Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widyana
"Penelitian evaluasi ini bertujuan untuk mengembangkan konsep dan metode evaluasi pengembangan kapasitas implementasi GAP (Good Agricultural Practices) pada program Training SCOPI dengan menggunakan kerangka CIPP. Studi ini menyoroti kebaruan empiris dari pola Training yang mengutamakan fleksibilitas (menyesuaikan kebutuhan di lapangan) dengan meninjau kapasitas implementasinya. Literatur terkait topik ini masih banyak menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan dasar, sedangkan aspek pengembangan kapasitas dalam implementasi GAP untuk menciptakan kesejahteraan pemanfaat program yang berkelanjutan belum banyak diperhatikan. Evaluasi sumatif ini dilakukan dengan metode kualitatif, melalui teknik wawancara mendalam dan observasi. Penggunaan kerangka analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) digunakan untuk menilai sistem implementasi dan hasil jalannya program Training SCOPI. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan para pemanfaat program Training SCOPI terkait GAP (Good Agricultural Practice). Namun, upaya pengembangan kapasitas dalam implementasi GAP oleh pemanfaat program masih belum terukur dengan baik karena bergantung pada daya serap dan kemauan individu dari pemanfaat program. Pengembangan kapasitas secara signifikan dirasakan pada petani-petani unggulan yang dinobatkan menjadi Master Trainer. Hal ini menunjukan bahwa dimensi produk pada program Training SCOPI dapat dikategorikan cukup baik. Banyak faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya pengembangan kapasitas dalam implementasi GAP oleh pemanfaat program, diantaranya kemauan untuk berkembang, kemampuan mengembangkan ilmu yang didapat dan kecakapan dalam membangun relasi khususnya dalam industri kopi. Secara perencanaan program Training SCOPI dinilai sangat baik khususnya berkaitan dengan pemahaman pengelola terkait konteks program yang relevan dengan kebutuhan di lapangan. Dimensi input program Training SCOPI menunjukkan capaian cukup baik dengan nilai unggul pada kualifikasi dan kompetensi pengelola dan Master Trainer yang relevan dengan kebutuhan, dan terkait pendanaan dan pelaporannya. Namun, berkaitan dengan fasilitas, sarana dan prasarana masih kurang baik karena SCOPI hanya menyediakan fasilitas yang sifatnya umum untuk menunjang pengetahuan petani sedangkan fasilitas di lapangan tergantung pada pihak penyelenggara kegiatan Training SCOPI. Dimensi proses pada program Training SCOPI memiliki nilai yang cukup baik, dengan nilai unggul pada penyesuaian antara pelatihan dengan kebutuhan di lapangan, hal ini menunjukkan nilai relevansi yang tinggi. Namun, terkait penilaian dan monitoring pelaksanaannya bisa dikategorikan kurang baik karena adanya kesenjangan antara wilayah yang mendapat donatur tetap dengan yang tidak. Pada akhirnya pengukuran kapasitas implementasi GAP oleh pemanfaat program, dalam meninjau dampak program Training SCOPI hanya optimal pada segmen wilayah atau individu-individu tertentu tidak dapat menyeluruh, sedangkan dampak lainnya yang ditimbulkan seperti pada kehidupan masyarakat dan lingkungan atas adanya penerapan GAP masih belum bisa diukur secara pasti.

This evaluation research aims to develop concepts and methods for assessing the capacity-building implementation of Good Agricultural Practices (GAP) within the SCOPI Training program using the CIPP framework. The study emphasizes the innovative nature of a training pattern that prioritizes flexibility by adapting to field needs, examining its implementation capacity. While existing literature often focuses on meeting basic needs, this research considers the capacity building in GAP implementation necessary for sustainable well-being among program beneficiaries, a relatively unexplored area. This summative evaluation utilized qualitative methods, including in-depth interviews and observations. The CIPP (Context, Input, Process, Product) framework was applied to evaluate the implementation system and outcomes of the SCOPI Training program. The evaluation results indicate an increase in the knowledge and skills of SCOPI Training program beneficiaries regarding GAP. However, the efforts to build capacity in GAP implementation by program beneficiaries have not been thoroughly measured, as they depend on individual absorption capacity and willingness. Significant capacity development was observed among top farmers appointed as Master Trainers, suggesting that the product dimension of the SCOPI Training program is quite effective. Many factors influence the extent of capacity development in GAP implementation by program beneficiaries, including the willingness to grow, the ability to develop acquired knowledge, and proficiency in building relationships, particularly in the coffee industry. The SCOPI Training program planning is highly regarded, particularly for the managers' understanding of the program context relevant to field needs. The input dimension shows favorable results, with high scores in the qualifications and competencies of managers and Master Trainers, as well as in funding and reporting aspects. However, the facilities and infrastructure are less satisfactory because SCOPI only provides general facilities to support farmers' knowledge, while on-field facilities depend on the organizers of SCOPI Training activities. The process dimension of the SCOPI Training program is rated positively, with high scores in adapting training to field needs, demonstrating strong relevance. However, the evaluation and monitoring of its implementation are considered poor due to disparities between regions with regular donors and those without. Ultimately, measuring the capacity for GAP implementation by program beneficiaries, when reviewing the impact of the SCOPI Training program, is optimal only in certain regions or among specific individuals and cannot be generalized. The broader impacts on community life and the environment due to GAP implementation remain uncertain and cannot be measured precisely."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Widyana
"Penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah ada hubungan (pengaruh) kondisi ekonomi negara-negara mitra dagang dan faktorfaktor pertumbuhan ekonomi di dalam negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia? Dengan negara-negara mitra dagang mana saja, pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terus meningkat? Penelitian menggunakan data panel: 20 negara mitra dagang, yaitu jumlah ekspor terbesar ke negara tujuan (Australia, Belgia, Kanada, Cina, Perancis, Jerman, Hong Kong, India, Italia, Jepang, Korea, Malaysia, Belanda, Filipina, Saudi Arabia, Singapura, Spanyol, Thailand, Inggris, dan Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama) pada periode waktu 30 tahun (1974-2003).
Regresi data panel dengan menggabungkan (pooling) data cross-section dan time series, menggunakan variabel dummy (least square dummy variable) dan variabel lag dependen (YP(-1)); serta dikombinasikan dengan model kuadratik ( YPPxYPP, TRDIxTRDJ dan YPRxYPR) adalah serupa dengan estimasi data panel dengan fixed efects.
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan (pengaruh) kondisi ekonomi negara-negara mitra dagang dengan pertumbuhan ekonomi di indonesia. Peningkatan US$ 1 pdb per kapita riil negara mitra dagang (YPP) menyebabkan peningkatan US$ 0.039771 tingkat PDB per kapita rill indonesia (YP) (signifikan). Pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terus meningkat dengan negara-negara mitra dagang yang mempunyai nilai rasio pdb per kapita rill terhadap PDB per kapita rill negara mitra dagang (ypr) lebih kecil dari nilai ypr optimal 3.102024 dengan prioritas dalam hubungan kerjasama perdagangan, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Belanda, Perancis, Belgia, Hong Kong, Kanada, Inggris, Australia, Singapura, Italia, Spanyol, Saudi Arabia, Jerman, Korea, Malaysia, Thailand, Filipina, Cina, dan India. pertumbuhan ekonomi akan meningkat dengan negara-negara mitra dagang yang mempunyai tingkat PDB per kapita riil (YPP) yang besar.
Ada hubungan (pengaruh) faktor-faktor pertumbuhan di dalam negeri terhadap pertumbuhan ekonomi. peningkatan US$ 1 PDB per kapita rill inisial indonesia (LYP) menyebabkan penurunan US$ 0.029591 tingkat PDB per kapita rill Indonesia (signifikan); pertambahan 1 orang pertumbuhan penduduk Indonesia (PI) menyebabkan penurunan US$ 1832.987 tingkat PDB per kapita riil Indonesia (signifikan); peningkatan 1 persen investasi/PDB rill Indonesia (invi) menyebabkan peningkatan US$ 4.033363 tingkat PDB per kapita riil Indonesia (signifikan); peningkatan 1 poin angka inflasi Indonesia (inft) menyebabkan peningkatan US$ 804.2352 tingkat PDB per kapita riil Indonesia (signifikan); peningkatan 1 poin secondary enrollment ratio (SER) Indonesia (SCHI) menyebabkan penurunan US$ 12.65101 tingkat PDB per kapita rill Indonesia (signifikan); peningkatan US$ 1 trade/PDB rill Indonesia (TRDI) menyebabkan peningkatan US$ 689.5339 tingkat PDB per kapita riil Indonesia (signifikan); peningkatan 1 poin YPR menyebabkan peningkatan US$ 246.6701 tingkat PDB per kapita rill Indonesia (signifikan); peningkatan US$ 1 pola interaksi PDB per kapita riil negara mitra dagang dengan trade/PDB riil indonesia (YPPxTRDI) menyebabkan penurunan US$ 0.009320 tingkat PDB per kapita rill Indonesia (signifikan).
Keterbukaan (openness) tidak selalu akan memberikan manfaat yang lebih (more benefit) dengan pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan impor bahan baku yang iebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekspor barang modal seperti mesin-mesin industri menunjukkan bahwa tingkat kapitalisasi (capital intensive) proses perekonomian di dalam negeri masih rendah.
Dari hasil penelitian ini, saran untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi adalah pemerintah kembali menggiatkan program keluarga berencana (KB) untuk mengurangi laju peningkatan jumlah penduduk; investasi diarahkan untuk menghasilkan produk-produk antara (intermediate goods) guna mengurangi laju impor barang-barang dasar sehingga share of trade meningkat, menyebabkan pdb per kapita meningkat; jaminan kepastian di dalam negeri, yaitu stabilisasi harga untuk mencegah peningkatan inflasi walaupun sebenamya diperlukan untuk rangsangan investasi; kebijakan pemerintah terhadap peningkatan SDM lulusan sekolah menengah, contoh pemberian training (tenaga kerja siap pakai) dan penyediaan lapangan pekerjaan yang sesuai untuk tenaga menengah; peningkatan kerjasama perdagangan dengan negara-negara mitra dagang yang mempunyai YPR iebih kecil dari YPR optimal 3.102024 dengan prioritas dalam hubungan kerjasama perdagangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T 17092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Anne Widyana
"Komunikasi dan manajemen Public Relations (PR) yang efektif akan sangat menentukan kelancaran dan kelangsungan hidup organisasi. Menurut Wilson, PR adalah fungsi manajemen yang berarti melekat atau tidak lepas dari manajemen yang bertujuan untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan dari publik, baik internal maupun eksternal, untuk menciptakan kerjasama dalam suatu organisasi atau perusahaan. Peran PR ini sangat panting dalam suatu organisasi karena selain dapat membantu suatu organisasi dan anggotanya untuk saling menyesuaikan diri satu sama lain, PR juga dapat membina hubungan baik dengan berbagai khalayak serta dapat menumbuhkembangkan eitra yang positif.
AIPO (ASEAN Inter-Parliamentary Organization) didirikan sebagai organisasi yang tumbuh dan bermuara dari bawah, atas dasar kesadaran bersama untuk menjalin kerjasama yang lebih erat di antara masing-masing parlemen negara-negara anggota ASEAN. Sidang-sidang Umum AIPO yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali sampai sekarang, tidak lepas dari peran Executive Committee (EXCOM) AIPO yang secara implisit menjalankan tugas dan fungsi sebagai PR sehingga kegiatan persidangan dapat bed alan dengan lancar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pola komunikasi dan kegiatan manajemen PR baik di dalam Sidang-sidang Umum AIPO pada khususnya maupun di dalam organisasi AIPO itu sendiri pada umumnya. Hasil penelitian akan dianalisis serta akan dihasilkan beberapa saran kebijakan untuk AIPO, sehingga bilamana perlu dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem komunikasi dan inanajemen PR di dalam organisasinya.
Di dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang lebih banyak mengandalkan sumber data sekunder dalam bentuk laporan sidang-sidang AIPO, buku panduan AIPO, Statuta AIPO, bulletin berkala dan semua leaflets yang mampu menggambarkan dan mendeskripsikan kegiatan AIPO di Jakarta dan di beberapa negara anggotanya. Adapun data primer hanya dilakukan manakala diperlukan dan digunakan sebagai data pendukung. Data primer ini diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap dua orang staf Sekretariat AIPO di Jakarta. Hasil penelitian akan disajikan dan dianalisis secara deskriptif dan kontekstual dalam bentuk laporan naratif berdasarkan perbandingan data basil pengamatan dengan data basil wawancara, perbandingan data basil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan, dan pengecekan antara sumber tertulis yang satu dengan sumber tertulis lainnya yang relevan.
Secara umum dari basil penelitian ini ditemukan bahwa kegiatan komunikasi di dalam organisasi regional AIPO telah berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan dapat berlangsungnya setiap kegiatan AIPO sesuai dengan topik-topik yang telah diagendakan yang menunjukkan kelancaran pola komunikasi upwards dan downwards di dalam organisasi ini, meskipun pada faktanya pola komunikasi upwards yang lebih banyak dilakukan. Adapun pola komunikasi downwards, lebih ditekankan pada pendelegasian tugas-tugas yang hams dikerjakan. Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya, EXCOM AIPO telah melakukan tugas-tugas ke-PR-an secara terbatas. Tugs PR menurut konsep PR yang sebenarnya belum dilakukan. Peran EXCOM maupun peran Sekretariat Jenderal AIPO lebih berfungsi sebagai liaison daripada sebagai koordinator ataupun sebagai sekretaris AIPO biasa. Baik EXCOM maupun Sekjen AIPO lebih menyerupai Commonwealth Relations Office seperti halnya yang terdapat di dalam Organisasi Negara-negara Persemakrnuran Inggris. Oleh karena itu, lebih tepat EXCOM maupun Sekjen AIPO disamakan sebagai AIPO Relations Office.
Disarankan kepada AIPO untuk membentuk suatu departemen baru yaitu Public Relations dan Media Relations Department agar mekanisme kerja hubungan keluar dan ke dalam serta hubungan dengan media dapat berjalan lebih lancar dan harmonis. Selain itu, fungsi dan tugas EXCOM dan Sekjen AIPO juga perlu dibantu oleh seorang Liaison dalam organisasi-organisasi humas yang besar."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvinda Widyana
"Katalis heterogen dengan support silika berpori yang disintesis dengan teknik co-Micelle/Emulsion Templating (co-MET) memiliki porositas yang seragam. Penggunaan polimer kationik, 2–(Acryloyloxy)–N,N,N–Trimethylethanaminium Chloride dalam teknik co-MET berfungsi untuk menstabilkan emulsi dan membentuk struktur mesopori.
Dalam penelitian ini FeCl3 dan HSO3CF3 diimpregnasikan pada silika makro/mesopori yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM, EDS, FTIR, dan XRD. Data SEM menunjukkan bahwa pori yang dihasilkan pada silika semakin meningkat seiring bertambahnya konsentrasi polimer kationik. Pada FTIR, impregnasi FeCl3 dan HSO3CF3 berhasil dengan adanya peak pada 1036 cm-1 (ikatan Si-O-Fe), 462 cm-1 (vibrasi Fe-Cl) dan 615 cm-1 (ikatan C-S).
Uji katalitik reaksi antara benzaldehid dan etanol menunjukkan bahwa katalis HSO3CF3-silika makro/mesopori dengan konsentrasi 5% polimer kationik memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan katalis dengan konsentrasi polimer kationik 0,5%, 1%, 2,5% dan 10%.

Heterogeneous catalysts with porous silica support whichwere synthesized by co-Micelle/Emulsion Templating (co-MET) techniques have uniform porosity. The use of cationic polymers, 2-(Acryloyloxy)-N,N,N-trimethylethanaminium chloride in co-MET technique serves to stabilize the emulsion and form mesoporous structure.
In this study, FeCl3 and HSO3CF3 were impregnated into macro/mesoporous silica and then were characterizated using SEM, EDS, FTIR, and XRD. SEM data show that the silica pores generated in increases with increasing concentrations of cationic polymer. On FTIR spectrum, impregnation of FeCl3 and HSO3CF3 proven by the peak at 1036 cm-1 (Si-O-Fe bond), 462 cm-1 (vibrations of Fe-Cl) and 615 cm-1(C-S bond).
Catalytic reaction between benzaldehid and ethanol shows that HSO3CF3-Silica macro/mesoporous catalyst with a 5% concentration of cationic polymer has the best result than those with cationic polymer concentration of 0,5%, 1%, 2,5% and 10%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashanti Widyana
"Penelitian ini membahas mengenai penggambaran sosok kepahlawanan Kim Il Sung muda sebagai pendiri Korea Utara melalui cerpen berjudul Gaeseon yang ditulis oleh Han Sul Ya dan dipublikasikan pada tahun 1948. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggambaran sosok Kim Il Sung muda sebagai ?pahlawan? baru untuk masyarakat Korea sejak ia kembali ke Pyeongyang setelah dua puluh tahun berlalu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan struktural untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen Gaeseon dan teori fenomena pengkultusan individu untuk menjelaskan istilah-istilah kepahlawanan yang digunakan Han Sul Ya untuk menggambarkan kepahlawanan Kim Il Sung. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cerpen Gaeseon merupakan cerpen propaganda untuk membangun citra Kim Il Sung di mata masyarakat Korea yang pada saat itu belum begitu mengenal sosoknya. Cerpen ini menggambarkan sosok Kim Il Sung sebagai pahlawan sekaligus pemimpin baru dengan begitu positif baik dari segi fisik, sifat, maupun pemikirannya tentang pembangunan negara.

This research analyzes the depiction of young Kim Il Sung?s heroic image as the founder of North Korea in a short-novel entitled Gaeseon written by North Korean writer, Han Sul Ya, in 1948. The purpose of this research is to describe the depiction of young Kim Il Sung?s image as a ?new hero? for Korean citizens since his homecoming to Pyeongyang after twenty years had passed. The method used in this thesis is qualitative-method with structural approach to analyze the intrinsic structures of Gaeseon and the theory of cult of personality?s phenomenon to describe the terms used by Han Sul Ya to depict the heroic image of Kim Il Sung. The result of the research is Gaeseon is used as a media of propaganda to build the heroic image of Kim Il Sung in front of Korean citizens which didn?t really know him very well around 1945?1950. This short-novel also describes Kim Il Sung as a ?hero? and a ?new leader? in a positive way from all aspects such as physical appeareance, characters, behavior, and his ideas about country development.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Widyana
"Kepala ruangan memerlukan kompetensi manajerial untuk mengelola ruangan rawat inap agar pelayanan yang optimal dapat tercapai dan kepuasan kerja perawat dapat terpenuhi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara kompetensi manajerial kepala ruangan dengan tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan cross sectional. Instrument penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner kepuasan, kompetensi manajerial kepala ruangan, dan karakteristik perawat. Sampel penelitian ini adalah 107 perawat pelaksana di dua rumah sakit Provinsi Riau yang dipilih dengan stratified random sampling berdasarkan ruangan ruangan rawat inap. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi manajerial kepala ruangan dengan tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana p=0,001; OR=0,193 . Faktor yang paling berpengaruh adalah fungsi pengorganisasian yang dikontrol dengan faktor efikasi diri. Penelitian ini merekomendasikan khususnya pada manajemen keperawatan agar melakukan evaluasi rutin terhadap kepuasan kerja dan mengadakan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi dan jenjang karir perawat serta kepala ruangan.

Head of room for nurse needs a managerial competency to manage the inpatient room for optimal service can be achieved. The purpose of this study was to identify the relationship between the head managerial managerial competence with the level of job satisfaction of the nurses. The methodology used is a quantitative approach with cross sectional. The research instrument used a questionnaire consisting of a satisfaction questionnaire, headroom managerial competence, and nurse characteristics. Sample of this study is 107 nurses in two Hospitals at Riau Province. In this study a large sample using stratified random sampling based on room inpatient room. The data analized by using chi square test obtained that there is significant relation between managerial competence of head of room with job satisfaction level of nurse p 0,001 OR 0,193 . The most influential factor is the organizing function that is controlled by self efficacy factor. The conclusion of this research is there is significant influence between the relationship of managerial competence of head of room to job satisfaction of nurse executor. Suggestions expected to the hospital, especially nursing management in order to conduct routine evaluation of job satisfaction and Conducting ongoing training to improve the competence and career path of nurse and head of the room.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Widyana
"Kasus diare di Muara Angke masih cukup tinggi terutama di wilayah pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) karena kondisi sanitasi lingkungan yang masih tergolong kurang memadai serta perilaku higiene masyarakat yang tidak baik. Kasus diare pada kelompok umur balita lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya karena balita memiliki daya tahan yang lebih lemah. Air minum yang terkontaminasi dapat menjadi media penularan penyakit diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontaminasi Escherichia coli pada air minum dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara Tahun 2019. Desain penelitian ini adalah crossectional dengan jumlah sampel 95 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontaminasi Escherichia coli dalam air minum (4,67; 1,96-11,09), faktor balita [status imunisasi (5,69; 2,24-14,44)], faktor ibu [tingkat pendidikan (2,98; 1,22-7,31), tingkat pengetahuan (8,38; 2,98-23,59), status ekonomi keluarga (3,23; 1,32-7,91), perilaku mencuci tangan (5,17; 2,16-12,38), dan perilaku memasak air minum (4,75; 1,97-11,47)], faktor lingkungan [kondisi fisik jamban (14,44; 5,29-39,41)] dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita di pemukiman sekitar lokasi Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional (PHPT) Muara Angke Kelurahan Pluit Kota Jakarta Utara Tahun 2019 adalah kondisi fisik jamban (20,08; 4,65-86,81).

The case of Diarrhea in Muara Angke is still adequately high, most importantly in the residence nearby the Traditional Fishery Product Processing (PHPT) since the sanitary condition still appears inadequate, and residents’ hygenic behavior still proves unhealthy. Diarrhea cases toward toddlers seem higher than the older ones due to their weak immunity. The potable water that has been contaminated can be the medium of transmitting the disease. This study aims at understanding the relation between Escherichia coli contamination in drinking water with diarrhea among children under five years of age in settlements around location of Tradisional Fisheries Products (PHPT) Muara Angke North Jakarta in 2019. The research design of the study was crossectional with total sample of 95 respondents. The research finding showed that there was a significant correlation between the contamination of Escherichia coli in the potable water (4,67; 1,96-11,09), toddler factor [Immunization status (5,69; 2,24-14,44)], maternal factors [the level of education (2,98; 1,22-7,31), the level of knowledge (8,38; 2,98-23,59), household financial status (3,23; 1,32-7,91), hand-washing behavior (5,17; 2,16-12,38), and water-boiling behavior (4,75; 1,97-11,47)], environment factor [physical condition of latrines (14,44; 5,29-39,41)] with the Diarrhea plague towards toddlers in the residence surrounding the location of PHPT in Muara Angke, Pluit, North Jakarta. The most dominant factor relative to the Diarrhea disease towards toddlers in settlements around location of Tradisional Fisheries Products (PHPT) Muara Angke North Jakarta in 2019 is the physical condition of latrines (20,08; 4,65-86,81)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Nur Widyana
"Tren pendapatan pasar logistik meningkat secara signifikan karena didorong oleh peningkatan kebutuhan masyarakat saat pandemi dan tren berbelanja secara daring. Oleh karena itu, industri logistik dituntut untuk terus berinovasi agar performa perusahaannya tetap terjaga dan kepuasan pelanggan dapat terus terpenuhi. Pengiriman barang dalam waktu yang singkat dan barang yang tetap terjaga kualitasnya merupakan nilai utama dalam pemenuhan kepuasan pelanggan. Peningkatan permintaan jasa juga dialami oleh oleh PT X Indonesia sebagai industri jasa Courier, Express, and Parcel (CEP) sehingga perusahaan perlu untuk meningkatkan efisiensi proses dan kinerja proses pergudangannya. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi pemborosan yang ada pada proses dan mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai (non value added activity). Value stream mapping sebagai metode penerapan konsep lean memiliki tujuan untuk memetakan aliran material dan informasi dalam suatu proses. Dalam penelitian ini, value stream mapping dapat membantu untuk menggambarkan proses secara menyeluruh dan mengidentifikasi pemborosan pada proses pergudangan. Kemudian dilakukan analisis akar masalah menggunakan ishikawa diagram dan analisis risiko yang ditimbulkan dengan tools FMEA untuk menemukan pemborosan kritis dan merancang usulan perbaikan untuk mengurangi pemborosan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lead time proses pergudangan berkurang 37,9%, processing time berkurang 12,5%, dan value added ratio proses pergudangan meningkat menjadi 21,95%.

The trend of logistics market revenue increased significantly because it was driven by the increase in people's needs during the pandemic and the trend of shopping online. Therefore, the logistics industry is required to continue to innovate so that the company's performance is maintained and customer satisfaction can be continuously met. Delivery of goods in a short time and goods that are maintained in quality are the main values in fulfilling customer satisfaction. The increase in demand for services was also experienced by PT X Indonesia as a Courier, Express, and Parcel (CEP) service industry, so the company needed to improve process efficiency and warehousing process performance. This can be achieved by reducing waste in the process and eliminating non-value added activities. Value stream mapping as a method of applying the lean concept has the aim of mapping the flow of material and information in a process. In this study, value stream mapping can help to describe the overall process and identify waste in the warehousing process. Then the root problem analysis is carried out using Ishikawa diagrams and analysis of the risks posed by FMEA tools to find critical waste and design improvement proposals to reduce the waste. The results of this study indicate that the lead time of the warehousing process is reduced by 37.9%, the processing time is reduced by 12.5%, and the value added ratio of the warehousing process is increased to 21.95%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Widyana
"Obat Batuk Putih (OBP) atau Patio Alba Contra Tussim merupakan obat batuk untuk bayi dan anak-anak dan sering diracik di apotik baik sebagai persediaan ataupun permintaan dokter, sehingga mutunya akan tergantung pada proses pembuatannya di apotik dan bahan-bahan penyusunnya. Dalam penyediaannya, obat tersebut akan mengalami penyimpanan sebelum digunakan. Mengingat sediaan obat oral tidak perlu dibuat steril, maka adanya organisme di dalam sediaan akan menyebabkan kemunduran mutu sediaan, khususnya sediaan dengan media gula berair. Oleh sebab itu, penting bagi sediaan-sediaan ini dilindungi terhadap kerusakan mikrobiologi dengan penambahan pengawet secukupnya yang dalam penelitian ini menggunakan nipagin. Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut metode yang ada di dalam Farmakope Indonesia edisi IV (199S) yang terdiri dari pemeriksaan Angka Lempeng Total, jumlah total kapang dan khamir, serta pemeriksaan Staphylococcus aurreus dan Salmonella sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa OBP tanpa nipagin mengalami peningkatan jumlah mikroba dan OBP dengan nipagin 0,1% dan O,2% mengalami penurunan jumlah mikroba. OBP tanpa nipagin dapat disimpan sampai tiga minggu sedangkan OBP dengan nipagin 0,1% dan 0,2% dapat disimpan sampai sepuluh minggu, serta tidak ditemukan bakteri patogen di dalam OBP (dengan mengacu kepada persyaratan cemaran mikroba Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizta Aulia Widyana
"Infeksi HIV dapat dikontrol oleh obat antiretroviral yang diminum seumur
hidup untuk menekan jumlah virus dengan keadaan bahwa keberhasilan
terapi dapat menentukan prognosis pasien. Salah satu aspek yang
memengaruhi keberhasilan terapi adalah kepatuhan minum obat. Pacia anak,
kepatuhan dapat dipengaruhi oleh sediaan karena berpotensi menimbulkan
keluhan seperti sulit menelan atau rasa. Penelitian ini menganalisis
hubungan antara jenis sediaan obat dengan kepatuhan minum obat pada
anak terinfeksi IllV di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta.
Data dikumpulkan dari 94 pengasuh dari 101 anak terinfeksi HIV
menggunakan kuesioner dari Center for Pharmaceutical Management yang
telah digunakan di Afrika Selatan. Sebanyak 85 anak yang mengonsumsi
tablet atau kapsul memiliki tingkat kepatuhan rendah 60% dan tinggi 40%.
Sebanyak 16 anak yang mengonsumsi puyer atau sediaan campuran
memiliki kepatuhan rendah 62,5% dan tinggi 37,5%. Analisis chi-square
dengan komponen 2x2 yaitu sediaan tablet/kapsul dan puyer/campuran serta
kepatuhan rendah dan tinggi menghaislkan p=0.851 sehingga tidak
ditemukan hubungan bermakna. HasH ini berbeda dengan peneiitian serupa
di Afrika yang menunjukkan hubungan bermakna. Sebagai kesimpulan,
pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara bentuk sediaan obat
antiretroviral dengan kepatuhan minum obat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library