Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Apriliyanto
Abstrak :
Keberhasilan Garuda melewati proses turn around bernilai strategis karena menjadi indikasi membaiknya kondisi perusahaan dari kebangkrutan. Selama 1992 sampai 1995 passanger load factors dan pendapatan perusahaan tetap rendah akibat krisis Perang Teluk pada 1991. Garuda tidak banyak melakukan usaha mengurangi dampak keuangan yang muncul. Metode penelitian skenario dapat digunakan untuk menyusun kebijakan jangka panjang termasuk penyusunan upaya untuk mengetahui kemungkinan perkembangan perusahaan PT Garuda Indonesia di masa mendatang khususnya berbasis pelayanan penerbangan berjadwal internasional. Metode pembuatan skenario penelitian ini bersifat kualitatif berupa metoda pendekatan intuitif logik Wilson (1998: 81 - 108), yaitu menentukan fokus keputusan, mengidentifikasi faktor keputusan kunci, mengidentifikasi dan mengkaji faktor kunci eksternal, membangun logika skenario, menseleksi dan mengelaborasi skenario serta mengintepretasikan skenario. Penelitian menyimpulkan ada empat kemungkinan skenario pengembangan perusahaan PT Garuda yang paling masuk akal di masa mendatang. Skenario A `Garuda Berjaya' terjadi jika iklim bisnis airline di kawasan Aspak semakin terbuka dan kondisi Indonesia makin stabil. Proses restrukturisasi organisasi berjalan dengan baik dan peluang proses privatisasi Garuda paling mungkin terjadi. Skenario B `Garuda Tumbuh Biasa' terjadi jika iklim bisnis airline di kawasan Aspak tetap diregulasi dan kondisi Indonesia stabil. Proses restrukturisasi perusahaan berjalan baik dan privatisasi kemungkinan besar bisa lakukan. Skenario C `Garuda Stagnan' terjadi jika iklim bisnis airline di kawasan Aspak semakin terbuka tetapi kondisi Indonesia tetap bergejolak. Proses . restrukturisasi perusahaan tidak berjalan baik dan pemerintah masih sepenuhnya memiliki saham Garuda. Terakhir, skenario D `Garuda Terkubur' terjadi jika iklim bisnis industri airline di kawasan Aspak tetap diregulasi dengan kondisi Indonesia tidak stabil. Proses restrukturisasi perusahaan tidak berjalan baik dan pemerintah tetap menguasai saham Garuda. Dari keempat skenario maka skenario A `Garuda Berjaya' adalah skenario yang paling mungkin terjadi pada Garuda di masa mendatang.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bahrawi
Abstrak :
Perkembangan perusahaan-perusahaan penerbangan (airline) dengan konsep biaya murah (low cost airlines) sejak pertengahan tahun 2000 berdampak pada terjadinya kompetisi antar airline. Persaingan antar perusahaan penerbangan dalam rangka mendapatkan pasar dapat kita lihat dari terjadinya 'perang tarif' antar perusahaan. Perang tarif antar airline perlu dikaji dan dicermati, sehingga tidak merugikan baik konsumen selaku pengguna jasa maupun perusahaan penyedia jasa itu sendiri. Untuk itu perlu diadakan suatu kajian mengenai kompetisi yang terjadi antar perusahaan penerbangan. Sumatera Utara dengan bandaranya Polonia merupakan salah satu daerah yang juga dilayani oleh perusahaan penerbangan berbiaya mewah. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan dokumentasi dan mengkaji kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan low cost carriers, mengetahui tingkat elastisitas pengguna jasa penerbangan (jumlah penumpang) dengan tingkatan tarif untuk masing-masing maskapai penerbangan. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah masih cenderung reaktif atas perkembangan yang terjadi di lapangan. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan adalah setelah terjadinya suatu peristiwa atau kejadian di lapangan. Dari hasil model utilitas yang dibangun, dimana variabel-variabel yang digunakan adalah variabel kenaikan harga, keterlambatan yang dialami selama penerbangan dan sumber dana yang ada didapatkan bahwa ketiga variabel tersebut sangat mempengaruhi probabilitas pemilihan suatu airline. Model utilitas dibangun dengan menggunakan data yang didapatkan dari quisioner dengan menggunakan metode stated preference.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ulya
Abstrak :
Sebuah perusahaan harus mampu menyikapi berbagai perubahan lingkungan industri yang dapat mempengaruhi bisnisnya baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk dalam industri penerbangan rute pengumpan dan perintis dimana industri penerbangan sarat dengan modal dan sifat produk yang mudah hangus. Strategi bersaing yang termanifestasi dalam bentuk model bisnis penting untuk dilakukan analisis guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Studi Karya Akhir ini berangkat dari fenomena unik industri penerbangan rute pengumpan dan perintis dengan adanya outsourcing yang dilakukan maskapai penerbangan untuk proses pemasaran dan penjualan. Bentuk ini dikenal dengan model bisnis bulk yang memberikan hak eksklusif penjualan seluruh kapasitas pesawat. Pokok mendasar penyebab urgensitas LYA Airlines harus meninjau model bisnisnya datang dari kebijakan pemerintah yang merangsang perkembangan usaha dimana memberikan kesempatan LYA Airlines untuk berkembang sekaligus membuka peluang peningkatan persaingan yang muncul dari maskapai lama ataupun pemain Baru. Tantangan tersebut aka' berwujud serangan alas kekuatan ikatan dua entitas yang bekerjasama antara LYA Airlines dengan mitra general sales agent (GSA). GSA dapat melepaskan diri dan beralih kepada maskapai penerbangan lain yang menawarkan keuntungan lebih besar terutama dari national network carrier melalui jaringan rote yang besar. Kemungkinan lain adalah lepasnya GSA untuk mendirikan maskapai penerbangan sendiri. Indikasi kemungkinan pemutusan hubungan kerjasama tampak dari perilaku GSA yang berusaha melobi pemerintah dimana saat ini telah membuka kembali keran perijinan pendirian maskapai penerbangan khusus untuk rule pengumpan dan perintis. Panting bagi LYA Airlines untuk mengamankan bisnis Non Papua mengingat wilayah ini menjadi sandaran pertumbuhan usaha dengan prospek masa depan yang menjanjikan, selain itu wilayah Papua mulai menampakkan kejenuhan dengan indikasi tidak terserapnya kapasitas angkutan kargo yang ditawarkan. Lepasnya GSA akan menyebabkan putusnya mata rantai penciptaan nilai pada proses hilir sehingga bisnis Non Papua tidak berjalan. Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa seluruh rangkaian proses penciptaan nilai tersedia. LYA Airlines memiliki asset speccity berupa armada pesawat dimana hal tersebut menjadi exit barrier yang besar sehingga akan sangat merugikan jika keluardari bisnis Non Papua karena harus menangguk beban biaya tetap yang timbul sementara pendapatan tidak dapat diperoleh dengan kekosongan operasi. Dengan demikian, ketergantungan LYA Airlines atas bisnis Non Papua bukan saja datang dari prospek yang menjanjikan namun jugs efek kerugian yang ditimbulkan jika keluar dari bisnis ini. Meskipun demikian, upaya pengamanan proses hilir tidak serta merta dapat dilakukan dengan mengambil alih peranan GSA untuk dikerjakan secara internal perusahaan. Kendala yang mencuat adalah karakteristik industri penerbangan rate pengumpan dan perintis dimana terdapat afilasi biro perjalanan yang dapat bereaksi negatif dengan melakukan blockaded entry. Kendala lain adalah waktu yang dibutuhkan untuk membangun kesiapan internal. Semakin lama proses maka akan semakin besar biaya yang ditanggung. Langkah preventif untuk pengamanan bisnis Non Papua dapat dilakukan dengan joint venture dengan mitra GSA terkuat yaitu LST Travel. Secara jangka pendek solusi joint venture akan menghindarkan dari resiko kehilangan bisnis dan investasi yang besar untuk pembentukan kapabilitas internal. Solusi ini secara strategic juga menguntungkan dalam jangka panjang dengan kesempatan pembelajaran proses hilir berupa marketing dan penjualan, khususnya dalam jaringan distribusi sekaligus penetrasi kepada afiliasi biro perjalanan. Faktor kunci keberhasilan terbentuknya joint venture terletak pada daya tawar dimana LYA Airlines dapat menawarkan pertambahan keuntungan dari kondisi kerjasama model bisnis bulk yang berasal dari pemberian hak penjualan seluruh teritori ditambah jalinan kerjasama dengan maskapai lain dalam bentuk interline. Ancaman LST Travel akan dinetralisir melakui joint venture agar berubah menjadi mitra yang bersahabat. Pada akhirnya independensi sebagai sasaran jangka panjang harus tetap diupayakan melalui peningkatan kapabilitas internal. Hal ini dapat dimulai dengan melakukan penyesuaian organisasi yang difasilitasi oleh joint venture.
Commuter airlines facing a fast changing business environments that can lead to company sustainability. Carriers are driven to conduct an appropriate strategy to obtain such a competitive advantage in order to adept with competition forces. The airlines industry basically is very capital-intensive business whilst produce perishable product. The increased competition thus associated with new regulation emphasizes the need to reconsider the business model. Previous studies on outsourcing stated that the company should keep the core process inside, In contrast, this research would explore the unique phenomenon in Indonesia's commuter airlines industry that outsources marketing and sales function. - Marketing and sales are the airlines core process value chain. The outsourcer is general sales agent (GSA) who will conduct those activities as if airlines branch offices. This model also known as bulk business model. The main challenge is how LYA Airlines, as one of the commuter player in Indonesia, must respond to government policies. Almost from the inception of commercial aviation industry, the governments regulate airlines. In recent year, substantial government policy was made to stimulate the business growth as well as to raise the competition. Problem associate with the environment changes due to government policy will threatening the Non Papua Business in the form of breaking forces to the business contract between LYA Airlines and GSA. GSA could easily terminate the contract and shift to other airlines especially national network carrier who offers more benefit with their wider route network. Another possibility is GSA backward integration facilitated by new government policy. The government had already opened the airlines license for those who will operate in the commuter services. LYA Airlines should reassure the continuity of their Non Papua business which is well promising for future growth. Another reason is the Papua business could not absorb any incremental freighter capacity supplied that indicate as market saturation. If the contract termination from GSA occurs, core process value chain would not complete and LYA Airlines would loose the market to generate revenue. Therefore, LYA Airlines must ensure the whole value chains are functioning. The present of asset specificity in the form of aircraft would impede LYA Airlines to exit from the business as well as to stay-in without operation. Aircraft would make a big exit barrier which is burdened LYA Airlines with fixed cost. Thus LYA Airlines need Non Papua business not only for future prospect but also the losses if quit from the business. Lack of resources and commuter airlines industry characteristic turn out to be limitation of the action required to secure the value chain. LYA Airlines could not take over the downstream process while spokes city intermediary could react negatively by doing blockaded entry. In the mean while LYA Airlines internal resources has not ready yet and time for developing skill and knowledge emerge as an issue. Longer time needed would increase the cost required. LYA Airlines should constitute joint venture with the current biggest GSA partner, LST Travel, as prevention action. In the short term, loosing the Non Papua business and additional investment to secure the business could be avoided. In the long term, joint venture also gives benefit as an opportunity to acquire the downstream process skill and knowledge. While continuing to acquire internal capability for future independency, LYA Airlines working to resolve issues with forming joint venture, so additional cost could be avoided. Key success factor in forming joint venture is bargaining power between parties. LYA Airlines could offer more benefit by giving LST Travel selling right for the whole territory. In addition, more benefit could come from interline agreement with another carrier especially national network carrier. Hereby, treat from LST Travel could be neutralized.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Ismachria
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji faktor yang menyebabkan delay di sisi udara (Airfield delay) pada Bandara Ngurah Rai. Observasi dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor penyebab airfield delay yang mengakibatkan gangguan operasional penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Metode yang dilakukan adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap variable push back time, taxing time dan waiting time dengan cara menghitung waktu pergerakan pesawat di setiap variable. Pengolahan data dilakukan dengan cara uji korelasi dan regresi, kemudian hasilnya nilai koefisien determinasi (r2) adalah 0.650, sehingga dapat dikatakan bahwa Push Back, Taxiway dan Waiting Time berkontribusi 65% terhadap Delay Airfield, sisanya karena faktor-faktor lain. Selain itu dilakukan uji Chi-Square untuk membandingkan waktu hasil observasi dengan waktu yang dipersyaratkan oleh pihak bandara. Berdasarkan hasil uji Chisquare menyebutkan bahwa waktu hasil observasi untuk ketiga variabel lebih besar dari waktu yang di persyaratkan. Waktu rata-rata hasil observasi push back time 296,46 detik, taxing time 443,60 detik dan waiting time 243,14 detik sedangkan waktu rata-rata yang dipersyaratkan oleh pihak bandara push back time 180 detik, taxing time 360 detik dan waiting time 120 detik. ......This study aimed to examine the factors that cause delay in the air (Airfield delay) at the Ngurah Rai Airport. Observations carried out to see the influence of underlying factors that lead to disruption delay Airfield flight operations at Ngurah Rai Airport. Method that does is make direct observations of the variable push-back time, taxing time and waiting time by calculating the movement of aircraft in each variable. Data processing is done by means of correlation and regression testing, then the result value of the coefficient of determination (r2) is 0,650, so it can be said that the Push Back, Taxiway and Waiting Time Delay contribute 65% of the Airfield, the remainder due to other factors. Besides Chi-Square test performed to compare the observations with the time required by the airport. Based on the results of Chi-square test states that the observations for the third variable is greater than the time requisite. The average time of observation push back time 296.46 seconds, 443.60 seconds taxing time and waiting time 243.14 seconds while the average time required by the airport push back time of 180 seconds, 360 seconds taxing time and waiting time 120 seconds.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31774
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Wijaya
Abstrak :
Skripsi ini mengajukan pendekatan matematis dalam optimasi kegiatan distribusi inflight service material. Kegiatan distribusi logistic adalah salah satu aktivitas operasional utama dalam bisnis inflight service. Salah satu tantangan dalam proses ini adalah kerumitan dalam melakukan kegiatan distribusi untuk memenuhi kebutuhan pada station-station. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi kebutuhan pada station tertentu, dan pada waktu tertentu. Faktor tersebut antara lain demand/supply, lead time pengolahan barang, dan lead time pengiriman. Dalam menangani kasus ini digunakan metode rolling horizon dengan rentang tiga jam tiap periode dan satu bulan sebagai planning horizon. Optimasi dilakukan pada barang multi-use. Hasil penelitian menunjukkan kecocokan metode ini sebagai tools dalam pembuatan keputusan pengiriman maupun distribusi.
This Literature proposes a mathematical programming approach in inflight service material distribution. Logistic is core activity in inflight service process. One main challenge is the complexities undergo the distribution activity to fulfill the demand in certain station and certain time. This is due to several factors in concern in distribution decision making, such as demand/supply, material treatment lead time, and delivery lead time. Rolling horizon procedure is adapted with periods of three hours and one month as planning horizon. Optimization objects are multi-use wares. The research resulting the methods effectively appropriate in dealing with the problem, as tools in supporting delivery and purchasing decision making.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Putri Utami
Abstrak :
Pada saat perusahaan menghadapi dengan sebuah krisis, yang terbaik dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan manajemen krisis agar krisis dapat tertangani dengan baik, cepat dan tepat. Pelaksanaan manajemen krisis ini dilakukan agar situasi krisis tidak mengarah kepada situasi yang memburuk dan berakibat fatal pada citra perusahaan di masyarakat. Untuk mengetahui apakah perusahaan telah melakukan manajemen krisis dengan baik dan efektif, salah satunya dapat dilihat dari persepsi khalayak terhadap perusahaan pasca penanganan krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis berita-berita pembentuk opini khalayak yang berhubungan dengan krisis tersebut dan dimuat dalam media cetak surat kabar apakah sudah sesuai dengan pedoman penanganan krisis manajemen. Sehingga rumusan permasalahan yang ada menjadi, isu-isu apa saja yang ada di surat kabar sehubungan dengan kecelakaan pesawat komersial Lion Air? Dan bagaimana persepsi khalayak terhadap isu-isu yang tampil di media dan dampaknya pada citra? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan isu-isu yang ada di surat kabar sehubungan dengan kecelakaan pesawat komersial Lion Air. Mengetahui dan menganalisis persepsi khalayak terhadap isu-isu yang tampil di media serta dampaknya pada citra perusahaan. Konsep kerangka pemikiran di sini berpusat pada public relations dan crisis management beserta turunannya, selain itu terdapat pula teori komunikasi beserta prilaku konsumen. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis pemberitaan surat kabar serta melakukan diskusi kelompok terarah dengan pemilihan peserta berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Temuan yang menarik dari penelitian ini adalah isu manajemen yang menjadi perhatian besar peserta diskusi selain daripada isu alam dan isu teknis. Isu manajemen ini pada dasamya dapat di hindari, yaitu dengan melakukan beberapa langkah pada manajemen isu yang merupakan bagian dari manajemen krisis. Rekomendasi praktis dari penelitian ini adalah perusahaan sebaiknya mempersiapkan sebuah manual untuk menangani krisis jauh had sebelumnya. Agar pada saat krisis terjadi, perusahaan lebih terkoordinasi dan sistematis dalam mengatasinya, sehingga krisis tidak berkelanjutan dan teratasi dalam waktu singkat. Pada saat krisis terjadi, perusahaan lebih terkoordinasi dan sistematis dalam mengatasinya, sehingga krisis tidak berkelanjutan dan teratasi dalam waktu singkat. Sedangkan rekomendasi akademis untuk penelitian selanjutnya agar melakukan pendekatan kepada perusahaan sehingga dapat mengetahui dengan pasti strategi apa saja yang dilakukan perusahaan Lion Air pada saat penanganan krisis. Sehingga dapat dilakukan referensi silang untuk mengetahui apakah seluruh strategi yang telah dilakukan perusahaan berhasil atau tidak. Rekomendasi akademis lainnya adalah dengan menggunakan metode yang berbeda dengan metode diskusi kelompok terarah. Metode yang dapat digunakan adalah dengan melalui metode survey lewat pendekatan kuantitatif atau dengan menggunakan kombinasi metode lainnya. Sehingga hasil yang telah dicapai dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi Iebih sempurna.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggriyanto Yona Saputra
Abstrak :

Tujuan - Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan insight dan rekomendasi yang relevan dan dapat ditindaklanjuti dari berbagai sumber data maskapai penerbangan yang terkait dengan produk, pelanggan, kanal penjualan, dan transaksi. Insight ini dapat bermanfaat untuk mendukung kegiatan penjualan dan pemasaran.

Desain / metodologi / pendekatan - Penelitian ini melakukan proses analisis big data. Pertama, sumber data yang terkait dengan aktivitas pelanggan dan produk Garuda Indonesia perlu dikumpulkan, disiapkan, dan diintegrasikan ke dalam satu platform big data. Kemudian, data terintegrasi dianalisis dan diproses melalui pendekatan analisis big data. Metode data aggregation, analisis cluster, dan analisis pareto digunakan untuk menganalisis insight. Model analisis RFM digunakan untuk menghitung customer value. Untuk segmentasi pelanggan, metode clustering digunakan. Kemudian, analisis campaign media dan konten digunakan untuk mengukur efektivitas proses campaign.

Hasil - Penelitian ini menghasilkan kerangka analisis bauran pemasaran untuk maskapai penerbangan menggunakan pendekatan analisis big data yang mencakup elemen 5P (Product, Pricing, Place, Promotion, and People).


Purpose – The purpose of this research is to generate relevant, actionable insight and recommendation from various airlines’ data sources related to Airlines’ products, customers, channels, and transactions. This insight can be beneficial to support sales and marketing campaign activity.

Design/methodology/approach – This research conducts big data analytics process and experimental analysis. First, data sources related to customer’s activities and Garuda Indonesia’s products need to be collected, prepared, and integrated into a single big data platform. Then, the integrated data is analyzed and processed through big data analytics approach. Data aggregation technique, cluster analysis, and pareto analysis are used for analyzing the insight. RFM model and analysis is used to calculate customer value. For segmenting customer, the clustering method is used. Therefore, analysis of campaign medium and content is used to measure the effectiveness of the campaign process.

Result – This research finds that a marketing mix framework analysis for airlines using big data analytics approach covering 5P element (Product, Pricing, Place, Promotion, and People).

2019
T53885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Syahrul
Abstrak :
Salah satu produk utama yang dihasilkan suatu oleh perusahaan penerbangan adalah pesawat terbang dengan kondisi laik terbang, bersih, nyaman, dan tepat waktu. Pada Garuda Indonesia produk utama tersebut dihasilkan oleh GMF (Garuda Maintenance Facility) dengan dibantu divisi lainnya yang ada didalam jajaran Garuda Indonesia. Era perekonomian dunia yang semakin global dan kompleks telah menciptakan lingkungan bisnis penerbangan menjadi semakin turbulens. Untuk mengadaptasi dan mengantisipasi lingkungan bisnis tersebut, beberapa perusahaan penerbangan internasional menerapkan strategi-strategi yang dianggap sesuai, baik dengan melakukan aliansi maupun penggabungan usaha antar sesama perusahaan penerbangan. Lingkungan bisnis penerbangan internasional yang semakin turbulens menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan penerbangan semakin tajam. Sehingga salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan perusahaan penerbangan dalam persaingan tersebut adalah mutu produk yang dihasilkan. Mutu produk yang dapat bersaing harus direncanakan dan dikendalikan sejak awal proses produksi hingga proses pemanfaatan produk, yaitu dimulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengendalian produksi serta tahap kegiatan pemanfaatan produk. Dengan demikian dalam era globalisasi ini, kegiatan pengendalian mutu semakin berperan dalam menghadapi persaingan antar perusahaan. Untuk mendukung perusahaan dalam menghadapi persaingan tersebut maka perlu diterapkan sistim manajemen pengendalian mutu terpadu. Dimana sistim manajemen tersebut mengikutsertakan seluruh karyawan di perusahaan untuk mencapai kepuasan pelanggan melalui pemutaran sikius Plan-Do-Check-Action serta penerapan metoda statistik dalam kegiatan pengendalian mutu produk yang dihasilkan. Penerapan sistim manajemen tersebut dimulai dari kegiatan pengelolaan kebijakan jangka panjang dan jangka pendek perusahaan (policy management) pada tingkat manajerial puncak, dan kegiatan pengelolaan rencana-rencana kegiatan jangka panjang dan jangka pendek (activity management) pada tingkat manajerial menengah, serta kegiatan pengelolaan gugus kendali mutu (quality control circle) pada tingkat manajerial lini. Untuk rnenerapkan sistim manajemen PMT tersebut di GMF dengan baik maka penulis mengusulkan untuk menggunakan hasil perancangan sistim tersebut berupa: kerangka sistim pengendalian manajemen, diagram aliran kertas kerja, sistim pelaporan bertingkat, dan kertas-kertas kerja serta struktur organisasi PMT yang sesuai dengan budaya kerja Garuda Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Budiharto
Abstrak :
This study was aimed to identifying product attribute and calculate valence from customer sentiment based on identified products attribute in the Garuda Indonesia Mobile App. The approach used in this study illustrated the use of text mining methods to get insights from review data, which was valuable to generate recommendations for mobile application development. The attribute identified by collaborating the key user interview, literature review and text mining analysis. Later, the identified attribute will be used in lexicon-based sentiment analysis using polarity term combined with negator and amplifier. The polarity term then mapped into identified application attributes using dependency parsing combined with lemmatization, pos tagging, and tokenization. We applied the proposed method on customer reviews of Garuda Indonesia Mobile App scraped from Google Play Store and Apple App Store. The result showed that the valence of sentiment from customer reviews have a positive relationship with star rating and negative relationship with the number of reviews. This study also indicated several application attributes considered relevant by users and their valence.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut produk dan menghitung valensi dari sentimen pelanggan berdasarkan atribut produk yang diidentifikasi di Garuda Indonesia Mobile App. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan penggunaan metode penambangan teks untuk mendapatkan wawasan dari data ulasan, yang sangat berharga untuk menghasilkan rekomendasi guna pengembangan aplikasi seluler. Atribut diidentifikasi dengan mengkolaborasikan wawancara pengguna inti, tinjauan literatur dan analisis penambangan teks. Nantinya, atribut yang teridentifikasi akan digunakan dalam analisis sentimen berbasis leksikon yang dikombinasikan dengan negator dan penguat. Sentimen kemudian dipetakan ke dalam atribut aplikasi yang teridentifikasi menggunakan dependensi parsing dikombinasikan dengan lemmatization, POS tagging, dan tokenization. Kami menerapkan metode ini pada ulasan pelanggan tentang Aplikasi Seluler Garuda Indonesia yang diambil dari Google Play Store dan Apple App Store. Hasil penelitian menunjukkan bahwa valensi sentimen dari ulasan pelanggan berhubungan positif dengan peringkat bintang dan hubungan negatif dengan jumlah ulasan. Studi ini juga menunjukkan beberapa atribut aplikasi yang dianggap relevan oleh pengguna serta valensinya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54651
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>