Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rhahadian Bima Saputra
Abstrak :
ABSTRAK
Industri penerbangan sipil di Indonesia telah dinominasikan oleh beberapa lembaga survei sebagai industri dengan tingkat keselamatan terendah di dunia. Banyaknya kecelakaan penerbangan sipil di Indonesia disebabkan oleh sistem manajemen keselamatan yang buruk. Menurut Maintenance Error Decision Aid (MEDA), saat ini, 80% kecelakaan penerbangan disebabkan oleh kesalahan manusia (pilot, pengontrol lalu lintas udara, mekanik, dll). Hasil ini berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun awal industri penerbangan yang 80% kecelakaan disebabkan oleh kegagalan mesin. Oleh karena itu, kita harus menemukan metode yang paling tepat untuk menganalisis kecelakaan penerbangan untuk mencegah terulangnya hal itu. Penerbangan sipil berjadwal di Indonesia hampir mewakili semua penerbangan sipil karena masih belum umumnya industri general aviation di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan model analisis dan investigasi kecelakaan yang dimodifikasi berdasarkan swiss cheese model untuk mengidentifikasi faktor manusia dan organisasi yang terkait dalam kecelakaan penerbangan sipil berjadwal. Model ini akan terdiri dari kategori dan subkategori yang dikembangkan oleh model sebab-akibat yang dikombinasikan dengan hukum dan peraturan yang berlaku serta praktik sistem manajemen keselamatan di industri penerbangan sipil berjadwal di Indonesia. Model yang diusulkan diharapkan dapat menganalisis kecelakaan penerbangan sipil terjadwal dengan lebih baik dan jelas serta membantu manajemen untuk mengambil tindakan keselamatan yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kecelakaan.
ABSTRACT
Civil aviation industry in Indonesia has been nominated by some survey institutes to be the lowest in safety rating in the world. This is caused by poor safety management system which lead to many civil aviation accidents in Indonesia. According to Maintenance Error Decision Aid (MEDA), nowadays, 80% of aviation accident are due to human error (pilots, air traffic controllers, mechanics, etc). This result differ compared to the early years of the aviation industry which is 80% of accident are caused by machine failure. Therefore, we have to find the most appropriate method to analyze an aviation accident in order to prevent its reccurence. In Indonesia, scheduled civil aviation almost represent all civil aviation in the country. Therefore, This research proposed a modified accident analysis and investigation model based on swiss cheese model to identify the human and organizational factors involved in scheduled civil aviation accidents. The model will be consist of categories and subcategories which is developed by classic ancient causation models combined with the laws and regulation in Indonesia and a safety management system practices in the scheduled civil aviation industry. The proposed model is expected to be able to analyze scheduled civil aviation accident better and clearer and help the management to take a safety action needed to prevent the recurence of accidents.
2019
T54249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hendro Hartanto
Abstrak :
Runway incursion adalah kejadian apapun di landasan pacu yang melibatkan keberadaan yang tidak semestinya oleh pesawat udara, kendaraan, objek, ataupun orang yang dapat mengakibatkan ancaman terjadinya tabrakan atau mengurangi jarak untuk lepas landas atau bermaksud lepas landas dan mendarat atau bermaksud untuk mendarat. Runway incursion dapat terjadi seiring dengan peningkatan frekuensi penerbangan di tiap-tiap bandar udara dan dapat berakibat kecelakaan serius. Kondisi aktual menunjukan kejadian runway incursion di Indonesia dapat dikatakan jarang sekali terlaporkan sehingga database keselamatan di landasan pacu di Indonesia sangat sedikit. Berdasarkan penelitian mengindikasikan lokasi-lokasi bandar udara di Indonesia yang sering terjadi kejadian runway incursion berdasarkan persepsi pilot, khususnya bagi bandar udara dengan kelengkapan landasan pacu sebagai faktor kontribusi utama runway incursion. ...... Runway incursion is any occurrence in a runway involving by incorrect presence of aircraft, vehicle, object, or person which may lead to the threat of a collision or reduce the distance to take off or intends to take-off and landing or intending to land. Runway incursion may occur with increasing frequency of flights at each airport, and can be serious accident. Runway incursion in Indonesian airports are often unreported resulting in unreliable runway safety database. This study indicates airports with high frequency of runway incursion based on pilots perceptions, in particular at airport with runway safety compliance at the primary contributing factor.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alaitanisa Nabila
Abstrak :
Dalam praktiknya, industri penerbangan memiliki sistem yang kompleks dengan tingkat risiko yang tinggi, dimana sistem operasional yang tidak aman dapat menimbulkan dampak yang merugikan. Maka dari itu, aspek keselamatan merupakan aspek yang diutamakan dalam industri penerbangan. Walaupun penerbangan sudah dianggap moda transportasi yang paling aman, masih terdapat ruang untuk mempertahankan dan juga meningkatkan performa keselamatan. Sejumlah penelitian menunjukkan pentingnya pengukuran iklim keselamatan dan kaitanya dengan performa keselamatan di perusahaan. Maka dari itu, pengukuran Iklim leselamatan pada perusahaan yang baru saja menyediakan pelayanan penerbangan komersil berjadwal. Hasil menunjukkan bahwa perusahaan penerbangan komersil yang diteliti memiliki iklim keselamatan yang optimal, walaupun masih terdapat ruang untuk perbaikan pada dimensi yang terkait dengan equipment & maintenance dan safety rule & procedure. ......The safety aspect is a priority in Aviation Industry due to its nature, which involves a complex system with a high level of risk, where unsafe operational systems can lead to detrimental impacts. The aviation industry has taken significant steps to improve its overall safety systems, resulting in travel by air is now considered to be the safest mode of transport. Nevertheless, the continuous effort to uphold and enhance safety remains crucial, and there are still areas where safety enhancements can be implemented. Several studies show the importance of measuring the safety climate and its relation to safety performance especially in High Risk Industries (HRO) such as Aviation. Therefore, measuring safety climate is crucial to be conducted for an airline that has just begun providing scheduled commercial aviation services, PT XYZ. The results show that the airline being studied has an optimal safety climate, although there is still room for improvement in the dimensions related to Equipment & Maintenance and Safety Rules & Procedures.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto
Abstrak :
PT. Deraya Air merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi udara, dimana dalam setiap proses produksi mempunyai risiko kecelakaan kerja cukup tinggi. Pekerjaan di Hangar/shelter ini digunakan untuk melakukan perawatan pesawat dengan skala tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan peruntukannya, tidak terlepas dari kondisi keadaan tersebut diatas. Persepsi karyawan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu terus di budayakan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan peralatan. Untuk mengetahui gambaran persepsi karyawan terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang bekerja di hangar/shelter PT. Deraya Air Jakarta, maka dilaksanakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif, yang dibatasi pada pekerja yang bekerja di hangar/shelter PT. Deraya Air Jakarta Tahun 2012 dengan jumlah sampel adalah seluruh populasi yang ada sebanyak 58 orang. Variabel K3 yang akan diteliti antara lain : Kebijakan K3, Program Pengendalian Bahaya, Pelatihan K3 dan Alat Pelindung Diri (APD). Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan persepsi sebagian besar karyawan PT. Deraya Air yang bekerja dihanggar terhadap penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan menggunakan 4 variabel adalah baik (74,1%). Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pihak manajemen PT. Deraya Air Jakarta untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi dan sosialisasi serta pelatihan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan kualitas yang baik dan meningkatkan kinerja menuju level dengan standarisasi ISO 9001:2008 maupun OHSAS 18001:2007. ......PT. Deraya Air is a company engaged in the field of air transport, which in every production process has a high risk of accidents. Work at Hangar / shelter is used for the maintenance of aircraft with a certain scale in accordance with the established rules of allocation, not the circumstances regardless of the conditions above. Employee perceptions about the Occupational Safety and Health needs to continue in safety culture to deal with the advent of technology and equipment. To find a picture of employee perceptions of the implementation of Occupational Health and Safety working in the hangar / shelter PT. Deraya Air Jakarta, then conducted a descriptive quantitative research, which is limited to workers employed in the hangar / shelter PT. Deraya Air Jakarta in 2012 with a sample of the entire population there are as many as 58 people. Occupational Health and Safety variables that will be examined include: Policy of Occupational Safety and Health, Hazard Control Program, Occupational Safety and Health Training and Personal Protective Equipment (PPE). The survey results revealed that overall perception of most employees of PT Deraya Air at hangar working towards the implementation of Health and Safety at Work by using the 4 variables was good (74.1%). From the results of this study suggested to the management of PT. Deraya Air Jakarta to improve the implementation of monitoring, evaluation and dissemination and training on Occupational Health and Safety . Provision of Personal Protective Equipment (PPE) with good quality and enhance the performance to the level of the standards ISO 9001:2008 and OHSAS 18001:2007.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaddy Supriyadi
Jakarta: Telaga Ilmu , 2012
363.124 YAD k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zarra Aziza
Abstrak :
Campur tangan negara dalam penyelenggaraan keselamatan penerbangan sipil dimaktubkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Negara mempunyai kewajiban untuk menyediakan pelayanan kesehatan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar NRI, termasuk kesehatan penerbangan. Sebelum terbang, sebagaimana telah diatur dalam Civil Aviation Safety Regulations (CASR) 121.535 (a) dan (b) dan CASR 135.537, pilot in command, co-pilot, awak kabin, dan flight engineer wajib untuk dilakukan pengecekan kesehatannya sebelum terbang. Hal ini disebut dengan pre-flight medical check. Namun, kejadian berupa penerbangan yang terganggu akibat kesehatan pilot yang kurang baik kerap kali terjadi. Penulis melakukan penelitian untuk menganalisis penerapan kewajiban tersebut di bandar udara terbesar di Indonesia, Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode penelitian yuridis-normatif, dengan hasil bahwa penerapan Civil Aviation Safety Regulations (CASR) mengenai kewajiban pre-flight medical check pada operator penerbangan sipil di Bandara Soekarno Hatta sudah dijalankan pada sebagian maskapai, walaupun tidak semua maskapai mempunyai fasilitas kesehatan sendiri berupa unit kesehatan penerbangan. Terdapat beberapa peraturan yang menyebabkan kurang jelasnya pembebanan tanggung jawab atas kewajiban tersebut. Tidak ada pula peraturan yang mengatur mengenai sanksi terhadap operator penerbangan yang tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan ini. Maskapai-maskapai yang masih lalai dalam mematuhi peraturan pre-flight medical check harus segera melaksanakannya. Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia harus membuat aturan yang lebih jelas mengenai pre-flight medical check serta pengadaan fasilitas kesehatan penerbangan, sehingga tidak menimbulkan ambiguitas mengenai pihak mana yang harus hadir dalam penyediaan upaya pelayanan kesehatan tersebut. ......Indonesia State intervention in the enforcement of civil aviation safety is stipulated in various laws and regulations. The state has an obligation to provide health services as mandated by the Constitution, including aviation health. Before flying, as stipulated in Civil Aviation Safety Regulations (CASR) 121.535 (a) and (b) and CASR 135.537, pilots in command, co-pilots, cabin crew and flight engineers are required to have their health checked before flying. This is called “pre-flight medical check”. However, incidents in the form of disrupted flights due to poor pilot health often occur. The author conducted research to analyze the implementation of these obligations at the largest airport in Indonesia, Soekarno-Hatta International Airport. The research method used in conducting this research is the juridical-normative research method, with the result that the implementation of the Civil Aviation Safety Regulations (CASR) regarding the obligation of pre-flight medical check on civil aviation operators at Soekarno Hatta Airport has been carried out on some airlines, although not all airlines have their own health facilities in the form of an aviation health unit. There are several regulations that cause the imposition of responsibility for these obligations is unclear. There are also no regulations governing sanctions against airline operators who do not implement these provisions. Airlines that are still negligent in complying with the pre-flight medical check regulations must immediately carry it out. The Ministry of Transportation and The Ministry of Health Republic of Indonesia must make clearer rules regarding pre-flight medical checks and the procurement of aviation health facilities, so as not to cause ambiguity about which parties should be present in providing these health service efforts.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McFarland, Ross A.
New York: McGraw-Hill, 1953
711.78 MCF h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dio Fadiilah
Abstrak :
ABSTRAK
Dunia industri penerbangan adalah industri yang banyak akan peraturan yang mengatur operasional industri tersebut. Regulasi mengenai perawatan dan operasional perlu diperhatikan setiap maskapai penerbangan untuk dapat beroperasional dengan baik dan sejalan dengan perarturan penerbangan yang berlaku. Penelitian-penelitian mengenai aircraft routing telah berkembang dengan berbagai pendekatan masing-masing untuk mengatasi permasalah aircraft routing yang dihadapi oleh setiap maskapai penerbangan. Setiap maskapai penerbangan harus menangani aircraft routing yang mengharuskan setiap pesawat dapat beroperasional untuk melayani semua rute yang dimiliki oleh maskapai penerbangan dengan turut juga memperhatikan aspek perawatan masing-masing pesawat. Kapasitas stasiun perawatan perlu dipertimbangkan untuk menjamin sebuah rangkaian penerbangan dapat mengakomodir kebutuhan akan perawatan pesawat terbang di akhir hari operasional setiap harinya. Selain itu disisi lain diperlukan adanya pertimbangan pada batasan operasional awak pesawat yang tentunya memiliki batasan-batasan waktu kerja sebagai awak pesawat. Untuk membangun perencanaan rute penerbangan yang dilayani masing-masing pesawat perlu dioptimalkan untuk meminimalisir missalignment dari perencanaan perawatan pesawat udara. Optimasi ini bernama AMRP (aircraft maintenance routing problem) yang mendefinisikan setiap rangkaian rute penerbangan yang ditugaskan pada pesawat udara untuk menjalankan operasional hariannya. Dengan adanya pertimbangan kapasitas stasiun dan batasan operasional awak pesawat maka dapat membuat pemilihan rangkaian rute yang lebih baik dan mengakomodasi batasan-batasan operasional awak pesawat. Validasi yang dilakukan untuk model adalah dengan memakai kasus operasional pesawat terbang pada sebuah maskapai dipakai. Hasil yang didapat dari pengembangan model didapatkan bahwa pertimbangan kapasitas pesawat dan kemampuan setiap bandara yang disinggahi oleh pesawat terbang perlu menjadi sebuah tambahan fungsi kendala optimasi untuk menjamin pemilihan rangkaian rute penerbangan yang sesuai dengan regulasi dan kemampuan stasiun penerbangan yang dilayani maskapai penerbangan serta batasan waktu kerja awak pesawat tidak terlewati
ABSTRACT
The world of the aviation industry is an industry that has many regulations governing the operation of the industry. Regulations regarding maintenance and operations need to be considered for every airline to operate properly and in line with applicable flight regulations. Research on aircraft routing has developed with various approaches to address aircraft routing problems faced by every airline. Every airline must handle aircraft routing, which requires each aircraft to operate to serve all routes sold by airlines by also taking care of the maintenance aspects for each aircraft. Maintenance station capacity needs to be considered to ensure that a series of flights can accommodate the needs of aircraft maintenance at the end of the operational day every day. On the other hand there is a need to consider the operational limitations of flight crew, which of course has limitations on working time as a flight crew. To build flight route planning served by each aircraft, it needs to be optimized to minimize missalignment from aircraft maintenance planning. This optimization is called AMRP (aircraft maintenance routing problem) which defines each set of flight routes assigned to aircraft to carry out its daily operations. With consideration of station capacity and operational limitations of the flight crew, it can make a better selection of routes and accommodate operational flight crew limitations. Validation carried out for the model by using the operational case of on an airline. The results obtained from the development of the model found that consideration of aircraft capacity and the ability of each airport visited by aircraft needs to be an additional optimization constraint function to ensure the selection of flight routes in accordance with the regulations and capabilities of flight stations served by airlines and also flight duty limitation not exceeded.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T51698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krause, Shari Stamford
New York: McGraw-Hill, 1996
363.124 1 KRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thurston, David B.
New York : MCGraw-Hill, 1980
629.134 1 THU d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>