yang wajib dikuasai oleh dokter spesialis anestesiologi. Kurangnya kompetensi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan jumlah morbiditas dan mortalitas dalam praktik anestesiologi. Metode pemelajaran yang selama ini dilakukan antara lain diskusi dan pemberian kuliah. Di era pesatnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini, sudah memungkinkan digunakannya screen based simulation (SBS) dalam bentuk aplikasi untuk pemelajaran anestetik inhalasi bagi residen Anestesiologi, seperti aplikasi Gas Man®. Aplikasi Gas Man® bertujuan untuk membantu peserta didik memahami fisiologi dan patofisiologi obat anestetik inhalasi.
Metode: Penelitian ini merupakan Randomized Controlled Trial. Subjek penelitian merupakan residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI tahun akademik 2022–2023 dengan status aktif Tahap Pembekalan dan Tahap Magang yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi. Sampel dilakukan randomisasi menggunakan halaman web www.randomizer.org, dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok simulasi dan diskusi. Sampel diberikan pre test dan post test, serta mengisi survei kepuasan di akhir kegiatan.
Hasil: Kelompok simulasi mendapat nilai median (IQR) post test 80 (76,67-83,33) sedangkan kelompok diskusi 50 (40-66,67) dengan nilai P=0,000<0,05. Masing-masing kelompok memiliki tingkat kepuasan "Puas" 63,2% dan 68,4% (secara berurutan).
Kesimpulan: Metode pemelajaran berbasis simulasi dengan menggunakan aplikasi Gas Man® lebih baik jika dibandingkan berbasis diskusi dalam peningkatan pengetahuan ambilan dan distribusi anestetik inhalasi residen Anestesi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Washli Zakiah
"Latar belakang: Nasal continuous positive airway pressure (nCPAP) merupakan alat bantu napas noninvasif pilihan pertama pascaekstubasi untuk bayi prematur. Saat ini High flow nasal cannula (HFNC) digunakan sebagai alternatif lain yang sama efektif nya seperti nCPAP.
Tujuan: Untuk mengetahui efikasi, keamanan dan angka kegagalan terapi penggunaan HFNC dibandingkan nCPAP pascaekstubasi pada bayi prematur.
Metode: Uji klinis acak terkontrol tidak tersamar tunggal dilakukan Februari-Juni 2024 di Divisi Neonatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kriteria inklusi adalah bayi usia gestasi antara 28 minggu sampai 36 minggu 6 hari yang terintubasi dan menggunakan ventilasi mekanik. Randomisasi dilakukan pada 42 subjek yang dibagi menjadi dua kelompok (nCPAP vs HFNC).
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,747) kegagalan terapi dalam waktu < 1 jam (23,8% vs 33,3%) dan 1-24 jam (42,9% vs 33,3%). Tidak terdapat perbedaan nilai pCO2 pada analisis gas darah (p=0,683), kejadian trauma hidung (p=0,317), dan skor nyeri (p=0,795) yang menggunakan ventilasi noninvasif HFNC dan nCPAP. Meskipun tidak terdapat perbedaan bermakna kejadian distensi abdomen (p=0,197) pada kedua kelompok, namun HFNC memiliki angka penurunan kejadian distensi abdomen yang lebih besar dibandingkan nCPAP.
Simpulan: Tidak ada perbedaan kegagalan terapi pemakaian HFNC dibanding nCPAP pascaekstubasi pada bayi prematur. Angka kejadian distensi abdomen didapati lebih kecil pada pemakaian HFNC.

Background: Nasal continuous positive airway pressure (nCPAP) is the primary noninvasive respiratory support choice after extubation for neonates. Hence, High Flow Nasal Cannula (HFNC) has use as effective as nCPAP.
Objective: To determine the efficacy, safety, and therapy failure rates of HFNC and nCPAP post-extubation in preterm neonates.
Methods: A single-blind randomized controlled clinical trial was conducted from February-June 2024 in the Neonatology Division of the Department of Pediatrics, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. The inclusion criteria were preterm (28 weeks to 36 weeks 6 days) with mechanical ventilation. Randomization was performed on 42 subjects, divided into two groups (nCPAP vs HFNC)
Results: There was no significant difference (p=0,747) in the proportion of therapy failure, within <1 hour (23,8% vs 33,3%) and 1-24 hours (42,9% vs 33,3%). There was no difference in the proportion of pCO2 values in blood gas analysis (p=0.683), nasal trauma (p=0.317), and pain scores (p = 0.795) between HFNC and nCPAP. Although there was no significant difference in abdominal distension rate (p=0.197) between the two groups, HFNC had a greater reduction in abdominal distension than nCPAP.
Conclusion: There was no difference in the proportion of therapy failure between HFNC and nCPAP use post-extubation in preterm. The incidence of abdominal distension was found lower with HFNC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pierce, Lynelle N.B.
Philadelphia: W.B. Saunders , 1995
615.836 PIE g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pilbeam, Susan P., 1945-, editor
St.Louis: Mosby , 6273
615.836 PIL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>