Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herawaty
"Derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga, sangat ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak, yang merupakan kelompok penduduk yang rawan terhadap gangguan kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut SDKI 1994 390 per 100.000 kelahiran hidup dan SKRT 1995 373 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun ada penurunan, tetapi masih berada jauh di atas rata-rata.AKI di negara tetangga (ASEAN). Penyebab utama tingginya AKI adalah perdarahan, keracunan dan infeksi, sedangkan faktor lain yang dapat menambah resiko kematian adalah umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, jumlah paritas yang tinggi dan jarak antar kehamilan yang pendek. Menurut Menteri UPW (1996) faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya AKI adalah pendidikan dan pengetahuan ibu, sosial ekonomi, sosial budaya, geografis, lingkungan dan aksesibilitas ibu pada fasilitas kesehatan modern.
Sejak tahun 1989/1990 pemerintah menetapkan kebijaksanaan pengadaan dan penempatan bidan di desa, dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan kelahiran bayi dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penerimaan masyarakat - khususnya ibu hamil - terhadap keberadaan bidan di desa di Kabupaten Musi Banyuasin.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif karena masalah yang dikaji merupakan suatu proses dari kesatuan yang menyeluruh. Informan penelitian ini. adalah ibu hamil, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat. Tehnik pengumpulan data dengan fokus grup diskusi dan wawancara mendalam. Pengolahan data dengan menggunakan analisis tema.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil menerima keberadaan bidan di desa dengan perasaan senang, dapat mengikuti kegiatannya dengan jelas. Namun masih ada kegiatan bidan yang kurang menyenangkan. Waktu pemeriksaan telah dijadwalkan, ibu hamil mematuhinya, tempat pemeriksaan di rumah bidan, Motivasi ibu hamil memeriksakan dirinya dengan bidan karena kemauan sendiri, tidak ada yang memaksa. Persiapan menghadapi persalinan dilakukan ibu hamil dengan mengikuti petunjuk dan nasehat yang diberikan. Banyak manfaat dan perubahan yang diperoleh masyarakat setelah ada bidan di desa. Sebagian kecil ibu hamil menyatakan bidan jarang di tempat, pelayanan kurang menyenangkan dan kegiatan administrasi kurang dilaksanakan.
Masyarakat khususnya ibu hamil sangat berkepentingan dengan keberadaan bidan di desa. Oleh karena itu perlu tambahan fasilitas dan sarana pelayanan kegiatan bidan dan perlu dipikirkan pengembangan karier bidan yang lebih dari 3 tahun. Pada pelaksanaan pendidikan bidan, perlu ditambah beban materi pengajaran untuk ilmu kesehatan masyarakat dan sosial budaya.

Perception Community Acceptance to Midwives' Existance in Rural Areas of Musi Banyuasin Regency, South SumateraPublic health status, especially of the family's is greatly determinated by the health level of mothers and children as they are the group who are prone to sickness. Maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is relatively high. According to SDKI 1994, it is 390 out of 100.000 life at birth, and to SKRT 1995, 373 out of 100.000. It has decreased, yet, it's still far above the average MMR in other ASEAN countries. The main reason has been haemorage, drugged and infection, while other factors increasing mortality are that the mothers are either too young as too old, the parity is too high, and the short time span between pregnancies. According to the Minister of UPW (1996) other factors may have affected the high MMR are mother's education and knowledge, socio-economy, socio-culture, location, environment, and their accessibility to modern health facilities.
Since 1989/1990, the government's policy has been educating and placing midwives in rural areas in order to enhance the equalization of health services, and decreasing the MMR and BR (birth rate) as well as increasing the social awareness of healthy life behaviors.
This research has been intended to gain the description of public acceptance - especially the pregnant mothers' - to the presence of midwives in rural areas in Musi Banyuasin regency. Qualitative method has been used in this study because the problems studied have been a process of wholistic unity. Data resources have been pregnant mothers, medical staff and social figures. Techniques for data collection were focused on group discussion and indepth interviews, while the data analysis have implemented thematic analysis.
The result of the research show that (1) most pregnant mothers welcome the presence of midwives in rural areas, and can follow their activities well. (2) However, some of their activities are less accepted. (3) Examination is scheduled, well followed by the pregnant mothers, located in the midwives' home. (4) The pregnant mothers have come for examination voluntarity. (5) Preparation for giving birth has been conducted by following the instructions and advices given, (6) Many advantages and changes have been attained by mothers since the exixtance of midwives in rural areas. Yet, few mothers hope that improvement should be made in midwives' presence in clinic and services, and the administration.
The people, mainly pregnant mothers, are very concerned in midwives' presence in the villages. For that reason, facilities and equipment for service should be improved and midwives' career development - should be thought of In the education for midwives, the load of teaching items on public health and socio-culture subjects should be increased.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawaty
"ABSTRAK
Tesis ini membahas efektivitas Assessment Center sebuah studi kasus pada Assessment Center Polri sebagai suatu metode penilaian kompetensi seseorang calon pejabat Polri yang menjadi prasyarat sebelum menduduki suatu jabatan tertentu. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan design deskriptif. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) Hasil penelitian menyimpulkan bahwa saat ini Assessment Center Polri belum efektif, dan menyarankan bahwa perlu pembentukan struktur organisasi Assessment Center Polri dan penetapan Hubungan Tata Cara Kerja dengan Satuan kerja Polri yang berkaitan dengan pembinaan sumber daya manusia Polri.

ABSTRACT
The focus of this study is the effectiveness of Assessment Center: A case study of Assessment Center of Indonesian National Police (INP) as a method for measuring of candidates competencies before occupying a certain position in Indonesian National Police (INP). This research is qualitative descriptive interpretative design. The data were collected by means of depth interview. The research concluded that Assessment Center of Indonesian National Police is ineffective, since then the researcher suggest to build an organization structure of Assessment Center of Indonesian National Police and to design a certain work relation with any unit in Indonesian National Police (INP) which deal with managing human resources.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Herawaty
"ABSTRAK
Dalam upaya mewujudkan perilaku hidup sehat melalui pembangunan, perbaikan dan pemeliharaan jamban keluarga dan sarana air bersih yang diikuti penggunaannya secara umum serta penerapan kebiasaan hidup bersih sesuai nilai agama dan budaya sehat, telah dicanangkan Gerakan Jumat Bersih (GM) secara Nasional pada tahun 1994.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mensukseskan GJB yang keseluruhannya memerlukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral. Wadah untuk melaksanakan kerjasama lintas sektoral adalah Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) GJB, mulai tingkat Pusat sampai dengan tingkat Kecamatan. Akan tempi cakupan jamban dan sarana air bersih sampai saat ini masih belum memenuhi harapan. Salah satu penyebabnya adalah kualitas perencanaan Tim Pokjanal GJB Kecamatan yang masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komponen faktor input (pengetahuan, struktur organisasi, informasi, anggaran), faktor proses (koordinasi, metoda) dan faktor eksternal (bimbingan teknis, supervisi Tim Pokjanal GJB Kotamadya) terhadap kualitas perencanaan yang dihasilkan oleh Tim Pokjanal GJB Kecamatan
Metoda penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian kualitatif, pengumpulan informasi 1 data melalui Diskusi Kelompok Terarah ( DKT ), wawancara mendalam dan talaahan dokumen. Responden penelitian adalah anggota Tim Pokjanal GJB Kecamatan dari 6 Kecamatan yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel yaitu pengetahuan, struktur organisasi, informasi, anggaran, koordinasi, metoda, bimbingan teknis serta supervisi mempunyai hubungan dengan kualitas perencanaan Tim Pokjanal GJB Kecamatan .
Dare seluruh variabel yang berhubungan dengan kualitas perencanaan Tim Pokjanal GJB Kecamatan, faktor yang lebih dominan adalah masalah bimbingan teknis, anggaran dan supervisi.
Dengan demikian saran yang diajukan adalah peningkatan fungsi Tim Pokjanal GJB Kecamatan dengan memperjelas uraian tugas dan mekanisme kerja Tim dan menerbitkan Surat Keputusan Camat tentang Pembentukan Tim Pokjanal GJB Kecamatan serta Petunjuk teknis GJB.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Tim dalam membuat perencanaan kegiatan GJB, perlu pelatihan khusus perencanaan GJB bagi Tim Pokjanal GJB Kecamatan atau bimbingan teknis intensif perencanaan GJB yang diselenggarakan oleh Tim Pokjanal GJB Kotamadya. Agar memudahkan dalarn pembuatan perencanaan GJB perlu disusun pedoman tata laksana Perencanaan GJB tingkat Kotamadya dan Kecamatan.
Selanjutnya perlu peningkatan komunikasi kegiatan Tim Pokjanal GJB Kecamatan dengan Tim Pokjanal GJB Kotamadya dalam perencanaan kegiatan lintas program dan lintas sektoral dengan iebih memfungsikan forum koordinasi yang sudah ada.

ABSTRACT
The Factors Related To The Planning Quality Of Sub District Of Team Operational Working Of Clean Friday Movement At Bogor In 1998The clean Friday Movement is developed to repair and maintanance of the privacy and facility for clean water that is followed up to utilizing in a manner the general public with application clean live appropriate value of religious and healty culture which has been propagandized by Clean Friday Movement (CFM) as a manner National in 1994.
Any effort has done for succesing the CFM that its whole required by coorporate beetwen pass program and sectoral. Team Work Operational Of CFM is made as coordinating institution to bring about coorporation to pass sectoral that is exist from district to sub-district but the privacy scope and facility of clean water have not been expected yet. The one reason is the quality of Sub District of Team Operational Working of CFM still low.
The aimed of this research is to find out the relation beetwen input factor component (knowledge, organization structure, information and budget), process factor (coordination, method) and external factor ( technical guidance, supervision of District of Team Operational Working or CFM) into the planning quality that resulted by Sub District of Team Operational Working of CFM).
The method of research that used is the qualitative research, the collecting data/information is performed beside throught Focus Group Discussion (FGD) with document research. The responden of research is all members of Sub District of Team Operational Working of CFM from the exist 6 Sub District.
The result of research indicates that whole variables, they are knowledge, organization structure, information, budget, coordination, method, technical guidance, and supervision have to do with the planning quality of Sub District of the Team Operational Working of Clean Friday Movement.
The dominant factor of whole variables that related with planning quality of Sub District of theTeam Operational Working of CFM that is discussed in the Focus Group Discussion and depth interview are technical guidance, cost and supervision.
The suggestion that requred is the improvement of function beetwen Sub District of Team Operational Working of Clean Friday Movement with explained the jobs and Sub District of Team Work mechanism and published the Sub District of letter of Major Decrec about how to built up the team operational working of CFM and technical directed of CFM.
To increase the knowledge and the skill of team in order to make the planning activity of CFM, it is needed the special training about planning of CFM or intensify technical guidance about planning of CFM that is hold by District of Team Operational Working of CFM. To make the planning of CFM easly it is needed arrangement of the characteristic order at District and Sub District.
Further more it is needed to increase the communication beetwen Sub District of Team Operational Working and District of team Operational Working at pass program and sectoral's planning with make the functionalixed of the exist coordination.
"
Lengkap +
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Herawaty
"ABSTRAK
Melalui Evaluasi Kinerja Pelayanan pada departemen General Services & Facilities dapat diperoleh masukan berupa informasi-informasi yang berguna untuk proses pembuatan keputusan dalam penempatan pegawai yang sesuai dengan bidangnya. Kebijaksanaan yang kondusif guna pelaksanaan tugas pelayanan merupakan salahsatu kegiatan kunci perusahaan dalam pengembangan dan peningkatan karir pegawai baik yang bertugas di lapangan maupun di kantor.
Penelitian berupa studi kasus dilakukan di Atlantic Richfield Indonesia Inc, perusahaan minyak Amerika yang bekerja sama dengan Pertamina dalam bentuk Kontrak bagi hasil. Kerangka pemikiran untuk penelitian dan analisis menggunakan konsep "Managing Services" dengan fokus kinerja pelayanan pegawai departemen General Services & Facilities. Layanan (services) merupakan suatu proses yang terus berlangsung untuk mencapai terwujudnya kinerja unggul harus dengan usaha, kemauan dan kerja keras.
Oleh karena itu pegawai pelaksana pelayanan perlu selalu meningkatkan pengetahuan mengenai pelayanan. Pengetahuan merupakan proses intelektual yang di dapat dengan mengikuti pelatihan dan training yang diadakan baik didalam maupun diluar perusahaan sesuai dengan kemajuan teknologi. Manajemen pelayanan memerlukan pegawai yang terampil dan handal, karena bagaimanapun baiknya suatu program, tidak mungkin terlaksana jika tidak didukung oleh pegawai yang berkualitas.
Bagi pegawai yang menjalankan tugas pelayanan diperlukan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pelanggan antara lain : kuantitas, kualitas maupun ketepatan waktu dalam penyelesaian suatu pelayanan jasa tertentu. Selanjutnya, penempatan pegawai harus sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan yang diberikan, diikuti dengan sistem dan prosedur yang kondusif untuk pelaksanaan tugas. Karena pelayanan itu berkembang dalam waktu ke waktu, maka perlu ada evaluasi kinerja guna memperbaiki prestasi pegawai untuk meningkatkan mutu kinerja.
Evaluasi kinerja juga melihat hubungan kerja antara satu tugas dengan tugas lainnya yang saling berkaitan antar departemen di dalam perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan sasaran yang akan dicapai dan sistem & prosedur yang ada dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Selanjutnya, data primer untuk penelitian didapat melalui wawancara yang bersifat deskriptif & eksplaratif dengan pegawai/pejabat terkait dari berbagai departemen. Dari analisa data dan hasil kerja yang dilakukan di peroleh gambaran mengenai kinerja pelayanan departemen General Services & Facilities, serta langkah-Iangkah yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja tersebut di masa yang akan datang."
Lengkap +
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Herawaty
"PT. "X" adalah salah satu Produsen vaksin hewan Indonesia yang menganut pola manajemen yang sederhana dan kekeluargaan. Produk yang dihasilkan adaìah vaksin untuk unggas, anjing dan hewan besar seperti sapi dan sebagainya. Adapun pemagaran produk PT. "X" adalah untuk konsumsi dalam negeri. Masih yang dihadapi oleh PT. "X" adaiah bagaimana pangsa pasar di dalam negeri dalam menghadapi persaingan yang tajam dengan produk-produk impor. Untuk mengatasi masalah yang ada harus segera dibentuk pola manajemen yang profesional.
PT. "X" dari sejak berdiri masih sangat tergantung pada pihak penyalur dana yaitu pihak perbankan dalam operasionalnya., berhubung dari hasil operasional belum dapat mengembalikan semua hutang-hutangnya, malah hutangnya bertambah terus. Perusahaan ini merencanakan program penyehatan perusahaan sekaligus dengan program peningkatan aktivitas pemasaran agar volume penjualan dapat meningkat dan mencapai tingkat di mana dengan laba yang diperoleh dapat membayar hutang-hutang, sehingga break even point dapat lekas tercapai.
Kebijakan uang ketat yang dilaksanakan pemerintah Indonesia sejak tahun 1991 juga berpengaruh terhadap aektor peternakan. Akibatnya secara tidak langsung volume penjualan PT."X" juga ikut terpengaruh. Hal ini menjadi hambatan bagi pihak pemasaran untuk mendapatkan hal yang lebih balk. Berarti PT. "X" harus memiliki strategi bersaing yang unggul untuk menghadapi pesalng-pesaIngnya. Tekad untuk meningkatkan penjualan produk harus diimbangi dengan perbaikan di segala hal yang berkaitan dengan produk tersebut. Ada beberapa metode analisis guna pengambilan keputusan untuk membentuk strategi bersaing dalam menghadapi pesaing. Metode analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah analisis lingkungan remut, analisis industri, analisis internal perusahaan, analisis SWOT, analisis matriks BCG.
Dari analisis industri terlihat bahwa dari 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri, yang terutama berperanan besar terhadap PT.?X? adalah : persaingan antar perusahaan dalam industri, kekuatan tawar menawar pembeli dan ancaman pendatang baru. Persaingan antar perusahaan dalam industri, terutama dari perusahaan vaksin impor yang jumlahnya cukup banyak dan masing-masing mempunyai strategi pemasaran yang cukup berhasil merebut pangsa pasar tertentu.
Kekuatan tawar menawar pembeli dan golongan pembeli menengah ke atas
adalah cukup besar mengingat bahwa:
  • Produk vaksin merupakan produk yang termasuk relatif standar (diferensiasi tidak terlalu nyata).
  • Pembeli menghadapi biaya pengalihan yang kecil (kecuall bila terjadi wabah).
  • Pembeli seri gkali termasuk dalam suatu kelompok peruasahaan yang melakukan integresi vertikal, sehingga ada keterbataaan dalam memilih.
  • Produk yang akan digunakan, biasanya Iebih mengutamakan untuk memakai produk dari perusahaan yang termasuk kelompok sendiri. Integrasi vertikal dapat terdiri dari usaha peternakan, usaha pakan ternak, usaha impor dan distribusi obat hewan, termasuk vaksin.
    Ancaman pendatang baru perlu diantisipasi mengingat barrier to entry yang kecil dan kelompok perusahaan di Indonesia untuk melakukan integrasi vertikai maupun horizontal. dengan melihat bahwa persaingan dalam industri adalah cukup tajam dan dengan meflhat sifat?sifat produksi maka pilihan strategi generik bagi PT. "X" adalah strategi biaya rendah-pasar luas.
    Dari hasil analisis SWOT terlihat bahwasanya sekalipun PT. "X" menghadapi ancaman lingkungan yang tidak kecil, tapi peluangnya adalah cukup besar, sedangkan PT.?X? sendiri belum sepenuhnya dapat memanfaatkan peluang yang ada berhubung dengan kelemahan internalnya yang perlu ditangani segera. Dengan demikian strategi yang sesuai adalah strategi turn around, yaitu dengan fokus perbaikan fungsional internal secara terkonsolidasi.
    Dari hasil analisis BCG dapat diambil kesimpulan bahwasanya PT."X" sebagai SBU harus berhati-hati, karena dilihat dari pertumbuhan pasar vaksin (yang relatif tumbuh rata-rata 15 %/tahun) dan pangsa pasar relatif PT.?X? terhadap para pesaingnya (rendah), waka PT. "X" dapat dikategorikan sebagai SBU question mark. SBU seperti ini mempunyai dua kemungkinan, yaltu tumbuh menjadi SBU star atau turun menjadi SBU dog. Bila PT.?X? berhasil membenahi kekuatan ínternalnya, dan perekonomlan Indonesia terus membaik, maka pertumbuhan pasar akan Ieblh dari 10 %, ini memberikan kesempatan kepada PT. "X" untuk tumbuh menjadi star.
    Dari segi pemasaran PT. "X" perlu memiliki strategi pemasaran yang kompetitif baik dalam menghadapl produk-produk impor maupun Lokal. Untuk menghadapi produk impor, PT. "X" pentu memperbaiki kualitas Produk-produknya baik dalam hal efektivitas maupun kenyamanan Pemakaiannya (misalnya : setelah vaksinasi tidak terjadi pembengkakarn di tempat penyuntikan). Selain itu yang perlu diperhatikan lagi adalah masalah harga. PT. "X" harus dapat mencapai skala ekonomi dalam Produksinya, sehingga dari segi harga dapat Iebih kompetitif lagi. Hal ini mengingat akhir-akhir ini produk pesaing dapat menurunkan harganya hingga dapat menurunkan harga produk PT. "X", bahkan ada yang lebih murah dari harga PT. "X". Untuk menumbuhkan brand awareness dan brand image yang balk, promosi yang tepat guna sangat diperlukan. Dengan brand image yang baik akan mempermudah PT "X" dalam usaha memperbesar jumlah permintaan melindungi pangsa pasar dan memperbesar pangsa pasar. Sedangkan distribusi yang perlu diperhatikan adalah Indonesia bagian timur yang belum dicover dengan intensif. Jadi strategi pemasaran kompetitif yang dapat dijalankan antara lain : strategi mutu, efisiensi manufaktur, armada penjual yang agresif, promosi penjualan yang optimal dan efektif, distribusi yang Iuas. Strategi tersebut disesuaikan dengan tujuan dan sumber daya perusahaan."
    Lengkap +
    Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Tety Herawaty
    "

    Abstrak

     

    Dalam manajemen strategis, Balanced Scorecard digunakan sebagai metrik kinerja untuk mengukur fungsi bisnis internal dan hasil eksternal yang dapat digunakan untuk mengukur umpan balik suatu organisasi, baik untuk organisasi laba atau nirlaba (sektor publik). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil kinerja rumah sakit Pusat Otak Nasional yang merupakan salah satu organisasi sektor publik dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard dalam mencapai tujuan organisasi. Metode yang dipergunakan berupa analisis deskriptif dengan menggunakan data dari tahun 2015 hingga 2017. Hasil analisis menunjukan bahwa ada beberapa hasil kinerja yang belum mencapai target yang ditetapkan dikarenakan pemilihan KPI yang digunakan tidak relevan dan tidak memiliki causal relationship dengan strategi RS Pusat Otak Nasional. RS Pusat Otak Nasional disarankan memperbaiki desain Balanced Scorecard, dengan menambahkan kamus indikator kinerja untuk mempermudah pencapaian KPI.


    Abstract

     

    In strategic management, the Balanced Scorecard is used as a performance metric to measure internal business functions and external results that can be used to measure feedback to organizations, whether for profit or non-profit organizations (public sector). This study aims to evaluate the results of the performance of the National Brain Center hospital which is one of the public sector organizations using the Balanced Scorecard approach in achieving organizational goals. The method used is in the form of descriptive analysis using data from 2015 to 2017. The results of the analysis show that there are some performance results that have not reached the set targets because the selection of KPIs used is not relevant to the strategy of the National Brain Central Hospital. In adition there are several KPIs that do not have a causal relationship between one another. The National Brain Center Hospital is recommended to improve the design of the Balanced Scorecard, by adding a dictionary of performance indicators to facilitate the achievement of the KPI.

    "
    Lengkap +
    Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
    T-pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Ziska Herawaty
    "Dokter memiliki peranan strategis bagi rumah sakit karena merupakan kelompok penting dalam proses pelayanan di rumah sakit, karena merupakan sentral dari proses pelayanan. Kepuasan kerja memiliki fungsi hubungan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan dan apa yang dalam kenyataan dialami. Ketidakpuasan kerja dokter juga memiliki dampak terhadap turnover intention. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepuasan kerja dokter dengan turnover intention di RS. Rumah Sehat Terpadu di kapupaten Bogor Tahun 2014. Penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatory dengan design cross sectional menggunakan data primer yang diambil dengan cara memberikan kuesioner, wawancara mendalam, observasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 28 orang dengan kriteria dokter yang aktif bekerja di RS.Rumah Sehat Terpadu bersedia untuk menjadi responden dan menjawab pertanyaan, masa kerja minimum 1 bulan, bukan dokter penganti. Hasil analisis kuantitatif diketahui (42,9%) kurang puas bekerja sebagai dokter di RS.Rumah Sehat Terpadu. Responden yang mempersepsikan puas terhadap kepuasan kerja tetapi memiliki keinginan turnover sebesar 56,3%, sedangkan responden yang kepuasan kerjanya tidak puas tetapi memiliki keinginan keluar sebesar 16,7%. Kepuasan kerja hubungan memiliki hubungan antara dengan turnover intention (p value = 0,054, CI 95%).

    The doctor has a strategic role for the hospital because it is an important group in the process of care in the hospital, because it is central to the service process. Job satisfaction has a function of the perceived relationship between what is desirable and what is the reality experienced. Physician job dissatisfaction also have an impact on turnover intention. This study aims to determine the relationship of job satisfaction with turnover intention doctor at the hospital. Rumah Sehat Terpadu hospital in Bogor kapupaten 2014. Present study is descriptive explanatory with cross sectional design using primary data collected by giving questionnaires, in-depth interviews, observation. This study was conducted in May 2014. Samples in this study amounted to 28 people with the criteria physicians who actively work in the Irumah Sehat Terpadu hospital be willing to answer questions and respondents, 1 month minimum employment period, not a substitute for your doctor. The results of quantitative analysis known (42.9%) were less satisfied working as a doctor in Rumah Sehat Terpadu hospital. Respondents who perceive satisfied with job satisfaction but has the desire turnover amounted to 56.3%, while the respondents were not satisfied his satisfaction but has the desire out of 16.7%. Job satisfaction has a relationship with the relationship between turnover intention (p value = 0.054, CI 95%).
    "
    Lengkap +
    Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
    T42345
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Adhe Herawaty
    "Pengungkapan status HIV/AIDS adalah suatu tindakan yang belum seluruhnya dilakukan para penderita SIDA. Hal ini dipengaruhi banyak faktor yang melatarbelakanginya. Tindakan pengungkapan ini dapat memengaruhi munculnya psikopatologi pada seorang penderita SIDA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keputusan seorang penderita SIDA dalam mengungkapkan status HIV/AIDS serta psikopatologi yang ditimbulkan dari tindakan ini. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner sosiodemografi, Berger HIV rating scale untuk menilai stigma diri, instrumen COPE untuk menilai mekanisme coping dan SCL-90 untuk menilai psikopatologi pada subjek penelitian. Uji statistik digunakan untuk menganalisis hubungan masing-masing variabel terhadap pengungkapan status HIV/AIDS. Faktor sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap pengungkapan status HIV/AIDS. Hal ini ditunjukan dengan nilai p masing-masing variabel yaitu pada variabel usia didapatkan nilai p=1,000, variabel jenis kelamin dengan nilai p=1,000, variabel pendidikan dengan nilai p=0,401, variabel status pernikahan dengan nilai p=0,850 dan nilai p=0,519 untuk variabel pekerjaan. Faktor mekanisme coping dianalisis juga tidak mempunyai hubungan bermakna terhadap pengungkapan status HIV/AIDS dengan nilai p=0,406 active coping , p=0,148 acceptance dan p=0,568 religious focused . Terdapat hubungan antara stigma diri dengan pengungkapan status HIV/AIDS dengan nilai p=
    Disclosure of HIV AIDS status is an action that has not been fully done by SIDA rsquo s patients. This is influenced by many factors that lie behind it. This act of disclosure may affect the emergence of psychopathology in a SIDA rsquo s patients. This study aims to determine the factors that influence the decision of a SIDA rsquo s patients in disclosing the status of HIV AIDS and psychopathology arising from this action. Research subjects did fill out demographic questionnaires and several other questionnaires. Researchers used the Berger HIV rating scale instrument to assess self stigma, the COPE instrument to assess coping mechanisms and SCL 90 to assess psychopathology in the study subjects. Statistical tests were used to analyze the relationship of each variable to HIV AIDS status disclosure. Sociodemographic factors such as age, sex, education, occupation, marital status have no significant association with HIV AIDS status disclosure. This is indicated by the p value of each variable that is the age variable obtained p value 1,000, the gender variable with the value p 1,000, the education variable with the value p 0,401, marital status variable with the value p 0.850 and the value p 0,519 for job variables. The coping mechanism factors analyzed also had no significant relationship to HIV AIDS status disclosure with p 0,406 active coping , p 0,148 acceptance and p 0,568 religious focused . There is a relationship between self stigma and HIV AIDS status disclosure with p "
    Lengkap +
    2018
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Tuty Herawaty,author
    "Stimulasi perkembangan yang dilakukan secara terarah pada usia dini meningkatkan kemampuan anak di semua ranah perkembangannya. Kualitas pengasuhan yang dilakukan oleh ibu dan lingkungan keluarga lain berperan dalam menentukan keberhasilan stimulasi. Metode edukasi yang lebih efektif dan informatif dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pengasuhan ibu. Video panduan stimulasi diperkirakan bisa menjadi sarana belajar yang baik.
    Tujuan. Menilai kenaikan tingkat perkembangan (Developmental Quotient/DQ) bayi usia 6-12 bulan sesudah diberikan stimulasi oleh ibu dengan video panduan stimulasi dibandingkan dengan bayi yang dilakukan stimulasi mandiri oleh ibu berdasarkan buku KIA.
    Metode. Penelitian uji acak terkendali terbuka (open randomized controlled trial) yang membandingkan kualitas pengasuhan dan tingkat perkembangan bayi usia 6-12 bulan sebelum dan sesudah pemberian video stimulasi perkembangan kepada ibu dibandingkan dengan stimulasi berdasarkan buku KIA. Penilaian kualitas pengasuhan menggunakan instrumen HOME Inventory dan tingkat perkembangan (DQ) menggunakan Griffith-III. Dinilai kualitas pengasuhan anak, DQ anak secara keseluruhan, perbandingan DQ sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua kelompok, hubungan kualitas pengasuhan dan DQ, serta kenaikan DQ pada kedua kelompok.
    Hasil. Skor HOME Inventory kategori baik (skor ≥27) pada kelompok perlakuan sebesar 84,09% dan 15,91% kurang baik (skor <27), sedangkan pada kelompok kontrol 53,45% kategori baik dan 46,55% kurang baik. Tingkat perkembangan anak dalam DQ mendapatkan 16,16% di bawah rerata (<90), 58,82% rata-rata (DQ 90-109), dan 23,23% di atas rerata (>110). Kenaikan DQ dari pretest ke post-test pada kelompok perlakuan sebesar 14,27+12,12 dibandingkan dengan 1,37+18,55 pada kelompok kontrol.
    Simpulan. Stimulasi dengan panduan video meningkatkan DQ bayi usia 6-12 bulan lebih tinggi daripada stimulasi berdasarkan buku KIA.

    Developmental stimulation at an early age improves children's abilities in all areas of development. The quality of care performed by the mother and other family plays a role in determining the success of stimulation. More effective and informative educational methods are needed to improve the quality of maternal care. Stimulation guide videos are expected to be a good learning tool for mothers and caregivers of the child.
    Objective.
    Assessing the increase in the level of development (Developmental Quotient/DQ) infants aged 6-12 months after being given stimulation by mothers who received stimulation guidance videos compared to babies who were self-stimulated by mothers based on the MCH Handbook.
    Methods.
    An open randomized controlled trial that compared the quality of care and development levels of infants aged 6-12 months before and after treatment in the form of providing developmental stimulation videos to mothers compared to a control group that performed stimulation based on the MCH book. Assessment of the quality of care using the HOME Inventory instrument, and the level of development (DQ) using Griffith-III. Assessed the quality of childcare, DQ of children as a whole, comparison of DQ before and after treatment in the two groups, the relationship between the quality of care, and DQ and the increase in DQ in both groups.
    Results.
    HOME Inventory scores in the good category (score 27 and above) in the treatment group were 84.09% and 15.91% were not good (below 27), while in the control group 53.45% were in good categories and 46.55% were not good. The level of child development in the DQ was 16.16% below the average (<90), 58.82% on average (DQ 90-109) and 23.23% above the average (> 110). The increase in DQ from pretest to posttest in the treatment group was 14.27 + 12.12 compared to 5.02 + 18.55 in the control group.
    Conclusions.
    Video stimulation can increase the DQ value of infants aged 6-12 months more than self-stimulated method based on the MCH handbook.
    "
    Lengkap +
    Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
    T-Pdf
    UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
    cover
    Susan Herawaty
    "ABSTRAK
    Ampisilina dan amoksisilina adalah antibiotika penisilin semi sintetik yang mempunyai enzim B-laktam tiazolidina, yang dapat rusak oleh adanya air, suasana asam, suasana basa, enzim B-laktamase, oksidator, logam berat, dan panas. Pengaruh panas selama proses pembuatan obat jadi, pengangkutan dan penyimpanan tidak dapat dihindarkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap struktur kimia ampisilina dan amoksisilina, dengan cara memanaskan ampisilina dan amokaisilina pada suhu 40°C, 60°C, 80°C, dan 105°C. Masing-masing hasil pemanasan dianalisa secara spektrofotometri infra merah dengan pellet KBr dan ditentukan kadarnya secara iodometri untuk melihat adanya kerusakan pada struktur B-laktam tiazolidina. Perubahan spektrum infra merah pada ampisilina dan amok sisilina mulai tampak setelah pemanasan 80°C 8 jam dan setelah pemanasan 105°C 20 menit. Perubahan yang terlihat mula-mula pada panjang gelombang 6,2 - 6,55 um yang menunjukkan gugus karboksilat dan x amino. Jika pemanasan dilanjutkan, perubahan akan terjadi juga pada panjang gelombang 5,6,um yang menunjukkan gugus B-laktam. Penetapan kadar secara iodometri tidak memenuhi persyaratan setelah pemanasan 80 0 C 16 jam dan 105°C 40 menit, yang disebabkan rusaknya B-laktam tiazolidina."
    Lengkap +
    Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
    S-Pdf
    UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
    <<   1 2   >>