Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febran Suryawan
Abstrak :
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan layanan telekomunikasi berupa layanan suara, internet, dan komunikasi data berdampak kepada peningkatan kebutuhan akan layanan seluler. Selain digunakan untuk hal-hal yang positif bagi kehidupan masyarakat, layanan seluler juga menjadi sarana untuk melakukan tindak kejahatan seperti terorisme, penyebaran berita bohong, penipuan, dan kejahatan lainnya. Permasalahan ini tentunya harus segera diselesaikan oleh pengambil kebijakan dalam rangka menjaga keamanan negara serta melindungi masyarakat dari tindak kejahatan menggunakan sarana jaringan bergerak seluler. Dalam penelitian ini akan dilakukan proses evaluasi kondisi fraud SIMbox pasca penerapan kebijakan registrasi pelanggan seluler prabayar di Indonesia. Dalam melakukan analisa dampak kebijakan registrasi pelanggan seluler prabayar terhadap fraud SIMbox, digunakan analisa statistik Korelasi Pearson Product Moment. Dari hasil analisa akan diketahui sejauh mana kebijakan registrasi pelanggan seluler prabayar berdampak kepada berkurangnya penyalahgunaan sim card seluler prabayar dalam hal ini fraud SIMbox. Untuk melengkapi hasil analisis dilakukan dengan benchmarking dengan regulasi registrasi pelanggan seluler prabayar di negara Malaysia dan Singapura. Hasil penelitan ini menyimpulkan bahwa kebijakan registrasi prabayar memiliki korelasi yang signifikan terhadap kejahatan fraud SIMbox, kebijakan ini memberikan kontribusi sebesar 29,38% terhadap turunnya aktivitas fraud SIMbox. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, regulasi registrasi pelanggan seluler prabayar harus segera direvisi untuk meningkatkan jaminan keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam menggunakan layanan telekomunikasi.
Increasing public demand for telecommunication services consist of voice, internet and data communication services related to the increased need for cellular services. Besides being used for positive activities, cellular services are also a means to commit a crime such as terrorism, spreading hoax, fraud, and other crimes. This problem must be immediately resolved by policy makers in order to protect the public from crime act using cellular mobile networks. In this research the SIMbox fraud case evaluation process will be carried out after the implementation of the prepaid cellular customer registration policy in Indonesia. In analyzing the impact of prepaid cellular customer registration policy on SIMbox fraud, Pearson Product Moment Correlation statistical analysis is used. From the results of the analysis will be known how the regulation of prepaid cellular customer registration has an impact on the reduction of misuse of prepaid cellular sim cards in this case SIMbox fraud. To complete the results of the analysis are conducted by benchmarking with the regulation of prepaid cellular customer registration in Malaysia and Singapore. The results of this study concluded that the prepaid registration policy has a significant correlation to SIMbox fraud crime, this policy contributed 29.38% to the decreased SIMbox fraud activity. From the results of evaluations that have been made, the prepaid cellular customer registration regulations must be immediately revised to improve the security and comfort of the public in using telecommunications services.
[Depok;, ]: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T55154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laraisesi
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang efektifitas pelayanan Samsat Keliling di Wilayah Jakarta Selatan persepsi berdasarkan wajib pajak. Penelitian ini menggunakan teori efektifitas pelayanan dari Richard M Steers yang terdiri dari 3 (tiga) Dimensi yaitu Optimasi Tujuan, Perspektif Sistematika dan Perilaku Pegawai. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survey dan wawancara. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana efektifitas pelayanan yang diberikan oleh Samsat Jakarta Selatan. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh Samsat keliling sudah efektif tetapi masih ada beberapa keluhan dari wajib pajak namun hal tersebut dan harus tetap diperbaiki.
This research discuss the effectiveness of Samsat Keliling in South Jakarta roving perception by taxpayers. This research based on Richard M Steers's Theory of service effectiveness consisting of 3 (three) dimensions which is Optimalization objective, Systematics and Behavior Employee Perspective. This research is a quantitative research with survey method and interview data collection techniques. This research looked at the extent to which the effectiveness of the services provided by Samsat Keliling in South Jakarta. The results of the field study showed that the service provided by the mobile financial services sector have been effective but there are still some complaints from taxpayers, and should be corrected.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Ayu Kasim
Abstrak :
Skripsi ini membahas pelayanan atas penanganan keluhan Transjakarta Busway. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif melalui survey dan wawancara mendalam dan telaah dokumen. Dalam analisis skripsi ini menggunakan analisis statistika deskriptif. Penelitian Pelayanan Atas Penanganan Keluhan Transjakarta Busway diukur menggunakan sembilan dimensi yaitu accessibility, responsiveness, charges, fairness and objectivity, effectiveness, accountability, resources, independences, dan remedies. Hasil penelitian menunjukkan pelayanan atas penanganan keluhan Transjakarta Busway masih belum baik dari semua dimensi. Dalam penelitian ini juga diberikan saran untuk Transjakarta dalam hal penanganan keluhannya dengan penataan kembali manajemennya. ...... This thesis discusses the grievance services TransJakarta Busway. This study use descriptive research with quantitative approach through surveys and in-depth interviews and document review. This paper analysis using descriptive statistical analyze. Complaint Handling Services Research on TransJakarta Busway is measured using nine dimensions. The dimensions are accessibility, responsiveness, charges, objectivity and fairness, effectiveness, accountability, resources, independences, and Remedies. The results showed the grievance services TransJakarta Busway is still not better than all dimensions. In this study also provided suggestions for TransJakarta in handling complaints with management realignment.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Febriana
Abstrak :
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Asasta Kota Depok merupakan pelayanan barang publik yang bertugas dalam penyediaan air bersih. Sebagai penyedia layanan PDAM dituntut untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang berkualitas selama 24 jam setiap harinya. Dalam memberikan pelayanan terdapat keluhan dari pelanggan golongan IIIB yakni air keruh dan kenaikan tarif pelayanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Kualitas Pelayanan pada PDAM Tirta Asasta Kota Depok Golongan IIIB. Metode yang digunakan adalah metode campuran (mix method). Teknik pengumpulan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan wawancara mendalam dan penyebaran kuesioner. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Kualitas Pelayanan diukur berdasarkan enam dimensi yang dikemukakan oleh Christian Gronroos: (1) Professionalism and Skills; (2) Attitudes and Behavior; (3) Accesbility and Flexibility; (4) Reability and Trustworthiness; (5) Recovery; dan (6) Reputation And Credibility. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada PDAM Tirta Asasta golongan IIIB adalah Negatively Confirm Quality atau Bad Quality. ...... Regional Water Company (PDAM) Tirta Asasta Depok which provides clean water as public goods. As provider PDAM is expected to fulfill customers needs with hight quality 24/7. However, there are some complaints occured from IIIB customers on turbid water and increase of service cost. This thesis aimed to describe service quality of Regional Water Company (PDAM) Tirta Asasta Depok Class IIIB. The method used in research is mix method. The techniques used in this research was quality and quantity with data collection using in-dept interviews and questionnaire research guided. The techniques of data collection is stratified random sampling techniques. Christian Gronroos’s six dimensions of service quality were used : (1) Professionalism and Skills; (2) Attitudes and Behavior; (3) Accessibility and Flexibility; (4) Reability and trustworthiness; (5) Recovery; and (6) Reputation And Credibility. The results showed that the PDAM Tirta Asasta’s service quality is Negatively Confirm Quality (Bad Quality).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh persepsi pelayanan dan fasilitas ruang tunggu terhadap kepuasan pelanggan, di bengkel MPM Auto Nissan Alam Sutera Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Sampel dilakukan terhadap 78 orang pelanggan yang diambil secara random. Analisis data meliputi analisis deskriptif, koefisien regresi, kofisien korelasi, dan koefisien determinasi. Uji statistik yang digunakan uji F dan uji t dengan bantuan SPSS 16. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2015. Hasil penelitian menunjukan: 1) Persepsi pelayanan dan fasilitas ruang tunggu secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dengan koefisien korelasi sebesar 0.739 dan koefisien determinasi sebesar 73.9 persen. Persamaan regresi yang terbentuk adalah t = 1.988 + 0.266 Xi + 0.436 X2 dengan signifikansi regresi pada uji F diperoleh Fo = 105.948 dan sig. = 0.000 < 0.05. 2) Persepsi pelayanan memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dengan koefisien regresi = 0.266 dengan nilai to = 5.848 dan nilai sig = 0,000 < 0,05. Dengan sumbangan mutlaknya sebesar 35.8 persen. 3) Fasilitas ruang tunggu memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan dengan koefisien regresi = 0.436 dengan nilai to = 6.153 dan nilai sig = 0,000 < 0,05. Dengan sumbangan mutlaknya sebesar 38.1 persen. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan baik secara bersama-sama maupun secara parsial persepsi pelayanan dan fasilitas ruang tunggu terhadap kepuasan pelanggan.
Jakarta: Pusat Kajian Ilmu Ekonomi (Puskanomi) Universitas Indraprasta PGRI, 2017
330 JABE 3:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Vidyanti
Abstrak :
Kepuasan pelanggan masih menjadi topik utama dalam menjalankan bisnis perusahaan yang bergerak di semua jenis industri karena kepuasan pelanggan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan value dari pemasok, produsen, atau penyedia jasa. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Salah satu faktor yang dapat mendorong tercapainya kepuasan pelanggan adalah kualitas layanan yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya. Trend terhadap Service Quality diawali pada tahun 1980an ketika para pemar menyadari bahwa kualitas produk tidak menjamin terpeliharanya competitive advantage. Beberapa dekade terakhir, kegiatan monopoli di bidang telekomunikxasi di Indonesia telah berubah dan pasar lebih terbuka dan lebih kompetitif. Sebagai hasil, banyak perubahan baik yang sifatnya mendasar dan fungsional telah terjadi di reformasi telekomunikasi Indonesia dan industri telekomunikasi Indonesia telah berkembang termasuk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional II yang merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi yang menjalankan bisnisnya secara monopoli. Sejak menjadi perusahaan milik publik, Telkom menghadapi tantangan baru, yaitu bagaimana memenangkan kompetisi karena banyak operator baru yang menjadi pesaing. Oleh karena itu, Telkom telah mengganti strateginya dengan menggunakan pendekatan customer-centric. Strategi ini diambil karena era konvergensi digital temyata menghasilkan kebijakan baru dimana suksesnya pemain tidak hanya terletak pada penguasaan teknologi, kepemilikan jaringan, atau kemampuan memproduksi layanan, melainkan kemampuan dalam memahami kebutuhan, masalah, dan harapan pelanggan. Untuk menjadi perusahaan yang berbasis pelanggan, maka seluruh kegiatan operasional TELKOM harus fokus ke pelanggan. Dengan rumusan strategi Telkom yang baru yang bebasis pelanggan, seharusnya pelayanan yang diberikan semakin baik. Selama ini perusahaan belum pernah mengukur bagaimana kualitas pelayanan yang mereka berikan kepada pelanggannya. Ada beberapa kejadian yang semakin berkembang bahwa persepsi pelanggan terhadap service quality mempengaruhi kencenderungan perilaku mereka. Kecenderungan dalam berperilaku merupakan hasil dari pengalaman dengan jasa atau informasi mengenai pelayanan tersebut. Sikap ini dilihat sebagai faktor yang menentukan perilaku konsumen terhadap penawaran di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut dari Service Quality Telkom yang panting bagi pelanggan, mengetahui gap antara harapan pelanggan dengan pengalaman pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Telkom, mengetahui pengaruh antara Service Quality dengan Customer Behavioral Intention. Metode yang digunakan adalah SERVQUAL merupakan salah satu alat pengukuran kualitas jasa yang paling popular dan banyak dijadikan acuan dalam riset manajemen dan pemasaran. Alat ini dikembangkan oleh A. Parasuraman, Valerie A. Zeithaml, dan Leonard L. Target responden adalah pelanggan Telkom yang berusia minimal 17 tahun dan bertempat tinggal di wilayah Telkom Divre II dengan total sampel sebanyak 174 responden. Cara penarikan sampel yang digunakan adalah dengan teknik convenience sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis multirespon, analisis crosstab, analisis kepentingan - kinerja, analisis faktor, dan analisis regresi. Hasil penelitian terlihat bahwa atribut-atribut yang dianggap panting oleh pelanggan adalah ketepatan waktu pelayanan, kepastian waktu pelayanan yang akan diberikan kepada pelanggan, pelanggan menerirna pelayanan yang telah dijanjikan dari karyawan TELKOM, dan TELKOM mengutamakan pelanggan dalam pelayanannya. Sedangkan menurut metode ServQual. masih terdapat kesenjangan antara ekspektasi pelanggan atau harapan pelanggan dengan pelayanan yang diterima pelanggan TELKOM yaitu sebesar 0.602 dan dimensi yang paling besar gapnya adalah reliability. Dari hasil perhitungan, terdapat pengaruh persepsi terhadap CBI sebesar 14.9%. Saran yang dapat diberikan sebagai perusahaan yang berbasis pelanggan dan untuk meminimalisasi gap yang akan berdampak kepada perilaku pelanggan adalah Manajemen Telkom perlu mengkomunikasikan "kalau saya membuat janji, maka haruslah saya penuhi. Saya sadar bahwa kesalahan sedikit sungguh berarti banyak buat perusahaan" kepada karyawannya dan mengkomunikasikan kepada pelanggan mengenai proses pelayanan yang diberikan sehingga pelanggan dapat mengetahui secara pasti kapan komplain mereka akan diselesaikan. Telkom perlu meminimalisasi kesalahan dengan memberikan pelayanan "no mistake" melalui pelatihan secara terus-menerus dan menekankan kerja teamwork agar komplain dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat sehingga pelanggan merasa tidak di ping pang, dan pelayanan dapat diberikan sesuai dengan yang dijanjikan. Untuk dapat senantiasa mengutamakan pelanggan dalam pelayanannya, sebaiknya Telkom memperbaiki data pelanggan dan memaksimalkan penggunaannya sehingga program-program yang berhubungan dengan peningkatan empathi pelanggan dapat dijalankan secara optimal. Untuk atribut-atribut yang berada di kuadran D, dinilai terlalu berlebihan oleh pelanggan. Oleh karena itu sebaiknya atribut-atribut yang berada di kuadran D dikurangi tingkat pelayanannya minimal sama dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan sehingga investasi yang ditanamkan untuk atribut-atribut yang berada di kuadran D dapat dialihkan guna meningkatkan kualitas pelayanan atribut-atribut yang berada di kuadran A. Apabila perusahaan ingin secara berkesinambungan memperbaiki kualitas pelayannya, sebaiknya dilakukan penelitian SERVQUAL secara rutin.
Customer satisfaction is still become a leading topic in every industries since customer satisfaction can influence the company's financial performance. A satisfied customer is a customer who feels that they gain values from the supplier, producer, or service provider. These values were originated from the products, services, systems or something that is emotional. One of the factor that leads to customer satisfaction is the quality of services that offered by a company to its customers. The Service Quality trend was began on 1980s where marketer realized that product quality did not guarantee competitive advantage. On the last few decades, Indonesian telecommunication monopoly has changed and the market became more open and competitive. As the result, a lot of fundamental and functional changes occurred in the Indonesian telecommunication reformation era and Indonesian telecommunication industry is developing, including PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk Divisi Regional II - one of the telecommunication companies that run its business by monopolized the market. Since it?s became a public company, Telkom faced a new challenge, i.e. how to win the competition since many new operators arouse into competitors. Therefore, Telkom has changed its strategy by using customer-centric approach. This strategy was taken because digital convergence era resulting new policies where the player's success not only caused by technological capabilities, networking or service production, but rather on the ability to understand customer's needs, problems and expectations. To be a customer based company, all part of Telkom's operational activities have to be focused on its customer. Using this new strategy, the service should become better. So far, the company never measures their customer service quality. Some developing cases showed that customer's perception about service quality influence their behavioral tendencies. These behavioral tendencies are the results from their experience that related to the service or information. This attitude viewed as a determining factor of consumer behavior in the future. This research's purposes were to find out the most important Customer Service Quality attributes for Telkom, the gap between customer's expectation and customer's experience with Telkom's services, the relationship between Service Quality and Customer Behavioral Intention. The method used in this research was SERVQUAL, i.e. one of the most popular and referred service quality measurement tools in management and marketing research. This tool was developed by A. Parasuraman, Valerie A. Zeithaml, and Leonard L. The respondent target was Telkom's customer, with minimum age 17 and domiciled in Telkom Divre I1 Area. Total sample was 174 respondents. The sampling method was convenience sampling while the analysis method used was descriptive analysis, multi responses analysis, cross tab analysis, interest-performance analysis, factor analysis, and regression analysis. The result showed that for customers the most important service quality attributes are punctuality of service time, assurance of allocated service time for the customer, customer received the promised service from Telkom employee, and Telkom prioritized its customer on its service. While according to SERVQUAL method, there was a gap between customer's expectation and the service provided by Telkom, i.e. 0.602 and reliability dimension has the biggest gap. From the calculation we can see that all of five dimensions of service quality influenced customer behavioral intention with total numbers 14.9%. Advice could be given to Telkom as a customer based company and to minimalized the gap that will affected customer's behavior is Telkom Management needs to communicate to their employee that "When i made promises, i have to fulfilled it. I realized that small mistakes mean so much for the company." And also to communicate to their customers about the service process provided by Telkom until the customers knew exactly when their complained can be settled. Telkom needs to minimalize mistakes by providing "no mistake" service through continous training and emphasized teamwork. Therefore, customer's complaints can be settled in a short time and services performed as promised. To be able to prioritize its customers, Telkom should improve the customer data base and maximalized the usage. Therefore all programs related to customer's empathy improvement can be optimized. The attributes found in D quadrant, were marked as too excessive by the customers. Therefore, those attributes need to be decreased at least to the level where the customer's expectation can be achieved so the investment made for the attributes in Quadrant D can be allocated to increase the service quality of attributes on Quadrant A. If the company wants to continuously improve its service quality, it should perform SERVQUAL research in a routine basis.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Rahayu Soemadipraja
Abstrak :
Industri seluler di Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan industri ini salah satunya ditengarai dengan tingginya tingkat churn atau perpindahan pelanggan dari satu kartu ke kartu lain. Industri seluler sebagai industri jasa tak bisa dilepaskan dari tiga faktor, yakni teknologi, 107678produk, dan kualitas pelayanan. Kemungkinan churnng intention timbul karena ada peluang berpindah dan perkembangan ketiga faktor tersebut. Studi ini mempelajari, bahwa dengan meningkatnya churn, PT Indosat sebagai operator seluler terbesar kedua di Indonesia perlu mempelajari alasan-alasan mengapa pelanggan berpindah. Untuk itu perlu melakukan analisa serta menerapkan strategi yang paling tepat untuk meningkatkan kapabilitas faktor-faktor terbaik yaitu dengan mempertahankan pelanggan untuk selalu mempergunakan produk (Customer Retention) dengan meningkatkan kualitas pelayanan (Service Quality) serta mempertahankan keinginan pelanggan untuk selalu membeli kembali produk (Brand Loyalty), karena tidak hanya mempertahankan pelanggan tetapi juga harus disertai dengan peningkatan ARPU (average revenue per user). Berdasarkan analisa churning intention, diperoleh hal-hal yang berpengaruh terhadap customer switching, yaitu: produk atau jasa yang dikehendaki tidak beredar lagi di pasaran, kebutuhan produk dengan tingkat kualitas yang berbeda, keinginan pelanggan atas produk atau variasi baru, banyaknya operator seluler memungkinkan banyak pilihan produk serta penawaran paket-paket harga ekonomis, teknologi seluler saat ini merupakan produk standar serta standar layanan teknik yang hampir lama, kegagalan pada pelayanan inti serta pelayanan yang tidak memuaskan.Customer satisfaction dan switching barriers merupakan fungsi dari intention to repurchase (brand loyalty). Faktor-faktor yang mempengaruhi customer satisfaction adalah, kualitas produk, kualitas pelayanan, faktor emosi seperti self esteem dan social value, faktor harga dan cost of acquiring, yaitu kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa yang diinginkan. Jones (2000) membagi switching barriers menjadi: strong interpersonal relationship; tingginya kekuatan ikatan personal yang terbangun antara karyawan provider dengan pelanggan, high switching cost; banyaknya waktu, uang dan usaha yang diperlukan oleh pelanggan untuk berganti provider dan high attractiveness of alternatives; banyaknya alternatif pilihan yang menarik yang berada di pasar. Pada umumnya perusahaan melakukan program marketing yang fokus pada tujuan-tujuan brand centric. Secara sederhana, brand centric marketing lebih fokus kepada bauran pemasaran 4P (product, price, place dan promotion) untuk lebih mengembangkan ekuitas merek serta mendominasi pasar melalui akuisisi pelanggan. Sedangkan customer centric marketing lebih fokus kepada perbaikan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau perusahaan. Tujuan utamanya adalah mempertahankan pelanggan dengan membangun loyalitas pelanggan, mendorong meningkatnya penggunaan produk, hubungan jangka panjang dengan pelanggan serta meningkatkan keuntungan jangka panjang melalui peningkatan penggunaan produk. Customer equity adalah nilai jangka panjang suatu perusahaan yang secara garis besar ditentukan oleh nilai dari hubungan atau relationship suatu perusahaan dengan Para pelanggannya (Rust, Zeithaml and Lemon,2000), atau dengan kata lain nilai suatu pelanggan tidak hanya diukur dari keuntungan secara langsung terhadap perusahaan tetapi juga dari kontribusi dan pelanggan tersebut sepanjang waktu. Sehingga untuk membangun customer equity, perusahaan hams mengelola aktivitas program brand centric marketing dan customer centric marketing secara simultan. Untuk meningkatkan customer equity, perusahaan hams fokus kepada factorfaktor pendorong yang dianggap paling krusial untuk dilakukan, yang meliputi (Rust, et al): a) Value equity, yaitu penafsiran obyektif pelanggan terhadap kegunaan dari suatu produk. Penafsiran ini ditentukan oleh kualitas produk, harga dan kenyamanan. b) Brand equity, penafsiran subyektif dan intangible pelanggan yang dibangun melalui citra dan nilai. Penafsiran ini dipengaruhi oleh brand awareness, sikap pelanggan terhadap produk atau brand serta keberadaan perusahaan itu sendiri, dan c) Relationship equity atau retention equity, kecenderungan subyektif untuk tetap mempergunakan suatu produk yang disebabkan rasa familiar, berat untuk berpindah, atau kepercayaan terhadap personil perusahaan terkait. Menjadi trend dewasa ini, bahwa pelanggan berperilaku blatant polygamist, yaitu loyal terhadap berbagai produk atau merek; variety seeker, pelanggan yang selalu menunggu peluncuran produk barn dari berbagai operator serta deal seeker, pelanggan yang selalu menunggu program diskon atau penawaran harga murah. Untuk mengatasi churn dan mempertahankan pelanggan yang ditargetkan, Indosat hares fokus kepada customer equity sebagai instrumen pengembangan strategi segmentasi, karena dengan segmentasi Indosat dapat mempelajari keunikan dan pola-pola pemakaian dari setiap pelanggan serta memperhatikan situasi pada saat invest untuk mengembangkan program-program retention dan hanya desired customers yang layak dipertahankan.
In the last two decades, cellular industry in Indonesia is booming amazingly. As the result, the churn rate has reached astoundingly high levels. Churn means such as consumers who switch from one mortgage provider to another at their next purchase occasion. Cellular as service industry can not be separated form the three factors: technology, product, and service quality. Churning probably occurs because there could be any opportunity to switch from the factors. The study of this paper acknowledges churn as an epidemic, with Indosat being second biggest cellular operator in Indonesia who need to understand churning, need to understand their failures to provide strong. They need to examine their competition to determine how their customers are being easily taken away. To minimize the customers churn, it is crucial to investigate the reasons and to apply the most recommended strategies to increase the best firm's capabilities as to retain the customers using the products (Customer Retention) by increasing the quality of services (Service Quality) and retaining the customers intention to repurchase the products (Brand Loyalty), because not only to retain the customers but also to increase the ARPU (average revenue per user). Based on churning intention analysis, consumers switch for a particular purchase when: the preferred brand is out of stock, competing brands offers better value because of a special promotion, different occasions dictate the need for products of differing levels of quality, and variety or novelty is desired, core service failures and services unsatisfactory. Customer satisfaction and switching barriers are functions of intention to repurchase (brand loyalty). Factors influence customer satisfactions are product quality, service quality, emotion factor like self esteem and social value, price factor and cost of acquiring, the convenience to get desire product or service. Jones (2000) divided switching barriers into: strong interpersonal relationship; strengths of personal bonding built between the employees of the provider with the customers, high switching cost; ample time, money and efforts required to switch to another provider, and high attractiveness of alternatives; many products or services offered in the marketplace. For most firms, marketing has largely focused on brand centric objectives. Simplistically, brand centric marketing can be thought of as manipulating the elements of the marketing mix, referred to as the four P's (product, price, place and promotion) to improve the status or the health of the brand (brand equity), focus on acquiring more customers (conquest marketing). In contrast, the newer perspective: customer centric marketing largely focuses on efforts to improve customers' perceptions of their experiences in using products or services and in relating to the organization itself. The strategies focus on improving customer's level of satisfaction with the product and with the customer experience. The goal of these efforts is to lengthen customer lifetimes and to increase customer's lifetime profits through increased spending. Customer equity is the long-term value of the firm is largely determined by the value of the firm's customer relationship (Rust, Zeithaml and Lemon, 2000). A firm's customer equity is the total of the discounted lifetime values of all its customers, in other words the value of the customer not only in terms of that customer's current profitability, but also with respect to the net discounted contribution stream that firm will realize from the customer overtime. To develop customer equity, the firm need to find a way to manage both acquisition and retention efforts simultaneously, combining the power of the brand and the power of the customer by incorporating both brand centric and customer centric marketing activities. To increase firm's customer equity, firm must focus on the three of customer equity's drivers, by determining which of these equities that has the greatest impact. Customer equity, include (Rust, et al):Value equity, the customer's objective assessment of the utility of a brand. This assessment is driven by the product's quality, price and convenience. b) Brand equity, the customer's subjective and intangible assessment of the brand built through image and meaning. This assessment is influenced by brand awareness, the consumer's attitude toward the brand and the firm's corporate citizenship, and c) Relationship equity or retention equity, a subjective predisposition to stay with a brand because of its familiarity, difficulty of switching, or a trust in the brand's sales staff. In today's world, the solitarily relationships of the past have been eroded, replaced by relationships that are more polygamous. Current customers are more likely to be loyal to a group of brands than to a single brand; variety seeker is motivated by curiosity about and the desire for new experiences in product type and brands and deal seeker, is primarily motivated by price. To minimize churn and to retain the targeted customers, Indosat must focus on customer equity as the segmentation strategy development, because with this segmentation Indosat will understand the unique customers of need, behave, spending and their response functions before investing in some retention or loyalty programs and to strive who are currently or those who show promise of evolving into desired customers.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18511
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Paryono
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi karena Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL PPM) Jakarta didalam menyelenggarakan pelayanan laboratorium kesehatan, masih ditemukan keluhan-keluhan dari pelanggannya. Seperti hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak tepat waktu, belum memadainya peralatan laboratorium yang berakibat tidak optimalnya kualitas pelayanan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi/penilaian dan harapan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diterapkan BBTKL PPM Jakarta, serta tingkat kesesuaian berdasarkan kesenjangan (gap) antara penilaian dan harapan pelanggan. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan Model Servqual yang dikemukakan oleh Zeithaml, Parasuraman dan Berry, yaitu metode untuk mengukur kualitas pelayanan berdasarkan persepsi dan harapan pelanggan yang memiliki 5 dimensi yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan jenis data kuantitatif. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan observasi di lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleb melalui berbagai kepustakaan. Analisis data diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan dengan program SPSS. Berdasarkan hasil dari tingkat kesesuaian terdapat 15 indikator yang tidak memenuhi atau tidak memuaskan responden yaiW 1. kelengkapan peralatan yang digunakan dalam menunjang pelayanan, 2. standar peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium, 3. kebersihan gedung, tempat parkin dan toilet yang tersedia, 4. Lokasi kantor, 5. kesiapan dan kecepatan pelayanan, 6. respon petugas pelayanan dalam menangani keluhan pelanggan, 7. ketentuan tarif atau biaya pemeriksaan, 8. kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan, 9. kehandalan petugas dalam membantu menyelesaikan masalah, 10. jadwal pelayanan, 11. ketepatan waktu hasil pemeriksaan laboratorium, 12. pengetahuan atau wawasan petugas dalam memberikan solusi terhadap keluhan pelanggan, 13. jaminan dari hasil pemeriksaan laboratorium, 14. perhatian petugas pelayanan terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan dan 15. sikap profesionalisme petugas pelayanan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan. Dari hasil temuan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan kualitas pelayanan yang diterapkan BBTKL PPM Jakarta tidak memenuhi harapan atau tidak memuaskan pelanggan karma sebagian besar indikator menunjukkan tingkat kesesuaiannya dibawah 100 %. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan disarankan : BBTKL PPM Jakarta harus berupaya memperbaiki kinerja pelayanan yang berorientasi kepada pelanggan, memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas pelayanan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menjalankan tugas sehari-hari terutama dalam menangani keluhan dan masalah yang dihadapi pelanggan.
The background to do this research by Major Bureau on Environmental Health Technique on Contagious Disease Prevention (BBTKL PPM) Jakarta which is to carry out medical laboratory service, it still finds complaints from its customers. For example, non-timely results from laboratory examination, lack of laboratory equipment that causes less optimum on service quality. The objective of this research is to find customers perception / evaluation and expectation to service quality which has been applied by BBTKL PPM Jakarta and match level is based on gaps between customer's evaluation and expectation. The research is designed to use SERVQUAL Model which proposed by Teithaml, Parasurainan and Berry, the method to measure the service quality which based on customer's perception and expectation in five dimension which are Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, and Empathy. Used the research method is descriptive with quantitative data. Gathered data includes of primary and secondary. The primary data is gathered with using questionnaire and observation on study site. While, secondary data is gathered from certain references. Gathered data analysis of questionnaire which filled by respondents performed on SPSS program. Based on the extent of suitability, there are 15 indicators that do not meet or not satisfy the respondents, they are : 1. the completeness of equipments used in supporting the service, 2. standard of equipments used in the laboratory examination, 3. sanitation of the building, parking area and available toilets, 4. location of the office, 5. readiness and promptness of the service, 6. response of service personnel in handling the customer's complaints, 7. pricing and cost of examination, S. competence of personnel in providing the promised service, 9. reliability of personnel in supporting the problem solving, 10. schedule of service, 11- punctuality of laboratory examination result, 12. knowledge or insight possessed by the personnel in providing the solution to the customer's complaints, 13. guaranteed of the laboratory examination result, 14. attention paid by the service personnel to ward the customer's desire and need, and 15. professionalism attitude of service personnel in satisfying the customer's desire and need. Based on the results of the research, it can be concluded that as a whole, the quality of service, which applied at BBTKL PPM Jakarta, cannot meet or satisfy the customer's desire and need because most of indicators showed the extent of suitability below 100%. In order to improve the quality of service, it is recommended that: BBTKL PPM Jakarta should make various efforts to improve the customer-oriented performance of service, and to provide the education and training for the services personnel so their can improve their knowledge and skill in performing their daily duties, especially in handling the complaints and problems faced by the customers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellyna Eka Yan Fitri
Abstrak :
Kepuasan adalah perasaan seseorang yang berhubungan dengan kenyamanan atau kekecewaan sebagai akibat perbandingan antara pelayanan yang dirasakan dengan harapannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan PDAM dan menentukan faktor-faktor yang perlu diperhatikan PDAM kota Bukittinggi dalam meningkatkan kualitas pelayanannya dalam penyediaan air bersih. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis faktor, analisis diskriminan dan analisis gap. Dengan analisis faktor, diperoleh tujuh aspek yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Analisis diskriminan dikerjakan pada ketujuh aspek tersebut. Hasilnya terdapat perbedaan pelayanan yang diberikan PDAM pada lima wilayah layanannya. Analisis gap (kesenjangan) memberi kesimpulan bahwa terdapatnya faktor-faktor yang harus ditingkatkan PDAM agar sesuai dengan harapan pelanggan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S27646
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Rika Rezkyka
Abstrak :
Analisis tingkat kepuasan pelanggan merupakan cara untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan. Dalam tugas akhir ini diselidiki faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan restoran cepat saji X. Penelitian dilakukan pada pengunjung cabang-cabang restoran cepat saji X yang terletak di pulau Jawa pada Agustus 2005 hingga September 2006. Untuk memperoleh variabel tingkat kepuasan, dilakukan analisis cluster berdasarkan variabel-variabel friendly, responsiveness, assurance, empathy, tangible quality, dan tangible cleanliness. Kemudian analisis regresi logistik ordinal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor manakah antara waktu kunjungan pelanggan, hari kunjungan pelanggan, lokasi cabang restoran yang dikunjungi pelanggan, dan jenis kelamin petugas counter yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan. Diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan restoran cepat saji X ialah jenis kelamin petugas counter dan wilayah cabang restoran yang dikunjungi oleh pelanggan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S27672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>