Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Finna Fitriana
Abstrak :
Latar belakang : Menurut European Occupational Disease Statistic pada tahun 2016, sebanyak 38,1 % dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah Musculoskeletal Disorders. Penelitian pada tahun 2013 pada industri perakitan elektrik di Thailand, penyebab terban- yak MDS ekstremitas atas adalah De quervain syndrome (DQS) dengan prevalensi 13.03%. Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa faktor – faktor pekerjaan sangatlah penting sebagai faktor risiko terjadinya DQS, selain adanya faktor individu. Faktor tersebut disebabkan pemakaian otot yang berlebihan di sekitar jari hingga perge- langan tangan, gerakan yang berulang dalam periode waktu yang lama, gerakan dengan kekuatan, dan postur kerja statis dengan durasi waktu yang lama. Pada perusahaan man- ufaktur, proses produksi dilakukan dengan menggunakan alat-alat, mesin, dan juga tetap membutuhkan tenaga pekerja untuk aktivitas pekerjaan manual dan proses kerja yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Karena aktivitas manual handling merupakan salah satu faktor risiko pekerjaan terhadap terjadinya DQS, perlu dilakukan studi DQS pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi DQS, mengiden- tifikasi, dan menganalisis hubungan faktor pekerjaan manual handling dan faktor undi- vidu terhadap temuan DQS . Metode : Metode penelitian ini cross section dengan menggunakan data sekunder berupa data hasil Medical Check Up (MCU) karyawan PT K tahun 2021. Sampel yang digunakan adalah seluruh data MCU karyawan dengan total 1244 sampel. Variabel bebas antara lain faktor pekerjaan manual handling dan faktor individu yaitu usia, jenis kelamin, dan masa kerja. Variabel terikat adalah De Quervain Syndrome. DQS ditentukan dengan hasil pemeriksaan tes Finkelstein pada saat MCU. Hasil : Total responden 1244, didapatkan prevalensi DQS 9%. Pada analisis hubungan faktor pekerjaan manual handling dan faktor individu usia, jenis kelamin, dan masa kerja menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan DQS pada pekerja PT K. Se- dangkan pada analisis multivariat juga menunjukkan bahwa tidak terdapat faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi DQS, dengan p>0.05 Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan signifikan antara faktor pekerjaan manual han- dling dan faktor individu terhadap DQS. ......Background: According to the European Occupational Disease Statistics in 2016, as much as 38.1% of Occupational Diseases are Musculoskeletal Disorders. Research in 2013 on the electrical assembly industry in Thailand showed that the most common cause of upper extremity MDS is Dequervain syndrome (DQS) with a prevalence of 13.03%. Occupational factors are very important as risk factors for DQS, in addition to individual factors. Manufacturing industry still need workers for manual activities and work processes that cannot be replaced by machines. Because manual handling is one of the occupational risk factors for DQS, it is necessary to study DQS in manufacturing indus- try. This study aims to determine the prevalence of DQS, identify, and analyze the relationship between manual handling and individual factors related to DQS. Method: This research method is a cross sectional using secondary data, PT K workers Medical Check-Up result in 2021. The samples was all workes’ MCU data with total 1244 samples. Independent variables are manual handling and individual factors, include age, gender, and years of service. The dependent variable is the DQS. The DQS was diagnosed with Finkelstein test. Results: A total of 1244 respondents were obtained, with the DQS prevalence 9%. In the analysis of the relationship between manual handling and individual factors (age, sex, and years of service) showed that no significant relationship with DQS in PT K workers. Multivariate analysis showed that there were no factors that most dominantly influenced DQS, with p>0.05. Conclusion: : There is no significant relationship between manual handling and individual factors with DQS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenita Emeralda
Abstrak :
Gangguan muskuloskeletal pada fisioterapi dapat menyebabkan hilangnya hari kerja hingga pergantian pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi dan frekuensi jenis serta tingkat keluhan gangguan muskuloskeletal, dan faktor risikonya pada fisioterapis di Rumah Sakit X Jakarta. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan semi kuantitatif deskriptif. Data diperoleh dari 14 responden dengan menggunakan kuesioner nordic body map, REBA, dan focus group discussion. Data dianalisis dengan menggunakan spss dan transkrip. Hasil analisis menunjukkan bahwa 92.9% responden mempunyai keluhan ringan yang paling banyak dirasakan pada pinggang berupa pegal (42.9%) dan nyeri (14.3%). Keluhan gangguan muskuloskeletal terjadi pada semua responden usia ≤35 tahun, perempuan, semua ukuran tubuh kecuali kurus, mantan perokok, olahraga kurang dari atau sama dengan 2 kali seminggu, bekerja kurang dari 5 tahun, menangani ≥10-20 pasien per hari, semua spesialisasi kecuali neuromuskular dan kegiatan fisioterapi. Berdasarkan perhitungan skor REBA, keluhan muskuloskeletal dirasakan pada risiko ergonomi rendah dan tinggi 100%. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dalam upaya pencegahan gangguan muskuloskeletal pada fisioterapis serta lebih waspada dalam bekerja. ......Musculoskeletal disorders in physical therapist can lead to absenteeism and even change jobs. The purpose of this study is to understand the distribution and frequency of types, level of musculoskeletal disorders complaints, and risk factors in physical therapist at Jakarta X Hospital. This research is semi quantitative descriptive. The data were collected from 14 respondents by using Nordic Body Map questionnaire, REBA and focus group discussion. Quantitative data were analyzed by SPSS and transcripts. The results of the analysis showed that almost all respondents (92.9%) have mild complaints. it is mostly in lower back in the form of soreness (42.9%) and pain (14.3%). Musculoskeletal disorders complaint occur in all respondents aged ≤ 35 years, women, ex-smokers, exercise less than twice a week, working less than 5 years, treat ≥10-20 patients per day, all body size except skinny, all specialties except neuromuskular, and every physical therapy activity. 100% of respondent in low and high ergonomic risk had musculoskeletal complaint based on REBA score calculation. The results of this study can be useful as recommendation to prevent musculoskeletal disorders in phsycial therapists and to be more aware of good ergonomic practices while working.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juan Andrew Vicbrin H
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang keergonomisan sistem kerja yang ada di usaha tempe yang berlokasi di kota depok, penelitian dilakukan dengan menganalisis masing-masing stasiun kerja saat proses pembuatan tempe. Analisis dilakukan dengan mengamati proses kerja, wawancara dengan perajin dan memberikan kuesioner kepada perajin untuk mendapatkan data keluhan perajin yang berisiko terkena musculoskeletal disorders dan data postur tubuh perajin saat menjalankan pekerjaannya pada masing-masing stasiun kerja yang mana akan diperoleh nilai PEI masing-masing stasiun kerja dengan menggunakan analisis Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Ovako Working Posture Analysis (OWAS), Low Back Compression Analysis (LBA) yang tersedia di software jack. Hingga ditemukan stasiun kerja pemindahan kedelai dan stasiun kerja penirisan yang melewati batas aman PEI, setelah itu akan dilakukan perancangan berdasarkan kebutuhan dan tukar pendapat kepada perajin untuk membuat rancangan alat yaitu meja dan penyangga drum air dirancang guna memperbaiki keergonomisan di dua stasiun kerja yang mendapatkan nilai PEI terburuk. ......This research discusses the ergonomics of the work system in the tempe business located in the city of Depok. The research was conducted by analyzing each work station during the tempe making process. The analysis is carried out by observing the work process, interviewing workers and giving questionnaires to workers to obtain data on workers' complaints at risk of developing musculoskeletal disorders and data on workers' body postures while carrying out work at each work station which will obtain the PEI value for each work station. by using Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Ovako Working Posture Analysis (OWAS), Low Back Compression Analysis (LBA) that available in jack software. Until finally found a work station for transferring soybeans and a work station for draining which exceeded the PEI safe limit, after that a design will be carried out based on needs and opinion exchange with the craftsmen to make a tool design, namely a table and a water drum support designed to improve ergonomics at the two work stations that get the worst PEI value.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qanita Fauzia
Abstrak :
Penambangan adalah salah satu industri yang paling berisiko tinggi. Penambang bawah tanah mungkin telah terpapar untuk bahaya ergonomis seperti postur canggung, kerja statis, gerakan berulang, dan kekuatan yang berlebihan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis postur kerja di bawah tanah menambang lingkungan dengan metode penilaian seluruh tubuh cepat (REBA) dan untuk tinjauan umum gangguan muskuloskeletal pada penambang bawah tanah di PT. Cibaliung Sumberdaya. Ini Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini adalah dilakukan dengan pengamatan pada seluruh proses kerja di bawah tanah dan kemudian kritis postur dianalisis menggunakan metode REBA. Kuesioner peta tubuh Nordik didistribusikan untuk penambang untuk mengetahui masalah gangguan muskuloskeletal di antara para pekerja itu sendiri. Hasil menunjukkan bahwa salah satu postur kerja memiliki skor 11+ yang artinya risiko sangat tinggi adalah ketika penambang menggunakan bor jackleg. Kemudian, enam postur kerja memiliki skor 8-10 yang berarti berisiko tinggi postur ketika penambang melakukan penskalaan, pemasangan baut batu dan kawat, chocking mekanisme ketika shotcrete hendak melakukan, mengatur tas ventilasi, dan mengoperasikan gunting mengangkat. Gangguan muskuloskeletal paling sering dikeluhkan oleh penambang bawah tanah adalah pinggang 64,15%, punggung 47,17%, leher atas 45,28%, dan bahu kanan 36,79%. Itu Peneliti menyarankan agar penambang harus diberi tahu tentang bahaya dan risiko ergonomis faktor gangguan muskuloskeletal. ......Mining is one of the most high-risk industries. Underground miners may have been exposed to ergonomic hazards such as awkward postures, static work, repetitive movements, and excessive strength. The purpose of this study is to analyze the working posture of underground mining environment with a rapid whole body assessment method (REBA) and for an overview of musculoskeletal disorders in underground miners at PT. Cibaliung Resources. This research is quantitative descriptive with cross-sectional design. This research was carried out with observations on the entire underground and then critical work processes posture was analyzed using the REBA method. The Nordic body map questionnaire was distributed to miners to find out the problem of musculoskeletal disorders among the workers themselves. The results show that one work posture has a score of 11+ which means the risk is very high when miners use jackleg drill. Then, the six work postures have a score of 8-10 which means a high risk posture when the miner scales, installing stone and wire bolts, chocking the mechanism when the shotcrete is about to do, arranging ventilation bags, and operating scissors lift. Musculoskeletal disorders are most commonly complained by underground miners waist 64.15%, back 47.17%, upper neck 45.28%, and right shoulder 36.79%. The researcher suggests that miners should be informed of the ergonomic hazards and risk factors for musculoskeletal disorders.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The majority of female batik workers uses non-ergonomic chairs (dingklik) that pose risks of musculoskeletal disorders. This study aimed to design an ergonomic chair and evaluate its effectiveness in reducing musculoskeletal disorders among the workers. This is a quasi-experimental study (using one group pre and post-test design) on 50 female batik workers selected by quota sampling. Musculoskeletal disorders were measured among the samples before and after the use of the designed ergonomic chair which they were asked to use for two months. T-test, ANCOVA, Wilcoxon test, McNemar test and Chi Square test were used for the analysis. The study found statistical significant differences of risk factor against musculoskeletal disorders among the workers before and after their use of the designed ergonomic chair (p< 0.05); and of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p= 0,035). Body Mass Index (BMI) was identified as a confounding factor, and statistical significant difference of musculoskeletal disorders were also found among the workers with <25 and >25 BMI even before and after using the ergonomic chair (p=0.033 and p=0.015 respectively). By ANCOVA statistical test, after controlling BMI, another statistical difference of musculoskeletal disorders was also identified before and after using the ergonomic chair (p=0.033). It is concluded that the designed ergonomic chair is effective to reduce the risk of musculoskeletal disorders.

Pengaruh Pemakaian Kursi Ergonomis terhadap Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Wanita Batik Tulis di Kabupaten Sragen. Sebagian besar posisi kerja pekerja batik tulis di Sragen tidak ergonomis, sehingga berisiko terjadi gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kursi ergonomis dan menilai efektifitas desain kursi terhadap gangguan muskuloskeletal pekerja wanita batik tulis. Jenis penelitian adalah eksperimental quasi dengan pendekatan one group pre and posttest design. Populasi adalah seluruh pekerja industri Batik Sragen. Teknik sampling quota random sampling. Sampel sebanyak 50 orang diukur tingkat risiko keparahan gangguan muskuloskeletalnya sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis. Selanjutnya, dilakukan uji Wilcoxon test, McNemar test, dan Chi Square test. Perbedaan tingkat risiko keparahan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p< 0,05). Terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p=0,035). Indeks massa tubuh teridentifikasi sebagai confounding factor karena terdapat hubungan yang signifikan terhadap gangguan muskuloskeletal, baik sebelum maupun sesudah menggunakan kursi ergonomis (masing-masing p=0,033 dan p=0,015). Melalui uji Ancova, confounding factor dikendalikan, diperoleh hasil uji yang tetap signifikan (p=0,033). Kursi kerja ergonomis menurunkan risiko keparahan gangguan muskuloskeletal.
Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret ; Faculty of Public Health Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sulis Bayusentono
Jakarta: Sagung Seto, 2020
616.7 SUL b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library