Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Thalia
"Studi literatur menunjukkan bahwa perundungan dapat diturunkan jika para siswa yang menjadi saksi perundungan bersedia menolong korban. Kesediaan menolong korban perundungan sangat tergantung pada efikasi diri maupun efikasi komunitas mereka. Namun dampak bagi saksi siswa yang bersedia menolong masih kontradiktif; ada studi yang menunjukkan bahwa saksi penolong korban akan meningkat self esteemnya, dan ada studi-studi lain yang menunjukkan bahwa saksi penolong dan pendukung pelaku yang akan mengalami kesulitan psikososial. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model terbentuknya permasalahan psikososial yang dapat menjelaskan peranan keyakinan efikasi diri, keyakinan efikasi komunitas dan perilaku menolong saksi. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 239 siswa. Dari pengihitungan SEM didapatkan bahwa kesulitan psikososial akan meningkat dengan menurunnya keyakinan efikasi diri melalui mediator perilaku mendukung pelaku. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku mendukung pelaku lebih rentan mengalami kesulitan psikososial dibandingkan perilaku menolong korban.

Literature studies show that bullying can be reduced if students who bystander bullying are willing to help the victims. Willingness to help victims of bullying is very dependent on their self-efficacy and collective efficacy. But the impact for student bystander who are willing to help is still contradictory; some studies show that the self-esteem of defender will be increased, and other studies show that defender and prepetrator supporter will experience psychosocial difficulties. This study aims to find a model for the formation of psychosocial problems that can explain the role of self-efficacy beliefs, collective efficacy beliefs, and bystander’s helping behavior. This study was conducted by a survey method using a questionnaire. Participants in this study were 239 students. From the SEM calculation found that psychosocial difficulties would be increased with the decrease of self-efficacy beliefs through mediators of behavior of supporting perpretrator. Based on this result, it can be concluded that the behavior of supporting prepetrator is more prone to experiencing psychosocial difficulties than the behavior of helping the victim."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T54525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Raka Pratama
"PT X merupakan sebuah perusahaan tambang di Papua Tengah, melaporkan bahwa selama pandemi Covid-19, 57.8% pekerja mengalami burnout, 47.7% stres, dan 51.4% depresi. Divisi geoteknikal PT X, yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi dan mobilitas tinggi, menghadapi faktor risiko gangguan psikososial yang signifikan. Penelitian tahun 2024 bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko ini dan memberikan rekomendasi untuk pengelolaan gangguan psikososial, mendukung komitmen perusahaan dalam pencegahan, perlindungan, promosi, dan dukungan kesehatan mental karyawan. Studi ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang deskriptif analitik di divisi geoteknikal PT X di Tembagapura dan Timika, Papua, dari April hingga Mei 2024. Populasi penelitian terdiri dari 644 karyawan, dengan 323 responden yang dipilih secara acak sederhana. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner COPSOQ III dan DASS-21. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gejala depresi 12.38%, ansietas 17.96%, dan stres kerja 21.67% di antara karyawan divisi geoteknikal PT X tahun 2024, dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Faktor individu, pekerjaan, organisasional, interpersonal, dan sosial berkontribusi signifikan terhadap gejala-gejala tersebut. Perusahaan disarankan mengadopsi strategi intervensi komprehensif untuk mengelola dan mencegah gangguan psikososial di kalangan karyawan.

PT X is a mining company in Central Papua, reported that during the Covid-19 pandemic, 57.8% of its employees’ experienced burnout, 47.7% experienced stress, and 51.4% experienced depression. PT X's geotechnical division, characterized by high-risk and high-mobility roles, faces significant psychosocial risk factors. The 2024 study aimed to identify these risk factors and provide recommendations for managing psychosocial disorders, supporting the company's commitment to prevention, protection, promotion, and support for employees' mental health. This quantitative study employed a cross-sectional descriptive analytic design in PT X's geotechnical division in Tembagapura and Timika, Papua, from April to May 2024. The study population comprised 644 employees, with 323 randomly selected respondents. Data were collected using COPSOQ III and DASS-21 questionnaires. The research findings revealed a prevalence of 12.38% for depression, 17.96% for anxiety, and 21.67% for work stress among PT X's geotechnical division employees in 2024, with varying severity levels. Individual, occupational, organizational, interpersonal, and social factors significantly contributed to these symptoms. The company is advised to adopt a comprehensive intervention strategy to manage and prevent psychosocial disorders among its employees."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Aswin Yoga Putra
"ABSTRAK Peningkatan banjir pesisir akibat perubahan iklim yang terjadi di kawasan Cilincing, Jakarta Utara, telah memaksa masyarakat untuk mengambil beberapa strategi adaptasi. Selama ini, strategi adaptasi berfokus pada ekonomi dan fisik, sementara aspek psikologi dan sosial juga memainkan peran penting dalam menentukan strategi yang tepat terhadap masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk, mengidentifikasi luas kerentanan wilayah terdampak banjir pesisir di Kecamatan Cilincing, mengidentifikasi hubungan faktor adaptasi psikososial-kultural masyarakat (psikologis, sosiologis, kultural), serta menganalisis pengaruh faktor kapasitas (sosial, ekonomi, lingkungan) terhadap adaptasi psikososial-kultural masyarakat. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan gabungan metode kuantitatif-kualitatif, dan analisis korelasi Spearman. Luas kerentanan wilayah terhadap bencana banjir pesisir di Kecamatan Cilincing tersebar hampir di seluruh wilayah, yaitu seluas 12,22 Km2 atau 37,16% wilayah. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa hanya dua dari tiga hubungan antar variabel yang memiliki hubungan, yakni psikologis-sosiologis dan sosiologis-kultural. Adaptasi psikologis-sosiologis memiliki nilai korelasi -0,298. Adaptasi sosiologis-kultural memiliki nilai korelasi 0,474, yang berarti semakin tinggi adaptasi masyarakat dari sisi psikologisnya, maka semakin rendah tingkat adaptasi dari sisi sosiologisnya. Sementara, semakin tinggi adaptasi masyarakat dari sisi sosiologisnya, maka semakin tinggi pula tingkat adaptasi dari sisi kultural. Selain itu, untuk kapasitas masyarakat, hanya kapasitas sosial yang berpengaruh signifikan terhadap adaptasi psikososial-kultural. Hal ini dikarenakan perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh bencana memunculkan keterkaitan antara sosial dan psikologis individu yang memberikan dampak terhadap kesehatan mental, strategi penanganan, serta upaya adaptasi mereka terhadap bencana tersebut.

ABSTRACT
The rising of coastal flood due to the climate change that occurred in Cilincing area, North Jakarta, has forced the community to take some adaptation strategies. However, the current adaptation strategy only emphasizes on the economic and physical, while ignoring the psychology and the social aspects that also play a vital role in deciding a proper strategy towards the problem. The purpose of this study was to identify the extent of vulnerability of coastal flood affected areas in Cilincing Subdistrict, identify the relationship of psychosocial adaptation factors of society (psychological, sociological, cultural), and analyze the influence of capacity (social, economic, environmental) factors on community psychosocial adaptation. The study uses a quantitative approach, using a combination of quantitative-qualitative methods, and Spearman correlation analysis. The area of vulnerability of the area to coastal floods in the District of Cilincing is spread in almost all regions, covering an area of 12,22 Km2 or 37,16% of the area. Based on the results, it can be inferred that psychological adaptation determines society's sociological and anthropological adaptation. Psychological adaptation has a negative relationship to sociological adaptation with a correlation coefficient (R) = -0,298 with significant value 0,00. Indicating the higher the psychological adaptation, the lower the sociological adaptation of society. Sociological adaptation has a positive relationship to cultural adaptation with correlation coefficient (R) = 0,474 with significant value 0,00. Indicating the higher the sociological adaptation, the higher the anthropological adaptation. In addition, for community capacity, only social capacity has a significant effect on psychosocial adaptation. This is because the environmental changes caused by the disaster give rise to interrelationships between the social and psychological individuals that have an impact on mental health, coping strategies, and their adaptation efforts to the disaster.
"
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Ilmu Lingkungan, 2019
T52623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Wiarsih
"Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah perubahan kejiwaan. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan proses pikir yangditnadai dengan lupa, pikun, bingung dan curiga; gangguan perasaan diantaranya ditandai dengan kelelahan, acuh tak acuh, mudah tersinggung; gangguan fisik/somatik tanpa penyebab yang jelas meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum; ganggugan perilaku ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain dan ketidakmampuan merawat diri sendiri.
keluarga merupakan masyarakat terkecil dimana lansian berada. Perubahan kejiwaan pada lansia akan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Oleh karena itu keluarga dan lansia perlu mengetahui perubahan kejiwaan pada lansian agar dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa pada lansia. Keterlibatan keluarga akan menentukan keberhasilan perawatan kesehatan jiwa lansia yang digambarkan pada tulisan ini.

Changing in physical and psychosocial in elderly associated with aging. The observed changes represent the cummulative effects of heredity, environment, nutrition, rest, activity and altered health state while the most observed changes in psychosocial state of the elderly such as forgetfulness, memory loss, narrowed, attention spans, confusional states and impairment of their mind and emotional states increased accompany with their physical state.
Family is the closest person around the elderly, a caring attitude, calm conversation and promotion of the comfort contribute to the relief of confusional states, and also emotional support helps the family cope with the elderly persons disorientation and confusion. Family is the most important person to help the elderly in maintaining their health states physically and psychosocially.
"
1999
JJKI-2-7-Sept1999-253
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tumbuh kembang menunjukkan suatu kesatuan dan memperlihatkan jumlah dari banyaknya perubahan yang terjadi selama kehidupan manusia Judul penelitian ini adalah ”Gambaran Tingkat Perkembangan Psikososial Remaja Dengan Orang Tua Tunggal di RW 02 Srengseng Sawah Jakarta Selatan“. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat perkembangan psikososial remaja dengan orang tua tunggal. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif sederhana, dengan jumlah sampel 30 yang diperoleh melalui metode simple random sampling yang dilakukan pada remaja dengan orang ma tunggal RW 02 Srengseng Sawah Jakarta Selatan dengan usia 12-22 tahun. Pengumpulan data melalui pertanyaan terstruktur atau kuesioner penelitian yang terdiri dari data demografi dan data tingkat perkembangan psikososial. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan metode distribusi frekuensi dengan ukuran presentase atau proporsi dengan pengukuran dan tendensi sentral yang disajikan dalam tabel dan diagram pie. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa remaja dengan orang tua tunggal sebagian besar responden memiliki tingkat perkembangan psikososial yang berkembang dengan normal (60,0%). Rekomendasi penelitian ini adalah dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak responden."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5562
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Dysmenorrhea adalah nyeri menstruasi yang ditandai dengan nyeri yang terjadi sesaat sebelum permulaan atau saat perdarahan menstruasi, menetap sampai 1 sampai beberapa hari menstruasi (Reeder, 1997). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri menstruasi tersebut. Nyeri adalah pengalaman yang personal dan subyektif. Pengalaman nyeri menstruasi wanita dan ekspresinya terhadap ketidaknyamanan dipengaruhi oleh latar belakang budaya dan psikososial (Sherwen, Scoloveno dan Weingarten, 1999). Faktor-faktor psikososial tersebut diantaranya usia, pendidikan, pendapatan, peran serta terhadap menstruasi (Brown et al., 1984). Faktor lain seperti status pekerjaan dan status perkawinan diungkapkan oleh Reeder, 1992.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor psikososial dengan dismenorrhea. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan uji statistik Chi Square Multitabel dengan populasi mahasiswa bekerja dan tidak bekerja di Akper Royhan dan FIK UI dengan jumlah sampel 30 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan suatu kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitasnya.
Dari penelitian ini terbukti bahwa hubungan usia dengan dismenorrhea tidak ditentukan oleh status pekerjaan. Hubungan nilai-nilai terhadap menstruasi dengan dismenorrhea primer juga tidak ditentukan apakah individu bekerja atau tidak bekerja."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
TA5160
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Putu Yudasma M.
"Masalah kesehatan di lingkungan perusahaan seperti juga di lingkungan masyarakat l1I'I1UIl1, banyak disebabkan berbagai macam faktor yang dikenal scbagai "hazard" di tempat kexja. “Hazard kezja” ini sangat bcrpengaruh tcrhadap produktivitas kerja, melalui penurunau kondisi dan gangguan kwehatannya. Dengan adanya gangguan secara raga dan jiwa terhadap kesehatannya, seorang karyawan akan menurun pula kemampuan untuk melakukan aktivitasnya dalam melakukan pekerjaan.
Pasal 24 UU Kesehatan RI No. 23 Lahun 1992 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual maupun emosional, baik dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, sekolah, pekenjaan, maupun masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainnya. Definisi ini mcncmpatkan manusia harus selalu dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik) @rl unsur "mga" (organobiologi), "jiwa” (psiko-edukatif), dan ”sosia1” (sosio~kultural) dalam upaya peningkatan “kualitas hidup” manusia yang terdiri dari kesejahteraan raga, jiwa dan sosial.
Bahaya psikososial yang berhubungan dengan kesehatan jiwa, sering kali kurang mendapat perhatian dari pihak manajemen perusahaan, karena secara umum hazard ini lebih bersifat abstrak. Berbeda dengan hazard iisik, seperti bising, panas, bahan kimia berbahaya, dan lain-lain yang bersifat nyata, daxi aspck pengukuran dan dampaknya kepada karyawan dapat diiclaskan dengan Iebih mudah dan konkrit. Scbcnarnya aspek hazard psychososial merupakan hazard yang sangat penting, karena sangat terkait dengan kemampuan dasar pekeija sebagai manusia seperti kemampuan bcrpikir, kemampuan beradaptasi dengan pola perubahan di linglcungan kerja, mengelola dan kemampuan mengontrol situasi stress yang dihadapi pckcija dan lain-lain.
Secara umum seorang pekeija yang terganggu kesehatan jiwanya akan menumn pula daya pikirnya, daya konsentrasi, ketrampilan, dan ketangkasan dalam melalcukan pekezjaan. Hal ini sangat terkait dengan pengamhnya terhadap tingginya angka ketidakhadiran, meningkatnya angka kematian dan kecelakaan kcrja. Selain itu, faktor-faktor tersebut diatas akan berdampak pula terhadap menumnnya kemampuan berinteraksi dengan orang lain, membmulcnya hubungan dengan sesama karyawan atau dengan atasannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pcrsepsi karyawan terhadap bahaya psikososial kerja yang mcmpengaruhi tingkat stress di PT Rekayasa Industri dengan pendckatan cnoss-sectional, menggunakan mctoda pengukuran self report measure dan teknik life event scale melalui kuesioner. Cara penelitian ini digunakan untuk mcmperoleh gambaran tingkat stress kerja dan aspek bahaya psikososial kerja sebagai stressor. Populasi dalarn penelitian ini adalah karyawan yang bcijumlah 128 karyawan. Analisa penelitian ini menggunakan analisa statistic univaxiat, bivariat dengan uji chi-square, kemudian analisa multivariate dengan menggunakan uji regresi logistic.
Hasil penelilian mcnunjukkan ada sekitar 37,5 % karyawan mengalami stress kerja tingkat ringan, 59,4 % karyawan tingkat sedang dan 3,1 % karyawan mengalami stress tingkat berat. Sedangkan faktor bahaya psikososial keija yang bcrmakna secara statistik dan dominan terhadap tingkat stress adalah parameter hubungan interpersonal. Peneliti berharap penelitian ini dapat mcmberikan masukan dan rekomendasi kepada PT Rekayasa lndustri untuk mernbuat program management stress kerja dengan mengacu kepada aspek-aspek bahaya psikososial kexja yang dialami oleh karyawan, sehingga pola program penyuluhan di lingkungan perusahaan akan bergeser dan penyuluhan pekerjaan yang sifat hazardnya hanya disebabkan oleh stressor iisik, kimia, dan biologi kepada penyuluhan yang bcrkaitan juga dengan stressor psikososial.

Problem of healthy in the company, like also in public society, caused of many factor which is known as “hazard” at work. This "Hazard at work" has an effect to work productivity, through its health trouble and condition degradation. With trouble existence by physical and mental healthy, employee will be downhill also the ability to do his activity in conducting work.
Article 24 “UU Kesehatan RI” No. 23, 1992 mentioning that mental healthy carried out to realize mental in an optimal both of the emotional and also intellectual goodness, let done by individual, environmental of family, school, job, and also the society that supported by mental health services and other facilities. This definition place human being should be viewed with a holistic point of view. Physically (organ biology), “mental” (psycho-educative), and "social" (social-cultural) are elements in improving the quality of life.
Psychosocial hazards which deal with mental health, frequently less get attention from company management party, because in general this hazard has the character of abstraction. Diifer from physical hazards, like noise, hot, dangerous chemicals, and others, iiom aspect of its impact and measurement can be explained with easy and clearly. In fact, aspect of psychosocial is the important hazard, because it has related with ability of worker as human being like ability thinking, ability adaptation with pattem of environment, managing and the ability control situation of stress faced by worker and others.
In general, a worker armoyed by health of his mental will decrease his mind, concentration, skilled, and agility in conducting job. This matter is very relevant with his influence the absence, the increasing of mortality and accidents. Others, the above factors will affect to decrease his ability to interact with others, deteriorating of it relation with other employees or with his supervisor.
The purpose of this research is to better understand the psychosocial hazards that influence in the workplace and how to manage the occupational stress levels of PT Rekayasa Industti employees, especially the engineers who work in PT Rekayasa lndustii. This research has been conducted iiom a cross-sectional approach, with self report measure and life event scale technique carried out through questionnaires that conducted to the responders. This method is used to gain an overview of conditional stress levels and psychosocial hazards that constitute of stressor. The samples of this research are part of engineer’s respondents. There were 128 responders, and the research statistic analyze data use techniques of univariate and bivariate through the Chi-square test, together with multivariate through the logistic regressions test.
The result of this research show there is about 37,5 % employees have experienced of light level, 59,4 % employees medium level and 3,1 % employees have experienced of stress of heavy level. Beside that, factor of hazard psychosocial in the work place have a meaning of statistically and dominant to level of stress is parameter of relation interpersonal. Researcher hope this research can give input and recommend to PT Rekayasa Indusui to develop management work stress program with related to many aspect of hazard psychosocial experienced by employees, so that the pattern of program counseling in the company will shift from work counseling which is the nature of its hazard which cause by stressor physical, chemical, and biological to interconnected counseling by stressor psychosocial.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34288
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Etrawati
"Adolescents aged 10-24 years old are susceptible group to premarital sex, drugs abuse, and HIV/AIDS infection. Papua is the largest contributor to AIDS/HIV
number in Indonesia. To overcome such problem, Rutgers WPF formed Dunia Remajaku Seru! (DAKU!), an intervention program aimed towards adolescent
reproductive health at senior high school level. This study aimed to determine psychosocial determinants of risky sexual behavior among senior high school
students in Merauke District through cross-sectional approach. The sample included 1,364 second grade students that took the DAKU! program and pairing
was conducted with students from schools that did not take the DAKU! program. Data analyses included univariate analysis, bivariate (chi square test) and
multivariate (logistic regression test). Results showed that variables significantly related to adolescent risky sexual behavior were peer group with negative
behavior, self-efficacy, parental control, exposure to DAKU! program and sex. Meanwhile, based on multivariate analysis, peer group with negative behavior
(RP = 4.7 CI = 2.8 - 7.7) was the most dominant factor influencing risky sexual behavior.
Remaja usia 10-24 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap perilaku seksual pranikah, penyalahgunaan narkoba dan infeksi HIV/AIDS. Papua merupakan
penyumbang angka HIV/AIDS terbesar di Indonesia. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut Rutgers WPF membentuk suatu program intervensi
kesehatan reproduksi remaja di tingkat sekolah menengah atas (SMA) yakni program Dunia Remajaku Seru! (DAKU!). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
determinan psikososial perilaku seksual berisiko pada siswa SMA di Kabupaten Merauke dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Sampel
berjumlah 1.364 siswa SMA kelas dua yang mendapatkan program DAKU! dan dilakukan proses pencocokan pada sekolah yang tidak mendapat program
DAKU!. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat (uji kai kuadrat) dan multivariat (uji regresi logistik). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang
signifikan berhubungan dengan perilaku seksual berisiko remaja adalah kelompok teman sebaya dengan perilaku negatif, efikasi diri, kontrol orangtua, keterpaparan
dengan program DAKU! dan jenis kelamin. Sedangkan berdasarkan hasil analisis multivariat, kelompok teman sebaya dengan perilaku negatif (RP
= 4.7 CI = 2.8 - 7.7) merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi perilaku seksual berisiko."
Palembang; Jakarta: Sriwijaya University, Palembang, Indonesia, Public Health Faculty, Health Promotion Department, 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Hidayati
"ABSTRAK
Ketidakberdayaan merupakan salah satu masalah kesehatan psikososial yang sering dialami oleh masyarakat perkotaan. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan Chronic Kidney Disease CKD . Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial selama 5 hari kepada klien yang mengalami ketidakberdayaan. CKD menimbulkan berbagai permasalahan yang turut menjadi salah satu penyebab ketidakberdayaan. Intervensi yang diberikan berupa rangkaian strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial ketidakberdayaan. Evaluasi hasil implementasi keperawatan psikososial ketidakberdayaan perlu dikembangkan dan diimplementasikan di ruang perawatan umum. Kata kunci :Chronic Kidney Disease CKD , Ketidakberdayaan, masyarakat perkotaanKetidakberdayaan merupakan salah satu masalah kesehatan psikososial yang sering dialami oleh masyarakat perkotaan. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan Chronic Kidney Disease CKD . Penulis melakukan asuhan keperawatan psikososial selama 5 hari kepada klien yang mengalami ketidakberdayaan. CKD menimbulkan berbagai permasalahan yang turut menjadi salah satu penyebab ketidakberdayaan. Intervensi yang diberikan berupa rangkaian strategi pelaksanaan tindakan keperawatan psikososial ketidakberdayaan. Evaluasi hasil implementasi keperawatan psikososial ketidakberdayaan perlu dikembangkan dan diimplementasikan di ruang perawatan umum. Kata kunci :Chronic Kidney Disease CKD , Ketidakberdayaan, masyarakat perkotaan

ABSTRACT
Powerlessness is a form of psychosocial health problem which is experienced more by those living in urban societies. This paper intends to provide an describe of nursing care to powerlessness issues on a client with Chronic Kidney Disease CKD . The author conducted psychosocial nursing care for a period of five days to a client experiencing moderate powerlessness. CKD raised various problems, which in turn became a cause of the ensuing powerlessness issues. Intervention provided was in the form of series nursing care strategies related to the powerlessness. Evaluation of the implementation results demonstrated that signs of powerlessness on client decreased. Psychosocial nursing care intervention of powerlessness need to be developed and implemented at patient general care wards. Keywords Chronic kidney disease , Powerlessness, urban community"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Mardiani Sasqiaputri
"Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan, dimana tugas yang tidak mudah dengan suasana kerja yang terkesan monoton, bergaul dengan penghuni lapas yang sulit dan bermasalah, bekerja dikelilingi tembok tinggi dan tertutup merupakan situasi yang harus dihadapi oleh petugas pemasyarakatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran bahaya dan risiko psikososial dari faktor – faktor psikososial (lingkungan pekerjaan, rumah, sosial, dan individu) serta gejala psikososial (perilaku, fisiologis, kognitif, dan emosional) pada petugas pemasyarakatan di lembaga pemasyarakatan pemuda kelas IIA Tangerang tahun 2020. Dengan desain penelitian cross sectional dan cara pengambilan data melalaui penyebaran kuesioner. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukan bahwa tingkat risiko psikososial pada lingkungan pekerjaan, rumah, sosial, dan individu termasuk kedalam katagori tingkat risiko psikososial rendah dengan sumber bahaya dari lingkungan pekerjaan (27), lingkungan rumah (7), lingkungan sosial (10), dan individu (14). Selain itu, hasil dari gejala psikososial (perilaku, fisiologis, kognitif, dan emosional) termasuk kedalam katagori tingkat risiko psikososial rendah. Dilihat dari persebaran responden risiko psikososial dari lingkungan pekerjaan, sosial, dan individu secara statistik lebih mengeluhkan gejala psikososial kognitif, sedangkan risiko psikososial lingkungan rumah didapatkan lebih mengeluhkan gejala psikososial emosional.

Correctional is a place to carry out the formation of prisoners and correctional students, where the task is not easy with a monotonous work atmosphere, associating with prisoners who are difficult and problematic, working surrounded by high walls and closed is a situation that must be faced by correctional officers. The purpose of this study was to determine the psychosocial hazards and risks from psychosocial factors (work environment, home, social, and individual) as well as psychosocial symptoms (behavioral, physiological, cognitive, and emotional) in correctional facilities at class IIA Tangerang youth penitentiary 2020. With a cross sectional research design and data collection methods through questionnaires. The results obtained in this study indicate that the level of psychosocial risk in the work environment, home, social, and individuals included in the category of low psychosocial risk levels with sources of danger from the work environment (27), home environment (7), social environment (10), and individuals (14). In addition, the results of psychosocial symptoms (behavioral, physiological, cognitive, and emotional) are included in the category of low psychosocial risk. Judging from the distribution of respondents psychosocial risks from the work environment, social, and individuals statistically more complaining of cognitive psychosocial symptoms, while psychosocial risk of the home environment is found to be more complaining of emotional psychosocial symptoms.

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>