Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lia Fitrianingsih
Abstrak :
Anemia menunjukkan rendahnya konsentrasi hemogloblin darah, yang penyebab utamanya secara signifikan karena kekurangan zat besi. Selama masa remaja, anemia diperkirakan merupakan masalah gizi terbesar, baik di negara maju maupun negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja usia 15-19 tahun di provinsi Sumatera terpilih. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional memanfaatkan data Survey Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia SAKERTI tahun 2007. Hasil penelitian menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja usia 15-19 tahun di provinsi Sumatera terpilih sebesar 15,5 . Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian anemia antara lain jenis kelamin dan tingkat pengeluaran konsumsi sayur serta buah.
Anemia show the low concentrate of hemoglobin blood, which main cause significantly due to a deficiency of iron. During adolescent, anemia estimated is a largest nutrition problem that faced not only in developed countries but also on developing countries. This study aims to determine the factors related to anemia in adolescent in selected Sumatera province. This study using cross sectional study design based on data of Indonesian Family Life Survey IFLS in 2007. Results of this study declare that the prevalence of anemia in adolescent 15 19 years old in selected Sumatera province is 15,5 . Variables that have a significant relationship with the incidence of anemia are gender and expenditure consumption vegetables and fruits.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66802
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Insani Fajri
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakterististik individu usia, jenis kelamin, dan status gizi berdasarkan IMT/U , status sosial ekonomi status pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, daerah tempat tinggal, dan pengeluaran untuk konsumsi , pola konsumsi frekuensi makan, frekuensi konsumsi daging, sayuran hijau, dan buah , dan aktivitas fisik, serta faktor yang paling dominan dengan kejadian anemia pada remaja usia 15-19 tahun di Pulau Jawa. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey IFLS 2007 dari RAND Corporation. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh remaja di wilayah Pulau Jawa. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin remaja di wilayah Pulau Jawa pada tahun 2007 sebesar 13,61 g/dl. Persentase kejadian anemia di wilayah Pulau Jawa sebesar 16,6 . Analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan karakteristik individu jenis kelamin , status sosial ekonomi status pekerjaan ibu , pola konsumsi frekuensi konsumsi sayuran hijau , dan aktivitas fisik terhadap kejadian anemia pada remaja di wilayah Pulau Jawa. Secara multivariat, diketahui bahwa jenis kelamin merupakan faktor dominan terhadap kejadian anemia pada remaja di wiilayah Jawa Tengah pada tahun 2007.
The purpose of this research is to know the relation between individual characteristics age, sex, and nutritional status based on BMI Age , sosio economic status parents rsquo job status, education of parents, leaving area, and spending of food consumption , consumption pattern eating frequencies, frequencies of eating meat, green vegetables, and fruits , and physical activity, also dominant factor of anemia in adolescents aged 15 19 years old on Java Island. This study use cross sectional design with Indonesian Family Life Survey data on 2007 from RAND Corporation. The population of this study are all of the adolescents in Java Island. The result shows that the average of haemoglobin in adolescesnts at Java Island on 2007 is 13,61 g dL. Percentage of anemia in Java Island is 16,6 . Bivariate analysis shows that there are relation between sex, mother rsquo s job status, frequencies of eating green vegetables, and physical activity toward anemia in adolescents at Java Island. Multivariate analysis shows that sex is the dominant factor of anemia in adolescents at Java Island on 2007.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosita Anggraeni
Abstrak :
ABSTRAK
Suplemen besi yang mengandung ferrous sulfat umum digunakan untuk anti anemia. Sayangnya sediaan ini memiliki rasa tidak enak, menyebabkan mual dan jika digunakan dengan dosis besar dan jangka waktu lama dapat menyebabkan efek samping. Perlu dicari alternative sumber lain, termasuk dari tanaman. Daun Moringa pterigospera Gaertn dipilih karena mengandung besi dan suplemen lain. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi serbuk instan untuk anti anemia sebagai alternatif suplementasi zat besi selain dari ferous sulfat, dengan menggunakan ekstrak dari daun kelor (Moringa pterygosperma Gaertn). Ekstrak diperoleh dengan metode Microwave Assisted Extraction. Optimasi kondisi dibuat dengan memvariasikan pelarut etanol (0-70%), daya listrik microwave (450-900 watt) dan waktu ekstraksi 3-10 menit. Analisa kadar besi dilakukan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 248 nm. Formula serbuk instan dibuat dengan 3 konsentrasi natrium CMC sebagai bahan pensuspensi. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal ekstraksi yang menghasilkan kandungan besi paling besar (2,4 mg/g ekstrak) dicapai dengan daya listrik 900 watt, waktu ekstraksi 10 menit dan pelarut air suling. Berdasarkan uji hedonis dengan 30 panelis, formula dengan 5% natrium CMC paling disukai. Bentuk serbuk memiliki kadar air 2,31%, laju alir 7,74 g/detik dan bentuk rekonstitusinya memiliki pH 5,78, dan viskositas 15,98 cps.
ABSTRACT
Iron supplement containing ferrous sulfate is commonly used for anaemia. Unfortunately, it has bad taste, can cause nausea, and made adverse effects if taken in large doses for long periods. It is necessary to 􀀁ind an alternative source of raw materials, including those from plants. Moringa pterigospera Gaertn leaves was selected because it contains iron and other nutritions. The purpose of this work was to make instant powder formula for anti anaemia using Moringa leaves extract as an alternative for ferous suphate iron suplementation. The extraction was performed by Microwave Assisted Extraction method. Optimization of extraction condition was performed by creating some variations in solvent composition (0-70% ethanol), microwave power (450 to 900 watts) and extraction time (3 to10 min). Iron content was determined by Atomic Absorption Spectrophotometer at wave length of 248 nm. Instant powder formula was made in 3 concentrations of sodium CMC as suspending agent. Results of the study showed that the most optimal extraction condition which resulted the highest iron content (2.4 mg/g extracts) achieved with 900 watts microwave power, 10 min extraction time and aqua demineralisata. According to 30 panelists of hedonic test, formula which used 5% w/w of sodium CMC got the highest scores. Its powder form had 2.31% of loss on drying and 7.74 g/sec of 􀀁low rate for powder form and pH of 5.78, viscosity of 15.98 cps for reconstituted form.
2015
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisah
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maudita Dwi Anbarani
Abstrak :
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, terutama negara berkembang. Dampak anemia tidak hanya pada kesehatan saja, namun juga pada perkembangan sosial dan ekonomi. Ibu hamil merupakan kelompok risiko tinggi anemia, karena saat hamil terjadi perubahan fisiologis dalam tubuh untuk mendukung kehamilannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada Ibu hamil pengunjung Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur tahun 2017. Desain studi penelitian ini adalah cross-sectional dengan sumber data berupa kartu status Ibu hamil. Faktor-faktor yang diteliti adalah umur Ibu, status gizi, pendidikan, status pekerjaan, paritas, dan jarak kelahiran. Jumlah sampel penelitian adalah 308. Analisis data menunjukkan proporsi kejadian anemia Ibu hamil pengunjung Puskesmas Jatinegara tahun 2017 adalah 37,3. Dari enam faktor, hanya status gizi yang diukur berdasarkan LILA yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian anemia Ibu hamil p value < 0.000, PR: 2,105 95 CI: 1,582-2,801. Intervensi gizi berupa pemberian makanan tinggi protein dan zat gizi mikro yang berisiko mengalami defisiensi saat hamil diperlukan untuk membantu menurunkan angka kejadian anemia Ibu hamil ......Anemia is a public health problem all over the world, especially in developing countries. Anemia affects not only health, but also the economic and social development of a country. Pregnant women are a high risk group of anemia due to the physiological changes in the body to support the pregnancy. This research aims to determine factors associated with maternal anemia among pregnant women visiting Puskesmas Kecamatan Jatinegara East Jakarta in 2017. This research is cross sectional, using data obtained from maternal medical record. Factors studied in this research are age, nutritional status, education, occupational status, parity, and birth interval. Total samples used in this research was 308 pregnant women. Data analysis shows that the proportion of maternal anemia among pregnant women visiting Puskesmas Kecamatan Jatinegara in 2017 was 37,3 and nutritional status based on MUAC assessment is the only significance factor of maternal anemia p value 0.000, PR 2,105 95 CI 1,582-2,801. Nutrition intervention in the form of accomodating pregnant women with high protein food and micronutrient supplementation which are proned to be deficient during pregnancy is needed to help lower down maternal anemia rate.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Adriani Puspitasari
Abstrak :
Latar belakang: Bayi prematur rentan kekurangan zat besi karena cadangan besi ibu rendah, kebutuhan besi untuk pertumbuhan dan pengambilan sampel laboratorium. Risiko tersebut meningkat saat bayi prematur berusia 2 bulan. Kecukupan zat besi tubuh dinilai dengan kadar feritin, besi serum (SI), saturasi transferin (Tfsat), total iron binding capacity (TIBC) dan Hb. Tujuan: Mengetahui profil besi pada bayi prematur usia kronologis 2 bulan. Metode: Studi potong lintang dilakukan terhadap bayi usia 2 bulan yang lahir usia gestasi (UG) 32-36 minggu saat berkunjung ke klinik tumbuh kembang. Pemeriksaan darah tepi lengkap, apusan darah tepi, SI, TIBC, Tfsat dan feritin dilakukan pada sampel darah vena. Data lain diperoleh dari wawancara dan telaah rekam medik. Hasil : Studi diikuti oleh 83 subjek yang terdiri dari 51% lelaki dan 93% lahir dari ibu berusia >20 tahun. Berat lahir terkecil adalah 1.180 g dan terbesar adalah 2.550 g. Prevalens ADB sebesar 6% dan DB sebesar 10%. Subjek ADB memiliki kadar Hb terendah 6,8 g/dL dan feritin terendah 8,6 ng/mL. Median kadar SI adalah 48 μg/dL; TIBC 329 μg/dL dan Tfsat 17%. Bayi ADB sebagian besar lelaki (5/5), kenaikan BB ≥2x berat lahir (4/5), tidak disuplementasi besi (3/5), latar belakang pendidikan ibu rendah (3/5) dan golongan sosial-ekonomi rendah- menengah ke bawah (3/5). Simpulan: Prevalens ADB sebesar 6% dan DB sebesar 10%. Sebagian besar subjek yang mengalami DB dan ADB memiliki kadar SI, Tfsat dan feritin rendah serta TIBC meningkat. Subjek lelaki dengan kenaikan BB ≥2x berat lahir, tidak disuplementasi besi, latar belakang pendidikan ibu rendah dan golongan sosial ekonomi rendah-menengah ke bawah lebih banyak yang mengalami ADB.
Background: Preterm infants are vulnerable to iron deficiency (ID) due to lack of maternal iron stores, phlebotomy and increasing demand during growth. Risk of ID increases when hemoglobin (Hb) level started to decrease at 2 months of age. Iron body adequacy is measured by examining feritin, serum iron (SI), transferrin saturation, total iron binding capcity (TIBC) and Hb. Objective: To describe iron profile in preterm infants at 2 months of chronological age (CA). Methods: A cross-sectional study was conducted to 2 months old infants born at 32-36 gestational age visiting Growth and Development Clinics. Parents interview and medical record review were taken at visit. Complete blood count, blood smear, SI, TIBC, Tfsat and ferritin level were performed. Results: Eighty three subjects were enrolled in this study. Mostly were male (51%) and born from mother >20 years old (93%). The lowest birth weight was 1,180 g and the highest was 2,550 g. Prevalence of IDA is 6% and ID is 10%. The lowest Hb level found in IDA infants was 6.8 g/dL and ferritin level was 8.6 ng/mL. Median of SI level was 48 μg/dL; TIBC 329 μg/dL; and Tfsat 17. Subjects with IDA were mostly men (5/5), achieved more than twice birth weight (4/5), non-iron supplemented (3/5), born from low education background mother (3/5) and has low socio-economic status (3/5). Conclusions: Prevalence of IDA is 6% and ID is 10%. Most subjects with ID and IDA have low SI, high TIBC, low Tfsat and low ferritin level. Male subjects who weigh ≥twice birth weight, non-iron supplemented, born form low educational background and socioeconomic status mother were mostly suffer from IDA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelda Amir
Abstrak :
Remaja putri merupakan kelompok yang rentan terkena anemia karena menstruasi tiap bulan. Anemia mempunyai dampak yang serius terutama pada ibu hamil, oleh sebab itu remaja putri harus mempunyai status besi yang baik untuk mencegah anemia, salah satunya dengan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD). Tesis ini membahas faktorfaktor yang berhubungan dengan niat konsumsi TTD pada remaja putri di dua sekolah menengah atas di kota Pariaman tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara manfaat yang dirasakan (perceived benefit), hambatan yang dirasakan (perceived barrier), dukungan keluarga, dan dukungan teman dengan niat konsumsi TTD pada remaja putri. Faktor dominan pada penelitian ini adalah hambatan yang dirasakan (perceived barrier) dengan Odds Ratio (OR) sebesar 6,910. ......An adolescent girl is a group that more affected by anemia due to menstruation every month. Anemia has a serious impact especially in pregnant women, therefore adolescent girls must have a good iron status to prevent anemia, one of which is by taking iron tablets (TTD). This study aims to discuss the factors associated with the intention of consumption TTD in Adolescent girls in two high schools in Pariaman in 2019. This research is a quantitative study with a cross-sectional design. The results showed a significant relationship between perceived benefits, perceived barriers, family support, and friend support to consume TTD in adolescent girls. The dominant factor in this study is the perceived barrier with an Odds Ratio of 6,910.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firnanda Rizki Riasta
Abstrak :
ABSTRAK
Anemia merupakan peyakit yang menduduki urutan keempat dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia akibat kekurangan zat besi. Salah satu sumber penghasil zat besi tinggi adalah Spirulina platensis. Selain zat besi, Spirulina juga memiliki fikosianin yang dapat menambah jumlah sel darah merah. Kandungan gizi S. platensis dipengaruhi oleh berbagai faktor tertutama nutrisi pada medium kulturnya. Sudah ada beberapa penelitian yang memanfaatkan penggunaan medium organik sebagai salah satu alternatif dari mahalnya medium anorganik bagi mikroalga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh medium tumbuh organik terhadap profil pertumbuhan, serta kandungan zat besi dan fikosianin S. platensis sehingga dapat menjadi salah satu bahan baku suplemen pencegah anemia. Alga dikultur dalam 3 media yaitu medium ekstrak tauge dengan konsentrasi 4%, 8%, dan 10% (v/v); Medium ekstrak daging dengan konsentrasi 4% dan 8% (v/v); serta medium Zarrouk (10 mL/L) sebagai kontrol. Kultivasi dengan tiga medium berbeda akan dilakukan pada kondisi reaktor yang sama. Aerasi dilakukan secara terus menerus dengan intensitas cahaya sebesar 800-1000 lux, suhu 27-300C, dan pemberian kultur Spirulina platensis 10% dari volume media kultur. Hasil pemanenan mikroalga kemudian dikeringkan dan diuji kandungan zat besi dan fikosianinnya. Pada hasil dari penelitian ini, profil pertumbuhan terbaik adalah S. platensis dalam medium ekstrak tauge 4% (v/v). Sementara kandungan tertinggi zat besi juga ada pada medium ekstrak tauge (423-885 mg/kg) dan kandungan fikosianin tertinggi terdapat pada medium ekstrak tauge 4% (v/v) (68,55 mg/g).
ABSTRACT
The fourth biggest symptom in Indonesia is Anemia that caused by iron prevelention. One of Iron Rich Food is Spirulina platensis. Besides, Spirulina also contain phycocyanin which can adding red blood cell. S. platensis? nutrient can be affected by a lot of factors, one of them is the medium culture. There are several researches that applied organic culture medium as one of the alternative to the expensive anorganic medium for microalgae. The purpose of this research is to find out the effect of organic culture medium to the growth rate, the iron content and phycocyanin content in S. platensis, so it can be the one of the anemia prevention supplement ingredients. Microalgae is cultured in three kind of medium which are bean sprout extract medium (4%, 6%, and 8% v/v), chicken meat extract medium (4% and 8% v/v), and Zarrouk (10 mL/L) as the control medium. The reactor condition is equally made. The aeration is continous with the light intensity is 800-1000 lux, temperature is 27-300C, and S. platensis given is 10% (v/v). Microalgae then harvested and dried before the iron and phycocyanin testing. The results show that the best S. platensis growth rate is the one that cultivated in bean sprout extract medium 4% (v/v), while the highest iron content is obtained in sprout bean extract medium (423-885 mg/kg) and the highest phycocyanin content is also available in sprout bean extract medium 4% (v/v) (68,55 mg/g).
2016
S63421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandya Anton Atmojo Hadi
Abstrak :
Latar belakang: Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu masalah utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang, dan defisiensi besi (DB) adalah salah satu penyebab tersering anemia pada bayi dan anak. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berisiko tinggi mengalami ADB dan dampak kesehatan seperti gangguan pertumbuhan, kekebalan tubuh, kognitif, psikomotor, dan tingkah laku. Tujuan: Mengetahui status besi dan menganalisis berdasarkan asupan nutrisi pada bayi usia kronologis 4 bulan dengan riwayat berat lahir kurang dari 2.500 gram. Metode: Penelitian ini dengan desain potong lintang yang dilakukan pada bayi usia kronologis 4 bulan dengan riwayat berat lahir rendah yang kontrol di poli tumbuh kembang dan pediatri sosial Kiara RSCM, pada bulan April 2020 hingga Juni 2021. Hasil: Sebanyak 67 subyek yang diikutsertakan dalam penelitian, rerata berat lahir 1.723 g, rerata usia gestasi 33,6 minggu, bayi yang medapatkan ASI eksklusif sebanyak 23,9%, ASI predominan 16,4% dan susu formula predominan sebanyak 59,7%. Kadar feritin pada subyek yang mendapatkan ASI eksklusif dan predominan lebih rendah dibandingkan yang mendapatkan susu formula predominan yaitu 46 (2,82-221) µg/L dibandingkan 58,8 (8-488) µg/L dengan nilai p = 0,199. Rasio prevalens bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan predominan mengalami DB dan ADB dibandingkan susu formula adalah 2,286 (IK 95% 1,13-4,621) p = 0,035.              Kesimpulan: Pada penelitian ini prevalens anemia 50,7%, DB 14,9%, dan ADB 13,4%. Subyek yang mendapatkan asupan ASI eksklusif dan predominan memiliki kadar feritin yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan susu formula predominan. ......Background: Iron deficiency anemia (IDA) is one of the main health problems in the world, especially in developing countries, and iron deficiency (ID) is one of the most common causes of anemia in infants and children. Low birth weight (LBW) infants are at high risk of developing IDA and health impacts such as impaired growth, immunity, cognitive, psychomotor, and behavioral. Methods: This study was a cross-sectional design conducted on infants of chronological age 4 months with a history of low birth weight who was controlled in the growth and development clinic, Kiara Cipto Mangunkusumo Hospital from April 2020 to June 2021. Result:  A total of 67 subjects were included in the study, the average birth weight was 1.723 g, the mean gestational age was 33.6 weeks, infants who received exclusive breastfeeding were 23.9%, predominantly breastfed 16.4% and predominantly formula milk was 59.7%. Feritin levels in subjects who received exclusive and predominantly breast  milk were lower than those who received predominant formula milk, was 46 (2.82-221) compared to 58.8 (8-488) with p value = 0.199. The prevalence ratio of infants who were exclusively breastfed and predominantly had ID and IDA compared to formula milk was 2.28 (95% CI 1.13-4.621) p = 0.035. >Conclusion: Prevalence of anemia in this study was 50.7%, ID 14.9%, and IDA 13.4%. Subjects who received exclusive and predominant breast milk tend to have lower ferritin levels compared to predominant formula milk.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Anugraheni
Abstrak :
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia, yaitu 22 pada perempuan tidak hamil. Anemia merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu yang tersering di Indonesia. Dalam rangka membantu upaya pencegahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada remaja perempuan di Depok. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian analitik menggunakan studi cross-sectional menggunakan data sekunder pemeriksaan kesehatan pada 2112 mahasiswa baru perempuan Universitas X tahun ajaran 2015/2016 di Depok. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada remaja perempuan di Depok adalah 10,8 9,4 -12,1. Melalui analisis bivariat, didapatkan asal daerah p=0,038 dan dismenorrhea p=0,001 berhubungan dengan anemia. Pada analisis multivariat, didapatkan variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan anemia adalah dismenorrhea OR, 0,617; IK 95 , 0,467-0,815; p:0,001 , dengan hubungan terbalik bahwa kejadian anemia 1,6 kali lebih banyak pada remaja perempuan yang tidak dismennorhea. ......Anemia is one of the health problem with high prevalence in Indonesia. It accounts for 22 proportion in non pregnant women. Anemia is one of the most common indirect cause of maternal death in Indonesia. In order to assist prevention efforts, this study aimed to determine the factors associated with anemia in adolescent girls in Depok. A cross sectional study using secondary data from medical checkup results was performed on 2112 female freshman of University X academic year 2015 2016 in Depok. The results showed that the prevalence of anemia among adolescent girls in Depok was 10.8 9.4 12.1. Through the bivariate analysis, it was found that the freshman's hometown p 0.038 and dysmenorrhea p 0.001 were associated with anemia. On multivariate analysis, it was found that dysmenorrhea was associated with anemia OR, 0.617 CI 95, from 0.467 to 0.815 p 0.001, with an inverse association that the incidence of anemia 1,6 times greater among gilrs without dysmenorrhea.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>