Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adisa Yusuf Reksoprodjo
Abstrak :
Salah satu bentuk pola hidup bersih adalah mencuci tangan. Cuci tangan dapat mendatangkan banyak manfaat, antara lain mencegah infeksi yang ditularkan melalui kontak langsung, mencegah infeksi nosokomial serta menurunkan jumlah flora transien. Saat ini, banyak pihak, yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, tidak perhatian terhadap kebiasaan mencuci tangan. Hal ini dijumpai tidak hanya dari kalangan rumah sakit dan paramedis, bahkan sampai mahasiswa kedokteran. Penelitian menggunakan desain potong lintang untuk mengetahui asosiasi antara jumlah sumber informasi dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku cuci tangan serta faktor-faktor yang berhubungan pada populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Angkatan 2007. Pemilihan populasi ini diharapkan dapat mewakili masyarakat Indonesia yang terpelajar sebagai gambaran umum kebiasaaan mencuci tangan. Penelitian cuci tangan ini mengambil data perilaku melalui hasil observasi dan data pengetahuan serta data sikap dari pengisian kuisioner oleh responden. Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan menggunakan metode convenient sampling serta informed consent, didapati 96 responden dengan profil sosiodemografi 49% responden berusia 19 tahun, 61.5% responden adalah perempuan, 95.8% responden tidak memiliki riwayat alergi, dan 56.3% responden mendapatkan informasi cuci tangan yang baik dan benar dari satu sumber informasi saja. Pada penelitian ini jumlah sumber informasi, jenis kelamin, dan riwayat alergi tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pengetahuan, sikap serta perilaku cuci tangan mahasiswa FKUI angkatan 2007. Pengecualian dari hasil tersebut adalah hubungan jenis kelamin terhadap perilaku dan pengetahuan terhadap sikap yang mempunyai hubungan bermakna. Responden perempuan punya peluang perilaku cuci tangan lebih baik sebesar 3,3 kali lipat dibanding laki-laki (95% CI:1.4 – 7.9). Sedangkan, responden yang berpengetahuan baik memilki peluang sikap cuci tangan lebih baik sebesar 3.5x dibanding yang berpengetahuan buruk (95% CI: 1.1 – 11.0) ......Handwashing is the implementation of healthy lifestyle nowadays. There are many benefit from it, such as prevent the nosocomial infection, direct-contact transmission diseases, and reducing the amount of transient flora. Nowadays, handwashing matter has still been ignored, not only from hospital society and paramedic, but also from the medical student. This study is aimed obtaining the association of source information with knowledge about, attitude toward, and also behaviour of handwashing and investigating its influencing factors. This study was conducted at Faculty Medicine University of Indonesia (FMUI) involved students from year 2007 as a study subjects. With convenient sampling and based on eligibility of the inclusion criteria, 96 study subjects were recruited and they voluntarily signed the informed consent paper. The data of behaviour handwashing was taken with observation checklist. Self-completed questionnaire was used to collect data of knowledge about and attitude toward handwashing. Based on the socio-demography variables, 49% were 19 years old, 61,5% were women, and 95,8% didn’t have any alergic history, 56,3% got about the good handwashing from one source. The study shows that gender, alergic history, and good handwashing information sources haven’t significant association, statistically, with knowledge about, attitude toward, and also behaviour of handwashing. Nonetheless, female student is 3.34 times better than male student to have a good behaviour in handwashing (95% CI:1.4 – 7.9). Knowledgeable student tend to have better attitude toward handwashing 3.55 times than poor knowledge student (95% CI: 1.1 – 11.0). To conclude, variable that have a significant association with behaviour of handwashing is gender. Plus, the knowledge about handwashing is vital in improving attitude toward handwashing to a better degree.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisa Yusuf Reksoprodjo
Abstrak :
Metastatic Bone Disease (MBD) merupakan tempat penyebaran jauh terbanyak ketiga setelah paru dan liver. Hal ini menimbulkan morbiditas yang tidak sedikit dan pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup dan kesintasan pasien. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang di RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan total sampling. Pasien yang terdiagnosis MBD selama periode 2008 - 2018 dilihat karakteristik, kesintasan, dan jika masih hidup, dilakukan penghitungan skor fungsional menggunakan kuesioner SF-36 dan MSTS. Terdapat 113 pasien MBD dengan rerata usia 54,34 ± 11,09, 69% perempuan, 24,8% tumor primer dari paru, 17,7% dari mammae, 16,8% dari tiroid. 55,8% lesi MBD terdapat pada ekstremitas dan 74,3% merupakan lesi soliter. 65,5% pasien tidak menjalani operasi, namun 78,8% mendapatkan bisfosfonat dan 51,3% mendapatkan radioterapi. Sebanyak 82,3% pasien sudah meninggal, sehingga terdapat 20 pasien yang masih hidup. SF-36 menunjukkan rentang median 40,0 - 100,0 dari 8 skala yang ada. MSTS ekstremitas atas rerata 45,55 ± 24,46 dan ekstremitas bawah median 26,67 (20,00 - 60,00). Analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pembedahan dengan kesintasan (P=0,034). Analisis multivariat menunjukkan operasi memiliki peluang terhadap kesintasan yang lebih baik sebesar 2,8 kali (95%CI 1,1 - 7,6). Operasi memiliki hubungan yang bermakna terhadap kesintasan pasien MBD. ......Metastatic Bone Disease (MBD) is the third distant sites after lungs and liver. This creates morbidity and affect patient s quality of life and survival. This study uses cross sectional design with total sampling at one tertiary referral center. MBD patient during 2008 - 2018 were evaluated for characteristics, treatment received, and survival rate. Survived patients were evaluated for functional score with SF-36 and MSTS. From 113 patients, with mean age of 54,34 ± 11,09, 69% were female, 24,8% were lung primary tumor, 17,7% from breast tumor, and 16,8% from thyroid tumor. 55,8% of the lesions were from extremity and 74,3% were solitary lesions. 65,5% patients did not get a surgery, 78,8% were given bisphosphonates, and 51,3% got a radiotherapy treatment. 82,3% patients were already died, so we got 20 patients that were still alive and being evaluated for the functional score. SF-36 shows median of 40,0 - 100,0 from 8 scales, and upper extremity MSTS results mean 45,55 ± 24,46, and lower extremity MSTS results median 26,67 (20,00 - 60,00). Bivariate analysis shows statistically significant association of surgery with survival (P=0,034). Multivariate analysis shows surgery has a 2,8 times higher chance of survival (95%CI 1,1 - 7,6). Surgery has a significant association with MBD patient survival.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55548
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library