Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiby Adhitya Prayoga
"Perusahaan Jasa Konstruksi merupakan perusahaan yang bergerak secara
keseluruhan atau sebagian dalam melakukan kegiatan perencanaan atau
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan-pekerjaan yang
bertujuan untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Saat ini,
pertumbuhan perusahaan jasa konstruksi sangat tinggi dikarenakan banyaknya
pembangunan yang dilakukan di Indonesia. Dalam melakukan kegiatan
pembangunan, nampaknya tidak selalu berjalan dengan mulus. Beberapa bentuk
kejadian kegagalan konstruksi terjadi di Indonesia yang menyebabkan kerugian
berbagai aspek dan menurunkan tingkat ketercapaian tujuan proyek konstruksi.
Dari banyaknya penyebab kegagalan konstruksi, dapat disimpulkan bahwa faktor
utama yang menyebabkan kegagalan konstruksi berasal dari peranan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang lalai, baik pada saat proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan yang memengaruhi proyek tersebut secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengukuran tingkat
kematangan atau maturity level budaya mutu pada Perusahaan Jasa Konstruksi
Swasta Nasional yang bertujuan menyentuh sasaran/objek penelitian (yaitu SDM
proyek) dalam penerapan budaya mutu di lingkungan perusahaan, sehingga
didapatkan sebuah strategi peningkatan tingkat maturity level sebagai upaya untuk
menurunkan tingkat kegagalan konstruksi yang terjadi dikemudian hari. Metode
penelitian yang digunakan yaitu studi literatur, validasi pakar dan menggunakan
kuesioner responden untuk melakukan pengambilan data primer. Hasil dari
penelitian ini adalah terdapat 5 variabel X (maturity level perusahaan) dan 43
indikator penyusunnya yang berpengaruh dalam upaya menurunkan tingkat
kegagalan konstruksi. Sementara itu, pencapaian tingkat kematangan yang telah
dicapai oleh perusahaan jasa konstruksi swasta nasional secara umum berada di
level 4, yang artinya sudah dalam kondisi matang. Dari beberapa analisis
kesenjangan yang telah dilakukan, selanjutnya terdapat 26 bentuk strategi yang
ditawarkan, sebagai upaya dalam meningkatkan tingkat kematangan budaya mutu
perusahaan jasa konstruksi swasta nasional.

Construction Company is a company that moves in a part or in whole carrying out
planning, making and controlling all activities along which includes works aimed
at realizing a building or other physical form. At present, the growth of construction
companies are very high due to the large number of developments being carried out
in Indonesia. In carrying out development activities, it seems that it does not always
run smoothly. Some forms of construction failure occur in Indonesia which cause
losses in various aspects and reduce the level of achievement of project goals. From
the many causes of construction failure, it can be concluded that the main factor
that causes construction failure comes from the role of Human Resources (HR) who
is negligent both during the planning, implementation and controlling processes that
affect the project directly or indirectly. This research will discuss the measurement
of the quality culture maturity level at the National Private Construction Company
which aims to reach the target of research (ie HR in projects) in the application of
quality culture in the corporate environment, so that a strategy to increase the
maturity level in an effort to reduce the level of construction failure that occurs in
the future. The research method used is literature study, expert judgement validation
and using respondents' questionnaires to collect primary data. As the results of this
study, that there are 5 variables X (company maturity level) and 43 constituent
indicators that influence the effort to reduce the level of construction failure.
Meanwhile, the achievement of the maturity level that has been reached by the
national private construction service company is generally at level 4, which means
that it is in a mature condition. From several gap analyzes that have been carried
out, then there are 26 forms of strategy offered, as an effort to increase the maturity
level of the quality culture of national private construction service companies.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rommy Bastian Hutauruk
"Analitik diyakini menjadi kapabilitas pembeda yang dapat membawa sebuah perusahaan pada peningkatan performansi perusahaan maupun keberlanjutan bisnis. Perusahaan B2B merupakan area yang jarang dilakukan penelitian terkait analitik di sektor bisnis. Pada penelitian ini dilakukan studi kasus pada PT XYZ, sebuah perusahaan telekomunisai bidang B2B, untuk dinilai tingkat kematangan proses analitik saat ini dengan menggunakan model DELTA dari Davenport. Pengukuran tingkat kematangan menunjukkan PT XYZ baru mencapai tingkat 2 (locally analytics) pada setiap element dari model DELTA: Data, Enterprises, Leadership, Target dan Analyst. Aspirasi manajemen adalah berada pada tingkat kematangan 4 (analytical company). Untuk mencapai tingkat yang diinginkan diusulkan perencanaan perbaikan tingkat kematangan berupa aktivitas-aktivitas yang kemudian disusun dalam bentuk roadmap dalam waktu lima tahun. Aktivitas-aktivitas ini dikelompokan dalam empat kategori yang lebih memudahkan dalam implementasi karena menyesuaikan dengan struktur fungsional dari unit organisasi perusahaan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi perusahaan B2B yang ingin meningkatkan tingkat kematangannya dalam menggunakan analitik dalam membantu pengambilan keputusan.

Analytics is one of the differentiating capabilities that can lead a company to improve company performance and business sustainability. B2B companies are an area where analytics-related research is rarely done in the business sector. In this research, a case study was conducted at PT XYZ, a B2B telecommunications company, to assess the current level of analytical process maturity using the DELTA model from Davenport. Maturity level measurement shows that PT XYZ currently at level 2 (locally analytics) in each element of DELTA model: Data, Enterprises, Leadership, Target and Analyst. The management's aspiration is at maturity level 4 (analytical company). To achieve the target level, it is proposed a corporate plan to improve the maturity level. The plan consists of activities compiled in the form of a roadmap executed within five years. These activities then regrouped into four categories which make implementation easier because they conform to the functional structure of the company's organizational units. This research can be used as a reference for other B2B companies to improve their maturity level in using analytics to support their decision making."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Karoma Yude
"PT X adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi makanan dan minuman dengan aspek kesehatan. Sejak didirikan tahun 1979 hingga saat ini berusia 42 tahun, organisasi telah berkembang dan melakukan berbagai inovasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis. Memasuki industri 4.0, PT X beradaptasi dengan perkembagan teknologi informasi. Perusahaan tengah dalam fase transformasi bisnis menjadi digital dengan melakukan pengembagan perangkat lunak yang bertujuan untuk mempermudah dan membuat proses bisnis menjadi lebih efektif dan efisien. Organisasi telah melakukan praktik manajemen proyek namun belum sepenuhnya diterapkan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari adanya 40% proyek yang dijalankan tidak dapat di-deliver dengan tepat waktu. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan manajemen proyek yang sudah dijalankan sehingga organisasi dapat melakukan perbaikan. Dengan menggunakan Project Management Maturity Model (PMMM) diketahui bahwa tingkat kematangan manajemen proyek PT X berada pada tingkat pertama. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan organisasi mengenai manajemen proyek masih belum cukup baik. Penelitian ini juga menghasilkan rekomendasi perbaikan yang dapat diterapkan organisasi yaitu mengadakan pelatihan khusus untuk setiap area manajemen proyek, membuat standar dokumentasi yang baik, mengadakan sesi pendalaman materi Project Management Body of Knowledge (PMBOK) dan mendorong project manager untuk berkomunikasi menggunakan istilah manajemen proyek yang tepat.

PT X is a food and beverage manufacturing company with a focus on health. Since its establishment in 1979, the organization has developed and implemented several innovations in order to remain competitive in the commercial sector. PT X has adapted to the advancement of information technology as it enters industry 4.0. The organization is in the process of digitalizing its business by building software to simplify and improve the effectiveness and efficiency of business operations. The organization has implemented project management practices, but they have not been properly applied. There are 40% of projects that cannot be delivered on schedule. Evaluation is required to determine the maturity level of project management that has been applied so that the organization could implement improvements. Using the Project Management Maturity Model (PMMM), it is determined that PT X's project management is at the first level of maturity. This indicates that the organization's understanding of project management is still insufficient. This research also includes recommendations for improvement that may be implemented by organization, such as providing particular training for each project management area, establishing appropriate documentation standards, organizing sessions to increase understanding of the Project Management Body of Knowledge (PMBOK) materials, and encouraging project managers to communicate using proper project management terms."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Alfiandi
"Tata Kelola Teknologi Informasi (TIK) memainkan peran penting dalam mencapai transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan peradilan. Proses peradilan yang pasti, transparan, dan akuntabel, dimana TIK berperan dalam pendokumentasian elektronik, sistem informasi peradilan, penyediaan informasi yang mudah diakses masyarakat, penggunaan bukti elektronik dan aksesibiltas informasi peradilan untuk masyarakat. Penelitian ini memfokuskan pada akar masalah dalam domain pengelolaan data, penetapan strategi dan tujuan bisnis, perencanaan dan pengorganisasian sumber daya yang dibutuhkan, pengembangan dan implementasi teknologi, pemantauan kinerja dan penilaian terhadap implementasi COBIT 2019, penyediaan layanan teknologi informasi yang berkualitas untuk dukungan administrasi peradilan dan belum adanya evaluasi besaran kapabilitas atau tingkat kematangan tata kelola TI. Berdasarkan temuan ini dipilih fokus masalah penyusunan enterprise architecture, pengelolaan portofolio proyek yang dilakukan oleh Mahkamah Agung, pengelolaan proyek, pengelolaan program TI yang dikembangkan, pengelolaan manajemen perubahan. Penelitian ini diantisipasi dapat menyajikan data mengenai tingkat kematangan pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Mahkamah Agung, sebagai bahan evaluasi terhadap tata kelola TIK di Mahkamah Agung, serta dapat memberikan rekomendasi yang positif dan berguna dalam meningkatkan tata kelola TI di Mahkamah Agung. Penelitian ini menggunakan mixed methods dengan kerangka kerja COBIT 2019. Dari delapan objektif terpilih, ditemukan 4 objektif, yaitu APO03, APO05, APO08 dan BAI05 berada pada level 2. Kemudian 3 objektif, yaitu BAI02, BAI03, BAI11 berada di level 1, dan satu objektif BAI01 di level 0. Beberapa rekomendasi dihasilkan dalam upaya peningkatan tata kelola TIK di Mahkamah Agung mencakup pengelolaan dan dokumentasi, pengembangan kebijakan dan prosedur, pelatihan untuk pengembangan keterampilan, peningkatan keterlibatan pemangku kepentingan.

Information Technology (ICT) Governance plays an important role in achieving transparency and accountability in the administration of justice. A sure, transparent and accountable judicial process, where ICT plays a role in electronic documentation, judicial information systems, providing information that is easily accessible to the public, use of electronic evidence and accessibility of judicial information for the public. This research focuses on the root of the problem in the domain of data management, determining business strategies and objectives, planning and organizing required resources, developing and implementing technology, monitoring performance and assessing the implementation of COBIT 2019, providing quality information technology services to support justice administration and There has been no evaluation of the scale of capability or maturity level of IT governance. Based on these findings, the focus was chosen to focus on the preparation of enterprise architecture, management of project portfolios carried out by the Supreme Court, project management, management of developed IT programs, management of change management. It is anticipated that this research will provide data regarding the maturity level of Information and Communication Technology management at the Supreme Court of the Republic of Indonesia, as material for evaluating ICT governance at the Supreme Court, and can provide positive and useful recommendations in improving IT governance at the Supreme Court of the Republic of Indonesia. This research uses mixed methods with the COBIT 2019 framework. Of the eight selected objectives, it was found that 4 objectives, namely APO03, APO05, APO08 and BAI05 were at level 2. Then 3 objectives, namely BAI02, BAI03, BAI11 were at level 1, and one BAI01 objective at level 0. Several recommendations were produced in an effort to improve ICT governance at the Supreme Court including management and documentation, development of policies and procedures, training for skills development, increasing stakeholder involvement."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rivki Hendriyan
"PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) mengemban peran sebagai central counterparty yang bertanggung jawab dalam menciptakan pasar modal Indonesia yang aman dan menarik. Permasalahan yang dihadapi KPEI adalah redundansi fungsi sistem dan ketidakadaan pengelolaan data master sebagai “single source of truth” yang berakibat pada ketidakakuratan keputusan yang dihasilkan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, penelitian ini menilai tingkat kematangan manajemen data master yang ada di KPEI saat ini dengan menggunakan model kematangan manajemen data master Loshin dan PAM COBIT 5 sebagai metode penilaian. Hasil penilaian kematangan tersebut menjadi dasar perencanaan pengembangan data master dengan menggunakan teori manajemen data master Loshin dan DMBOK. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kematangan manajemen data master KPEI adalah tingkat 0 (non existent) yang sedang menuju tingkat 1 (intial). Penelitian juga menghasilkan perencanaan pengembangan data master KPEI yang dapat membantu KPEI untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) has a role as central counterparty who has resposibility to actualize a save and attractive Indonesia capital market. The problem faced by KPEI are redundancy of system functions and absence of master data management as a single source of truth that can lead to inaccurate decision making. To solve these problem, this research try to assess current data master management maturity level by using master data management maturity model from Loshin and PAM COBIT 5 as a assessment method. This assessment result used for building the data master development planning. The result of this research show that KPEI’s master data management maturity level has begun to transition from level 0 (non existent) to the level 1 (initial). This research also propose master data development planning for assisting KPEI to solve its problem."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Farid Rusdi
"Dalam rangka menghadapi tantangan ancaman keamanan informasi yang terus meningkat, Pusintek selaku pengelola Pusat Data Kementerian Keuangan melakukan pengelolaan keamanan informasi untuk melindungi aset informasi dari berbagai serangan keamanan informasi. Pusintek dituntut untuk secara berkelanjutan meningkatkan keamanan informasi yang diterapkan. Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan informasi adalah dengan melakukan pengukuran keamanan informasi menggunakan kerangka kerja keamanan informasi, sehingga diperoleh gambaran keamanan informasi yang menyeluruh. Selain itu, dengan adanya beberapa insiden keamanan informasi yang terjadi menunjukkan perlunya ruang perbaikan dalam pengelolaan keamanan informasi pada kondisi saat ini. Oleh karena itu, perlu disusun strategi peningkatan keamanan informasi yang didasarkan atas pengukuran keamanan informasi tersebut. Kegiatan pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan kerangka kerja cybersecurity maturity capability model (C2M2) yang ditambah dengan dua domain center for internet security (CIS). Hasil pengukuran keamanan informasi menunjukkan terdapat permasalahan berupa aktivitas - aktivitas keamanan informasi yang tidak dilakukan atau dilakukan tetapi belum lengkap. Dari dua belas domain yang diukur, tiga domain berada pada maturity indicator level (MIL) 3 dan sembilan domain masih memiliki kesenjangan level MIL. Hasil pengukuran keamanan informasi dianalisis lebih lanjut sehingga dapat disusun strategi peningkatan keamanan informasi yang dapat diterapkan di Pusintek.

To address the challenges posed by the increasing threats to information security, Pusintek, as the manager of the Ministry of Finance Data Center, undertakes information security management to safeguard information assets from various security attacks. Pusintek is is required to continuously improve the information security that is implemented. One of the steps that can be taken to improve information security is to measure information security using an information security framework, to obtain a comprehensive picture of information security. In addition, the existence of several information security incidents that occurred shows the need for room for improvement in information security management in the current condition. Therefore, it is necessary to develop an information security improvement strategy based on the information security measurement. Measurement activities in this study were carried out with the cybersecurity maturity capability model (C2M2) and two domain from the center for internet security (CIS). The results of information security measurements show that there are problems in the form of information security activities that are not carried out or carried out but are incomplete. Of the twelve domains measured, three domains are at maturity indicator level (MIL) 3 and nine domains still have MIL level gaps. The results of information security measurements are further analyzed so that an improvement strategy can be developed."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library