Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resti Dwi Hasriani
Abstrak :
Bus merupakan salah satu moda transportasi yang paling diminati masyarakat Indonesia, namun angka kecelakaan bus di Indonesia cukup tinggi. Kondisi jalanan yang macet, membuat frustasi dan stress menjadi pemicu perilaku pengemudi bus yang berisiko dan berbahaya seperti perilaku aggressive driving. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi risiko kecelakaan dengan intensi perilaku pengemudi bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) di PO “X” tahun 2015. Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional dengan menggunakan instrumen kuesioner Driver Stress Inventory (DSI), Driver Coping Questionnairre (DCQ), dan kuesioner persepsi risiko. Hasil yang diperoleh secara umum persepsi risiko kecelakaan pengemudi bus AKAP memiliki kecenderungan baik (60,5%) di atas rata-rata populasi penelitian, hasil pengukuran intensi perilaku untuk parameter yang bersifat positif (meningkatkan keselamatan) antara lain hazard monitoring, fatigue proneness, task focus, dan reappraisal cenderung sedang pada rata-rata populasi penelitian. Sedangkan pengukuran intensi bersifat negatif (meningkatkan risiko kecelakaan) antara lain agresi, dislike of driving, confrontive coping, emotional focus, dan avoidance memperoleh hasil kecenderungan sedang pada rata-rata populasi penelitian, namun variabel thrill seeking dengan kecenderungan tinggi diatas rata-rata populasi penelitian.
Bus is one of the most favored mode of transportation the people of Indonesia, but the number of bus accidents in Indonesia is quite high. Traffic jam, frustrating and stressful situations to trigger bus driver risky behavior and dangerous as aggressive driving behavior. This is one of the causes of accidents. This study aims to determine the relationship between risk perception and behavior intention of bus driver inter-city inter-province (AKAP) in the PO "X" in 2015. The data was collected with cross sectional approach using questionnaire Driver Stress Inventory (DSI), Driver Coping Questionnairre (DCQ), and risk perception questionnaire. The results obtained accidents risks perception of AKAP bus driver generally had a good tendency (60.5%) above the average of the population study, results for positive parameters (increased safety) of the behavioral intention measurement, among others hazard monitoring, fatigue proneness, task focus, and reappraisal likely to moderate in the population study average. While the measurement of negative intentions (increasing the risk of accidents) among others aggression, dislike of driving, confrontive coping, emotional focus, and avoidance obtain results tendencies were on average the population study, however thrill-seeking variables with a high propensity above the average population study.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budi Waskita
Abstrak :
Bandara merupakan salah satu tempat kerja dan titik pertemuan berbagai moda transportasi dimana sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar kedua angka kecelakaan kerja. Faktor kelelahan pengemudi merupakan penyebab utama kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) sebagai instrumen ukur tingkat kelelahan subyektif berbasis kuisioner. Penelitian ini bertujuan melihat dan menganalisa hubungan faktor terkait pekerjaan (sifat pekerjaan, shift kerja, waktu kerja, waktu istirahat, lama kerja), faktor tidak terkait pekerjaan (lama tidur, pola tidur, waktu perjalan, pengguna suplemen, akivitas fisik) dan karateristik individu (umur,status perkawinan, IMT) terhadap tingkat kelelahan pengemudi pemadu moda/bus bandara pada perusahaan pendukung layanan transportasi di bandar udara. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah 60 pengemudi yang berada di pool perusahaan dalam lokasi Bandara Internasional Soekarno Hatta. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 23,3% pengemudi pemadu moda/bus bandara yang mengalami lelah, dengan variabel waktu istirahat sebagai faktor yang paling mempengaruhi tingkat kelelahan pengemudi. ......The airport is one of the workplaces and meeting points for various transportation modes where the transportation sector is the second largest contributor to the number of workplace accidents. The driver's fatigue factor is the main cause of workplace accidents. This study uses the Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI) as a measure of subjective fatigue level based on questionnaires. This study aims to look at and analyze the relationship of work-related factors (nature of work, work shift, work time, rest time, work experience), non-work-related factors (length of sleep, sleep patterns, travel time to work, supplement users, physical activity) and individual characteristics (age, marital status, BMI) on the level of fatigue of the airport bus driver at the transportation support company at the airport. This research method is a quantitative method with a cross sectional study design. The sample size used is 60 drivers who are in the company pool in the location of Soekarno Hatta International Airport. The results showed that there were 23.3% of airport bus driver who experienced fatigue, with a variable rest time as the factor that most affected the level of driver fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufida Fati
Abstrak :
Dalam industri transportasi, permasalahan kelelahan menjadi salah satu isu penting yang erat kaitannya dengan kesehatan dan kualitas hidup pengemudi, serta potensi kecelakaan. Pekerjaan mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi karena memerlukan koordinasi yang cepat dan tepat antara indera, sehingga mengemudi merupakan suatu pekerjaan yang sangat berisiko tinggi mengalami kelelahan. Terdapat banyak faktor risiko kelelahan pada pengemudi, baik itu dari faktor pekerjaan maupun faktor non pekerjaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor risiko pekerjaan dan non pekerjaan dengan kelelahan pada pengemudi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) dan Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) untuk mengukur kelelahan pengemudi secara subjektif dan menggunakan aplikasi Sleep-2-Peak untuk mengukur kelelahan pengemudi secara objektif. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja, waktu isitrahat, jenis pekerjaan, monotoni, usaha kerja, penghargaan kerja, stress kerja, usia, dan kualitas tidur dengan kelelahan. Oleh karena itu perlu diadakan pengembangan program pencegahan dan pengendalian kelelahan (fatigue management) di tempat kerja, melihat hubungan faktor pekerjaan lebih dominan terhadap kelelahan dibandingkan faktor non pekerjaan.
In the transportation industry, fatigue has become one of the important issues that are closely related to the health and quality of life of the driver, as well as the potential for accidents. Driving is a job that requires a high level of concentration because it requires fast and precise coordination between the senses, so driving is potentially pose a greater risk to fatigue. There are many risk factors that can contribute to driver fatigue from work related and non work related factors. This study was conducted  to determine the relationship between work related and  non-work related factors to driver fatigue. The research is using cross sectional study design. Data was collected by using an adopted questionnaire from the Fatigue Assessment Scale (FAS) and Occupational Fatigue Exhaustion Recovery (OFER) to measure driver fatigue subjectively and the Sleep-2-Peak application to measure driver fatigue objectively. Univariate and bivariate logistic regression  was used to analyze the data. The results showed that there was a significant association between work period, rest breaks, type of work, monotony,effort, reward, work stress, age, and quality of sleep with fatigue. Therefore, it is necessary to develop a fatigue management program in the workplace, refers to the result that the relationship between work related factors and fatigue is more dominant than non-work related factors.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Dennise Distelita
Abstrak :
Latar belakang: Kecelakaan bus dan truk tahun 2019 tercatat 500 peristiwa dengan 119 korban jiwa. Penyebab kecelakaan 60% berasal dari faktor manusia. Salah satunya adalah dangerous driving behavior dan kualitas tidur. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dan faktor lain terhadap dangerous driving behavior pada pengemudi bus antar kota antar provinsi (AKAP). Metode: Dilakukan pada Oktober 2022, desain analitik potong lintang. Metode consecutive sampling digunakan dengan minimal 78 pengemudi bus. Instrumen yang digunakan Dula Dangerous Driving Behavior Index (DDDI) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) telah di validasi dalam Bahasa Indonesia. Analisa multivariat regresi logistik digunakan untuk memprediksi faktor dominan. Hasil: Total 133 pengemudi bus komersial, 55,6% mempunyai kualitas tidur buruk dan dangerous driving behavior rendah-sangat rendah (83,5%). Kualitas tidur memiliki hubungan signifikan dengan dangerous driving behavior (p-value=0,03, aOR (adjusted Odds Ratio=9,1). Faktor lain yakni kebiasaan merokok (p=0,01, aOR=26). Nilai R square yang didapat adalah 0,48. Kesimpulan: Pengemudi dengan kualitas tidur buruk dan dangerous driving behavior tinggi mempunyai proporsi lebih kecil. Namun ada hubungan antara keduanya dimana semakin buruk kualitas tidur pengemudi maka beresiko lebih tinggi berperilaku dangerous driving behavior. Faktor resiko lain yang berhubungan adalah kebiasaan merokok. ......Background: There were 500 bus and truck accidents in 2019 with 119 fatalities. 60% of accidents are caused by the human factor. One of them is dangerous driving behavior and sleep quality. The aim of the study was to determine the relationship between sleep quality and other factors on dangerous driving behavior among intercity bus drivers. Method: Performed in October 2022, cross-sectional analytical design. The consecutive sampling method was used with a minimum of 78 bus drivers. The instruments used by the Dula Dangerous Driving Behavior Index (DDDI) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) have been validated in Indonesian. Multivariate logistic regression analysis was used to predict the dominant factor. Results: Of a total of 133 commercial bus drivers, 55.6% had poor sleep quality and low-very low dangerous driving behavior (83.5%). Sleep quality has a significant relationship with dangerous driving behavior (p-value=0.03, aOR (adjusted Odds Ratio=9.1). Another factor is smoking habits (p=0.01, aOR=26). R square value obtained is 0.48. Conclusion: Drivers with poor sleep quality and high dangerous driving behavior have a smaller proportion. However, there is a relationship between the two where the poorer the sleep quality of the driver, the higher the risk of dangerous driving behavior. Another related risk factor is smoking habit.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Tri Prasetyo
Abstrak :
Kelelahan pada pengemudi bus antarprovinsi jurusan Blitar-Jakarta berisiko tinggi dalam kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan kerugian terutama pada penumpang, pengemudi dan perusahaan otobus. Hasil prasurvey di PT CTP menunjukkan bahwa 3 dari 7 pengemudi mengeluh kelelahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kelelahan dan faktor risiko yang memengaruhi kelelahan pada pengemudi bus antarprovinsi jurusan Blitar-Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, bersifat deskriptif dengan pendekatan semikuantitatif observasional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yang berjumlah 31 responden. Variabel yang diteliti di antaranya faktor risiko terkait kerja (shift kerja, durasi mengemudi, dan waktu istirahat) dan faktor risiko tidak terkait kerja (usia, indeks masa tubuh, waktu tidur, masa kerja, pekerjaan sampingan, dan kondisi kesehatan). Data dianalisis dengan metode Fisher exact, Fatigue Severity Scale digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kelelahan. Hasil penelitian ini menunjukkan hampir semua pengemudi mengalami kelelahan. Meskipun secara statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat kelelahan dengan faktor risiko baik yang terkait maupun tidak terkait dengan pekerjaan. Namun, faktor risiko terkait pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan memiliki kontribusi dalam menaikkan risiko kelelahan pada pengemudi bus. ......Fatigued bus driver between provinces in Blitar-Jakarta has high risk in traffic accidents. This can cause losses especially to passengers, drivers, and auto companies. The survey results at PT CTP showed that 3 out of 7 drivers complained of fatigue. The purpose of this study is to describe the level of bus driver fatigue and risk factors affecting it. The study design is cross sectional, descriptive in nature with a semi-quantitative observational approach. The sampling technique uses a total sampling of totaling 31 respondents. The variables studied included work-related risk factors (work shifts, driving duration, and rest periods) and non-work related risk factors (age, body mass index, sleep time, years of service, side jobs, and health conditions). Data analyzed using Fisher exact method and Fatigue Severity Scale as an instrument to measure fatigue. The results of this study show that most drivers experience fatigue and only a small proportion do not experience fatigue. Although there is no significant relationship between the level of fatigue with work-related and non-work-related risk factors, those variables do contribute to the increase of fatigue in bus drivers
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redy
Abstrak :
Latar belakang: Dalam beberapa dekade terakhir, dunia kerja industri transportasi telah mengalami perubahan luar biasa seperti halnya bidang pekerjaan lain. Tuntutan operasional transportasi 24 jam kerja dalam sehari dan 7 hari kerja dalam seminggu menciptakan risiko keselamatan dan kesehatan yang berkaitan dengan rasa kantuk, yaitu suatu kondisi yang diketahui mengganggu kinerja saat mengemudi dan merupakan salah satu penyebab timbulnya kecelakaan dan kematian saat berlalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko mengantuk pada pengemudi bus jarak jauh dan faktor-faktor yang berhubungan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Dua ratus satu pengemudi yang bekerja di hari libur panjang nasional diikutsertakan dalam penelitian. Data sekunder didapatkan dari kuesioner dan hasil pemeriksaan medis pengemudi bus pada liburan akhir tahun 2018 oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Hasil: Proporsi kantuk pada pengemudi bus jarak jauh adalah 9,5%. Mengemudi lebih dari 1.001 km dalam satu kali perjalanan dengan ORs=7.927 (CI 95%=2.184-28.769; p=0.002) dan kondisi kelelahan dengan ORs=3.824 (CI 95%=1.393-10.499; p=0.009) merupakan faktor determinan utama penyebab rasa kantuk pada pengemudi bus jarak jauh. Jumlah trayek selama sebulan dan faktor individu seperti usia, riwayat hipertensi, dan riwayat diabetes melitus tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kejadian kantuk (p>0.05). Kesimpulan: Sebanyak 9,5% pengemudi bus jarak jauh mengalami kecenderungan mengantuk. Faktor jarak perjalanan dan kelelahan merupakan faktor yang terkait dengan timbulnya risiko kantuk pada pengemudi bus jarak jauh (R2=0.235). ......Background: As is the case with many other occupations, the work organization of transport operators has undergone tremendous changes over the past several decades. Transportation’s 24 hours in a day an 7 days in a week operational demands create safety and health risks related to sleepiness, a condition that is known to impair driving performance and causes of motor vehicle crashes and fatalities. This study aims to identify the risk of sleepiness in long distance commuter bus drivers and its associated factors. Method: This study used a cross sectional study design. Two hundred and one drivers who are working in long national holidays were involved in this study. The secondary data was gathered from questionnaires and medical examination of bus driver in year-end holidays 2018 by Jakarta Provincial Health Office. Result: The proportion of sleepiness in long distance commuter bus drivers 9.5%. Driving more than 1,001 km in a single commute trip with ORad=7.927 (95%CI=2.184-28.769; p=0.002) and fatigue condition with ORad=3.824 (95%CI=1.393-10.499; p=0.009) are dominant determinants of sleepiness in long distance commuter bus drivers. Monthly number of trip and individual factors such as age, history of hypertension, and history of diabetes mellitus do not have a statistically significant relationship with the incidence of drowsiness (p>0.05). Conclusion: Nine point five percent of long distance commuter bus drivers is experiencing sleepiness. Trip distance and fatigue are associated factors with the risk of sleepiness in long distance commuter bus drivers (R2=0.235).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Sari Budi Ghafara
Abstrak :
Transportasi umum saat ini menjadi pilihan favorit masyarakat dalam melakukan perpindahan dengan selamat dan efisien. Salah satu transportasi umum pilihan masyarakat Jakarta adalah kereta Mass Rapid Train (MRT). Keselamatan kereta MRT merupakan isu yang penting untuk diperhatikan agar dapat menjaga keselamatan baik masinis maupun penumpang. Dalam pengoperasian kereta MRT, dilakukan oleh seorang masinis. Menurut data Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), di tahun 2016 sebanyak 45% kecelakaan disebabkan oleh masinis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fatigue serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kelelahan pada masinis seperti faktor terkait pekerjaan dan faktor tidak terkait pekerjaan. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari-Juni 2023 di PT. XYZ. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) dalam mengukur kelelahan, dan Sound Level Meter dalam mengukur kebisingan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 67 masinis kereta MRT yang aktif mengoperasikan kereta. Hasil dari data kuesioner dianalisis menggunakan uji statistic chisquare. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 41,8% mengalami kelelahan. Dari penelitian ini diketahui bahwa pada faktor risiko terkait pekerjaan, terdapat hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan kelelahan pada masinis. Pada faktor risiko tidak terkait pekerjaan, terdapat hubungan yang signifikan antara commuting time, dan kualitas tidur terhadap kelelahan pada masinis. ......Public transportation is currently people's favorite choice for moving safely and efficiently. One of the public transportation choices for the people of Jakarta is the Mass Rapid Train (MRT). MRT train safety is an important issue to pay attention to maintain the safety of both the driver and the passengers. In operating the MRT train, it is carried out by a train driver. According to data from the National Transportation Safety Commission (KNKT), in 2016 as many as 45% of accidents were caused by train drivers. This study aims to analyze fatigue and factors related to the occurrence of fatigue in train drivers such as work-related factors and non-work related factors. This research was conducted from January to June 2023 at PT XYZ. The tools used in this study were the Fatigue Assessment Scale (FAS) questionnaire to measure fatigue, and the Sound Level Meter to measure noise. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. The sample in this study was 67 MRT train drivers who actively operated trains. The results of the questionnaire data were analyzed using the chi-square statistical test. The results of this study showed that 41.8% experienced fatigue. From this study, it is known that on work-related risk factors, there is a significant relationship between work shifts and driver fatigue. In non-work related risk factors, there is a significant relationship between commuting time and sleep quality on driver fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamidah Siadari
Abstrak :
Pada Tahun 2019 di Indonesia telah terjadi 28.238 kasus kecelakaan lalu lintas. Dari 28.238 kasus, kasus kecelakaan bus pada triwulan I sekitar 539 kasus, dan triwulan II sebanyak 495 kasus. Berdasarkan data BPS DKI Jakarta Tahun 2018 tercatat sekitar 196 kecelakaan bus, dan beberapa diantaranya adalah bus Transjakarta. Kecelakaan disini berkaitan dengan kecelakaan kerja terhadap pengemudi bus Transjakarta selaku buruh perusahaan transportasi. Dari beberapa faktor penyebab kecelakaan, salah satu faktor paling banyak terjadi adalah akibat perilaku manusia (human error) pada saat berkendara. Perilaku tersebut antara lain kelelahan, mengantuk, dan kurang fokus. Kelelahan memiliki kaitan dengan panjangnya jam kerja pengemudi yang melebihi waktu kerja normal. Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yang diteliti adalah ketentuan jam kerja dan kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan transportasi, dampak kelebihan jam kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pengemudi, serta pelaksanaan jam kerja riil bus Transjakarta. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif analitis, dengan menggunakan Teori Perlindungan Buruh (arbeidsbescherming), khususnya perlindungan pekerja dari panjangnya jam kerja yang diberlakukan. Kemudian menerangkan adanya keterkaitan antara kelelahan dengan panjangnya jam kerja pengemudi. Berdasarkan hasil penelitian maka diberikan simpulan, pertama, ketentuan jam kerja dan K3 pada perusahaan transportasi secara umum adalah ketentuan Kemenakertrans No. 233 Tahun 2003 serta ketentuan Permenhub RI No. 85 Tahun 2018. Kedua, sekitar 20% dari seluruh kecelakaan bus penyebabnya adalah kelelahan. Kelelahan menyebabkan penurunan kapasitas organ tubuh karena penggunaan tenaga secara terus- menerus. Kelelahan membuat fokus pengemudi menurun dan mengantuk. Hal tersebut menjadi faktor pendorong perilaku manusia (human error) terhadap kecelakaan kerja yang dialami pengemudi bus Transjakarta. Ketiga, perusahaan Transjakarta memberlakukan sistem kerja shift pada waktu kerjanya. Namun pemberlakuan waktu kerja tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang disepakati dalam peraturan perusahaan. Jam kerja yang diberlakukan melebih 8 jam per hari dan tidak memberikan upah kerja lembur terhadap pengemudi. Permberlakukan waktu kerja disini bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Adapun saran yang dapat diberikan, bahwa terhadap pengemudi segera dilakukan pergantian shift sesaat setelah jam kerja berakhir, dapat dilakukan di halte-halte besar di masing-masing daerah di Jakarta. Pemerintah daerah DKI juga perlu melakukan pengawasan secara berkala dalam mengatasi masalah pemberlakuan jam kerja berlebih tersebut. ......In 2019 in Indonesia there have been 28.238 traffic accidents. Of the 28.238 cases, there were 539 cases of bus accidents in the first quarter, and 495 cases in the second quarter. Data from BPS DKI Jakarta in 2018, there were around 196 bus accidents, and some of them were Transjakarta buses. The accidents here relate to work accidents against Transjakarta bus drivers as transportation company workers. Of the several factors that cause accidents, one of the most common factors is the result of human behavior (human error) while driving. These behaviors include fatigue, drowsiness, and lack of focus. Fatigue is related to the length of the driver's working hours that exceeds normal working hours. Based on the background, the formulation of the problems studied were the provisions of working hours and occupational health and safety at transportation companies, the impact of excess working hours on driver's work health and safety, as well as the implementation of the real working hours of Transjakarta buses. The research was conducted using a descriptive analytical research method using Labor Protection Theory (arbeidsbescherming), especially the protection of workers from the long working hours that are enforced. Then explain the link between fatigue and long hours of the driver's work. Based on the research results, it is concluded that, first, the provisions of working hours and K3 in transportation companies in general are the provisions of the Ministry of Manpower and Transmigration No. 233 of 2003 and the provisions of Permenhub No. 85 of 2018. Second, about 20% of all bus accidents are caused by fatigue. Fatigue causes a decrease in the capacity of the organs due to the continuous use of energy. Fatigue makes the driver's focus decrease and they become sleepy. This is a driving factor in human behavior (human error) on work accidents experienced by Transjakarta bus driver. Third, the Transjakarta company implements a shift work system during their working hours. However, the application of the working time is not in accordance with the agreed terms in the company regulations. The working hours that are imposed exceed 8 hours per day and do not provide overtime wages for the driver. The permit applies to working hours here which is contrary to the prevailing laws and regulations. As for the suggestions that can be given, to drivers change shifts immediately after working hours end, and can be implemened at large bus stops in each area in Jakarta. The DKI regional government also needs to carry out regular supervision in dealing with the problem of overtime working.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah
Abstrak :
Driver Performance merupakan hasil dari perilaku pengemudi bus yang dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan dimana hal tersebut menjadi penting untuk dikenali terkait potensi terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manusia. Pada tahun 2016 terdapat 22 kasus kecelakaan di Perum DAMRI bandara yang diakibatkan oleh faktor manusia baik pengemudi itu sendiri maupun pengendara jalan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran serta hubungan antara faktor pekerjaan dan non pekerjaan driver performance pada pengemudi bus DAMRI UAKB Soekarno-Hatta Trayek Bogor. Variabel yang termasuk dalam faktor non pekerjaan yang diteliti meliputi usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman mengemudi. Sedangkan variabel yang termasuk dalam faktor pekerjaan yang diteliti meliputi durasi kerja, waktu istirahat, kondisi kendaraan, dan kondisi jalan. Penelitian ini bersifar deskriptif observasional dengan desain pendekatan cross sectional. Penilaian driver performance dilakukan pada 57 responden dan diukur berdasarkan standar nasional pengemudi bus yang dikeluarkan oleh Driver and Vehicle Standard Agency DVSA tahun 2014 dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 77,2 pengemudi memiliki driver performance dalam kategori baik. Berdasarkan hasil uji statististik didapatkan faktor yang berhubungan dengan driver performance adalah kondisi kendaraan dan kondisi jalan. ......The Driver Performance is the result of the bus driver behaviour compared to the predetermined standard where it becomes important to recognize the potential for accidents caused by human factors. In 2016 there are 22 cases of accidents at Perum DAMRI airport caused by human factors both the driver itself and other road riders. This study aims to determine the description and the relationship between non work related and work related factors of the driver performance in DAMRI bus driver UAKB Soekarno Hatta Bogor Route. The variables in the non work related factors include age, education, and driving experience. While the variables in work related factors included include duration of work, rest time, vehicle condition, and road conditions. This research is descriptive observational with cross sectional approach design. Performance driver assessment was conducted on 57 respondents and measured according to the national standards of bus drivers issued by the Driver and Vehicle Standards Agency DVSA in 2014 using a questionnaire. The results showed that 77.2 of drivers had driver performance in either category. Based on the results of statistical tests obtained factors associated with driver performance is the condition of the vehicle and road conditions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evariyani Rizki
Abstrak :
Kegiatan secara repetitif yang dilakukan oleh pengemudi bus serta berada dalam posisi duduk yang berkepanjangan di kabin pengemudi bus yang tidak sesuai dengan antropometri pengemudi merupakan faktor yang menyebabkan pengemudi bus mengalami gangguan musculoskeletal disorder. Penelitian ini membahas tentang perancangan desain kabin pengemudi bus PHL (Patas Hyno Long) AK3HR yang ergonomis dalam lingkungan virtual dengan menggunakan software Jack 6.1. Hasil penelitian ini berupa desain kabin pengemudi bus yang ergonomis berdasarkan nilai (Posture Evaluation Index) PEI dan hasil analisis comfort assessment. Sehingga didapat desain kabin pengemudi yang dapat mengurangi resiko timbulnya gangguan musculoskeletal disorder pada pengemudi.
Repetitive activity, prolonged sitting, and anthropometric mismatch were perceived to be most related to musculoskeletal disorder in bus drivers. This study discusses about design of ergonomic bus driver?s cab PHL (Patas Hyno Long) AK3HR in the virtual environment by using software Jack 6.1. The result of this study is design ergonomic driver?s cab based on Posture Evaluation Index score and comfort assessment analysis. By ergonomic bus driver?s cab, the risk of musculoskeletal disorder among bus driver will decreased.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S68
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library