Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masrul Salim
Abstrak :
Petugas laboratorium Puskesmas Rujukan Mikroskopis merupakan tenaga yang sangat menentukan keberhasilan program P2TB dilingkungan wilayah kerja Sumatera Barat. Oleh karena itu tenaga laboratorium haruslah terampil dan memiliki kinerja yang baik. Tolok ukur kinerja adalah tingkat kesalahan pemeriksaan mikroskopis basil uji silang yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan Balai Laboratorium Kesehatan Padang. Masih tingginya angka tingkat kesalahan di Sumatera Barat menunjukkan bahwa petugas laboratorium puskesmas terutama laboratorium PRM di Sumatera Barat belum memperlihatkan hasil yang diharapkan, dengan perkataan lain kinerja petugas laboratorium PRM belum baik. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang kinerja petugas laboratorium PRM Berta faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas laboratorium PRM di Sumatera Barat. Faktor-faktor tersebut adalah pembinaan pimpinan, prosedur tetap, masa kerja, beban kerja, motivasi dan sarana kerja. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah petugas laboratorium PRM yang ada di Sumatera Barat yaitu sebanyak 40 petugas. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang dilakukan dari 9 Oktober sampai 11 November 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja petugas laboratorium PRM di Sumatera Barat baik 57,5%. Faktor pembinaan pimpinan, prosedur tetap, masa kerja, motivasi kerja dan kelengkapan sarana mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja petugas laboratorium. Sedangkan pembinaan pimpinan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja petugas. Penelitian ini menyarankan agar pembinaan oleh pimpinan dengan cara merobah pola manajemen puskesmas yang ada sekarang.
Relationship of Factors with the Performance of Laboratory Workers of Microscopic Referral Community Health Center in West Sumatera in the Year 2000Microscopic Referral Community Health Center laboratory workers are very important personnel in achievement of P2TB program in the work area of West Sumatera. Therefore, the laboratory workers must be skillful and have good performance. The performance standard of the laboratory workers is the level of inaccuracy of the result of cross-microscopic examination done by the Health Office of the West Sumatera Province in cooperation with Padang Health Laboratory Center. The high level of inaccuracy in West Sumatera indicates that the community health center laboratory workers especially the PRM laboratory in West Sumatera have not indicated good result, in other words, the performance of the PRM laboratory is not good yet. The purpose of this research is to obtain information regarding the performance of the PRM laboratory workers and factors related to the performance of the PRM laboratory workers in West Sumatera. The factors are guidance by the leaders, fixed procedure, tenure, work load, motivation and facilities. This research used the cross sectional design. Sample of this research is the PRM laboratory workers that are available in West Sumatera namely 40 workers. The data collected are primary one and it was conducted from October 9 to November 11, 2000. The research result indicates that the PRM laboratory workers in West Sumatera who have good performance are 57.5%. The factors such as guidance by the leadership, fixed procedure, tenure, work motivation and availability of facilities have significant relationship with the performance of laboratory workers. While the leadership training is a predominant factor that affects the workers performance. This research suggests that guidance by the leader needs to be done better, in order to change the management pattern of the existing community health center.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Thaher
Abstrak :
Rendahnya jumlah operasi katarak di Puskesmas binaan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) dapat dilihat dari data 5 tahun terakhir yang memperlihatkan bahwa jumlah operasi hanya sebanyak 47 operasi setahun, untuk itu perlu diteliti mengapa penderita katarak tidak memanfaatkan fasilitas operasi katarak yang telah disediakan di Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang: persepsi penderita terhadap penyakit dan pengobatan, persepsi penderita terhadap pelayanan kesehatan, faktor jarak tempat pelayanan kerumah, faktor biaya operasi katarak, faktor kebutuhan yang dirasakan penderita dan pemanfaatan pelayanan operasi katarak di Puskesmas. Penelitian ini dilakukan di 3 Puskesmann yaitu: Puskesmas Lubuk Alung, Sicincin dan Tarusan. Sebagai informan adalah penderita katarak yang sudah seharusnya di operasi dan penderita katarak yang sudah di operasi tetapi tidak memanfaatkan pelayanan operasi katarak yang ada di Puskesmas, penelitian ini juga melibatkan Kepala Puskesmas dan perawat Puskesmas. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. Informan terdiri dari 11 orang penderita katarak, 2 orang diantaranya telah dioperasi di tempat lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Hampir semua informan tidak mengetahui penyebab timbulnya katarak, tetapi semua informan tahu pengobatan katarak dan akibat jika tidak dioperasi. 2. Sebagian besar informan mengetahui bahwa di Puskesmas ada pelayanan operasi katarak dengan kualitas cukup baik. 3. Hampir semua informan mengatakan bahwa jarak ketempat pelayanan dari rumah dekat dan tidak menjadi hambatan. 4. Sebagian besar informan tidak tahu berapa biaya operasi katarak, mereka ada yang mempermasalahkan dan ada yang tidak mempermasalahkan sesuai dengan kesanggupan mereka. 5. Semua informan sangat menginginkan agar mata mereka yang buta dapat melihat kembali. 6. Sebagian besar informan keluarganya berobat ke Puskesmas dan sebagian besar mereka pemah berobat ke Puskesmas. Alasan mereka tidak memanfaatkan pelayanan operasi katarak yang tersedia di Puskesmas adalah karena takut operasi dan tidak ada biaya. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: hambatan utama yang dihadapi informan adalah rasa takut operasi dan tidak ada biaya untuk operasi. Untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan operasi katarak dimasa datang, maka diperlukan penyebarluasan informasi, agar semua masyarakat mengetahui bahwa di Puskesmas ada pelayanan operasi katarak. Penyuluhan yang terus menerus tentang penyakit katarak serta memberikan informasi yang rinci tentang biaya operasi katarak. Untuk mengatasi hambatan biaya diharapkan subsidi dari pemerintah daerah bagi masyarakat yang tidak mampu. ......The Analysis of Cataract Patients Behavior Who Didn't Utilize the Cataract Surgery Facility at Puskesmas Lubuk Alung, Sicincin and Tarusan, West Sumatera Province, 2000Low number of cataract surgery in Community Health Center (Puskesmas) cultivated by Community Eye Care Institution (BKMM) can be seen from last 5 years data which showed numbers of surgery only 47 a year, it need to take investigated the reason why cataract patients does not utilize cataract surgery service facility at the Puskesmas. This research objective is to gather information about patients perceptions to the disease and its therapy, healthcare service, distance factor, surgery cost factor, perceived need by the patients and the utilization of the cataract surgery service at the Puskesmas. This research done in 3 Community Health Center such as Lubuk Alung, Sicincin and Tarusan. The informant is a cataract patient that actually has to be operated and already operated but did not take cataract surgery service at the Puskesmas, This research also involve the Head and nurses of the Puskesmas. This research used qualitative research design with in depth interview technical to compile data. Informant consist of 11 cataract patients which 2 of them already surgery at the other health service. The result showed: 1. Almost all informants do not know why they get cataract, but all informants know how to deal with the sickness and its consequence if they ignore the sickness. 2. There are major of informant know that there is good quality of cataract surgery service at the Puskesmas. 3. Almost all informants stated no problem with the distance between house and Puskesmas. 4. There are major of informant does not know the cataract surgery cost and the take it as problem according the ability. 5. All informants really want to use their blind eyes like before again. 6. There are major of informant take the Puskesmas treatment. The reason why their does not utilize cataract surgery service at the Puskesmas because they fear with surgery and the cost does not available. The conclusion of this research is cost and fear feeling to have surgery make them avoiding to utilize the service. To increase the utilization of the cataract surgery service at the Puskesmas in the future, there is necessary to socialize information so that community knows there is cataract surgery service at the Puskesmas. Continue extension about cataract disease and detail information about the surgery cost has to be taken. And of course there are expectations of government subsidy for the poverty community.
2001
T9366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Nensiria BR
Abstrak :
Pengelolaan merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang harus dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan obat dapat berjalan dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem. Tujuan utama pengelolaan obat di Kabupaten/Kota adalah agar tersedia obat dengan mutu yang baik, obat tersebar secara merata baik jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan Puskesmas. Gudang Farmasi Kota Pangkalpinang saat ini sedang berusaha untuk melaksanakan tujuan tersebut. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan strategis di Gudang Farmasi Kota Pangkalpinang dalam rangka menghadapi otonoini daerah tahun 2003-2005. Sebagai dasar untuk menyusun pereneanaan strategis telah dilakukan analisa lingkungan eksternal dan internal Gudang Farmasi Pangkalpinang dan ditemukan sejumlah faktor yang berperan sebagai peluang, ancaman, kekuatan, serta kelemahan bagi Gudang Farmasi Pangkalpinang. Perencanaan strategis ini disusun dengan melakukan metode penelitian operasional (Operational Research) pendekatan yang digunakan kualitatif melalui wawancara mendalam, sumber data sekunder dan observasi oleh peneliti sendiri. Pada visi Dinas Kesehatan kota Pangkalpinang ditetapkan visi Gudang Farmasi kota Pangkalpinang adalah untuk mencukupi kebutuhan obat di puskesmas dalam rangka menuju Pangkalpinang sehat 2008." Berikutnya dirumuskan padam beberapa misi untuk mengupayakan terwujudnya visi Gudang Farmasi adalah: 1) menjaga mutu obat terjamin, memenuhi kriteria khasiat, keamanan dan keabsahan obat yang diizinkan beredar dan mernenuhi syarat untuk memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan, memadai, merata dan terjangkau di seluruh wilayah kota Pangkalpinang 2) Obat yang tersedia sesuai dengan kebutuhan nyata baik dalam jun lah dan jenis obat dalam jumlah yang cukup, kontinu dan tepat waktu. Tujuan jangka panjang Gudang Farmasi Kota Pangkalpinang adalah memantapkan kerjasama lintas sektoral dan lintas program serta menyediakan pelayanan obat dan alat kesehatan secara lengkap dengan jumlah dan jenis yang mencukupi kebutuhan di puskesmas, meningkatkan efesiensi dan produktivitas melalui pemanfaatan fasilitas yang ada, meningkat sistem informasi yang baik dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya manusia di GFK. Perumusan strategi dilakukan melalui tiga tahap kegiatan dengan menggunakan dua matriks sebagai checklist. Tahap pertama (input stage) menggunakan matriks EFE dan IFE. Tahap kedua (tahap mencocokkan) yaitu dengan menggunakan matiks SWOT dan IE. Pada tahap ketiga (tahap keputusan) yaitu dengan menggunakan matriks QSPM. Pengambilan keputusan dilaksanakan secara konsensus melalui CDMG ( Consensus Decision Making Group). Nilai total EFE adalah 3,07 yang diperoleh dari hasil evaluasi lingkungan eksternal, ditunjukkan bahwa Gudang Farmasi Pangkalpinang dapat merespon peluang-peluang yang ada. Hasil evaluasi lingkungan internal dengan nilai total 2,84, menunjukkan bahwa Gudang Farmasi secara internal memiliki kekuatannya berada pada titik di atas rata-rata. Hasil penentuan strategi terpilih menunjukkan bahwa strategi yang sesuai bagi Gudang Farmasi Pangkalpinang adalah strategi intensif dan strategi integratif yang digunakan secara bersamaan, Sosialisasi dan pelaksanaan perencanaan strategis ini sebaiknya segera dilaksanakan secara periodik, serta dilakukan pemantauan dan evaluasi agar sesuai dengan visi, dan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan. Daftar bacaan : 30 (1977 - 2001)
Strategy Planning on Pharmacy Warehouse of Pangkalpinang City in the Occasion of Rural Autonomy, 2003-2005Management is a process to achieve the goal that should be conducted effectively and efficiently. The process of drug management could run smoothly if supported by human resources that available in a proper system. The specific objective of District Drug Management at district level is to provide drug in good quality; it disseminates equally distributed (number and types) according need of by the Health Center. The District Warehouse of Pangkalpinang City at the moment is trying to implement those goals. A strategic plan is needed to respons the district autonomy in 2003-2005. To achieve those goals, the external and internal environmental analysis at the District Warehouse of Pangkalpinang has been done is found that some factors underlying as the opportunity, threat, strength and weakness for District Warehouse of Pangkalpinang. This strategic plann was developed using operational research, qualitative approach through in-depth interview, secondary data analysis and observation. The vision of District Warehouse of Pangkalpinang is to provide sufficient drug at the Health Centers to achieve healthy Pangkalpinang in 2008." Mission: 1) To maintain the quality of drug, meet with the criteria of safety and validity of drug that allowed to be distributed, and met the condition to maintain and improve the quality of health service, sufficient, equally distributed, accessible throughout the Pangkalpinang City. 2) Available drugs meet need (number and types) i.e. with the disease pattern, sufficient continue and could be provided in time. The long term goals of District Warehouse, Pangkalpinang City is "to improve cooperation between inter sector and inter program, provides drug service and health supplies sufficiently both in number and types that needed by the Health Center, improving the efficiency and productivity through utilizing available facilities, develop good information system and empower the human resources at the GFK." The formulation of strategy is conducted through three steps; i.e. two matrixes as checklist were used. First step (input stage) used EFE and IFE matrixes. Second step (matching phase) used SWOT and IE matrixes. On the third step (decision step) used QSPM matrix. The decision-making was conducted by consensus through CDMG (Consensus Decision-Making Group). The total value EFE is 3.07 that obtained from the result of evaluation on external environmental, it is showed that District Warehouse of Pangkalpinang could respond the opportunities. The result of evaluation on internal environmental with total value is 2.84, it showed that the District Warehouse internally has its strength and the rating is above the normal standard. The result of selected strategy showed that the strategy that meet with the District Warehouse of Pangkalpinang is intensive and integrative strategies that should be used simultaneously. The socialization and implementation of this strategic plann should be implemented, as well as controlling and evaluation to correspond the vision, mission and the long terms goal. References: 30 (1977-2001).
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 9428
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umboh, Vonny
Abstrak :
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam menyelenggarakan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit Salah satu ukuran mutu proses dalam keperawatan adalah baiknya catatan keperawatan. Catatan keperawatan merupakan dokumen yang penting bagi asuhan keperawatan pasien di rumah sakit. Dalam hal ini perawat mempunyai peranan panting dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Untuk itu perlu terus menerus meningkatkan kemampuan perawat dalam asuhan keperawatan sebagai ukuran kinerja perawat. Kinerja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja perawat rawat imp dalam melaksanakan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Palembang dari tanggal 1 April sampai dengan 31 Mei 2001. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 60 perawat di ruang rawat inap. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat; dengan menggunakan uji statistik deskriptif, regresi linier, t-test dan analisa varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat rata-rata adalah 294,71 dan nilai median 303,30. Setelah dikelompokkan dengan pengkategorian baik dan kurang didapatkan hasil 50 % kinerja baik dan 50 % kinerja kurang. Dari analisis bivariat didapatkan bahwa faktor tingkat pendidikan, motivasi, persepsi peran, disain pekerjaan, imbalan. dan sumberdaya mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja. Dan hasil analisis multivariat didapat bahwa faktor-faktor tingkat pendidikan, persepsi peran, imbalan dan merupakan faktor-faktor yang dominan secara bersama-sama berhubungan dengan kinerja perawat. Perlu bagi pihak mamajemen RS Jiwa Palembang untuk memperhatikan peningkatan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dengan meningkatkan pendidikan, balk pendidikan formal maupun non formal yang terprogram. Variabel imbalan perlu diperhatikan dalam meningkatkan kinerja perawat, dengan mengadakan program pelatihan yang dapat meningkatkan motivasi kerja dan kebanggaan peran sebagai perawat. ......Factors Related to Performance of Inpatient Nurses in Palembang Mental Hospital, Year 2001Nursing is one the profession that plays important role in organizing efforts of assuring quality of care in hospital. Nursing documentation is an important document for patients nursing activities in the hospital. Human resource, especially nurses play an important role in increasing the nursing activities service quality that in turn will increase the service quality. Therefore, productivity increase is needed to improve performance. The performance is highly affected by various factors, both internally and externally. This research is intended to obtain description regarding the performance of inpatients nurses and to implement nursing activities documentation and to identify factors related the performance of the nurses. The research was done in Palembang Mental Hospital from April 1 to May 31, 2001. The research design used is cross sectional on 60 nurses in the inpatients room. The analysis used was univariate, bivariate and multivariate analysis; by using descriptive statistics test; linear regression , independent sample t-test and analysis of variance. The result of the research indicates that average performance of the nurses is 294,71 and median value is 303,30. After it is group according to good and poor category, it is found out that 50 % is good and 50 % is poor. From bivariate analysis it is obtained that education, motivation, role perception , job design and resources factors have significant relationship with performance ( p < 0,05 ). From the multivariate analysis, it is obtained that education, role perception and incentive factors are dominant factors collectively with relationship to the performance of the nurses. It is necessary that management of Palembang Mental Hospital to consider the nurses performance in documentation of the nursing activities by increasing the education, both formal and informal programmed education. The role perception and .incentive variable needs to be considered in increasing the performance of the nurses, by organizing training program that will increased the work motivation and self-respect as nurses.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ubbay Ujziana
Abstrak :
Dalam era globalisasi seperti sekarang pelayanan sangat menentukan suatu organisasi. Oleh karena itu pengeiolaan sumber daya manusia khususnya tenaga sanitasi puskesmas merupakan suatu hal yang utama dalam menunjang pelaksanaan pelayanan program penyehatan lingkungan secara keseluruhan, sehingga pelayanan program penyehatan lingkungan yang efektif dan baik akan dapat diberikan kepada masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi adalah belum diketahuinya hubungan faktor kepuasan kerja dengan kinerja tenaga sanitasi puskesmas di Kabupaten Majalengka. Dengan demikian tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang hubungan faktor kepuasan kerja dengan kinerja tenaga sanitasi puskesmas pada Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. Variabel penelitian dibatasi pada faktor kepuasan kerja yang ditinjau dari faktor intrinsik (mencakup kesesuaian togas. prestasi, tanggung jawab, otonomi) dan faktor ekstrinsik (mencakup hubungan antar pribadi, tempat ketja, peralatan kerja, gaji dan upah, promosi, pengembangan karier) terhadap kinerja tenaga sanitasi puskesmas. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan survey atau studi penampang dengan pendekatan cross sectional Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja dan tingkat kinerja tenaga sanitasi puskesmas. Sedangkan analisis data dilakukan melalui uji statistik nonparametric dengan menggunakan uji korelasi Spearman untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja tenaga sanitasi puskesmas. Penelitian ini dilakukan terhadap 35 orang tenaga sanitasi puskesmas sebagai unit sampel penelitian. Data diambil pada tanggal 15 Mei sampai dengan 25 Juni tahun 2001 di Kabupaten Majalengka. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kepuasan kerja tenaga sanitasi puskesmas adalah 65,65 % dari responden menyatakan puas, 20,9 % responden merasa cukup puas, dan 13,45 % dari responden merasa tidak puas dan tingkat kinerja tenaga sanitasi puskesmas adalah 71,6 % tenaga sanitasi puskesmas berkinerja baik, 21,4 % tenaga sanitasi puskesmas berkinerja cukup baik, dan 7,0 % tenaga sanitasi . puskesmas berkinerja buruk. Dari hasil analisis bivariat hubungan antara faktor kepuasan kerja dengan kinerja tenaga sanitasi puskesmas didapatkan hasil bahwa adanya hubungan antara faktor kepuasan kerja dengan kinerja tenaga sanitasi puskesmas di Kabupaten Majalengka (p < 0,05). Berdasarkan analisis multivariat dengan menggunakan uji t, maka subfaktor promosi dan otonomi yang mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja tenaga sanitasi puskesmas di Kabupaten Majalengka. Dan subfaktor promosi dan otonomi mempunyai pengaruh yang besar dalam meningkatkan kinerja tenaga sanitasi puskesmas di Kabupaten Majalengka. Dengan hasil tersebut, dirasa perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menggali lebih dalam faktor-faktor yang berhubungan dengan kinetja tenaga sanitasi puskesmas, dengan menggunakan sampel yang lebih besar dan variabel penelitian yang lebih lengkap. Daftar bacaan : 49 (1955 ? 2000)
Correlation Between Job Satisfaction and Performance of Sanitation Staffs of Public Primary Health Centers in Majalengka 2001In globalization era like today quality of service in an organization is very important matter, so it needs good administration of human resources, In public primary health center, sanitation staffs have moat important fole to de the enviroment sanitation program effectively for community to enhance public health degree. This research objective is do find out correlation between job satisfaction and performance of sanitation division staffs in public primary health centers in Majalengka regency, Province of West Java. Using variable related to job satisfaction faktor which divided in two, extrinsic (Le task aljiistmtent. achievement, responsibility, and autonomy) and extrinsic (i.e. persoiral relationship, work envirnnient, work instrumens, salary and wages, promotion, aid carrier development. Research methodology survey by cross sectional approach to determine ! ve I of satisfaction end learn of performance. Data analysis using non parametric chili :tical test wkir-ii is Spearman corelation test to find any correlation between level of ,etietiletiou with performance. Research sample unit is 35 staffs of sanitation, data collected between 15 May to 25 June 2001 in Majalengka regency, Province of West Java The results are 65,65 % of respondents were satisfied, 20,9 % respondents were satisfied enough, and 13,45 % respondents were not satisfied, and for the performance, 71,6.% have good performance, 21,4 % average, and 7,0 % have bad performance. From bivariat analysis results there is correlation between job satisfaction with performance (p 0,05). From multivariate analysis with t test, sub factor promotion and autonomy have close correlation to performance of sanitation stpirs in public primary health centers. Based on these findings advance research is reccesary to investigate each factors more detail and using mare sample and variabel for the better results. Bibliography : 48 (1955-2000)
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
Abstrak :
Hingga saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut UNICEF (1998) dengan pelayanan kesehatan primer diperkirakan dapat menurunkan AKI sampai 80%. Namun sayangnya dari hasil penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan bahwa kualitas pelayanan ibu hamil baik di rumah sakit maupun di puskesmas masih mengecewakan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan hanya berkisar 50-60% (Yayuk:1999; Sarmili:2000). Padahal menurut Woodside (1989), Parasuraman (1985), Zeithaml dan Berry (1986) apabila pasien puas terhadap mutu layanan yang diberikan membuat pasien tersebut berminat kembali untuk membeli jasa pelayanan yang diberikan. Dengan demikian kepuasan pasien berdampak terhadap cakupan dan Angka Kematian Ibu. Mengingat di Kota Bogor belum pernah dilakukan penelitian tentang kepuasan pasien maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian khususnya tentang gambaran kepuasan dan minat beli ulang pasien pelayanan antenatal (ANC) puskesmas serta faktor-faktor yang diduga berhubungan. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan sampel sebanyak 100 orang ibu hamil dan seluruh bidan puskesmas yang bertugas pada pelayanan ANC yang tersebar di sepuluh puskesmas kota Bogor yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pasien rata-rata masih berada di bawah angka 100 yaitu 89,29. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan dengan minat beli ulang (p value-0,009). Dari analisis statistik diperoleh hasil bahwa variabel kepemimpinan berhubungan secara signifikan dengan pelayanan ANC (p value-0,023) tetapi tidak berhubungan dengan interaksi bidan-pasien. Sedangkan variabel karakteristik petugas meliputi umur, masa kerja, motivasi, pengetahuan, ikilim kerja, beban kerja dan sarana tidak berhubungan dengan proses pelayanan ANC dan interaksi bidan-pasien. Terhadap karakteristik ibu hamil memperlihatkan bahwa variabel umur, pendidikan, pekerjaan, paritas dan pengetahuan tidak berhubungan bermakna dengan kepuasan pasien. Analisis terhadap dimensi pelayanan memperlihatkan bahwa terdapat 5 unsur yang perlu diprioritaskan untuk diperhatikan yaitu : (1) ketepatan jadwal pelayanan, (2) pelayanan yang segera, (3) ketelitian dalam pelayanan, (4) bantuan bidan untuk mengatasi masalah pasien dan (5) bidan agar memberikan informasi yang jelas. Disarankan (1) adanya kegiatan penyegaran maupun pelatihan dalam rangka peningkatan pengetahuan bidan karena pengetahuan berhubungan bermakna dengan tingkat pelayanan dan kepuasan pasien, (2) perlu adanya penelitian kepuasan pasien secara kontinyu dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama disebabkan karena kepuasan sangat tergantung sekali dengan persepsi pasien itu sendiri. ......Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia is still high until now. UNICEF (1998) claims the primary health services could decrease MMR up to 80%. Unfortunately, based of several studies showed that quality of services for maternal both in Hospital or Health Center are dissatisfied. Satisfaction level patient of the given services is about 50 to 60 % (Yayuk:1999; Sarmili:2000). Patient who satisfy on quality of services would interest she take these services in other time (Woodside: 1989;Parasuraman: 1985;Zeithaml and Berry: 1986). in other words, patient's satisfactory level would influence coverage and MMR. We interested to study on this issue because, there is no study has been carried out in Bogor relating to this issue. Using cross sectional design with 100 sample of pregnant woman and all midwives who handling the ANC service in Health Center that spreading in 10 Health Center in Bogor city which chosen purposively. The result of this study shows that patient's satisfaction level is 89,29%. There is reverse correlation between satisfaction levels with behavioral intention (p=0,009), this could relate to complete ANC visit they had. From statistical analysis found that leadership significantly correlated with ANC services (p=0,023) but has no correlation with midwife-patient interaction. Midwife's characteristics variable such as age, experience, motivation, knowledge, working environment, work burden, and facility have no correlation with satisfaction of ANC services and midwife-patient interaction. Also patient characteristics such as, age, education, job, parity, knowledge have no significant relationship with patient's satisfaction. Analysis on service dimension shows that there are five aspects that should be priorities to attend, which are (1) good service scheduling, (2) immediately service, (3) accurately service, (4) midwife support, (5) clear information from midwife. This study recommends to carry out another study on patient's satisfactory in short time interval, because satisfaction depend on patient own perception.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T10639
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izwar Arfanni
Abstrak :
Visi Indonesia sehat 2010 mengharapkan masyarakat Indonesia dimasa depan melalui pembangunan kesehatan adalah penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan adanya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Dana Perimbangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten lebih aktif melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih meningkatkan perannya sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama dengan cara meningkatkan sistim manajemen sumberdaya, khususnya manajemen peralatan Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan secara rinci proses manajemen peralatan di Puskesmas Inderalaya, Puskesmas Tanjung Raja dan Puskesmas Tanjung Lubuk Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dalam mendeskripsikan proses manajemen peralatan Puskesmas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan evaluasi dimensi kesesuaian (appropriateness) dan dimensi kecukupan (adequateness). Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif dilakukan pada bulan April sampai Mei 2002 dengan subjek penelitian adalah Pimpinan Puskesmas, Bendaharawan barang dan koordinator program, masing-masing 1 (satu) orang untuk tiap Puskesmas. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesesuaian dan kecukupan faktor dalam kajian manajemen peralatan di 3 (tiga) Puskesmas telah sesuai dan cukup. Sedangkan faktor pemanfaatan dan pemeliharaan hanya Puskesmas Inderalaya yang sesuai dan cukup. Demikian juga Pimpinan Puskesmas diharapkan membina stafnya terus menerus, meningkatkan keterampilan petugas pengelola peralatan Puskesmas dengan cara mengirim petugas tersebut untuk mengikuti pelatihan baik di kabupaten maupun propinsi, sehingga nantinya diharapkan manajemen peralatan Puskesmas sebagai bagian dari sistim manajemen sumberdaya Puskesmas tujuannya akan betul-betul tercapai. ...... Evaluation of Equipment Management System in Community Health Center of Indralaya, Tanjung Raja and Tanjung Lubuk, at the District of Ogan Komering Ilir Year 2001The vision of "Healthy Indonesia Year 2010" expects that the health development of the future Indonesia will construct healthy community and nation which are indicated by people living in healthy environment, applying healthy behavior, and able to access to health services equitably. The Law No. 22, 1999 about Local Government and the Law No. 25, 1999 about the Fiscal Balance of Central and Local Government outlined that Local Government at the district level to be more active on undertaking health development including planning, implementing, and controlling. Community Health Center (PUSKESMAS) as the main community health services should play more important role as the center of health development, the community participation and center of primary health services by improving its management system of resources especially the management of PUSKESMAS equipment. This research aims to get the detail information about management system of equipment in PUSKESMAS of Indralaya, Tanjung Raja, and Tanjung Lubuk at the District of Ogan Komering Ilir. To describe the process of PUSKESMAS equipment management, this research used the appropriateness and adequateness dimension evaluation approaches. This research was designed with qualitative approach that conducted during April and May 2002. Subject of this research were the head of PUSKESMAS, commodities treasurer, and program coordinator, and respectively one person in each PUSKESMAS. The result of the research concluded that the appropriateness and adequateness of input factors of equipment management in the three PUSKESMAS has been appropriate and adequate, while the process factor, especially the utilization and maintenance, only PUSKESMAS of Indralaya which is appropriate and adequate. It is gratefully hoped that the head of PUSKESMAS could guide his staff continuously and increase the skills of the worker who uses and maintains the PUSKESMAS equipment by sending him to get such training either in district or provincial level. Thus, the purpose of PUSKESMAS equipment management as the part of resources management system of PUSKESMAS will be reached.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindawati
Abstrak :
Menghadapi masalah kesehatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pergeseran pada sistem pelayanan kesehatan dan perkembangannya pada masa yang akan datang, terutama dengan disepakatinya pasar bebas ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 2003 serta disusul dengan World Trade Organization (WTO) tahun 2010 dan 2020, pelayanan kesehatan dituntut untuk mampu memberikan pelayanan profesional berdasarkan standard global. Sejalan dengan perkembangan pelayanan kesehatan dalam menyonsong era globalisasi maka Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan harus dapat mengantisipasi dan mempersiapkan diri agar mampu berkompetisi dengan pelayanan kesehatan lainnya. Untuk itu Puskesmas perlu menyusun suatu rencana strategik. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan Rencana strategis Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dalam kurun waktu 5 tahun antara tahun 2003 - 2007. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Operasional, analisis dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis strategik dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap penyusunan rencana strategik adalah faktor peluang: demografi, Kebijakan, Pelanggan, Pemasok, Geografi dan sosial/pendidikan, dan faktor ancaman adalah ekonomi, Pesaing, teknologi dan epidemiologi. Faktor Internal yang berpengaruh adalah faktor kekuatan: fasilitas fisik dan faktor kelemahan adalah SDM, pemasaran, keuangan, sistem informasi, sistem manajemen dan produk layanan. Dengan memakai matriks IFE dan EFE pada tahap Input, tahap Marching dengan matriks IE dan SPACE serta tahap Decision dengan QSPM maka dapat ditentukan Posisi Puskesmas berada pada posisi bersaing dengan alternatif strateginya adalah Pengembangan Produk dan Penetrasi Pasar. Adapun rekomendasi yang disarankan untuk Pengembangan Produk adalah Pengadaan pelayanan Rumah Bersalin dan Penetrasi Pasar dengan melakukan promosi Puskesmas kepada masyarakat. Dengan mengimplementasikan strategi terpilih ke dalam program-program yang tepat diharapkan Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan akan dapat lebih berkembang dan dapat mencapai misi dan visinya.
Strategic Planning Grogol Petamburan Public Health Center Jakarta Facing healthy problem, the improvement of knowledge and science, change on healthy service system and its increasing in the future, chiefly with The ASEAN Free Trade Area (AFTA) acceptance which on going in 2003 and will be followed by The World Trade Organization (WTO) in 2010 and 2020, public services to be insisted capable giving professional service based on global standard. As a developing of in hearth service sector in facing globalization era, Grogol Petamburan public health center have to anticipate and get ready itself to be capable in competing with another health services. So it need public health center strategic planning. This research conducted to analyze many factors that gave impact on public health center strategy. This research use operational research method with descriptive analyze and strategic analyze. The research is concluded that external factor which gave impact to public health center strategy, the Opportunities are: demography, regulation, customer, vendor, geography and social/education. The Threats are: economic, competitive, technology and epidemiology. Internal factor which gave impact, the Strengths are: physical facility and the Weakness are: human resources, marketing, information system, management system and services product. This research using IFE and EFE Matrix in the Input stage, the matching stage using IE Matrix and SPACE Matrix and finally the decision stage using QSP Matrix. There are potential external and internal factor that have to be follow with chosen strategy. The chosen strategy that appropriately to be applied is Competitive strategy. As an alternative there is appropriate strategy that stated as market penetration and product development. Recommendation for product development is Birth Place and market penetration is Public Health Center Promotion. By implementing chosen strategy into the right program it is hoped that Grogol Petamburan public health center will be more developed and could reach its mission and vision.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 10716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Adiono
Abstrak :
Rumah Sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang kualitasnya sangat berperan dalam menunjang pelayanan tersebut. SDM terpenting dalam Rumah Sakit adalah perawat, karena selain jumlahnya yang dominan perawat juga memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari selama tujuh hari dalam seminggu, serta mempunyai kontak yang konstan dengan pasien. Oleh karena itu pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di Rumah Sakit. Mengingat bahwa di RS se kota Palu belum pernah dilakukan penelitian terhadap kinerja perawat, serta dengan mengacu kepada penelitian sebelumnya di tempat lain. Maka perlu dilakukan penelitian agar diperolehnya informasi bagaimana kepemimpinan yang mendorong iklim kerja dan motivasi serta dampaknya terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit sekota Palu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh populasi pada setiap Rumah Sakit se kota Palu dengan total populasi sebesar 420 orang perawat yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga perawat pelaksana perawatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat di Rumah Sakit se kota Palu, berdasarkan penilaian 360 derajat, lebih dari setengah yaitu 51,9 % kinerja perawat baik. Berdasarkan uji Kai Kuadrat didapat bahwa ada hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan motivasi kerja, kepemimpinan dengan iklim kerja, iklim kerja dengan motivasi kerja, kepemimpinan dengan kinerja, iklim kerja dengan kinerja, dan motivasi kerja dengan kinerja perawat. Pada hasil analisa multivariat dengan uji Regresi Logistik Ganda, didapat adanya hubungan yang bermakna antara kepemimpinan dengan motivasi kerja, setelah dikendalikan oleh variabel tempat bertugas dan masa kerja. Antara kepemimpinan dengan iklim kerja, setelah dikendalikan oleh variabel umur. Antara iklim kerja dengan motivasi kerja setelah dikendalikan oleh variabel tempat bertugas. Antara Kepemimpinan dengan kinerja perawat, antara iklim kerja dengan kinerja perawat dan antara motivasi kerja dengan kinerja perawat setelah dikendalikan oleh variabel tempat bertugas, masa kerja dan jarak dari rumah ke Rumah Sakit. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu diperolehnya informasi mengenai hubungan antara kepemimpinan, iklim kerja dan motivasi kerja dengan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit sekota Palu, setelah dikendalikan oleh faktor internal, ternyata yang paling berhubungan dengan kinerja perawat adalah motivasi kerja,setelah dikendalikan oleh variabel tempat bertugas, masa kerja dan jarak dari rumah ke Rumah Sakit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa setelah dikendalikan oleh faktor internal terbukti ada hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi kerja, kepemimpinan dengan iklim kerja, iklim kerja dengan motivasi kerja, Kepemimpinan, iklim kerja dan motivasi kerja dengan kinerja perawat dan faktor yang paling berhubungan dengan kinerja perawat adalah motivasi kerja. Penelitian ini menyarankan bahwa untuk meningkatkan kinerja perawat perlu meningkatkan motivasi kerja perawat dengan menciptakan iklim kerja yang mendukung dan menerapkan kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi perawat di Rumah Sakit. ......Quality of human resources in hospital has a critical rate in providing high quality of services. The important human resources at the hospital are nurses, in which the number of nurses is dominant. They provide services 24 hours in a day, and seven days in a week, also have constant contact to patients. So that, nursing service as integral part of health service, their contribution will determine the quality of service at the hospital. Considering that throughout the Palu City Hospitals have not conducted the study yet on nurses' performance, and referring to other previous study in another places. So, it needed to conduct a study in order to obtain the information on how leadership encourages working environment and motivation, and its impact to the nurses' performance throughout the Palu City Hospitals. The design study used was cross sectional. The sample in this study were entire hospitals throughout Palu City with the number of population are 420 nurses, whose task and responsibility to perform as implementers nurses. The result of this study showed that the nurses' performance throughout Palu City Hospitals, based on 360 degrees assessment, generally, where over than half showed, i.e., 51,9%, their performance was good. Based on Chi Square Test, it obtained that there was significant relationship between leadership and working motivation, leadership with working environment, working environment with working motivation, leadership with performance, working environment with performance, and working motivation with nurses' performance. The result on multivariate analysis by Multiple Logistic Regression Test, it obtained that there was significant relationship between the leadership and working motivation, after managing by the variable of working place and working length. Between the leadership and working environment, after managing by variable of age. Between working environment and working motivation, after managing by variable of working place. Between the leadership and nurses' performance, between working environment and nurses' performance, between working motivation and nurses' performance, after managing by variable of working place, working length and distance of house to the hospital. Referring to the objective this study, i.e. it obtained information on .the relationship of working environment and motivation to nurses' performance throughout Palu City Hospitals, after managing by internal factor. The fact, that the most relationship to nurses' performance was working motivation, after managing by variable of working place, working length and distance of house to the hospital. This study concludes that after managing by internal factor, there was evidence relationship between leadership and working motivation. Leadership, working environment and motivation with nurses' performance and the factor that the most relationship to nurses' performance was work motivation. Considering to the result of this study, it recommended that in order to improve the nurses' performance it should increase the working motivation of nurses, by establishing working environment that support and apply the appropriate leadership, that correspond to situation and condition of nurses at the hospital.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Ratna Primayanti
Abstrak :
Rumah sakit secara umum yang menghadapi berbagai tantangan dalam melaksanakan fungsinya sebagai institusi pelayanan kesehatan dalam upaya mengembangkan fungsi sosial dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan berbagai hal, antara lain permintaan pasar yang semakin mengarah pada kualitas pelayanan, dicanangkannya pelayanan prima, kebijakan tentang pelayanan pasien miskin, akreditasi rumah sakit, lahirnya UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maraknya Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai kontrol sosial. Penjabaran tentang fungsi sosial rumah sakit tersebut dapat diketahui dari Pasal 25 Permenkes Nomor 159 b tahun 1988 tentang Rumah Sakit Nasional Jo. SK Menkes Nomor 378 tahun 1993 tentang pelaksanaan fungsi sosial rumah sakit swasta, dinyatakan "Setiap rumah sakit harus melaksanakan fungsi sosialnya dengan antara lain menyediakan fasilitas untuk merawat penderita yang tidak mampu. Bagi rumah sakit pemerintah sekurang-kurangnya 75% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia, sedangkan bagi rumah sakit swasta sekurang-kurangnya 25% dari kapasitas tempat tidur yang tersedia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pelaksanaan kebijakan Permenkes No. 159b tahun 1988 tentang penerapan fungsi sosial dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dengan tujuan khusus : Pemahaman kebijakan tentang fungsi sosial rumah sakit dalam kaitannya dengan penerapan fungsi sosial rumah sakit, pelaksanaan penerapan kebijakan fungsi sosial rumah sakit dan penilaian pelaksanaan Permenkes No. 159b /Menkes/Per/1111988 tentang penerapan fungsi sosial rumah sakit. Hasil penelitian menunjukk`an bahwa pemahaman manajer kesehatan terhadap kebijakan fungsi sosial ialah terjadi salah persepsi di pejabat Depkes, yaitu Permenkes 159b/Menkes/Per/1111988 telah diganti SK Menkes 582/Menkes/SK VII1997. Pemahaman dari RSUD Tarakan tentang kebijakan fungsi sosial rumah sakit hanya diketahui oleh level manajer 1 dan level manajer 2. Lever manejer 3 dan manajer 4 hampir seluruhnya baru tahu ada kebijakan fungsi sosial rumah sakit dan merasa hanya menjalankan kebijakan fungsi sosial rumah sakit sebagai perintah atasan. RSUD Tarakan telah melaksanakan fungsi sosial dengan tempat tidur kelas III 41,41% dengan BOR kelas 111 73,23%, klaim yang dikeluarkan untuk fungsi sosial rumah sakit 23,29% dari hasil pendapatan rumah sakit. Disarankan agar antara Permenkes 159blMenkeslPer/1111988 Pasal 25 dan SK Menkes RI No. 582/ MenkesISKIVI/1997 sehingga harus dilakukan peninjauan kembali 2 ketentuan yang menetapkan besarnya jumlah tempat tidur, meskipun RSUD Tarakan dalam pelaksanaannya tidak memenuhi ketentuan Permenkes 159b tahun 1988 Pasal 25 ternyata dengan tempat tidur 41,41% BOR nya 73,23%. Hal ini dipertimbangkan agar rumah sakit dibebaskan untuk mengatur tempat tidur.
Analysis on Implementation of Hospital Social Function Policy Conducted in Tarakan Hospital, Central Jakarta Year 2004Hospitals face many challenges in implementing their function as health care institution related to the development of hospital social function and the duty to provide health care to the public. This complex situation is caused by market demand towards quality, prime service embark, policy on poor patient, hospital accreditation, Law No. 8/1999 on consumer's protection and the ever increasing number of NGO act as social control. The Minister of Health Decree Number 159b/1988 Chapter 25 on National Hospital and Minister of Health Decree Number 378/1993 on the implementation of social function of private hospitals stated that every hospital should implement its social function by, among others, providing facilities to poor patients, at least 75% of bed capacity for state-owned hospital and at least 25% for private hospital. This study objective is to analyze the implementation of Minister of Health Decree Number 159b/1988 on the implementation of hospital social function in Tarakan Hospital with specific objectives of investigating the understanding of the hospital social function among hospital managers, the implementation of hospital social function policy, and evaluation of Minister of Health Decree Number 159b/1988 on hospital social function implementation. The study shows that there is misperception on social function policy among hospital managers the Minister of Health Decree Number 159b/1988 has been replaced by Minister of Health Decree Number 582/1997. Understanding of hospital social function were only perceived by level 1 and level 2 managers. Level 3 and 4 managers did not notice the policy as legal document and implement the policy based on superior's command only. Tarakan Hospital has been implemented its social function by providing 41.41% class III wards with BOR of 73.23%, the hospital also claimed that they spent 23.29% of its income for social function. It is recommended to adjust and to review both the Minister of Health Decree Number 159b/1988 and the Minister of Health Decree Number 582/1997 as to not confuse hospital managers. Even though Tarakan Hospital was not complied to the Minister of Health Decree Number 159b/1988 but the hospital had provided 41.41% class III wards with BOR of 73.23%. It is also suggested that the hospital should given the freedom to determine the number of beds provided for social function. References: 25 (1986-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>