Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nyimas Nadia Sabrina
Abstrak :
Salah satu sistem pernikahan yang terdapat di Indonesia adalah arranged marriage. Di dalam ajaran Agama Islam, konsep arranged marriage dikenal sebagai ta?aruf. Arti dari ta?aruf adalah perkenalan yang dilakukan sesuai dengan norma Agama Islam. Tujuan dari ta?aruf adalah pernikahan (Hana, 2012). Di Indonesia, penelitian mengenai pernikahan yang dilakukan melalui proses ta?aruf tidak sepopuler penelitian terkait love marriage. Berdasarkan studi literatur, timbul dugaan humility dalam diri individu yang menikah melalui ta?aruf memiliki hubungan dengan komitmen pernikahan, yang merupakan prediktor keberhasilan pernikahan. Berdasarkan dugaan tersebut, dilakukanlah penelitian untuk membuktikan hubungan antara humility dengan komitmen pernikahan pada 205 individu yang menikah melalui ta?aruf di Indonesia. Hasil membuktikan adanya hubungan antara humility dengan komitmen pernikahan personal dan juga antara humility dengan komitmen pernikahan. Namun, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara humility dengan komitmen pernikahan struktural.
One of the marriage systems that is found in Indonesia is arranged marriage. In Islamic teachings, the concept of arranged marriage is known as ta?aruf. The meaning of ta?aruf is introduction process that is conducted according to Islam norms. Ta?aruf aims for marriage (Hana, 2012). In Indonesia, research about ta?aruf marriage is not as popular as research regarding love marriage. Based on literature review, rose a presumption that there is a relationship between humility and marital commitment in ta?aruf individuals. According to that presumption, researcher conducted a study to prove the relationship between humility and marital commitment in 205 individuals who were married through ta?aruf process in Indonesia. Results showed that there is a significant positive correlation between humility and personal commitment as well as between humility and moral commitment. However, it was shown that there is no correlation between humility and structural commitment.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gigih Prayitno
Abstrak :
Pendidikan merupakan salah satu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia. Pendidikan yang dimaksud dalam ketentuan tersebut adalah pendidikan yang berusaha untuk membentuk manusia seutuhnya yang berkemampuan serta berwatak unggul. Namun pada kenyataan saat ini, kondisi siswa sebagai subjek pendidikan masih belum dapat dikatakan sesuai dengan amanat konstitusi tersebut. Hal ini dapat dilihat melalui berbagai fenomena yang menunjukkan perilaku menyimpang oleh siswa seperti ujaran kebencian, cyberbullyingserta intoleransi. Di sisi lain, psikologi sebagai salah satu ilmu yang melakukan studi empiris terhadap pendidikan, memiliki sebuah konsep yaitu intellectual humility yang menurut berbagai studi terbukti dapat mencegah berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha melihat bagaimana gambaran intellectual humility khususnya pada siswa SMA di Jakarta. Hasil penelitian yang dilakukan pada partisipan (N=116) menunjukkan bahwa tingkat intellectual humility pada siswa SMA di Jakarta cenderung tinggi serta dominan tinggi pada dimensi Respect of Other’s Viewpoints (ROV) dan Lack of Intellectual Overconfidence (LIO). Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa tidak terdapat  perbedaan yang signifikan antara tingkat intellectual humility pada siswa laki-laki dan perempuan, serta terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat intellectual humility pada siswa yang berasal dari sekolah negeri dengan siswa yang berasal dari sekolah swasta. ......Education is one of the fundamental things in human life. The education referred to in these provisions is education that seeks to develop a person with desired abilities and characteristics. However, in these days, the condition of students as subjects of the education itself cannot be said to be ideal with the constitutional mandate. This can be seen through various phenomena that show deviant behavior by students such as hate speech, cyberbullying and religious intolerance. On the other hand, psychology as a science that conducts empirical studies on education has a concept, namely intellectual humility, which according to various studies has been proven to be able to prevent various deviant behaviors carried out by these students. Therefore, this study seeks to see how intellectual humility is described, especially among high school students in Jakarta. The results of research conducted on participants (N=116) showed that the level of intellectual humility among high school students in Jakarta tends to be high and dominantly high on the Respect of Other's Viewpoints (ROV) and Lack of Intellectual Overconfidence (LIO) dimension. In addition, the study also found that there was no significant difference between the level of intellectual humility in male and female students, and there was a significant difference between the level of intellectual humility between the students of public schools and the students of private schools.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Arifianti
Abstrak :
Intellectual Humility (IH) merupakan suatu sifat kebajikan yang baru-baru ini dikembangkan dalam bidang ilmu psikologi dan dipercaya dapat membantu para siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) mengelola dirinya saat bertemu dengan perbedaan berpendapat. Dewasa ini, alat ukur The Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) telah teruji secara komprehensif mampu mengukur konsep IH yang terdiri atas empat aspek yang berbeda, yaitu; Independence of Intellect and Ego (IIO), Openness to Revising One’s Viewpoint (OROV), Respect for Others’ Viewpoints (ROV), Lack of Intellectual Overconfidence (LIO). Tujuan dari penelitian ini adalah mengadaptasi alat ukur CIHS ke dalam versi bahasa Indonesia pada siswa SLTA di Indonesia. Metode penelitian kuantitatif dilakukan dalam beberapa tahap berdasarkan pedoman adaptasi alat ukur dari International Test Commission (ITC). Penelitian ini melibatkan 411 partisipan berusia 14-19 tahun (M = 16.10) dipilih melalui convenience sampling. Prosedur pengujian reliabilitas dan validitas melalui internal consistency dan confirmatory factor analysis (CFA) telah dilakukan. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan alat ukur CIHS versi Bahasa Indonesia tidak memiliki item-item dengan nilai konsistensi internal yang tinggi, baik secara keseluruhan maupun pada dua aspek yang termasuk di dalamnya. Sementara itu, hasil uji validitas dengan menggunakan CFA menunjukkan model good fit, dengan memenuhi 2 dari 3 kriteria yang berlaku. Pengembangan alat ukur ini masih diperlukan terutama dalam meningkatkan nilai reliabilitasnya. Meskipun demikian, alat ukur CIHS versi Bahasa Indonesia valid dalam mengukur konstruk Intellectual Humility. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian adaptasi alat ukur, pengembangan konstruk Intellectual Humility di kemudian hari, serta pengembangan lebih jauh dari penelitian ini dapat membantu guru dan para psikolog sekolah dalam proses asemen pengukuran Intellectual Humility untuk pengembangan karakter siswa SLTA di Indonesia. ......Intellectual Humility (IH) is a virtue that was recently developed in the field of psychology and is trusted to be able to help high school students manage themselves when facing disagreements. Currently, The Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) has been tested comprehensively to be able to measure the IH which consists of four different aspects, namely; Independence of Intellect and Ego (IIO), Openness to Revise Someone's Point of View (OROV), Respect for Other Perspectives (ROV), Lack of Too Intellectual Trust (LIO). The purpose of this study was to adapt the CIHS into an Indonesian version for secondary school students in Indonesia. The quantitative research method was carried out in several stages based on the guidelines for adapting measuring instruments from the International Test Commission (ITC). This study involved 411 participants aged 14-19 years (M = 16.10) who were selected by convenience sampling. The procedure for testing the reliability and validity through internal consistency and confirmatory factor analysis (CFA) was carried out. The results of reliability calculations show that the Indonesian version of the CIHS does not have items with high internal consistency, both as an overall score and on the two aspects included in it. Other than that, the results of the validity test using the CFA showed a good fit, by meeting 2 of the 3 criterions. The development of this measurement is still needed, especially in increasing its reliability score. However, the Indonesian version of the CIHS is valid in measuring the construct of intellectual humility. The results of this study can be used as a reference for measuring instrument adaptation research, the development of the intellectual humility construct in the future, and further development of this study can assist teachers and school psychologists in the process of measuring Intellectual Humility for building characters of secondary school students in Indonesia.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dearni Thalia
Abstrak :
Mempraktikkan toleransi beragama masih menjadi masalah di Kota Depok. Toleransi beragama sendiri dapat dipahami sebagai perilaku menghormati atau menghargai individu lain yang memiliki kepercayaan berbeda, serta tidak menghalangi penganut kepercayaan lain dalam menjalankan agamanya. Penelitian terdahulu menemukan bahwa kerendahan hati intelektual sebagai suatu kebajikan berkaitan dengan toleransi beragama. Akan tetapi, belum mempertimbangkan keberagaman agama dalam penelitian yang dilakukan. Kerendahan hati intelektual tersebut dapat dipahami sebagai kesadaran individu bahwa dirinya bisa saja salah tanpa merasa terserang oleh pendapat-pendapat lain yang berbeda dengannya. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerendahan hati intelektual dengan toleransi beragama pada emerging adult yang menjalani pendidikan di Kota Depok. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adult berusia 18–25 tahun (M = 21.33 dan SD = 1.26) yang pernah atau sedang menjalani pendidikan di Kota Depok dengan lingkungan yang terdiri dari keberagaman agama (N = 146). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) dan Religious Tolerance Measurement. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed. Implikasi penelitian ini adalah institusi pendidikan diharapkan dapat lebih mempromosikan kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama karena tidak hanya memungkinkan pelajar untuk dapat terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru, namun juga dapat menghindari konflik-konflik interpersonal dalam lingkungan yang terdiri dari keberagaman dan perbedaan. ...... Practicing religious tolerance still becomes an issue in Depok. Religious tolerance itself can be understood as respectful behaviours and attitudes toward individuals from different beliefs and does not interfere with their religious practices. Previous research found intellectual humility as a virtue related to religious tolerance. However, they have not considered religious diversity in their research. Intellectual humility can be understood as one's non-threatening awareness of their intellectual fallibility. This study aims to determine the relationship between intellectual humility and religious tolerance in emerging adults who have attended education in Depok. Participants in this study were emerging adults aged 18–25 years old (M = 21.33 and SD = 1.26) who had or are currently studying in Depok with an environment consisting of religious diversity (N = 146). The research instruments used were the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) and the Religious Tolerance Measurement. The result shows that there is a positive and significant relationship between intellectual humility and religious tolerance r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed.. This research implies that educational institutions are expected to promote intellectual humility because not only does it allow students to be open to new knowledge, but also to avoid interpersonal conflicts in an environment consisting of diversity and differences.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Nurul Anisyah Iryantie
Abstrak :
Kecemasan menghadapi ujian merupakan pengalaman umum di kalangan mahasiswa yang dapat berdampak negatif pada hasil akademik ketika dialami dalam tingkat tinggi. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi hubungan dari kecemasan menghadapi ujian, salah satunya adalah intellectual humility. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat hubungan antara intellectual humility dengan kecemasan menghadapi ujian pada mahasiswa. Intellectual humility diukur dengan menggunakan alat ukur Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) sedangkan untuk kecemasan menghadapi ujian diukur dengan menggunakan alat ukur Test Anxiety Inventory (TAI). Partisipan pada penelitian ini merupakan 143 mahasiswa aktif dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, dengan rentang usia 18-25 tahun. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang positif antara intellectual humility (M = 76,87, SD = 9,431) dengan kecemasan menghadapi ujian (M = 52,27, SD = 11,285) pada mahasiswa, r = +0,190, p < 0,05, r² = 0,036, one-tailed. Limitasi penelitian ini yaitu jumlah partisipan perempuan (80%) jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah partisipan laki-laki (20%) sehingga tidak berimbang dan data penelitian dari salah satu variabel yaitu variabel intellectual humility ditemukan memiliki hasil distribusi data yang tidak normal. ...... Test anxiety is a common experience among college students that can negatively impact academic results when experienced at high levels. Therefore, it is essential to explore the relationship between test anxiety, one of which is intellectual humility. This quantitative study aims to see the relationship between intellectual humility and test anxiety in college students. Intellectual humility was measured using the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS), while test anxiety was measured using the Test Anxiety Inventory (TAI). Participants in this study were 143 active college students from various universities in Indonesia, with an age range of 18-25 years. The results showed that there was a positive relationship between intellectual humility (M = 76,87, SD = 9,431) and test anxiety (M = 52,27, SD = 11,285) for in college students, r = +0,190, p < 0,05, r² = 0,036, one-tailed. The limitation of this study is that the number of female participants (80%) is far more than the number of male participants (20%) so it is not balanced and research data from one of the variables, namely the intellectual humility variable, is found to have abnormal data distribution results.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisya Nilam Sari
Abstrak :
Subjective Well-Being (SWB) remaja relatif menurun selama pandemi dan salah satu faktor yang dapat menjadi buffer adalah strength dan virtue dalam diri seseorang. Salah satu virtue tersebut adalah Intellectual Humility (IH) yang relatif memiliki hubungan positif dengan SWB secara umum. Penelitian ini meneliti hubungan IH dengan SWB sekolah (SWBS) yang merupakan salah satu domain khusus dari SWB pada remaja. Partisipan penelitian berjumlah 166 remaja awal umur 12-15 tahun yang merupakan siswa/i SMP Negeri. Alat ukur yang digunakan adalah CIHS (Krumrei-Mancuso & Rouse, 2016) dan BASWBSS (Tian et al., 2014) untuk mengukur kedua variabel. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel IH dengan SWBS, tetapi ada hubungan antara beberapa dimensi dalam IH (Openness to Revise One's Viewpoint dan Lack of Intellectual Overconfidenc) dengan SWBS beserta komponen kognitif di dalamnya. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perbaikan dalam metodologi dan prosedur pegambilan data, serta saran praktis bagaimana menanamkan IH pada siswa/i di sekolah sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka yang telah melalui pembelajaran akademik di era pandemi. ......Subjective Well-Being (SWB) of adolescence has relatively decreased during the pandemic and one of the factors that can be a buffer towards it is the strength and virtues possessed by individuals. One of these virtues is Intellectual Humility (IH) which relatively has a positive relationship with SWB in general. This study examines the relationship between IH and SWB in school (SWBS) which is a special domain for adolescents’ well-being. The participants of this study were 166 teenagers aged 12-15 years old who were students of a Public Junior High School. The CIHS (Krumrei-Mancuso & Rouse, 2016) and BASWBSS (Tian et al., 2014) were used as measuring tools in this study. The result of this study showed that there was no significant relationship between IH and SWBS, but there was a relationship between several dimensions in IH (Openness to Revise One's Viewpoint and Lack of Intellectual Overconfidence) with SWBS and its cognitive component. Suggestions for future research are improvements in methodology and data collection procedures, as well as practical suggestions on how to instill IH in students at school as an effort to improve the welfare of students who had gone through academic learning in the pandemic era.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
Abstrak :
Keterwakilan pemimpin perempuan di Indonesia masih rendah yaitu hanya sebesar 11,3%. Langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah perlunya karyawan perempuan menginternalisasi positive leader identity. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi positive leader identity berdasarkan teori claiming dan granting. Penelitian dilakukan pada 418 karyawan wanita yang sudah menikah dari berbagai organisasi baik organisasi yang didominasi pria maupun wanita. Alat ukur yang digunakan memiliki reliabilitas yang berkisar antara 0,72-0,87. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) Traditional gender role belief (B = -0,14; p < 0,01), future work self (B = 0,23; p < 0,01), dan spousal emotional support (B = -0,12; p < 0,05) signifikan memengaruhi positive leader identity (B = -0,14; p < 0,01); (2) Humility (B = 0,07; p > 0,05) tidak signifikan memengaruhi positive leader identity; (3) Spousal instrumental support dapat memperlemah pengaruh traditional gender role belief terhadap positive leader identity. Faktor tersebut memprediksi varian positive leader identity sebesar 24% F(1,409) = 3,90, p < 0,01. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemahaman bahwa faktor internal dan eksternal saling bereaksi dalam mempengaruhi identitas pemimpin. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor di luar domain pekerjaan juga turut mempengaruhi internalisasi identitas pemimpin. Dengan demikian, untuk berhasil mengatasi kurangnya keterwakilan perempuan dalam posisi kepemimpinan, tidak cukup hanya mengatasi faktor in- ternal dalam diri individu tetapi juga perlu memperhatikan faktor eksternal baik itu faktor yang ada di organisasi maupun luar organisasi. .....Women leaders are still underrepresented in Indonesia which only 11.3% in management position. To overcome these problems, female employees need to internalize a positive leader identity. This study aims to identify the factors that influence positive leader identity based on claiming and granting theory. The study was conducted on 418 married female employees from various organizations, both male and female dominated organizations. The measuring instrument used has a reliability that ranges from 0.72 to 0.87. The results of the analysis show that (1) traditional gender role beliefs (B = -0.14; p <0.01), future work self (B = 0.23; p <0.01), and spousal emotional support (B = -0.12; p < 0.05) significantly affect positive leader identity (B = -0.14; p < 0.01); (2) Humility (B = 0.07; p > 0.05) does not significantly affect positive leader identity; (3) Spousal instrumental support weaken the effect of traditional gender role beliefs on positive leader identity. This factor predicts the positive leader identity variant of 24% F(1.409) = 3.90, p <0.01. The findings of this study can contribute to provide additional understanding that internal and external factors are interact in influencing leader identity. This research shows that factors outside the work domain also influence the internalization of a leader's identity. To succeed in overcoming the underrepresentation of women in leadership positions, organization must pay attention not only to internal but also to external factors within the organization and outside the organization.
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aulia Primandhita
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah intellectual humility dapat memprediksi efektivitas guru sekolah menengah di Indonesia. Partisipan penelitian ini adalah 263 guru sekolah menengah (M-usia = 41.75 tahun, M-pengalaman mengajar = 14.97 tahun). Penelitian ini menggunakan Intellectual Humility Scale (Porter & Schumann, 2018) untuk mengukur intellectual humility dan Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell & Christofidou, 2002) untuk mengukur efektivitas guru. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan mengontrol variabel pengalaman mengajar. Hasil analisis menunjukkan bahwa intellectual humility secara signifikan dapat memprediksi efektivitas guru. Intellectual humility ditemukan memiliki effect size medium terhadap efektivitas guru. Hasil penelitian mengimplikasikan bahwa intellectual humility merupakan karakteristik yang penting untuk dimiliki oleh guru. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah-sekolah untuk menyelenggarakan program untuk mengembangkan karakteristik intellectual humility pada guru. Selain itu, hasil penelitian juga mengimplikasikan bahwa terdapat faktor- faktor lain yang berperan dalam efektivitas guru. Hal tersebut sebaiknya dipertimbangkan oleh penelitian selanjutnya mengenai efektivitas guru. ......The purpose of this study was to investigate the role of intellectual humility in predicting teacher effectiveness among secondary school teachers in Indonesia. A total of 263 secondary school teachers (M-age = 41.75 years, M-teaching experience = 14.97 years) participated in this study. The Intellectual Humility Scale (Porter & Schumann, 2018) and the Teacher Effectiveness Scale (Kyriakides, Campbell, & Christofidou, 2002) were used to measure intellectual humility and teacher effectiveness, respectively. A multiple linear regression analysis was conducted to test the study’s hypothesis while controlling for teaching experience. The result of the analysis shows that intellectual humility significantly predicts and has a medium effect on teacher effectiveness. The result of this study implies that intellectual humility is an important characteristic to be possessed by teachers and schools should consider providing programs that are aimed to cultivate intellectual humility in teachers. Additionally, it is implied that other factors also play a role in teacher effectiveness and should be taken into consideration by future research on this topic.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library