Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvita Ratnasari
"Pendahuluan: Nyeri merupakan salah satu gejala terpenting pasien kanker, dengan hampir 40% dari semua pasien kanker mengalami nyeri sedang hingga berat. Pasien Onkologi Ginekologi dengan perawatan paliatif memiliki keluhan utama nyeri atau mual/muntah yang signifikan. Direkomendasikan kuat oleh WHO mengenai penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), parasetamol, dan opioid baik sendiri atau dalam untuk nyeri terkait kanker pereda nyeri tergantung pada penilaian klinis dan keparahan . kupunktur telinga adalah metode yang sederhanadan aman yang dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan bentuk perawatan kesehatan lainnya Saat ini belum ada penelitian tentang keefektifan terapi akupunktur telinga BFA dalam pengobatan nyeri kanker ginekologi untuk mengatasi berdasarkan konsistensi pemilihan titik, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang keefektifan terapi akupunktur telinga BattleField Acupuncture (BFA) dalam pengobatan nyeri kanker ginekologi.
Metode: Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol tunggal atau single blinded randomized control trial. Penelitian dilakukan di Rawat Inap RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah sakit Umum Pusat Persahabatan dan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta pada bulan Juli 2023 sampai dengan Desember 2023 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Terdapat 2 kelompok studi yaitu Kelompok akupunktur telinga ditambah dengan terapi standar dibandingkan dengan kelompok terapi standar saja. Pada kelompok perlakuan dilakukan pemasangan jarum tempel pada titik MA-IT1 Cingulate Gyrus, MA-AT2 Thalamus, MA-H2 Omega 2, MA-H1 Point Zero, MA-TF1 Shenmen pada kedua sisi telinga. Jarum diretensi selama tiga hari dan dilakukan perangsangan pada lokasi pemasangan jarum tempel dengan cara penekanan pada titik akupunktur telinga yang telah terpasang jarum tempel pada kedua sisi, 1 menit pada setiap titik , empat kali sehari, selama 3 hari berturut dan jarum tempel dilepas pada hari ke 3.
Hasil: Terdapat perbedaan hasil untuk intensitas nyeri, perubahan dosis analgetik, dan kualitas hidup, pada pasien dengan nyeri kanker ginekologi pada kelompok yang mendapatkan akupunktur telinga BFA ditambah dengan terapi standar dibandingkan dengan terapi standar saja.
Kesimpulan: Terapi akupunktur telinga BFA ditambah dengan terapi standar berpengaruh padaintensitas nyeri, perubahan dosis analgetik, dan kualitas hidup, pada pasien dengan nyeri kanker ginekologi dibandingkan dengan terapi standar saja.

Introduction: Pain is one of the most important symptoms of cancer patients, with almost40% of all cancer patients experiencing moderate to severe pain. Gynecologic Oncology patients on palliative care have a chief complaint of significant pain or nausea/vomiting.There are strong recommendations by WHO regarding the use of non- steroidal anti- inflammatory drugs (NSAIDs), paracetamol, and opioids either alone or in cancer-related pain relief depending on clinical assessment and severity. Ear acupuncture is a simple and safe method that can be used alone or in combination with other forms of health care.Currently there has been no research on the effectiveness of BFA ear acupuncture therapyin the treatment of gynecological cancer pain to overcome based on the consistency of point selection, so it is necessary to conduct research on the effectiveness of acupuncture therapy BattleField Acupuncture (BFA) Ear in the treatment of gynecologic cancer pain.
Method: The design of this research is a single blinded randomized control trial. The research was conducted at the Inpatient Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo, Friendship Center General Hospital and Fatmawati Hospital Jakarta from July 2023 to December 2023 who meet the inclusion and exclusion criteria. There were 2 study groups, namely the ear acupuncture group plus standard therapy compared to the standard therapy alone group. In the treatment group, needles were placed at the MA-IT1 CingulateGyrus, MA-AT2 Thalamus, MA-H2 Omega 2, MA-H1 Point Zero, MA-TF1 Shenmen points on both sides of the ear. The needle is retained for three days and stimulation is carried out at the location where the needle is inserted by pressing the ear acupuncture points where the needle has been installed on both sides, for 1 minute at each point, fourtimes a day, for 3 consecutive days and the needle is removed at day 3.
Results: There were differences in outcomes for pain intensity, changes in analgesic dose,and quality of life, in patients with gynecological cancer pain in the group who received BFA ear acupuncture plus standard therapy compared with standard therapy alone.
Conclusion: BFA ear acupuncture therapy plus standard therapy has an effect on pain intensity, changes in analgesic dose, and quality of life, in patients with gynecological cancer pain compared with standard therapy alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisma Perdana Harja
"Nyeri merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami populasi geriatri di dunia dan menimbulkan penurunan kualitas hidup, fungsionalitas, serta beban sosioekonomi yang besar. Polifarmasi, tingginya angka kejadian demensia dan gangguan kognitif lain, serta meningkatnya sensitivitas terhadap obat analgesi menyebabkan rentannya populasi geriatri mendapatkan penanganan nyeri yang tidak adekuat. Penanganan nyeri yang tidak adekuat ini disertai berbagai perubahan fisiologis pada populasi geriatri meningkatkan risiko terbentuknya nyeri kronik, kerentaan, depresi dan ansietas, peningkatan morbiditas, serta penurunan kualitas hidup dan fungsionalitas. Populasi geriatri diperkirakan terus meningkat tiap tahunnya baik di Indonesia dan dunia; hal ini disertai dengan sulitnya pemberian analgesi yang adekuat menyebabkan perlunya penanganan nyeri yang efektif dan aman. Berbagai penelitian menunjukkan akupunktur dapat menurunkan nyeri pada populasi geriatri. Studi berupa telaah sistematis ini bertujuan untuk memaparkan peran akupunktur dalam menurunkan skala nyeri pada pasien geriatri dengan nyeri akut. Dilakukan pencarian literatur secara sistematis pada sumber data Google Scholar dan PubMed menggunakan kata kunci acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, dan acute pain. Setelah studi yang didapatkan disingkirkan duplikasinya serta dipilah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan tujuh studi yang digunakan dalam pembahasan; dengan skala nyeri yang digunakan mencakup Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), dan Brief Pain Inventory (BPI). Dilakukan penilaian kualitas studi menggunakan Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2, dan metode Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE) dan didapatkan secara umum studi yang didapatkan memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan hasil dari ketujuh studi tersebut didapatkan bahwa pemberian akupunktur dapat menimbulkan penurunan skala nyeri VAS, NRS, MPQ, dan BPI yang signifikan baik secara statistik maupun klinis. Selain itu, didapatkan pula akupunktur dapat menurunkan kebutuhan obat-obat analgesi terutama opioid, serta aman untuk digunakan pada pasien geriatri dengan nyeri akut.

Pain is one of the problems commonly found in geriatric population in the world; pain caused reduction in quality of life and functionality, and increase in socioeconomic burden. Polypharmacy, increase in dementia and other cognitive impairments, and increased sensitivity to analgesics side effects made the geriatric population vulnerable to inadequate analgesia. Inadequate analgesia coupled with various physiological changes in geriatric population increase the risk of forming chronic pain, frailty, depression and anxiety; increase morbidity, and reduce quality of life and functionality. It is estimated that the number of geriatric population will continue to increase in the future, whether in the world or in Indonesia. With the continuously increasing population and difficulty in giving an adequate analgesia, a form of pain management that is effective and safe for geriatric patients with acute pain is required. Many studies showed that acupuncture is effective and safe in the pain management of geriatric patients. This systematic review was done in order to explain the role of acupuncture in reducing pain scale scoring in geriatric patients with acute pain. Systematic literature searching was done using the keyword acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, and acute pain. with Google Scholar and PubMed as database. After eliminating duplications and applying the inclusion and exclusion criteria, seven studies was found and used for analysis. The studies used in the analysis used Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), and Brief Pain Inventory (BPI). Quality assessment of the studies used in analysis was done using Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2 and Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE); it was found that overall the quality of the studies used was good. Based on the analysis acupuncture was found to reduce pain scale scoring of VAS, NRS, MPQ, and BPI significantly, whether statistically or clinically. Acupuncture was also found to reduce analgesic requirements, especially opioids, and is safe to be given in geriatric patients with acute pain."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Newanda Mochtar
"ABSTRAK
Latar belakang:Migren adalah serangan nyeri kepala primer, bersifat spesifik,
paroksismal, dengan atau tanpa aura, dengan manifestasi subjektif baik sebelum
maupun sesudah serangan, merupakan nyeri kepala tipe kronik dengan gejala rekurensi,
menyerang usia produktif dan dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja hingga
80%, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup dan kehidupan perekonomian dan
pendidikan secara global yang mengarah kepada kerugian bagi penderita migren dan
institusi tempat penderita migren bersekolah ,bekerja serta dalam kehidupan keluarga
penderita. Dengan tingginya angka prevalensi dan disabilitas pada penderita migren,
dilain pihak sampai saat ini pengobatan yang tepat terhadap migren belum didapatkan
secara maksimal maka diperlukan pendalaman dalam pengobatan maupun pencegahan
migren sangat dibutuhkan., dan sampai saat ini belum didapatkan obat yang pasti, baik
terhadap pencegahan dan pengobatan, sehingga perlu dikembangkan terapi yang dapat
memberikan pertolongan yang lebih akurat pada penderita migren
Tujuan penelitian ini adalah menilai keberhasilan dalam penatalaksanaan migren dalam
mengurangi frekuensi serangan, mengurangi intensitas serangan dan mengurangi durasi
serangan dari minggu ke-0,ke-4 hingga ke-8. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal
dengan kontrol dilakukan terhadap 34 subjek dengan migren yang dialokasikan secara
acak kedalam kelompok manual akupunktur (n=17), serta kelompok medikamentosa
(n=17). Penilaian menilai frekuensi, durasi dan intensitas serangan migren yang dinilai
pada saat sebelum perlakuan, minggu ke-4 dan minggu ke-8 dari baseline. Hasil: Hasil
penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok pada
rerata jumlah frekuensi (p=0,040), durasi (p=0,012) dan intensitas (p=0,003) serangan
migren pada minggu ke-4 dibandingkan dengan medikamentosa. Serata terdapat
perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pada rerata jumlah jumlah frekuensi
(p=0,029), durasi (p=0,001) dan intensitas (p<0,001) serangan migren pada minggu ke-
8. Kesimpulan: Intervensi akupunktur manual dapat menurunkan frekuensi, durasi dan
intensitas serangan migren lebih baik dibandingkan dengan preventif farmakologi asam
valproat pada minggu ke-4 dan minggu ke-8.

ABSTARCT
Migraine is a primary headache attack, specific, paroxysmal, with or without aura, with subjective manifestations both before and after the attack, a chronic
type of headache with symptoms of recurrence, attacks at productive age and can cause a decrease in work productivity up to 80%, so that it will affect the quality of life, economic life and education globally which leads to losses for migraine sufferers and
institutions where migraine sufferers attend school, work and in the lives of sufferers
families. With the high prevalence and disability rates for migraine sufferers, on the
other hand, the right treatment for migraine has not yet been obtained to the maximum,
it is necessary to deepen the treatment and prevention of migraine is needed, and until
now there has been no definitive cure, both for prevention and treatment, so it is
necessary to develop therapies that can provide more accurate relief for migraine
sufferers. The purpose of this study is to assess the success in managing migraine in
reducing the frequency of attacks, reducing the intensity of attacks and reducing the
duration of attacks from weeks 0, 4 to 8. Methods: A randomized controlled trial with
control was conducted on 34 subjects with migraine who were randomly allocated into
the manual group of acupuncture (n = 17), as well as the medicine group (n = 17). The
assessment of frequency, duration and intensity of migraine attacks assessed at the time
before treatment, at the fourth and eight week from baseline. Results: The results
showed there were significant differences between the two groups in the mean number
of frequencies (p = 0.040), duration (p = 0.012) and intensity (p = 0.003) of migraine
attacks at the fourth week. There were significant differences between the two groups in
the average number of frequencies (p= 0.029), duration (p=0.001) and intensity
(p<0.001) of migraine attacks at the eight week. Conclusion: Manual acupuncture
interventions can reduce the frequency, duration and intensity of migraine attacks
better than the use of valproic acid in the fourth and eight week."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Limanjaya
"ABSTRAK
Sindrom terowongan karpal (STK) merupakan penyakit yang menjadi beban bagi banyak negara di seluruh dunia, dengan berbagai macam pilihan terapi dari medikamentosa hingga pembedahan yang memiliki efek samping yang menurunkan kualitas hidup. Akupunktur telah terbukti dapat menangani nyeri dan memperbaiki saraf, dan salah satu modalitas akupunktur terbaru adalah laser acupuncture. Studi serial kasus ini bertujuan menilai efektivitas laser acupuncture dengan jumlah sampel 6 pergelangan tangan, dengan luaran yang dinilai adalah kuesioner Boston (BCTQ), visual analogue scale (VAS), tes Tinned, Tes Phalen, dan pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS). Titik yang digunakan adalah PC6, PC7, EXUE9, dan LI4. Hasil studi menunjukkan 3 pergelangan tangan mengalami penurunan derajat KHS, seluruh pergelangan tangan mengalami perbaikan skor BCTQ, nilai VAS mengalami penurunan, tetapi tidak terlihat perbaikan tes Tinel dan Phalen yang bermakna. Disimpulkan bahwa laser acupuncture dapat digunakan sebagai pilihan terapi dalam tatalaksana sindrom terowongan karpal.

ABSTRACT
Carpal tunnel syndrome (CTS) is disease that gives burdens for many countries, with a number of choices for the management such as drugs or surgery, each has side effects that decrease the quality of life. Acupuncture is proven to be an effective treatment for pain and can restore nerve functions, and laser acupuncture is one of the modalities. This study aims to asses the effectiveness of laser acupuncture with 6 wrists and the outcomes are Boston questionnaire (BCTQ), visual analogue scale (VAS), Tinel sign, Phalen sign, and nerve conduction study (NCS). Acupuncture points used here are PC6, PC7, EXUE9, and LI4. The results show a decrease in NCS grades for 3 wrists, all wrists have BCTQ score improvements, VAS also decreases, but no significant improvement in Tinel and Phalen signs. The conclusion is that laser acupuncture can be used as a treatment for the management of carpal tunnel syndrome."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriyanto
"Nyeri pascaoperasi merupakan masalah utama dan perlu ditangani dengan baik. Meskipun berbagai jenis farmakoterapi telah digunakan untuk tatalaksana nyeri pascaoperasi namun hasilnya masih belum memuaskan dan menimbulkan sejumlah efek samping seperti mual muntah dan gangguan gastrointestinal. Penelitian ini menggunakan desain uji klinis acak dengan kontrol yang bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur (EA) pada nyeri pascaseksio sesarea.
Tiga puluh delapan ibu bersalin pascaseksio sesarea yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok EA menerima elektroakupunktur frekuensi 2 Hz pada titik ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao, LI4 Hegu dan LR3 Taichong selama 30 menit sedangkan kelompok kontrol tidak menerima EA. Kedua kelompok diberikan morfin sesuai kebutuhannya melalui Patient Controlled Analgesia. Penilaian dilakukan dengan mengukur kebutuhan morfin pascaoperasi selama 24 jam dan waktu pemakaian morfin pertama kali.
Hasilnya median jumlah dosis morfin pascaoperasi selama 24 jam pada kelompok EA adalah 4,5 mg dan kelompok kontrol 15 mg (p<0,05) dan median waktu pemakaian morfin pertama kali pada kelompok EA adalah 205 menit dan kelompok kontrol 60 menit (p<0,05).
Kesimpulan penelitian ini bahwa EA mengurangi nyeri pascaseksio sesarea melalui penundaan waktu pemakaian morfin pertama kali dan pengurangan jumlah pemakaian morfin selama 24 jam pertama pascaoperasi.

Postoperative pain is a major problem and needs to be handled properly. Although various types of pharmacotherapy regimen has been used for the management of postoperative pain but the results are still not satisfactory and cause a number of side effects such as nausea, vomitting and gastrointestinal disorders. This is a randomized controlled clinical trial to determine the effects of electroacupuncture (EA) on postcesarean pain.
Thirty eight women postcesarean who met the inclusion criteria were divided into two groups. EA group received 2 Hz electroacupuncture at ST36 Zusanli, SP6 Sanyinjiao, LI4 Hegu and LR3 Taichong for 30 minutes while the control group did not received EA. Both groups were given morphine according to their individual needs through Patient Controlled Analgesia. Assessment is done by measuring total dose of morphine used within the first 24 hours and the first time of requesting morphine.
The result showed that median amount of morphine consumption for 24 hours in the EA group are 4.5 mg and 15 mg for control group (p<0.05) and the median time to the first use of morphine in EA group are 205 minutes and a control group 60 minutes (p< 0.05).
It can be concluded that EA had analgesia effect on postcesarean pain by delaying first time of requesting morphine and lowering total dose of morphine used within the first 24 hours.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Hardi Hardjawinata
"Kelebihan berat badan pada saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Prevalensi kelebihan berat badan di Indonesia menurut Riskesdas pada tahun 2007 adalah sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obese), meningkat menjadi 21,7 % pada tahun 2010. Peningkatan prevalensi ini menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas penyakit yang berkaitan dengan kelebihan berat badan seperti hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler, hiperlipidemia, osteoartritis dan lain-lain Beberapa metode untuk menurunkan berat badan adalah diet, aktivitas fisik, terapi perilaku, obat-obatan, pembedahan dan akupunktur. Saat ini penanganan kelebihan berat badan dengan Elektroakupunktur (EA) telah banyak diminati.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek EA pada titik akupunktur telinga dan atau tubuh terhadap penurunan berat badan sebesar ≥ 1 % per minggu pada pasien dengan kelebihan berat badan. Desain penelitian ini adalah serial kasus dengan jumlah sampel penelitian sebesar 28. Sampel berasal dari data rekam medik pasien di Poliklinik Akupunktur RSCM yang mendapat terapi akupuntur dan telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria keberhasilan untuk penurunan berat badan yang bermakna adalah penurunan berat badan sebesar 1-2% per minggu dari berat badan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan persentase penurunan berat badan pada pasien kelebihan berat badan sebesar 1,11 % per minggu dengan angka keberhasilan sebesar 89,28%.

Excess body weight nowadays is a public health problem in the world. The prevalence of excess body weight in Indonesia according to Riskesdas in 2007 was of 19.1% (8.8% overweight and obese 10.3%), increased to 21.7% in 2010. This has led to an increase in morbidity and mortality of the disease related to excess body weight, such as hypertension, type 2 diabetes mellitus, hyperlipidemia, cardiovascular disease, osteoarthritis, and other misc. Some methods for losing weight are diet, physical activity, behavior therapy, medications, surgery and acupuncture. Currently handling excess body weight with electroacupuncture (EA) has been a lot of interest.
The purpose of this research is to know the effect of EA at acupuncture points ears and or body on body weight loss of ≥ 1% per week in patients with excess body weight. The study design is a case series and the sample size is 28. The sample was taken from medical record data of patients in Clinic Acupuncture RSCM who got the acupuncture therapy and have met the criteria of inclusion and not the exclusion criteria. Success criteria for meaningful body weight loss is a 1-2% of body weight loss per week from the previous body weight. The results showed the percentage of body weight loss in excess body weight patients of 1,11 % per week with the success rate of 89,28 %.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suhana
"Hipertensi sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan prevalensinya di Indonesia cukup tinggi (31,7%). Penanaman benang catgut terbukti menurunkan tekanan darah, tetapi belum ada penelitian untuk mengukur kadar nitrit oksida (NO). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penanaman benang catgut terhadap kadar NO serum dan tekanan darah pada hipertensi esensial.
Disain penelitian adalah uji klinis acak tersamar tunggal dengan kontrol. Melibatkan 40 pasien hipertensi yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok kontrol mendapatkan obat antihipertensi. Kelompok kasus mendapatkan obat antihipertensi dan penanaman benang catgut, kemudian pada kedua kelompok dilakukan penilaian kadar NO dan tekanan darah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rerata kadar NO kelompok kasus dibandingkan kontrol (p<0,05), terdapat perbedaan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok kasus dibandingkan kontrol (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa penanaman benang catgut memiliki pengaruh terhadap kadar NO serum dan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial.

Hypertension is commonly seen in daily practice and its prevalence in indonesia is fairly high (31,7%). Catgut embedding is proven to reduce blood pressure, but until now there has not been any research to evaluate concentration of nitric oxide (NO). This research was to assess the effect of catgut embedding on serum NO concentration and blood pressure in essential hypertension.
Research design was single blind random controlled clinical trial, involving 40 hypertension patients randomly assigned to two groups. Control group received anti hypertension drugs whereas case group received anti hypertension drugs and catgut embedding and then the two groups evaluated for NO concentration and blood pressure.
Result showed that there was a mean difference of NO concentration between case group and control group (p<0,05) and mean difference of systolic and diastolic blood pressure between case group and control group (p<0,05). In conclusion, catgut embedding can influence serum NO concentration and blood pressure in essential hypertension patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Julianti Hendrata
"Dental Anxiety merupakan reaksi cemas akut yang sering terjadi pada banyak orang. Pada kasus berat reaksi cemas ini akhirnya dapat berdampak negatif terhadap kesehatan gigi dan mulut karena pasien menghindar dan menunda berobat ke dokter gigi. Terapi medikamentosa selama ini menjadi pilihan untuk mengatasi Dental Anxiety, namun dapat menimbulkan efek samping berupa depresi pernapasan dan sedasi berkepanjangan.
Penelitian ini menggunakan desain Randomised Controlled Trial dan bertujuan untuk mengetahui pengaruh laserpunktur telinga di Titik Depressing, Tranquilizer dan Master Cerebral terhadap derajat ansietas yang dinilai dengan Spielberger State Anxiety Inventory dan dibandingkan dengan kelompok laserpunktur sham (kontrol).
Pada kelompok laserpunktur telinga sham, diberlakukan perlakuan yang sama dengan kelompok laserpunktur telinga namun laserpen tidak dinyalakan. Hasil penelitian menunjukkan rerata selisih skor kelompok laserpunktur (15,56±7,188) lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (5,39±3,867).
Kesimpulan: laserpunktur telinga lebih efektif menurunkan derajat ansietas pada kasus Dental Anxiety dibandingkan kontrol (p<0,005).

Dental Anxiety is an acute anxiety reaction that often occurs in many people. Severe cases of dental anxiety eventually may cause negative impact on oral health due to avoiding and postponing coming to the dentist. Medical therapy has been the first choice to overcome dental anxiety, but it can cause side effect such as respiratory depressed and prolong sedation.
The design of this study is Randomised Controlled Trial that aims to determine the effect of the auricular laserpuncture at Depressing, Tranquilizers and Master Cerebral points on anxiety level which is assessed by Spielberger State Anxiety Inventory and compared with sham auricular laserpuncture as control group.
In the sham auricular laserpuncture group, the same prosedure as auricular laserpuncture group was performed, except for the laserpen conditioned was shut off. The results showed that mean difference score of auricular laserpuncture group (15.56 ± 7.188) was higher than the control group (5.39 ± 3.867).
Conclusion: auricular laserpuncture is more effective to decrease anxiety level in dental anxiety case compared to control (p <0.005).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Imandiri
"Xerostomia (mulut kering) merupakan efek akut dan kronik pada pasien kanker yang mendapat terapi radiasi pada daerah kepala dan leher. Beberapa studi pendahuluan mengemukakan bahwa akupunktur meringankan gejala atau keluhan yang berhubungan dengan kanker diantaranya xerostomia. Laserpunktur merupakan teknik terapi akupunktur yang memanfaatkan sinar laser energi rendah yang tidak menimbulkan rasa nyeri serta tidak invasif sehingga lebih nyaman bagi pasien. Penelitian ini melibatkan 44 pasien xerostomia yang telah menjalani radioterapi lengkap minimal 3 bulan dan maksimal 1,5 tahun sebelum mengikuti penelitian, yang dibagi menjadi kelompok laserpunktur telinga dan kelompok laserpunktur sham.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat rerata selisih skor Xerostomia Inventory (XI) antara sebelum tindakan laserpunktur dengan setelah memperoleh tindakan laserpunktur 3 kali dan 6 kali pada kelompok kasus dan kontrol; terdapat rerata selisih skor kualitas hidup antara sebelum tindakan laserpunktur dengan setelah memperoleh tindakan laserpunktur 3 kali dan 6 kali pada kelompok kasus dan kontrol pada semua variabel kualitas hidup, kecuali variabel financial difficulties (FI); dan terdapat rerata selisih pH saliva antara sebelum tindakan laserpunktur dengan setelah memperoleh tindakan laserpunktur 6 kali pada kelompok kasus dan kontrol.

Xerostomia (dry mouth) is a chronic & acute effect on a cancer patient who receives radiation therapy on the areas of head and neck. Earlier studies state that acupuncture helps to relieve the symptoms concerning cancer and xerostomia is one. Laserpuncture is an acupuncture therapy technique that uses the benefit of low energy laser beam that does not generate pain and is not an invasive procedure which is more comfortable for patients. This research involved 44 xerostomia patients who have underwent complete radiotherapy on the minimum course of 3 months up to a maximum of 1.5 years before going through with the research; the research is clustered into ear laserpuncture and sham laserpuncture groups.
The result shows a mean Xerostomia Inventory (XI) score between two states of pre against post laserpuncture of 3 and 6 times of treatment that were tested on case group and control group; there’s a mean score of life quality of pre treatment compared to post treatment of laserpucture on those who underwent 3 times and 6 times laserpucture treatment on case group and control group on every variable of life quality, except financial difficulties (FI); and there is a mean pH score on the saliva of those undergoing treatment between the states of pre and post 6 times laserpuncture treatment on case group and control group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Yoveline Joyo
"Irritable bowel syndrome (IBS) merupakan kelainan fungsional saluran cerna berupa rasa nyeri atau tidak nyaman di abdomen yang timbul bersamaan dengan minimal dua dari tiga gejala, yaitu perbaikan keluhan setelah defekasi, perubahan frekuensi defekasi, atau perubahan konsistensi feses. IBS menjadi masalah kesehatan karena tata laksana yang belum optimal sehingga berbagai modalitas terapi dikembangkan, salah satunya akupunktur tanam benang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa terhadap gejala dan kualitas hidup penderita IBS. Uji klinis acak tersamar ganda dengan pembanding dilakukan pada 50 penderita IBS yang dialokasikan ke dalam kelompok kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa atau kelompok akupunktur sham dan medikamentosa. Skor IBS Symptom Severity Scale (IBS-SSS) dan IBS Quality of Life (IBS-QoL) digunakan untuk mengukur keluaran penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna rerata skor IBS-SSS sebesar 71,60 lebih rendah (p = 0,000; 95% IK: - 96,36 sampai -30,15) dan skor IBS-QoL sebesar 13,08 lebih rendah (p = 0,000; 95% IK: -16,92 sampai -9,25) pada kelompok terapi kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa dibandingkan dengan kelompok akupunktur sham dan medikamentosa. Kesimpulan penelitian adalah terapi kombinasi akupunktur tanam benang dan medikamentosa lebih efektif mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita IBS.

IBS is a functional gastrointestinal disorder characterized by abdominal pain or discomfort associated with improvement with defecation and/or change of frequency or form of stool. Current medical treatments of IBS patients are still unsatisfying, hence other modalities are continuously being improved such as acupoint-catgut embedment.
The aim of this study was to establish the effect of acupoint-catgut embedment combined with medical treatment on symptoms and quality of life of IBS patients. A double blind randomized controlled trial involved 50 IBS patients randomly allocated into catgut embedding therapy with medication group or medication only group. Catgut embedding therapy was given three times at ST 25 Tianshu, ST 36 Zusanli, and ST 37 Shangjuxu every 10 days. IBS-SSS and IBS-QoL were used to measure the primary outcome.
There was a statistically significant difference between groups at one month; with IBS-SSS and IBS-QoL were 71.60 (p = 0,000; 95% CI: -96,36 to -30,15) and 13.08 point (p = 0,000; 95% CI: -16,92 to -9,25) lower in catgut embedding therapy with medication group. The results suggested that acupoint-catgut embedment combined with medical treatment is more effective than medical treatment in alleviating symptoms and enhancing the quality of life of IBS patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>