Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shania Rizki Ivany
Abstrak :
Amlodipin besilat, penghambat kanal kalsium golongan dihidropiridin, dan valsartan, penghambat reseptor angiotensin II merupakan obat antihipertensi. Kombinasi dosis tetap amlodipin dan valsartan dapat menurunkan tekanan darah lebih efektif dibandingkan dengan monoterapi. Amlodipin besilat dan valsartan memiliki konsentrasi yang kecil dalam darah sehingga perlu dikembangkan metode analisis yang selektif dan sensitif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode yang optimum dan tervalidasi untuk menganalisis amlodipin besilat dan valsartan dalam plasma menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM). Deteksi massa dilakukan dengan Waters Xevo TQD tipe Electriospray Ionization (ESI) positif pada mode Multiple Reaction Monitoring. Pemisahan sampel menggunakan ekstraksi cair-cair dengan amonium asetat dan etil asetat pengocokan dengan vorteks selama 2 menit pemutaran dengan sentrifugasi 4000 rpm selama 10 menit evaporasi dengan gas nitrogen suhu 50oC selama 10 menit serta direkonstitusi dengan 100 μL fase gerak. Amlodipin besilat, valsartan dan irbesartan dideteksi pada nilai m/z berturut-turut: 409,16 > 238,06; 436,22 > 291,15; dan 429,22 > 207,1. Kondisi analisis optimal diperoleh menggunakan kolom Waters AcquityTM UPLC C18 1,7 μm (2,1 x 100 mm); suhu kolom 45oC; fase gerak gradien berupa campuran asam format 0,1% dan asetonitril dengan laju alir 0,2 mL/menit; waktu analisis 6 menit dan menggunakan irbesartan sebagai baku dalam. Metode ini memenuhi persyaratan validasi berdasarkan Bioanalytical Method Validation GuidanceFDA 2018. Metode ini linier dengan rentang konsentrasi 0,20-10,00 ng/mL dengan nilai r ≥ 0,997357 untuk amlodipin dan 5,00-6000,00 ng/mL dengan nilai r ≥ 0,998476 untuk valsartan.
Amlodipinebesylate, a dihydropyridine calcium channel blocker, and valsartan, an angiotensin II receptor blocker, are antihypertensive agents. Fixed dose combination of amlodipine and valsartan can reduce blood pressure (BP) effectively than amlodipine or valsartan monotherapy. Amlodipine and valsartan have a small concentration in blood, so a highly selective and sensitive method is required. This research is aimed to obtain the optimum and validated method to analize amlodipine besylate and valsartan in plasma using ultra performance liquid chromatography tandem mass spectrometry (UPLC-MS/MS). Mass detection was performed by Waters Xevo TQD with Electrospray Ionization source at positive ion mode in the Multiple Reaction Monitoring mode. Sample preparation was carried out by liquid-liquid extraction with ammonium acetate and ethyl acetate mixed with vortex for 2 minutes centrifugated at 4000 rpm for 10 minutes evaporated with nitrogen gas at 50oC for 10 minutes and reconstituted with 100 μL of mobile phase. Amlodipine besylate, valsartan, and irbesartan were detected at m/z409,16 > 238,06; 436,22 > 291,15; and 429,22 > 207,1; respectively. The optimal analysis condition was obtained using Waters AcquityTMUPLC C181,7 μm (2,1 x 100 mm) the column temperature 45oC eluted under under a gradient of mobile phase of 0,1% formic acid in water and acetonitrile at a flow rate 0,2 mL/min within 6 minutes and irbesartan as an internal standard. This method fulfill the acceptance criteria of validation based on Bioanalytical Method Validation Guidance by Food and Drug Administration in 2018. This method was linear at 0,20-10,00 ng/mL with r ≥ 0,997357 for amlodipine and 5,00-6000,00 ng/mL r ≥ 0,998476 for valsartan.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gde Budhi Asthana
Abstrak :
Latar belakang: Pada era ini, penyakit hipertensi sudah banyak menyerang usia yang lebih muda kisaran 30 – 50 tahun. Salah satu obat antihipertensi yang banyak digunakan di Indonesia adalah amlodipin. Efek samping obat ini adalah Serostomia yang ditandai dengan penurunan lajur alir saliva. Umumnya penurunan laju alir saliva disertai dengan penurunan pH. PH saliva yang menurun dapat meningkatkan faktor risiko karies gigi. Tujuan : Menganalisis hubungan antara konsumsi obat antihipertensi amlodipin terhadap pH saliva sebagai indikator risiko karies. Metode : Penelitian ini menggunakan desain analitik komparatif dengan desain cross sectional. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi 30 pasien hipertensi yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin sebagai kelompok uji dan 30 individu normal yang tidak menderita hipertensi sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara pH saliva antara kelompok uji dan kelompok kontrol (p<0.05). Kesimpulan : pH saliva tidak terstimulasi dan terstimulasi pada pasien yang mengonsumsi amlodipin lebih rendah dibandingkan individu normal yang tidak menderita hipertensi ......Background: In this era, hypertension has attacked many younger age range of 30-50 years. One of the most widely used antihypertensive drugs in Indonesia is amlodipine. The side effect of this drug is Xerostomia which is characterized by salivary flow rates decreased. Generally a decrease in salivary flow rate is accompanied by Saliva pH decreased. Decreased salivary pH can increase risk factors for dental caries. Objective: To analyze the relationship between consumption of amlodipine antihypertensive drugs to salivary pH as an indicator of caries risk. Method: This study used a comparative analytic with cross sectional design. The number of subjects in this study were 60 people who were divided into 30 hypertensive patients who consumed amlodipine antihypertensive drugs as a test group and 30 normal individuals who did not suffer from hypertension as a control group. Sampling is based on consecutive sampling method. Result: There was a significant difference between salivary pH between the test group and the control group (p <0.05). Conclusion: Saliva pH not stimulated and stimulated in patients taking amlodipine lower than normal individuals who did not suffer from hypertension
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmira Musdiyanti
Abstrak :
ABSTRACT
Latar belakang: Salah satu obat antihipertensi yang banyak digunakan di Indonesia adalah Amlodipin. Obat tersebut memiliki efek samping sistemik dan oral, salah satunya adalah serostomia. Serostomia ini ditandai dengan penurunan laju alir saliva. Laju alir saliva yang rendah dapat meningkatkan insidensi karies gigi. Tujuan:  Mengetahui perbedaan laju alir saliva terstimulasi dan indeks DMF-T. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan desain cross sectional. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi 30 subjek yang mengonsumsi obat antihipertensi amlodipin dan 30 subjek tidak mengalami hipertensi. Pengambilan sampel berdasarkan metode consecutive sampling. Tingkat keparahan karies diukur dengan indeks DMF-T. Pemeriksaan laju alir saliva terstimulasi dengan mengumpulkan saliva ke dalam gelas ukur selama 5 menit menggunakan dengan metode spitting. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara laju alir saliva terstimulasi dan indeks DMF-T pada kelompok yang mengonsumsi obat amlodipin dan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (p<0.05). Kesimpulan: Kelompok yang mengonsumsi obat amlodipin memiliki laju alir saliva terstimulasi lebih rendah (3.98 ± 1.27 mL) jika dibandingkan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (6.62  ± 1.31 mL) dan rerata indeks DMF-T lebih tinggi (8.37 ± 3.70) jika dibandingkan kelompok yang tidak mengalami hipertensi (2.67 ± 1.97).
ABSTRACT
Background: Amlodipine is the most used antihypertensive drug in Indonesia. Side effects, whether systemic or oral, can occur do to consumption of amlodipine such as xerostomia. Xerostomia can be detects by the decrease of salivary flow rate. Decrease of salivary flow rate can increase dental caries incidence. Objective : To determine the difference in stimulated salivary flow rate and DMF-T index. Method : The study is a comparative analytical study with a cross sectional design. Total subject in this study were 60 people, of which 30 subjects were taking amlodipine antihypertensive drug and 30 subjects without hypertension, obtained by using consecutive sampling method. DMF-T index was scored to indicate the severity of dental caries. Stimulated saliva flow rate was measured by collecting saliva into a measuring cup for 5 minutes using the spitting method. Result : There was significant differences in salivary flow rate and DMF-T index between group taking amlodipine drug and group without hypertension. Conclusion : The stimulated salivary flow rate in group taking amlodipine drug (3.98 ± 1.27 mL) was significantly lower than in the group without hypertension (6.62 ± 1.31 mL). The mean DMF-T index in group taking amlodipine drug (8.37 ± 3.70) was significantly higher than in the group without hypertension (2.67 ± 1.97).
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqatul Muthiah Amran
Abstrak :
Prevalensi hipertensi di Indonesia terus meningkat dari 21,2 pada tahun 2010 menjadi23,3 pada tahun 2014. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke,dan kematian jika tidak terdeteksi dini dan diobati secara tepat. Antihipertensi yangefektif dalam menurunan tekanan darah dan mengurangi resiko kejadian penyakit jantungkoroner adalah Valsartan dan Amlodipine. Biaya pengobatan selalu menjadi penghalanguntuk pengobatan yang efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan kendali mutu dan kendalibiaya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis evaluasi ekonomi dengan mengetahuigambaran biaya dan outcome dari penggunaan Valsartan dan Amlodipine selama tigabulan pengobatan pada pasien hipertensi primer dengan tekanan darah stage I. Penelitianini bersifat observasional dengan teknik pengambilan data secara retrospektif pada tahun2016. Outcome berupa rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, proporsitekanan darah terkontrol, dan proporsi tekanan darah tidak terkontrol. Biaya yang diambildari perspektif pasien yang berupa biaya langsung medis. Hasil penelitian diperoleh bahwa biaya penggunaan Amlodipine lebih rendah Rp 872.666,02 dibandingkanValsartan Rp 1.064.621,00. Rata-rata penurunan tekanan darah pada penggunaanAmlodipine sebesar 16,33 / 7,88 mmHg, sedangkan pada Valsartan sebesar 14,05 / 5,00mmHg. Proporsi tekanan drah terkontrol pada Amlodipine sebesar 80 , dengan proporsikejadian penyakit jantung coroner sebesar 27,5. Sedangkan proporsi tekanan darahterkontrol pada Valsartan 60 , dengan proporsi kejadian penyakit jantung koronersebesar 72,5. Pada diagram efektivitas biaya, Amlodipine terletak pada kuadran II danValsartan pada kuadran IV. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, Amlodipine dominanterhadap Valsartan karena membutuhkan biaya yang lebih rendah dan menghasilkanoutcome yang lebih baik. ...... Background: The prevalence of hypertension in Indonesia continues to increase from21.2 in 2010 to 23.3 in 2014. Hypertension can lead to coronary heart disease, stroke,and death if not detected early and treated appropriately. Antihypertensives thateffectively reducing blood pressure and reducing the risk of coronary heart disease areValsartan and Amlodipine. Medical expenses have always been a barrier to effectivetreatment. Therefore, it is necessary to have quality control and cost control. The aims ofthis study was to analyze economic evaluation and to know the costs and outcomes of useof Valsartan and Amlodipine during three months of treatment in primary hypertensionpatients with stage I blood pressure. Methods: This study was observational study with retrospective data retrieval techniquein 2016. The outcome was the mean reduction of systolic and diastolic blood pressure,the proportion of controlled and uncontrolled blood pressure. Costs taken from thepatient 39 s perspective in the form of direct medical costs. Results: The results obtained that the cost of using Amlodipine is lower Rp 872.666.02 than Valsartan Rp 1,064,621.00. The mean reduction of blood pressure of Amlodipinewas 16.33 7.88 mmHg, while Valsartan was 14.05 5.00 mmHg. Proportion ofcontrolled blood pressure of Amlodipine was 80 , with a proportion of coronary heartdisease events was 27.5. While the proportion of controlled blood pressure of Valsartanwas 60 , with the proportion of coronary heart disease events was 72.5. In the costeffectivenessdiagram, Amlodipine was in quadrant II and Valsartan was in quadrant IV. Conclusion: Amlodipine is dominant against Valsartan because it requires lower cost andbetter outcome.Key words Primary Hypertension, Amlodipine, Valsartan, Economic Evaluation
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Rosalynna Stiadi
Abstrak :
Hipertensi dan diabetes melitus menjadi salah satu faktor risiko kejadian kardiovaskuler. Tidak terkontrolnya hipertensi dapat menyebabkan perburukan kesehatan dan ekonomi pada penderitanya. Kombinasi terapi antihipertensi dinilai adekuat untuk mencapai target tekanan darah <140/90 mmHg. Obat antihipertensi golongan ACEI, ARB, dan CCB merupakan terapi yang sesuai untuk pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan harganya bervariasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa golongan ARB lebih cost-effective dibandingkan yang lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas biaya dari kombinasi terapi amlodipin-kandesartan dibandingkan dengan amlodipin-ramipril pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2. Penelitian cross-sectional ini dilakukan di RSUPN dr. Cipto mangunkusumo dengan menggunakan rekam medis pasien tahun 2017-2019. Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 87 pasien. Pasien dibagi menjadi dua kelompok: kelompok yang mendapat terapi amlodipin-kandesartan dan kelompok yang mendapat terapi amlodipin-ramipril. Analisis efektivitas biaya diperoleh dari perhitungan biaya medik langsung, menghitung efektivitas terapi berdasarkan jumlah pasien yang mencapai target tekanan darah <140/90 mmhg, serta menghitung nilai ACER. Kombinasi amlodipin-kandesartan memiliki efektivitas terapi 48.9%, sedangkan efektivitas terapi amlodipin-ramipril 45,2%. Nilai ACER kelompok amlodipin-kandesartan dan kelompok amlodipin-ramipril adalah Rp. 1.604.736,2 per efektivitas and Rp 1.811.278,8 per efektivitas. Dapat disimpulkan bahwa amlodipin-kandesartan lebih cost-effective dibandingkan amlodipin-ramipril.
Hypertension and diabetes mellitus are risk factors for cardiovascular events. Uncontrolled hypertension can cause health and economic burdens in patients. The combination of antihypertensive therapy is considered adequate to achieve the targeted blood pressure <140/90 mmHg. Antihypertensive drugs class such as ACEIs, ARBs, and CCBs are appropriated therapies for patients with type 2 diabetes mellitus and the price differences. Previous studies have shown that the ARBs are more cost-effective than others. The aim of this study was to analyze the cost-effectiveness of combination of amlodipine-candesartan compared to amlodipine-ramipril in hypertensive patients with type 2 diabetes mellitus. This cross-sectional study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital by using patient medical records in 2017-2019. Research subjects who met the inclusion criteria were 87 patients. Patients were divided into two groups: group receiving amlodipine-candesartan and group receiving amlodipine-ramipril. Cost effectiveness analysis obtained from the calculation of direct medical costs, calculated the effectiveness of therapy based on the number of patients who reached the target blood pressure <140/90 mmHg, and calculated the value of ACER. Amlodipine-candesartan has a therapeutic effectiveness of 48.9%, while the effectiveness of amlodipine-ramipril is 45.2%. The ACER value of the amlodipine-candesartan group and the amlodipine-ramipril group were Rp 1,604,736.2 per effectiveness and Rp 1,811,278.8per effectiveness. To conclude, amlodipine-candesartan is more cost-effective than amlodipine-ramipril.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T55093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library