Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Josephine Maria Cristissa Windanti
"Pasangan hubungan jarak jauh semakin umum di Indonesia yang mana memiliki keterbatasan dalam bertemu dan berinteraksi secara fisik. Keterbatasan tersebut berdampak pada aktivitas seksual yang biasa dilakukan bersama pasangan sehingga dapat berpengaruh pada menurunnya kepuasan seksual. Namun seiring berkembangnya teknologi, aktivitas seksual dapat dilakukan secara daring yang salah satunya adalah sexting. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perilaku sexting terhadap kepuasan seksual pada dewasa muda berusia 20 – 30 tahun (M = 22.04, SD = 1.833) yang menjalani hubungan jarak jauh. Penelitian ini dilakukan pada 411 partisipan (93.2% perempuan, 6.8% laki-laki) yang berpacaran selama minimal enam bulan (M = 28.38, SD = 24.34), menjalani hubungan jarak jauh, melakukan aktivitas seksual dan sexting dengan pasangan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur perilaku sexting yang dikembangkan oleh Gordon-Messer et al. (2013) dan The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sexting berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan seksual (B = .219, t(411) = 5.905, p < .05) dengan rata-rata frekuensi menerima sext sebesar 10.06 (SD = 4.003) dan rata-rata frekuensi mengirimkan sext sebesar 10.61 (SD = 4.265) sepanjang menjalin hubungan pacaran dengan pasangan. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para pasangan berpacaran jarak jauh untuk menjaga aspek seksual dalam hubungan dengan melakukan sexting.

Long-distance relationship couples are increasingly common in Indonesia and which has limitations in meeting and interacting physically. This limitation has an impact on sexual activity that is usually done with a partner so it can affect the decrease in sexual satisfaction. However, as technology develops, sexual activity can be carried out online, one of which is sexting. This study aims to see the effect of sexting behavior on sexual satisfaction among young adults who establish long-distance relationships. This research was conducted on 411 participants (93.2% female, 6.8% male) who had been dating for at least six months (M = 28.38, SD = 24.34), establish long distance relationship, had sexual activity and sexting with partner, which were obtained by convenience sampling. The measurement tool used in this research is the sexting behavior measurement tool developed by Gordon-Messer et al. (2013) and The Global Measure of Sexual Satisfaction (GMSEX). The results showed that sexting had a positive and significant effect on sexual satisfaction (B = .219, t(411) = 5.905, p < .05) with average frequency of receiving sext is 10.06 (SD = 4.003) and average frequency of sending sext is 10.61 (SD = 4.265) during the dating relationship. The result of this study can be a reference for long-distance dating couples to maintain sexual aspects in their relationship by doing sexting"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mendrofa, Anastasia Patricia
"Konsumsi masyarakat Indonesia ditemukan semakin meningkat sehingga memperparah dampak perubahan iklim. Untuk menyikapinya, penelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi peranan orientasi religiusitas dan rasa kepemilikan alam serta interaksinya berdasarkan teori determinasi diri. Penelitian korelasional dilakukan terhadap 300 partisipan berumur 18 tahun ke atas yang menganut salah satu agama yang diakui di Indonesia. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kedua orientasi religiusitas ditemukan memprediksi perilaku konsumsi berkelanjutan, tetapi rasa kepemilikan alam ditemukan tidak berperan sebagai prediktor maupun moderator. Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting terhadap institusi pendidikan dan keagamaan untuk mempromosikan perilaku konsumsi berkelanjutan.

Consumption in Indonesia is increasing, which worsens the effects of global warming. To address this, the current study was conducted to explore the role of religious orientation and psychological ownership of nature, as well as their interaction, based on self-determination theory. A correlational study was carried out with 300 participants aged 18 years and above, who profess one of the recognized religions in Indonesia. The findings revealed that both religious orientations predicted sustainable consumption behavior, but psychological ownership of nature was neither found to be a predictor nor a moderator. These results hold significant implications for educational and religious institutions in promoting sustainable consumption behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Setiamurti
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran perceived creativity fostering teacher behavior (P-CFTB) dan motivasi akademik sebagai faktor intrapersonal dalam memprediksi keterlibatan belajar pada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Statistika secara daring. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study dan pendekatan kuantitatif. Tiga instrumen penelitian, yaitu academic motivation scale (AMS), perceived creativity fostering teacher index (P-CFTIndex), dan university student engagement inventory (USEI) digunakan dan diisi oleh 460 mahasiswa psikologi. Data penelitian dianalisis dengan uji statistik deskriptif, korelasional, dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-CFTB dan motivasi akademik (motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, amotivasi) secara signifikan berperan dalam memprediksi keterlibatan belajar mahasiswa sebesar 52,9%. P-CFTB dan motivasi intrinsik juga ditemukan dapat memprediksi keterlibatan belajar secara signifikan masing-masing sebesar 22,51% dan 26,39%. Sementara itu, variabel amotivasi secara signifikan mampu memprediksi keterlibatan belajar sebesar 2,49%, sedangkan motivasi ekstrinsik tidak berperan secara signifikan dalam memprediksi keterlibatan belajar mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi akademik sekaligus memersepsikan perilaku mengajar dosen yang mendorong kreativitas (P-CFTB) secara positif, akan memiliki keterlibatan belajar yang lebih tinggi.

This study aims to analyze perceived creativity fostering teacher behavior (P-CFTB) and academic motivation as intrapersonal factors in predicting student engagement in online Statistics courses. This study used a cross-sectional study design and a quantitative approach. Three standardized scales (academic motivation scale, perceived creativity fostering teacher index, and university student engagement inventory) were filled out by 460 psychology undergraduates. All data were analyzed statistically by descriptive, correlational, and multiple linear regression tests. The results showed that P-CFTB and academic motivation (intrinsic, extrinsic, and amotivation) significantly predict student engagement by 52.9%. Furthermore, P-CFTB and intrinsic motivation partially predicted a significant increase in student engagement by 22.51% and 26.39%. Meanwhile, amotivation significantly predicted a decrease in student engagement by 2.49%, while extrinsic motivation did not significantly predict student engagement. The result shows that students who positively perceived creativity fostering teacher behavior (P-CFTB) and have academic motivation will have higher student engagement in Statistics online learning courses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livana Helga Clarissa
"TikTok, sebuah situs media sosial terkenal, memiliki dampak signifikan terhadap self-esteem dan body satisfaction. Penelitian ini mengeksplorasi korelasi antara konsumsi TikTok, self-esteem, dan body satisfaction. Tugas ini mengkaji dua hipotesis yang menunjukkan kemungkinan dampak buruk penggunaan TikTok terhadap faktor psikologis ini. Kami menggunakan metodologi survei dalam penelitian kami yang didistribusikan secara luas di kalangan keluarga dan sosial kelompok universitas. Survei untuk penelitian ini mengumpulkan data dari total 381 orang. Untuk menilai self-esteem, Self-Esteem Scale Rosenberg digunakan. Untuk mengukur body satisfaction, Body Image Satisfaction Scale yang dikembangkan oleh Alsaker digunakan. Terakhir, penggunaan TikTok diukur menggunakan Media and Technology Usage and Attitudes Scale yang dibuat oleh Rosen et al. Hasil penelitian kami menunjukkan hubungan terbalik yang kuat antara jumlah waktu yang dihabiskan di TikTok dan tingkat self-esteem serta body satisfaction para peserta. Pada akhirnya, penelitian ini menambah perluasan penelitian mengenai dampak buruk media sosial terhadap kesejahteraan mental, dan menggarisbawahi pentingnya memiliki pengetahuan dan kehati-hatian saat menggunakan platform seperti TikTok.

TikTok, a famous social media site, has had a significant impact on people's self-esteem and physical satisfaction. This study explores the correlation between the consumption of TikTok, self-esteem, and body satisfaction. It examines two hypotheses that suggest the possible adverse impacts of TikTok usage on these psychological factors. We employ a survey methodology in our research that was widely distributed within the familial and social circles of the university cohort. The survey for this study gathered data from a total of 381 individuals. In order to assess self-esteem, the Rosenberg Self-Esteem Scale is employed. To gauge body satisfaction, the Body Image Satisfaction Scale developed by Alsaker is utilised. Lastly, TikTok consumption is measured using the Media and Technology Usage and Attitudes Scale created by Rosen et al. The results of our study indicate a strong inverse relationship between the amount of time spent on TikTok and the participants' levels of self-esteem and happiness with their bodies. Ultimately, this study adds to the expanding body of research on the detrimental impacts of social media on mental well-being, underscoring the significance of being knowledgeable and deliberate when using platforms such as TikTok."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Noor Azizah
"Kehadiran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membawa pengaruh bagi perkawinan. Adanya periode-periode kritis, tekanan psikososial, serta proses penerimaan terhadap anak yang hanya dilalui oleh orang tua ABK dapat membawa pengaruh bagi dinamika perkawinan. Selain itu, beratnya beban pengasuhan, perawatan dan pendidikan ABK menjadikan mereka lebih terfokus pada buah hati sehingga waktu untuk berinvestasi dalam perkawinan menjadi sedikit. Minimnya interaksi, keintiman, hingga memburuknya komunikasi antar pasangan dapat mempengaruhi kualitas hingga stabilitas perkawinan. Penelitian ini meneliti peran kepuasan perkawinan sebagai mediator dalam hubungan antara perilaku memelihara hubungan dan komitmen perkawinan. Partisipan penelitian merupakan orang tua dengan ABK yang tengah menjalani perkawinan pertama serta tinggal satu atap dengan pasangan. Walaupun demikian, hanya satu partisipan saja yang diukur dalam penelitian ini. Terdapat 142 partisipan yang didapatkan secara convenience sampling dan snowball sampling. Seluruh partisipan telah mengisi kuesioner Relationship Maintenance Behavior Measure untuk mengukur perilaku memelihara hubungan, Quality Marriage Index untuk mengukur kepuasan perkawinan, serta Marital Commitment Inventory untuk mengukur komitmen perkawinan. Dari hasil analisis mediasi ditemukan bahwa kepuasan perkawinan memedisi hubungan antara perilaku memelihara hubungan dengan komitmen perkawinan, baik komitmen personal, komitmen moral, serta komitmen struktural. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada orang tua ABK, perilaku memelihara hubungan dapat memberikan pengaruh signifikan dan menyeluruh terhadap komitmen personal, moral serta struktural apabila kepuasan perkawinan telah dirasakan oleh orang tua terlebih dahulu.

The presence of children with special needs influences marriage. The existence of critical periods, psychosocial pressure, and the process acceptance of children, that only they go through, may influence the dynamics of marriage. In addition, the heavy burden of nurturing, caring and educating children with special needs makes them more focused on their children so that they have less time to invest in marriage. The lack of interaction, intimacy, and poor communication between partners can affect the quality and stability of marriage. This study examines the role of marital satisfaction as a mediator in the relationship between relationship maintenance behavior and marital commitment. Research participants are parents with special needs children who are undergoing their first marriage and live under the same roof. However, only one participant was assessed in this study. There were 142 participants obtained by convenience sampling and snowball sampling. All participants have filled out the Relationship Maintenance Behavior Measure questionnaire to measure relationship maintenance behavior, the Quality Marriage Index to measure marital satisfaction, and the Marital Commitment Inventory to measure marital commitment. From the results through the mediation analysis, it was found that marital satisfaction mediates the relationship between relationship maintenance behavior and marital commitment, both personal commitment, moral commitment, and structural commitment. From the results of the study, it can be concluded that in parents with special needs children, relationship maintenance behavior can have a significant and comprehensive influence on personal, moral and structural commitment if marital satisfaction has been felt by parents first."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fitriyana Gumay
"Beberapa tahun terakhir, banyak negara di Asia yang melaporkan peningkatan prevalensi gangguan makan, salah satunya adalah Body Image Disturbance (BID). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran self-compassion terhadap BID pada dewasa awal di masa pandemi COVID-19. Partisipan keseluruhan berjumlah 180 partisipan yang berada pada rentang usia dewasa awal, yaitu 18-29 tahun, serta berdomisili dan berkewarganegaraan Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa self-compassion memiliki peran yang signifikan terhadap BID (R2 = .239, F(1, 178) = 55.77, p = .000). Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan skor self-compassion dan BID antara laki-laki dan perempuan.

In recent years, many countries in Asia have reported an increasing prevalence of eating disorders, one of which is Body Image Disturbance (BID). This study aims to examine the role of self-compassion on BID in emerging adulthood during the COVID-19 pandemic. There are a total of 180 participants who are in the emerging adulthood, 18-29 years old, domiciled and an Indonesian citizens. This study has found that self-compassion had a significant role in BID (R2 = .239, F(1, 178) = 55.77, p = .000). In addition, this study also found that there was no meaningful difference in self-compassion and BID scores between men and women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Nadhira Dwi Maharani
"Dewasa ini, TikTok merupakan salah satu platform jaringan sosial yang paling banyak digunakan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengguna TikTok memilik kecenderungan lebih tinggi terhadap Fear of Missing Out (FoMO) dan orientasi perbandingan sosial. Namun, terdapat perbedaan hasil dalam studi sebelumnya yang menekankan perlunya penelitian ini untuk dilakukan. Studi ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Fear of Missing Out (FoMO) dan orientasi perbandingan sosial, serta konsumsi TikTok. Studi ini melibatkan 381 partisipan (M = 29.0 tahun, SD = 14.0) melalui penyebaran survey online yang dilakukan di Australia dan luar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi TikTok berkorelasi positif dengan FoMO dan orientasi perbandingan sosial. Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan usaha untuk mengurangi dampak buruk dari tingkat FoMo yang tinggi dan orientasi perbandingan sosial ke atas pada penggunaan TikTok.

Nowadays, people seem unable to live without social media. The same applies to TikTok, one of the most widely used social networking platforms. Previous research has indicated that people who consumed TikTok regularly have a higher tendency to Fear of Missing Out (FoMO) and Social comparison orientation. However, there are inconsistencies in these studies that underscores the necessity for this research to be undertaken. This study aims to examine the relationship between Fear of Missing Out (FoMO) and social comparison orientation and TikTok consumption. The study was conducted in Australia, which involved 381individuals from the community (M = 29.0 years, SD = 14.0) that were recruited using a convenience sample via online survey dissemination. The results showed that TikTok consumption was positively correlated with FoMO and Social Comparison Orientation. Based on this study, further efforts are needed to mitigate the harmful impact of high levels of FoMO and upward social comparison orientation on TikTok users.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rifda Fadhila Rahmah
"Penggunaan media sosial telah dikaitkan dengan beberapa tekanan psikologis, seperti gejala depresi dan kesepian. Namun, penelitian sebelumnya lebih banyak menemukan hubungan antara gejala depresi dan penggunaan media social dan belum menemukan korelasi antara kesepian, gejala depresi dan penggunaan TikTok, sebagai platform aplikasi media social yang banyak digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kesepian, gejala depresi, dan pengunaan TikTok dengan melibatkan 381 responden pengguna TikTok di Australia dan luar negeri. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini direkrut melalui penyebaran informasi melalui sosial media dengan periode survei berlangsung sekitar satu minggu. Hasil menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara kesepian dan gejala depresi dengan konsumsi TikTok. Ini menjelaskan bahwa individu yang mengalami kesepian dan gejala depresi mungkin lebih cenderung menggunakan TikTok. Implikasi dari penelitian ini sangat penting untuk memahami peran platform media sosial tertentu, khususnya TikTok, dalam kaitannya dengan kesehatan mental, terutama bagi mereka yang mengalami kesepian dan gejala depresi.

The usage of social media has been associated with several psychological distress, such as depressive symptoms and loneliness. However, previous research did not find a correlation between loneliness and TikTok consumption and only demonstrated the relation between depressive symptoms and social media usage. This study aimed to examine the relationship between loneliness, depressive symptoms and TikTok consumption by obtaining 381 TikTok user respondents. Participants involved in this research were recruited through online dissemination and the survey period was about a week. The results revealed significant positive correlations between loneliness and depressive symptoms with TikTok consumption. These findings suggest that individuals experiencing loneliness and depressive symptoms may be more inclined to use TikTok. The implications of this research are crucial for understanding the role of specific social media platforms, particularly TikTok, in relation to mental health, especially for those who experience loneliness and depressive symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutaauruk, Natasha Bernadette
"Seiring dengan menjadi fenomena global terbaru, studi ini menyelidiki hubungan antara konsumsi TikTok dengan kepuasan tubuh dan harga diri. Kepuasan tubuh dan harga diri adalah penting untuk dipelajari karena keduanya terkait dengan berbagai masalah kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan pola makan. Sebanyak 381 partisipan (M = 29,0, SD = 14,0), dengan rentang usia 17-78 tahun, direkrut melalui teknik convenience sampling. Tiga kuesioner daring berbasis laporan diri didistribusikan secara ketat untuk memperoleh data. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara konsumsi TikTok dengan kepuasan tubuh. Selain itu, terdapat korelasi negatif yang signifikan antara konsumsi TikTok dengan harga diri. Temuan studi ini mendukung hipotesis yang diajukan. Sebagai implikasi, pengguna disarankan untuk menggunakan TikTok dengan menetapkan batas waktu, mengurasi konten positif, dan istirahat secara teratur untuk melakukan aktivitas produktif guna mengurangi dampak negatif terhadap kepuasan tubuh dan harga diri.

s TikTok has become the latest global phenomenon, this study investigates the relationship between TikTok consumption and body satisfaction and self-esteem. Body satisfaction and self-esteem are critical to study due to their established associations with numerous mental health issues, including depression, anxiety, and eating disorders. A total of 381 participants (M = 29.0, SD = 14.0), ranging from 17-78 years, were recruited through convenience sampling. Three self-report online questionnaires were rigorously distributed to obtain the data. The results revealed a significant negative correlation between TikTok consumption and body satisfaction, which supported the proposed hypotheses. As practical implications, users should engage with TikTok mindfully by setting time limits, curating positive content, and taking regular breaks to engage in offline activities to mitigate the negative impacts on body satisfaction and self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Robin
"Sebuah studi mengenai media sosial, seperti Facebook, menemukan bahwa ada hubungan antara social comparison orientation, self-esteem, dan penggunaan Facebook. TikTok adalah media sosial yang cukup baru tetapi hanya menerima sedikit penelitian mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menyelidiki apakah ada asosiasi antara penggunaan TikTok dengan social comparison orientation and self-esteem. Studi ini menggunakan desain penelitian korelasional. Tiga ratus delapan puluh satu partisipan telah direkrut melalui penyebaran survei daring dengan menggunakan convenience sample dari komunitas. Hasil dari studi ini adalah penggunaan TikTok memiliki korelasi positif dengan social comparison orientation dan korelasi negatif dengan self-esteem. Studi ini menawarkan rekomendasi praktikal untuk pengguna TikTok yaitu untuk membatasi penggunaan TikTok atau berhati-hati dalam penggunaan untuk mengurangi dampak buruk dari penggunaan TikTok.

A study on social media, such as Facebook, found that there is a relationship between social comparison orientation, self-esteem, and Facebook usage. TikTok is a relatively new social media platform yet there is less research on it. Therefore, the present study aims to investigate whether there is an association between TikTok consumption with social comparison orientation and self-esteem. This will be achieved by employing a correlational study design. Three hundred eighty-one participants were recruited through online survey dissemination that utilized a convenience sample from the community. Results showed that TikTok consumption is positively correlated to social comparison orientation and negatively correlated to self-esteem. This study offers a practical recommendation for TikTok users, suggesting that they should restrict their usage of TikTok or exercise caution while using it in order to mitigate the adverse consequences of TikTok consumption."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>