Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ririn Hariani
"Tujuan : (1) mengetahui perubahan kadar gala darah dalam 5 hari pasca serangan stroke; (2) rengetahui faktor risiko, status gizi, asupan energi dan karbohidrat serta pemberian insulin selama dirawat; (3) mengetahui hubungan antara perubahan kadar gula darah dengan faktor risiko, indeks massa tubuh, asupan energi dan karbohidrat serta pemberian insulin pada pasien hiperglikemia.
Tempat : Ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo.
Metodologi : Sebanyak 103 pasien diambil dengan diagnosa stroke iskemik dan hemoragik yang memenuhi kriteria penerimaan. Dilakukan pengukuran antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan yaitu kadar gula darah sewaktu hari 1 dan kadar gula darah puasa hari 2 - 5. HbA1. diperiksa pada pasien hiperglikemia. Data asupan energi dan karbohidrat melalui oral, enteral dan parenteral selama 24 jam pads hari I diambil secara recall dan hari 2 -- 5 secara record, hasil dianalisis dengan program food processor II. Perubahan kadar gula darah di uji dengan uji Friedman I uji Wilcoxon. Hubungan antara perubahan kadar gula darah dengan faktor risiko diuji dengan uji Mann Whitney. Hubungan antara perubahan kadar gula darah dengan indeks massa tubuh diuji dengan uji Kruskal Wallis. Korelasi antara perubahan kadar gula darah dengan asupan energi dan karbohidrat di uji dengan korelasi Spearman rank.
Hasil : Hasil penelitian yang diperoleh 51,5% stroke iskernik dan 49,5% stroke hemoragik. Faktor risiko yang di dapat adalah hipertensi, DM, kelainan jantung dan dislipidernia. Faktor risiko dibagi menjadi DM dan non DM. Median asupan energi dan karbohidrat masih dibawah kebutuhan. Pada stroke non DM kadar gula darah puasa tertinggi hari 2, terjadi penurunan bermakna hari 3, dan stabil hari 4 dan 5 sedangkan pads DM tidak ada perbedaan bermakna. Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah antara kelompok stroke iskemik dan hemoragik pads stroke non DM dan tidak bermakna pads DM. Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah puasa antara penderita stroke dengan DM dan non DM. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar gula darah puasa dengan indeks massa tubuh.,Terdapat korelasi lemah sampai sedang negatif antara kadar gula darah dengan asupan energi dan karbohidrat pada penderita non DM dan korelasi lemah sampai sedang positif pada DM. Pemberian insulin sesuai dengan pedoman dapat menurunkan kadar gula darah pada beberapa pasien stroke dengan DM.
Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan terdapat perubahan kadar gula darah pads pasien stroke. Kadar gula darah puasa tertinggi hari 2 menurun bermakna hari 3 dan stabil hari 4 dan 5. Tidak ada perbedaan bermakna antara kadar gula darah dengan indeks massa tubuh. Terdapat korelasi lemah sampai sedang negatif antara kadar gula darah dengan asupan energi dan karbohidrat pada pasien stroke non DM.

The Changes Of Fasting Glucose And Associated Factors In Stroke Patiens In Ciptomangunkusumo General Hospital 2002Objective : (1) to investigate the changes of blood glucose within 5 days after stroke, (2) to observe the risk factors, body mass index, energy and carbohydrate intake (3) to analyze the correlation between blood glucose with the risk factors, body mass index, energy and carbohydrate intakes and insulin to hyperglycemia patients.
Location: Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta.
Subject and methods : One hundred and three patients with acute stroke were recruited as the subjects of the study. Antropometric assessments i.e. body weight and height were assessed in the 1 0 day of admission. Laboratory assessment i.e. blood glucose at the time in the 1 °' day and fasting blood glucose in the 2nd - 5th days, HbAic to patients with hyperglycemia. Energy and carbohydrate intakes from parenteral, enteral and oral route were calculated in the 10 day by recall and 2"d - 5th day by record and analyzed by food processor II program. The changes of fasting blood glucose was tested using Friedman I Wilcoxon test The correlation between changes of blood glucose with risk factors was tested using Mann Whitney U test The correlation between changes of blood glucose with body mass index was tested using Kruskal Wallis test. The correlation between change of blood glucose with energy and carbohydrate intake was tested using Spearman rank correlation.
Results : The type of stroke determined by clinical diagnosis and CT scan were ischemic stroke 51,5% and hemorrhagic stroke 48,5%. Risk factors found were : hypertension, diabetes mellitus, cardiac disease, dislipidemia and unknown risk factors. The risk factors were grouped into 2 categories : DM and non. DM. The median intake of energy and carbohydrate were below the requirement. Fasting blood glucose higher in the 2nd day, significant decrease in the 3`d day, and constant in the 4t- 5th day in non DM patient whereas in DM not significant There were significant difference in changes of fasting blood glucose between ischemic and hemorrhagic stroke in non DM patient whereas DM no significant There were no significant difference between changes of fasting blood glucose with body mass index. There was weak to moderate negative correlation between of fasting blood glucose and energy and carbohydrate intake using Spearman rank correlation in non DM patient. Insulin to decrease blood glucose for several DM stroke patients.
Conclusions : the current study indicates that there was changes of blood glucose in the stroke patients. There were higher in the 2"' day significant decrease in the 3`d day and constant in the 4d' - 5d' day. There was no significant difference in the changes of blood glucose fasting with body mass index. There was weak to moderate negative correlation between fasting blood glucose and energy and carbohydrate intake in non DM stroke patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Tutik Sri Hariyati
"Stroke sering menimbulkan gangguan fungsi eliminasi yaitu inkontinensia urin urin. Pada pasien stroke kondisi inkonrinensia urin sering menimbulkan masalah baru yang akan memperberat kondisi pasien. Latihan berkemih atau bladder training dari penelitian Fant, 1991 menunjukkan bahwa 50 % dari sampel percobaannya menjadi mampu mengontrol kencing, dan 12 % menjadi total kontinen. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan selama tiga bulan dengan responden sebanyak 38 pasien stroke, dimana 19 sebagai kelompok intervensi, dan 19 sebagai kelompok kontrol. Karakteristik responden sebagai berikut: jumlah pasien stroke Hemoragie di ruang intervensi 0,59 % dan stroke iskemi 0,41%. Di ruang Kontrol jumlah stroke Hemoragie 0,47 %, sedangkan stroke Iskemia 0,53 %. Jika dibandingkan dengan usia, maka jumlah stroke Hemoragie dan lansia di ruang intervensi 0,21 %, di ruang kontrol 0,26 %. Hasil dari penelitian menunjukan ada perbedaan yang bermakna terhadap masa pemulihan inkontinensia urin urin pada pasien yang bladder retraining-nya terprogram dengan baik dan yang tidak terprogram dengan baik. Pada ruangan intervensi jika tidak dibedakan jenis strokenya dan usianya maka diperoleh lama inkontinensia urin rataratanya 13,11 hari, sedangkan di ruang kontrol 22,7 hari. Setelah dianalisa dengan CI 95% dengan uji T-test ternyata perbedaan ini bermakna dengan p= 0,012."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Indriana Rachmawati
"Persepsi keluarga terhadap kualitas hidup pasien stroke menjadi penting karena cara keluarga merawat dan memperlakukan pasien stroke akan sangat bergantung pada persepsinya terhadap kemampuan pasien, Perilaku pasien tergantung pada persepsi tentang kualitas hidupnya sendiri dan bagaimana pasien berespons terhadap stimulus dari lingkungannya.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan persepsi pasien, pasangan dan analmya tentang kualitas hidup pasien pasca stroke yang dirawat dirumah dan bagaimana koping pasien bila menghadapi persepsi tersebut. Aspek yang digunakan untuk menilai kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan pasien pasca stroke adalah status dan fungsi fisik, status psikologis, fungsi sosial serta gejala yang berkaitan dengan penyakit dan terapi. Koping pasien diukur dengan menilai strategi koping yang digunakan pasien terhadap penilaian kualitas hidupnya; baik oleh diri sendiri, pasangan maupun anakya.
Disain penelitian yang digunakan adalah multi metode (mixed methode); yang merupakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif. Responden penelitian kuantitatif adalah pasien pasca stroke, pasangan dan anaknya yang berjumlah 93 orang sedangkan informan/subyek penelitian kualitatif adalah 12 orang diantaranya Data kuantitatif dianalisis menggunakan metode univariate analysis dan data kualitatif menggunakan manifest content analysis.
Hasil penelitian menunjukkan secara kualitatif pasien dan pasangannya mempersepsikan kualitas hidup pasien adalah tinggi yang berarti pasien mampu beradaptasi dengan dampak penyakitnya atau rnengarah pada kesembuhan sedangkan anak pasien menganggap kualitas hidup pasien pada level sedang; artinya pasien belum sepenuhnya mampu beradaplasi dengan penyakitnya atau belum rnengarah pada kesembuhan.
Hasil penelitian secara kualitatif temyata tidak sesuai dengan hasil kuantitatif karena hasil wawancara menyatakan pasien masih mempunyai mengalami banyak keterbatasan fisik, masalah psikososial dan gejala penyakit yang jelas. Strategi koping yang digunakan pasien terhadap kondisi stroke maupun persepsi diri tentang kualitas hidupnya adalah emotion atau problem focused coping dan campuran dari emotion dan problem focused coping."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Afif Vargas Pramono
"Latar Belakang: Stroke merupakan masalah kesehatan global yang signifikan, dengan tingkat kematian yang bervariasi di berbagai wilayah. Negara-negera berkembang, seperti Indonesia, mengalami tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke. Penanganan yang terlambat adalah salah satu penyebab kematian/kecacatan yang cukup sering terjadi dalam kasus stroke. Oleh karena itu, manajemen pra-rumah sakit yang efektif sangat penting untuk proses penyembuhan yang optimal. Dalam beberapa studi-studi sebelumnya, kesadaran keluarga terhadap stroke telah dibuktikan berperan penting dalam manajemen pra-rumah sakit. Studi yang kami lakukan sekarang bertujuan untuk mengevaluasi dampak kesadaran stroke keluarga lebih lanjut. Metode: Studi analitis komparatif ini menilai kesadaran keluarga terhadap stroke pada dua kelompok: kelompok dengan pasien yang tiba di rumah sakit dalam period emas (<4.5 jam dari awal muncul gejala) dan mereka yang tiba setelahnya. Studi ini, dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menggunakan kuesioner kesadaran stroke yang didistribusikan kepada kerabat pasien. Kerabat yang menerima kuesionar berada di ruang gawat darurat, ruang perawatan, atau dikontak melalui panggilan telepon. Analisis statistik melibatkan independent samples t-test dan multivariable binary logistic regression untuk mengendalikan faktor selain kesadaran stroke. Hasil: Studi ini melibatkan 50 subjek, dengan 25 partisipan di grup periode emas dan pasca periode emas. Hasil independent t-test menunjukkan bahwa kerabat dengan kedatangan periode emas memiliki skor kesadaran stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tiba setelah periode emas (p = 0,007). Multivariable binary logistic regression menunjukkan bahwa kesadaran stroke dan waktu perjalanan dari tempat tinggal mempengaruhi waktu kedatangan ke rumah sakit secara signifikan (p = 0,035 untuk kesadaran stroke dan p = 0,016, untuk waktu perjalanan). Model ini mengklasifikasikan 78% kasus dengan akurat, dengan kesadaran stroke meningkatkan peluang kedatangan dalam periode emas sebesar 2,11 kali. Pengatahuan terhadap pusat panggilan darurat 112/119 berkorelasi positif dengan kedatangan dalam periode emas, meskipun sebagian besar subjek memilih transportasi pribadi. Tantangan dalam rujukan pasien paling besar bagi kerabat pasien adalah ketidaktahuan terhadap gejala stroke (28%) dan kesulitan transportasi (22%). Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan adanya korelasi signifikan antara kesadaran stroke yang tinggi pada keluarga dan kedatangan dalam periode emas. Waktu perjalanan dari tempat tinggal adalah faktor tambahan yang mempercepat kedatangan pasien ke rumah sakit.

Introduction: Stroke poses a significant global health challenge, with mortality rates varying across regions. Developing countries, such as Indonesia, experience high stroke-related mortality rates. A fairly frequent cause of high mortality/disability is over delayed stroke treatment. Effective prehospital management is therefore essential for optimal outcomes, as it emphasizes on fast treatment delivery. Family awareness has been suggested to play a pivotal role in prehospital management, as it can influence the rate of stroke symptom recognition and emergency responses. Evaluating the validity of this suggestion will be the main objective of this research. Methods: This comparative analytical study assesses family stroke awareness among two groups - those with patients arriving within the golden period (<4.5 hours after symptomatic onset) and those arriving beyond it. The study, conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, utilizes a stroke awareness questionnaire distributed to relatives in the emergency room, nursing rooms, or through phone calls. Statistical analyses include an independent t-test and multivariable binary logistic regression to control for potential confounding factors. Results: The study, involving 50 subjects, reveals that relatives with golden period arrivals exhibit significantly higher stroke awareness scores compared to those with post-golden period arrivals (p = 0.007). Multivariable binary logistic regression indicates that stroke awareness and travel time from residence significantly influence arrival times (p = 0.035 and p = 0.016, respectively). The model accurately classifies 78% of cases, with stroke awareness increasing the odds of golden period arrival by 2.11 times. Awareness of the emergency call center positively correlates with golden period arrivals, despite a majority opting for private transportation. Challenges in patient referral include relatives' unawareness of stroke symptoms (28%) and transportation difficulties (22%). Conclusion: This research establishes a significant correlation between higher family stroke awareness and golden period arrivals, emphasizing the crucial role of family education in improving prehospital stroke management. The study also suggests that reducing travel time from residence is an additional factor promoting timely hospital arrival."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Suhartini
"Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan. Pada tingkat dunia merupakan penyebab kematian nomor tiga. Salah satu masalah kesehatan yang timbul akibat stroke yaitu gangguan bioara (afasia) yang bersifat sementara atau menetap. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik menyebabkan ketergantungan terus menerus dan menjadi stresor untuk pasien stroke. Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah dan menyesuaikan diri dengan perubahan, dengan menggerakan sumber koping yang dimiliki.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui mekanisme koping pasien stroke yang mengalami afasia dan sumber koping yang banyak digunakan. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap IRNA B lantai I kanan dan lantai II kiri terhadap 30 responden. Desain yang digunakan adalah deskripsi sederhana, sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan sumber koping yang paling banyak digunakan oleh pasien stroke yang mengalami afasia adalah keyakinan diri yang positif (73,3 %) dan respon koping pasien sebagian besar (80 %) adalah adaptif."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5451
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Sonatha
"ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi
hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap pasien pasca stroke dan pendekatan cross
sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 56 orang anggota keluarga dari pasien pasca
stroke. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Hasil menunjukkan faktor
yang mempengaruhi sikap keluarga dalam memberikan perawatan kepada pasien pasca stroke
adalah tingkat penghasilan keluarga ( p value 0,004; α =0,05), pengalaman keluarga sebelumnya
( p value 0,004; α = 0,05) dan tingkat pengetahuan kelurga (p value 0,027; α = 0,05 ). Oleh
sebab itu, tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke dan perawatannya perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan kelangsungan hidup pasien pasca stroke.

ABSTRACT
The main aim of this study was to identify the correlation between knowledge and attitude
family toward stroke survivor. This study used descriptive correlation design and developed a
cross-sectional study. The participants of this research were about 56 family members of stroke
survivor . Sampling technique that used in this research was consecutive sampling. The result
of this research shown the factor that influenced family attitude in giving care to stroke survivor
were family income (p value 0,004; α=0,05), experience of family before (p value 0,004; α=0,05)
and knowledge degree (p value 0,027; α=0,05). Therefore researcher hope that knowledge level
of familyabout stroke and caring stroke survivor should be advanced to make stroke survivor
being survive."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43198
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
"Stroke merupakan salah satu penyebab kematian ketiga. Ketahanan Hidup Satu Tahun Pasien Stroke dipengaruhi oleh umur, tipe stroke, larna hari rawat, diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterol, penyakit jantung, merokok, jenis kelarnin dan riwayat stroke. Desain penelitian ini adalah kohort restrospektif. Probabilitas ketahanan hidup pasien stroke satu tahun sebesar 61% . Pasien stroke berulang memiliki resiko meninggal 2,0 kali dibandingkan yang stroke pertama pada penyakit jantung dan kolesterol yang sarna. Pasien stroke yang menderita penyakit jantung memiliki resiko meninggal 2,8 kali dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit jantung pada riwayat stroke dan kadar kolesterol yang sarna. Pasien stroke dengan kolesterol memiliki resiko meninggal 1,8 kali dibandingkan dengan yang tidak kolesterol pada riwayat stroke dan penyakit jantung yang sarna.

Stroke is the third most common cause of death. A one-year survival rate of stroke patients has been affected by their ages, type of stroke, period of treatment, diabetes mellitus, hypertension, hypercholesterolemia, heart disease/cardiovascular disease, smoking, gender, and the patients' parental/maternal history of stroke. This research uses retrospective cohort design. The probability of stroke patients' survival rate for the duration one year is 61%. Patients with frequent stroke recurrence have 2,0 times of death risk compared to patients with first time stroke on identical level of medical history in heart disease and cholesterol leveL Whereas stroke patients with heart disease have 2,8 times of death risk compared to stroke patients with no heart disease on identical level of medical history in stroke illness and cholesterol level. Meanwhile stroke patients with hypercholesterolemia have 1,8 times of death risk compared to stroke patients with low cholesterol level on identical level of medical history in stroke illness and heart disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30357
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gillen, Glen
St Louis: Elsevier Mosby, 2011
616.81 GIL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Tania
"Pasien stroke merupakan kelompok risiko tinggi terhadap kejadian aspirasi, baik akibat penurunan kesadaran maupun gangguan menelan. Perawat berperan penting dalam mencegah terjadinya aspirasi pada pasien stroke. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku perawat dalam mencegah aspirasi pada pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan pendekatan cross sectional, terhadap 78 perawat yang pernah merawat pasien stroke yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat memiliki tingkat pengetahuan cukup (43,6%), bersikap positif (96,2%), dan melakukan tindakan dengan baik (60,3%). Perilaku perawat berperan penting dalam mencegah terjadinya aspirasi pada pasien stroke. Upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan perawat perlu dilakukan lebih baik lagi, untuk menghindari terjadinya aspirasi pada pasien stroke.

Stroke patients were high-risk groups on incidence of aspiration, either due to loss of consciousness or swallowing disorder. Nurses behavior plays an important role to prevent aspiration in stroke patients. The purpose of this study was to describe the behavior of nurses in preventing aspiration in stroke patients in RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. This study used a descriptive cross sectional method approach, with purposive sampling technique, to 78 nurses who had care stroke’s patients.
The result of study showed most of nurses had sufficient level of knowledge (43,6%), positive attitude (96,2%), and good action (60,3%) to prevent aspiration in stroke patients. The programs to increase knowledge, attitudes, and action of nurses needed to avoid the occurance of aspiration in stroke patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Anastasia Kurniawan
"Pendahuluan: Disfagia salah satu gejala sisa stroke dapat memberikan komplikasi malnutrisi, dehidrasi dan pneumonia aspirasi. Oleh karena itu perlu dilakukan skrining disfagia untuk menentukan keamanan pemberian nutrisi secara per oral terutama saat weaning enteral nutrition (WEN). Dukungan nutrisi enteral diberikan sesuai kebutuhan nutrisi pasien dan mempertimbangkan beberapa hal seperti kesadaran, kemampuan menelan dan waktu akses enteral yang diperlukan pasien.
Presentasi kasus: Empat kasus stroke yang membutuhkan dukungan nutrisi enteral selama perawatan di RSUPNCM. Kasus pertama seorang wanita berusia 55 tahun, obesitas morbid, mengalami stroke hemoragik. Tiga kasus berikutnya dengan stroke iskemik dari dua orang wanita berusia 84 dan 65 tahun, serta seorang laki-laki berusia 57 tahun. Keempat kasus memiliki lesi stroke yang berbeda-beda. Skrining disfagia dilakukan sebelum WEN.
Kesimpulan: Efek disfagia tergantung lokasi lesi stroke, skrining disfagia diperlukan sebelum WEN, tidak semua kasus dapat dilakukan skrining disfagia. Dukungan nutrisi enteral diberikan sesuai kebutuhan individual pasien dan hanya 1 kasus yang dapat mencapai WEN memerlukan evaluasi asupan nutrisi per oral."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>