Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukmawati
Abstrak :
Mahasiswa merupakan populasi yang rentan terhadap tindak kekerasan seksual dan risiko tersebut meningkat akibat beragam aktivitas, kunjungan tempat, dan interaksi sosial dengan dampak potensial berupa stres, sehingga diperlukan strategi koping efektif dan dukungan sosial untuk mengatasi dampak psikologis yang timbul. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stres, strategi koping, dan dukungan sosial pada mahasiswa yang pernah mengalami kekerasan seksual. Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif pada 107 responden dengan kriteria inklusi usia 17-23 tahun yang pernah mengalami setidaknya satu dari empat jenis kekerasan seksual dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan Perceived Stress Scale (PSS) yang dikembangkan oleh Cohen, Kamarck, dan Marmelstein (1983), Brief COPE yang dikembangkan oleh Carver (1997), dan Social Support Questionnaire-6 (SSQ-6) yang dikembangkan oleh Sarason et al (1983). Hasil penelitian menunjukkan 46,7% responden mengalami stres sedang, 50,5% menggunakan strategi koping emotion-focused coping, dan 44,9% menggunakan dukungan emosional. Rekomendasi peneliti bahwa pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan jiwa dan pelayanan psikolog memberikan bimbingan dan konseling untuk korban kekerasan seksual sebagai bentuk dukungan sosial dan upaya untuk mengatasi masalah psikologis berupa stres yang dirasakan, menemukan strategi koping yang efektif, serta pentingnya dukungan sosial. ......Students are a population that is vulnerable to sexual violence and the risk increases due to various activities, place visits, and social interactions with potential impacts in the form of stress, so effective coping strategies and social support are needed to overcome the psychological impact that arises. This study aims to identify the description of stress levels, coping strategies, and social support in students who have experienced sexual violence. The research method is quantitative research on 107 respondents with inclusion criteria aged 17-23 years who have experienced at least one of the four types of sexual violence using purposive sampling technique. Instruments used Perceived Stress Scale (PSS) developed by Cohen, Kamarck, and Marmelstein (1983), Brief COPE developed by Carver (1997), and Social Support Questionnaire-6 (SSQ-6) developed by Sarason et al (1983). The results showed 46.7% of respondents experienced moderate stress, 50.5% used emotion-focused coping strategies, and 44.9% used emotional support. Researchers recommend that health services, especially mental nursing services and psychologist services provide guidance and counseling for victims of sexual violence as a form of social support and efforts to overcome psychological problems in the form of perceived stress, find effective coping strategies, and the importance of social support.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukmawati
Abstrak :
Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan status kesehatan wanita, dan berperan penting dalam menyelamatkan kehidupan, terutama untuk menurunkan Angka Kematian Maternal. KB memungkinkan seorang wanita dapat merencanakan kehamilannya sehingga dapat menghindari kehamilan yang tidak diharapkan, seperti umur terlalu tua atau terlalu muda serta jumlah persalinan yang terlalu sering. Masalah penelitian adalah masih rendahnya pemanfaatan kontrasaepsi IUD diantara Akseptor KB, serta masih terbatasnya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dan dominan dalam pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD diantara akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Samarang Kabupaten Garut. Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan jumlah sampel seluruhnya 194 orang. Analisa data dilakukan dengan Chi Square dan Regresi Logistik. Hasil penelitian memberikan indikasi bahwa akseptor KB berpeluang untuk memanfatkan pelayanan Kontrasepsi IUD apabila pendidikannya makin tinggi, akseptor mempunyai pekerjaan, jumlah keluarga sedang, persepsi aman tentang alat kontrasepsi IUD, tidak merasa malu, persediaan alat kontrasepsi IUD banyak, alat pemasangan IUD lengkap, petugas pelaksana KB lebih tua, petugas sangat terlatih, privasi dari petugas sangat terjamin prosedur pelayanan sesuai dan sikap petugas yang baik. Untuk mempertahankan kelestarian akseptor KB yang sudah memanfaatkan pelayanan kontrasepsi IUD dan meningkatkan cakupan kontrasepsi IUD, maka perlu dilakukan beberapa cara antara lain; berupaya memberikan penyuluhan pada kelompok sasaran tentang keuntungan alat kontrasepsi IUD, serta meningkatkan berbagai kompetensi petugas KB. ...... The Factors Related to The Use of IUD Service among Accepter in The Working area of Samarang Sub District Center of District of Garut 2001The family planning program has important role in developing the quality of woman's life, especially by decreasing the maternal mortality related to pregnancy and giving birth. Having followed the program, it would be possible for woman to make a plan for her pregnancy and avoid an unexpected pregnancy, such as too young or too old of age of pregnancy that is dangerous for her for giving birth. The research problem is that among reproductive age of female there is a consider low of use of IUD and lack of information about the factors associated to this issue in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut. The aim of the research is to get information the main factors in retting to the use of IUD service for user of the program in the working area of Samarang Sub District center of District of Garut. The research design is a Cross Sectional with 194 samples. The data analysis is through Chi Square and Logistic Regression. The result of the research indicates that the accepter will be possibly to use the IUD service in they have higher education, have a job, have safe perception on IUD, not to feel shy, there are adequate supplies of IUD, complete equipment for installing IUD, more adult and skillful officials for the program, guaranteed privacy from the officials, good procedures and good attitude of the officials. To keep the user having use IUD services continuously and to increase the number of IUD users, there for the health provider need to have others activity such as to give complete information to the target group and to improve skills of Family Planning officials.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sukmawati
Abstrak :
LATAR BELAKANG: Di Indonesia faktor yang mempengaruhi terkendalinya gejala putus opiat belum diketahui. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut dapat dipakai untuk prognostik terkendalinya gejala putus opiat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian hal tersebut. METODE: Penelitian kohor historikal pasien ketergantungan opiat yang dirawat inap di RS Ketergantungan Obat 1 Januari 2000-31 Desmber 2001. Semua pasien wanita (60 orang) yang memenuhi kriteria inklusi diambil, dan pasien laki-laki diambil 130 secara sistematik dari 914 pasien laki-laki yang masuk kriteria inklusi. Analisis data dengan survival analysis menggunakan cox proportional hazard untuk mencari perhitungan pengendalian gejala putus opiat. HASIL: Waktu yang diperlukan untuk terkendalinya gejala putus opiat antara 3 - 16 hari dengan rata-rata 9 hari. Umur terbanyak 21-30 tahun dengan rata-rata 23 tahun. Umur termuda pertama kali menyalahgunakan opiat adalah 12 tahun, lama penyalahgunaan antara 6 bulan sampai 15 tahun, cara pakai sebagian besar (88,4%) menggunakan jarum suntik. Kebanyakan adalah pengangguran (54,2%). Faktor pemberian terapi tidak bermakna secara statistik dalam pengendalian gejala putus opiat. Gender laki-laki lebih mudah terkendali 1,71 kali dibanding gender perempuan (CI 95% 1,17; 2,49; p O,006). KESIMPULAN: Perempuan lebih susah dikendalikan gejala putus opiatnya, oleh karena itu memerlukan perhatian lebih banyak dibandingkan gender laki-laki.
Gender and Risk That Can Handle Opiate Withdrawal Syndrome for Opiate DependencyBACKGROUND: Factors can influence opiate withdrawal syndrome in Indonesia there is no detail data. With the most important factor, could be better to manage them especially when they are being hospitalized. METHODS: Cohort historical study about opiate dependence patients who are being hospitalized in Drug Dependence Hospital Jakarta from January 1st 2000 to December 31st 2001. All the women include in criteria as a sample (60 patients), and 130 male patients as a sample with systematic sampling from 914 patients can include in criteria. Data analysis with the survival analysis, using cox proportional hazard to find number of controlled opiate withdrawal syndrome. RESULTS: The opiate withdrawal syndrome can be controlled in 3 - 16 days and 9 days in average. The range of age is 2151 to 30 years old and 23 years old in average. The youngest age using opiate is 12 years old. The length of abuse is between 6 month to 15 years, using needle is 88,4 %, mostly is jobless (54,2%). Treatment factor is not significant statistically. Men is easier to control, it's about 1,71 times than women (CI 95 % 1,71;2,49, p = 0,006) CONCLUSIONS: Women need more attention to get at the best results opiate withdrawal syndrome.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T7055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ati Sukmawati
Abstrak :
ABSTRAK


Tesis ini membahas sistem kisi adaptif yang digunakan untuk penyelesaian sistem Persamaan Diferensial Parsial (PDP) hasil pemodelan dari pencemaran air tanah. Sistem PDP yang terbentuk diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metoda garis, sedangkan sistem Persamaan Diferensial Biasa (PDB) yang terlibat diselesaikan dengan menggunakan paket VODPK. Selama integrasi digunakan mekanisme pengkisian adaptif.

Metoda pengkisian adaptif yang digunakan adalah dari kelas metoda pengkisian statis, yaitu metoda penghalusan kisi tak-seragam dan metoda penghalusan kisi seragam lokal. Pada masing-masing metoda digunakan strategi penghalusan yang dikemukakan oleh Trompert dan Verwer (1991).

Hasil komputasi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan kisi tak-adaptif pemakaian kisi adaptif mempunyai tingkat efisiensi yang berarti baik dari segi waktu komputasi maupun memori yang digunakan. Sedangkan diantara kedua metoda pengkisian yang digunakan metoda penghalusan kisi seragam lokal lebih efisien dibandingkan dengan metoda penghalusan kisi tak-seragam.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Sukmawati
Abstrak :
Menghadapi persaingan bisnis yang terus menerus berkompetisi, ditambah dengan benmunculannya pesaing bare dan kondisi kestabilan ekonomi serta politik yang tidak kondusif, perusahaan dituntut untuk menyusun kembali strategi bisnisnya. Perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat untuk mengevaluasi dan menilai kinerja pemasok demi menjamin tersedianya produk barang jadi yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan di perusahaan pelayanan air bersih, yaitu di PT Thames Pam Jaya yang melayani penyediaan air bersih di wilayah Jakarta bagian Timur. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap 12 perusahaan pemasok yang memasok 5 jenis material pipa saluran air bersih yang merupakan peralatan teknik untuk menunjang kegiatan perusahaan. Tahap pertama penelitian adalah menentukan tingkat kepentingan yang terdiri dari tujuan, kriteria, subkriteria dan Skala intensitas dengan menggunakan kuesioner. Dari basil pengolahan data diperoleh 6 kriteria yang dianggap penting dalam menilai kinerja supplier yaitu kualitas, harga, waktu pengiriman, pelayanan, kemampuan teknik dan komitmen manajemennya. Keenam kriteria ini diolah dengan menggunakan AHP. Hasil pengolahan AHP ini akan menjadi dasar pembuatan model matematis linear goal programming untuk dapat menentukan pemasok yang memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan. Referensi: 15 (20002-2005)
Facing the evolving competition in business and the fact that many new entrances in business plus the economic and politic situations that are not conducive, a company must review their strategy so that they can survive in this very competitive environment. Management should find a new strategy to evaluate and review supplier performance to ensure they will only get good quality of supplies. This research was conducted in clean water provider, PT Thames Pam Jaya, who supplies clean water for east part of Jakarta. The evaluation was carried out against 12 suppliers who supplies 5 types of clean water pipe as major technical equipment to support company's activities. The first stage of this research was to determine the importance level of goal, criteria, sub-criteria and intensity scale using questionnaire. The result of data processing shows 6 criteria considered the most important to indicate supplier's performance that are quality, price, delivery time, service, technical skill and management commitment. The six criteria to be processed using AHP. The result of AHP process becomes the basic to create linear goal programming mathematics model to determine which supplier brings the best contribution to the company. References: 15 (2002-2005)
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Sukmawati
Abstrak :
Menghadapi persaingan bisnis yang terus-menerus berkompetisi, ditambah dengan bermunculannya pesaing baru dan kondisi kestabilan ekonomi serta politik yang tidak kondusif, perusahaan dituntut untuk menyusun kembali strategi bisnisnya. Perusahaan harus mempunyai strategi yang tepat untuk mengevaluasi dan menilai kinerja pemasok demi menjamin tersedianya produk/barang jadi yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan di perusahaan pelayanan air bersih, yaitu di PT Thames Pam Jaya yang melayani penyediaan air bersih di wilayah Jakarta bagian Timur. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap 12 perusahaan pemasok yang memasok 5 jenis material pipa saluran air bersih yang merupakan peralatan teknik untuk menunjang kegiatan perusahaan. Tahap pertama penelitian adalah menentukan tingkat kepentingan yang terdiri dari tujuan, kriteria, subkriteria dan skala intensitas dengan menggunakan kuesioner. Dari hasil pengolahan data diperoleh 6 kriteria yang dianggap panting dalam menilai kinerja supplier yaitu kualitas, harga, waktu pengiriman, pelayanan, kemampuan teknik dan komitmen manajemennya. Keenam kriteria ini diolah dengan menggunakan AHP. Hasil pengolahan AHP ini akan menjadi dasar pembuatan model matematis linear goal programming untuk dapat menentukan pemasok yang memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan.
Facing the evolving competition in business and the fact that many new entrances in business plus the economic and politic situations that are not conducive, a company must review their strategy so that they can survive in this very competitive environment. Management should find a new strategy to evaluate and review supplier performance to ensure they will only get good quality of supplies. This research was conducted in clean water provider, PT Thames Pam Jaya, who supplies clean water for east part of Jakarta. The evaluation was carried out against 12 suppliers who supplies 5 types of clean water pipe as major technical equipment to support company's activities. The first stage of this research was to determine the importance level of goal, criteria, sub-criteria and intensity scale using questionnaire. The result of data processing shows 6 criteria considered the most important to indicate supplier's performance that are quality, price, delivery time, service, technical skill and management commitment. The six criteria to be processed using AHP. The result of AHP process becomes the basic to create linear goal programming mathematics model to determine which supplier brings the best contribution to the company.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T18629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellies Sukmawati
Abstrak :
Pendampingan sosial yang dilakukan Sekretariat Bina Desa di desa Mekarsari bertujuan untuk membantu komunitas petani dalam melakukan reklaiming terhadap lahan garapannya di afdeling (perkebunan) Pasir Randu yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara (PT PN) VIII Pasir Nangka. Berdasarkan sejarahnya, lahan yang direklaiming ini mempakan lahan yang telah ditelantarkan PTPN dan kemudian digarap oleh komunitas petani Mekarsari dengan cara membayar pajak dan cukai kepada PTPN. Seiring dengan berjalannya waktu banyak pelanggaran dan kesewenang-wenangan yang dilakukan PTPN. Hal iniiah yang memicu rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan bagi komunitas petani, sehingga mereka terdorong untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan hak-haknya yang selama ini telah tertindas melalui perjuangan reklaiming. Reklaiming merupakan upaya mempertahankan hak komunitas miskin atas penguasaan dan pengelolan sumber daya alam secara adii dan merata demi terciptanya kesejahteraan mereka Dalam melakukan perjuangannya, petani Mekarsari dibantu SBD melalui program pendampingan sosial meliputi tahapan persiapan dan peiaksanaan yang telah dilakukan sejak tahun 2001. Pada tahapan persiapan, penggalian dan pengumpulan informasi sebagai dasar perencauaan program pendampingan yang dilakukan SBD tidak membutuhkan waktu yang lama dan kendaia yang berarti, mengingat situasi dan kondisi yang mendukung dari petaninya sendiri. Dilanjutkan dengan perekrutan pendamping Community Organizer (CO) yang telah memenuhi syarat sebagai pendamping dan pemberian pelatihan untuk menunjang tugasnya di lapangan Pada tahap pelaksanaan, kegiatan diawali dengan perekrutan pendamping Iokal dengn kriteria utamanya berdasarkan pada komitmen dan semangat yang tinggi untuk mengadakan perubahan bagi komunitas perani Mekarsari untuk selanjutnya mereka langsung diberi pelatihan tentang mekanisme pendampingan sosial. Tahapan berikutnya adalah pengorganisasian komunitas yang dilakukan oleh pendamping CO dan lokal untuk lueulhangun kesadarau kritis dalam rangka penguatan komunilas petani Mekarsari melalui pendidikan musyawarah Kesadaran kritis ini merupakan pondasi untuk membentuk organisasi rakyat yang kuat sebagai wadah perjuangan dan pusat kegiatan komunitas petani. Wujud nyata dari telah tumbuhnya kesadaran kritis adalah terbentuknya Organisasi Tani Lokal (OTL) Pasir Randu sebagai sumber kekuatan bagi komunitas petani dalam meningkatkan posisi tawar menawarnya terhadap pembuat kebijakan. Diikuti dengan dirumuskannya beberapa kegiatan awal seperti pelatihan kepemimpinan, pembuatan jadwal pertemuan rutin dan musyawarah Serta pelatihan manajernen organisasi yang telah menghasiikan struktur organisasi dan AD/ART OTL Pasir Randu. Selanjutnya juga diikuti dengan pembuatan program kerja OTL. Dalam memperkuat peranannya, OTL Pasir Randu membentuk 15 kelompok tani dengan total anggota 300 orang yang didasari pada kedekatan tempat tinggal atau lokasi lahan garapan. Bentuk penguatan Iainnya adaiah melakukn aksi sosial yang diorganisir pendamping CO untuk menyampaikan aspirasi petani terhadap pembuat kebijakan melalui strategi baik konflik, negosiasi maupun demonstrasi. Aksi yang dilakukan komunitas petani erat kaitannya dengan motivasi dan keinginan mereka untuk mendapatkan insentif herupa kebebasan dan ketenangan dalam menggarap lahan reklaiming Beberapa kegiatan aksi yang pemah dilakukan antara Iain ke BPN, DPRD dan Pemda Cianjur. Kegiatan ini dapat dikatakan berhasil mengingat hingga saat ini tidak ada lagi ancaman dan intimidasi yang djterima komunitas petani, walaupun belum mendapatkan legitimasi dari pemerintah. Keberhasilan aksi sosial ini tak terlepas dari dukungan berbagai pihak sebagai wujud pengembangan jaringan yang telah dilakukan oleh OTL. Selain itu pengembangan jaringan juga diperlukan untuk menambah pengetahuan, wawasan Serta membantu mengatasi permasalahan yang dialami OTL. Pengembangan jaringan yang telah dilakukan mulai dari sesama OTL se-kabupaten Cianiur hingga organisasi tani di tingkat nasional dan lembaga sosial maupun bantuan hukum. Tahapan selanjutnya adaiah evaluasi yang sampai saat ini hanya dilakukan secara informal berupa refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Perubahan yang dirasakan komunilas petani Mekarsari setelah adanya pendampingan sosial SBD ditlunjukkan dengan keberhasilan mereka dalam melakukan reklaiming terhadap lahan garapannya di afdeling Pasir Randu sehingga saat ini mereka telah memiliki Iahan sebagai aset, terpenuhinya kebutuhan pangan, dengan adanya pendampingan social yang dilakukan SBD telah mampu meningkatnya wawasan, pengetahuan dan kepercayaan diri komunitas petani desa Mekarsari.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Sukmawati
Abstrak :
kredit macet adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah menyimpan dana tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Sebagaimana kita telah ketahui bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang, maka debitur yang tidak dapat membayar lunas utangnya setelah jangla waktu habis adalah wanprestasi. Secara umum hubungan hukum antara bank sebagai kreditur dapat dilihat dari perjanjian pinjam-meminjam, maka sesuai pasal 1755 kitab undang-undang hukum perdata, dana yang disimpan oleh nasabah adalah milik bank selama masa penyimpanan bank
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T36421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Sukmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Peran dan kewenangan Notaris sangat penting bagi lalu lintas hukum dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya mengenai hukum waris. Dimana hukum waris adalah salah satu bagian hukum yang sangat sensitif, hal ini karena hukum waris menyangkut mengenai harta peninggalan pewaris juga hak dan kewajiban yang dimiliki atau yang akan dilakukan si pewaris. Peranan Notaris dalam hal ini sangat penting, contohnya mengenai pembuatan surat wasiat, surat keterangan mewaris, akta P2HP ataupun juga mengenai penginventarisiran dan pendaftaran harta peninggalan pewaris. Dibagian terakhir inilah sering terjadi pelanggaran, contohnya pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris karena melakukan penyegelan terhadap harta peninggalan pewaris. Selain melakukan penyegelan yang bukan merupakan tugasnya Notaris juga melakukan pelanggaran wilayah jabatannya karena telah melakukan perbuatan hukum diluar wilayah kerja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur penyegelan yang tepat dan konsekuensi yang tepat bagi Notaris yang melakukan pelanggaran wilayah jabatannya. Hasil penelitian menyarankan agar Notaris menjalankan jabatannya dengan berdasarkan Undang-undang dan kode etik yang ada, serta menyarankan agar MPW merekomendasikan kasus ini kepada MPP.
ABSTRACT
The role and authority of the notary is inevitability for law traffic in social life, one of it is about hereditary law. Hereditary law is one of a sensitive part of law, It’s because hereditary law is concerning about heir’s heritage and also about rights and obligation that owned or would be do by heirs. In this case, the role of notary is really important, for example about making a testament, description paper of heir, P2HP deed or about the registration of heir’s heritage. In this last part, about the registration of heir’s heritage is very often there a misdemeanor, taking example about misdemeanor of a notary who sealing heir’s heritage. Besides sealed something that out of his authority, notary also misdemeanor of his territory of jurisdiction. Therefore, this research is aim to making us know what is the right procedures of sealing heir’ heritage and the consequences for the notary who work out of the territory of jurisdiction. The result of the research is suggesting the notary to do their job based on the regulations and notary rules of conduct.
2013
T35091
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pungky Sukmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah gagalnya Setgab mendukungkebijakan pemerintah SBY-Boediono di Sidang Paripurna DPR RI, 31 Maret 2012 tentang RAPBN-P 2012. Fenomena ini bertentangan dengan konsep koalisi untuk membentuk pemerintahan mayoritas yang stabil, efektif dan berjangka lama. Atas dasar itu,permasalahan penelitian adalah: 1). bagaimanapolahubunganantarpartaikoalisidalamSekretariatGabungan (Setgab) denganformasipemerintahanan SBY-Boediono?; 2). bagaimanasikappolitikanggotaSetgabdalamSidangParipurna DPR RI, 31 Maret 2012 tentang RAPBN-P 2012?; 3). mengapakoalisipolitikyangmayoritasdilegislatifgagalmengamankankebijakanpemerintahdalam RAPBN-P2012 diSidangParipurna DPR RI, 31 Maret 2012?. Penelitian ini menggunakan teori koalisi dari Arendt Lijphart, teori Hubungan Eksekutif-Legislatif oleh Alan Ware, teori Konflik dari Lewis A. Coser, dan teori Pilihan Rasional dari James Anderson. Penelitianini menggunakan metodekualitatif, dengan teknikanalisis data deskriptif analitis. Sedang pengumpulan data dengan data primer dansekunder, baik dokumen maupunwawancaramendalamdengan tokoh dalam koalisi. Kesimpulan penelitian ini adalah Setgab merupakan koalisi besar (oversized coalition),terdiri dari partai politik dengan jarak ideologi lebar, berorientasi kekuasaan (office seeking) dan bersifat pragmatis. Secara formal hubungan eksekutif-legislatif menganut sistem presidensil, namun dalam realitasnya presiden sangat tergantung dukungan legislatif. Dalam koalisi terjadi konflik politik, namun langkah Golkar dapat dimaknai sebagai bentuk katub penyelamat menghindarkan dari konflik yang lebih besar. Sikap politik anggota koalisi dalam merespon usulan pemerintah mengenai APBN-P 2012 dalam Sidang Paripurna DPR, 31 Maret 2102 lebih menekankanpertimbangan maksimalisasi kepentingan internal partai dibandingkan komitmen terhadap kepentingan koalisi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kegagalan anggota Setgab dalam mengamankan kebijakan pemerintahan pada saat Sidang Paripurna DPR RI, 31Maret 2012. Implikasi teoritis menunjukan bahwa partai-partai dalam Setgab sikap politiknya cenderung bersifat pragmatis, mengutamakan kepentingan internalnya sehingga sering mengalami konflik internal, sesuai dengan pendapat Arendt Lijphart, James Anderson dan Lewis A. Coser. Sedangkan teori hubungan eksekutif-legislatif dari Alan Ware mampu menjelaskan hubungan secara normatif, namun lemah dalam menjelaskan hubungan eksekutif-legislatif dalam konteks praktek empirisnya.
ABSTRACT
This study was based on the fact of frictions that took place among members of the Government Coalition called the Setgab at the Plenary Session of DPR RI on March 31, 2012, during the discussion of the Bill of the Revision to the 2012 National Budget. It included the political manoeuvering of Golkar Party by petitioning to add a clause to the proposed Bill. The other is PKS Party's rejection to the Governrnent's proposed Bill.These have hindered the coalition from reaching a consensus to further secure the Governrnent's policies. This phenomenon went against the intention of building acoalition in order to guarantee a stable, effective and sustainable majority governrnent. Based on this issue, the research question is formulated as follows: what was the pattem of relation among parties in the Coalition of Setgab related to the formation of SBY's govemment?;what was the positioning of members of the Govemment Coalition on the Bill of the Revision to the 2012 National Budget at the Plenary Session of DPR RI, March 31, 20127; and, why did the Coalition fail to secure the Govemment's Bill on the Revision of the 2012 Budget Bill despite having built a majority in the legislature? This research involves the use of qualitative method with descriptive analytical technique in analysing the data. In the section of theoretical framework, it incIudes the use of theories on coalition, conflict, executive-legislative relation, and rational choice. The data collected incIudes primary and secondary data.Data collection also usedin-depth interview with prominent persons within the Coalition. Findings of this study demonstrate th at the Coalition established was a large one,consisting of political parties with wide ideological range, tied together by office­seeking motivation and was a pragmatic move to fulfill practical considerations. Consequently, the relationship between the executive and legislative institutions became a vulnerable one, particularly in the face of political conflicts. Formally adopting presidential system, in reality the Indonesian president largely depends on the parliament's support. Furthermore, coalitions formed to guarantee parties' support for governrnent's policies in the legislative is at times interrupted by the extension of certain party' s selfish interest which created conflict between the president and other coalition member/s.Finally, findings and conclusions of this study show the theoretical implications in the analysis and that the theories are relevant in explaining the answer to research questions.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>