Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Oei
"Insufisiensi laktasi merupakan salah satu penyebab tidak tercapainya target pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia. Akupunktur merupakan salah satu terapi yang telah terbukti dapat meningkatkan produksi ASI dengan efek samping yang minimal. Namun, terapi akupunktur memerlukan compliance yang tinggi dari pasien. Oleh sebab itu, akupunktur press tack needle (PTN) dikembangkan untuk meningkatkan compliance pasien dengan mengutamakan efisiensi waktu dan biaya terapi. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol sham pertama yang bertujuan untuk menilai efektivitas akupunktur PTN dalam meningkatkan produksi ASI pada pasien dengan insufisiensi laktasi. Subjek dialokasikan secara acak ke dalam kelompok akupunktur PTN (n = 18) dan kelompok akupunktur sham (n = 18). Titik akupunktur yang dipilih adalah SI1 Shaoze dan CV17 Danzhong. Penilaian peningkatan produksi ASI dilakukan dengan menilai volume ASI dan sensasi kepenuhan payudara yang dirasakan oleh pasien sebelum terapi, hari ketujuh terapi dan hari ketiga setelah terapi selesai. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna peningkatan produksi ASI pada hari ketujuh terapi (p < 0,001) dan hari ketiga (p = 0,018) setelah terapi selesai pada kelompok akupunktur PTN dibandingkan dengan kelompok akupunktur sham. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada peningkatan sensasi kepenuhan payudara antara kedua kelompok (p = 0,680). Kesimpulan penelitian ini adalah akupunktur PTN dapat meningkatkan produksi ASI pada pasien dengan insufisiensi laktasi dan efek tersebut dapat bertahan selama tiga hari setelah terapi selesai sehingga akupunktur PTN dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif terapi yang efektif, efisien dan aman dalam tatalaksana insufisiensi laktasi.

Lactation insufficiency is one of the reason for the failure in achieving exclusive breastfeeding target in Indonesia. Acupuncture is one of the proven treatment in improving breast milk production with minimal side effects. However, acupuncture therapy needs a high compliance from the patient. Therefore, we developed an acupuncture therapy using press tack needle (PTN) to improve patient’s compliance that prioritize treatment time efficiency and treatment cost. This is the first double-blind randomized controlled trial that aims to assess the effectiveness of PTN acupuncture in improving breast milk production in patient with lactation insufficiency. Subjects were randomly allocated to the PTN acupuncture group (n = 18) and sham acupuncture group (n = 18). The acupuncture points used in this study were SI1 Shaoze and CV17 Danzhong. Assessment of the improvement in breast milk production was done by measuring the volume of breast milk production and breast fullness sensation felt by the patient before the therapy, on day seven of therapy and on day three after the therapy was completed. The results of this study showed a significant improvement in breast milk production on day seven of therapy (p < 0,001) and on day three after the therapy was completed (p = 0,018). There was no difference in the breast fullness sensation between the two groups (p = 0,680). In conclusion, PTN acupuncture can be recommended as an effective and efficient treatment in treating lactation insufficiency and the effect can last for at least three days after the therapy is completed. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meri Oktaria
"Penyebab kegagalan program ASI eksklusif adalah pemberian makanan prelakteal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, IMD, Penolong persalinan dan tempat persalinan terhadap pemberian makanan prelakteal. Metode penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Analisis bivariat menggunakan uji chi square, t test independent dan regresi logistic. Hasil penelitian didapatkan proporsi pemberian makanan prelakteal sebesar 75,6%. Faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan prelakteal adalah pengetahuan ibu (p = 0,012), penolong persalinan (p= 0,044) dan IMD (p < 0,001).

The causes of the failure of exclusive breastfeeding program is prelacteal feeding. Objective of this study was to determine the relationship of factors of maternal knowledge about exclusive breastfeeding, Immediate breastfeeding, place of delivery and birth attendants to prelacteal feeding. This research method using analytical design with cross sectional approach. Bivariate analysis using chi square test, independent t test and logistic regression. The results obtained prelacteal feeding proportion is 75.6%. Factors related to prelacteal feeding are mother knowledge of breastfeeding (p=0,012), birth attendants (p=0,044) and Immediate breast feeding (p < 0,001).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moudy Emma Unaria Djami
"Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi penting karena erat
hubungannya dengan kelangsungan hidup bayi, pertumbuhan dan per-
kembangan yang optimal serta peningkatan kualitas generasi berikutnya.
Penelitian ini bertujuan menentukan hubungan frekuensi pemeriksaan ke-
hamilan dan konseling laktasi dengan pemberian ASI eksklusif. Rancangan
penelitian adalah kohor historikal. Analisis multivariabel dilakukan menilai
hubungan dan faktor paling dominan antara variabel bebas (frekuensi pe-
meriksaan kehamilan dan konseling laktasi), variabel perancu (penge-
tahuan, pendidikan, pekerjaan, paritas dan tingkat pendapatan keluarga)
dan variabel terikat (ASI eksklusif). Pada analisis regresi logistik ditemukan
pengetahuan sebagai faktor paling dominan dalam pemberian ASI eksklusif
(OR = 4,30; 95% CI = 1,98 _ 9,31). Pengetahuan yang baik tentang ASI ek-
sklusif meningkatkan pemberian ASI eksklusif 4,30 kali lebih besar.
Kesimpulan penelitian ini adalah semakin sering frekuensi pemeriksaan ke-
hamilan akan semakin tinggi pemberian ASI eksklusif, serta semakin ser-
ing pemberian konseling laktasi oleh tenaga kesehatan semakin tinggi pem-
berian ASI eksklusif.
Exclusive breastfeeding is important because it is connected with infant
survival, optimal growth and development and improving the quality of the
next generation. This study aims to analyze and determine the frequency of
prenatal care and relationship counseling lactation with exclusive breast-
feeding. A historical cohort study design and bivariate and multivariable
analyzes performed to look for association and dominant factor among the
independent variables (frequency of prenatal care and counseling lactation),
confounding variables (knowledge, education, employment, parity and level
of family income) with the dependent variable (exclusive breastfeeding). In
the logistic regression analysis found knowledge as a dominant factor in the
exclusive breastfeeding (OR = 4,30; 95% CI = 1,98 _ 9,31). The conclusion
of this study is that the more often the frequency of antenatal care will in-
crease exclusive breastfeeding, and the more lactation counseling given by
health provider during antenatal visit will increase exclusive breastfeeding."
Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang,, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The objective of this research was to study the effect of substitution protein and energy concentrates on production and reproduction performances of Friesian Holstein (FH) Crossbred in early lactation and its financial aspect. This research was carried out for 100 days in early lactation. Twelve monoparous FH Crossbred were divided into three groups of feed treatment, control groups (RK) was given all concentrates control (KK) contain CP 10.3%, TDN 51% treatment groups 1 (RP1) was given concentrates control that was substituted 25% with supplement concentrates A (KSA) which source of energy (TDN 76%, CP 17.0%) and treatment groups 2 (RP2) was given concentrates control that was substituted 25% with supplement concentrates B (KSB) which was the source of protein (CP 20.4%, TDN 73%). The data obtained were analyzed using analysis of variance One Way Completely Randomized Design, if there is differences then it was analized using analisis Duncant Multiple Range Test (DMRT). Parsial financial was used to meansure the change of cost and income. The result showed that there were significantly different (P<0.05) between groups on the intake of crude protein, RP2 (1.35 kg) than RP1 (1.18 kg) and RK (1.11 kg). Milk yield, milk fat content, milk protein content and post partum mating (PPM) and TDN intake insignificantly between treatments (P>0.05), but average daily milk yield tend (P>0.05) the highest in RP2 (10.4 liter) than RP1 (9.9 liter) and RK (8.9 liter), milk fat content the highest in RP2 (3.46%) than RK (3.39%) and RP1 (2.84%), milk protein content the highest in RK (2.70%) than RP (2.58%) and RP2 (2.38%). PPM, conception rate (CR), service per conception (S/C) and days open (DO) the best in RP1 (PPM = 75 days CR = 5%, S/C = 1, DO = 70 days), than RK (PPM = 82 days, CR = 25%, S/C = 1, DO = 48 days), and RP2 (PPM = 103 days, CR = 0%, S/C = 3, DO = 165 days). Average body weight lost (RK = 5 kg, RP1 = 5 kg, RP2 = 16 kg). The highest net profit in RP1 than RP2 and RK. It was concluded that the effect of substitution of supplement energy and protein concentrates tended to increase production performance and net profit however this could not increase reproduction performance, milk quality and mobilization of body energy storage."
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Araminta Ramadhania
"ABSTRAK
Resistensi insulin adalah kondisi yang mendasari terjadinya diabetes melitus. Prevalensi diabetes melitus kian meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia. Proporsi penderita diabetes melitus ditemukan lebih tinggi pada perempuan. Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi insulin dan resistensi insulin ini dapat bertahan hingga masa postpartum. Laktasi serta nutrien salah satunya seng, dapat memengaruhi resistensi insulin. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan menilai kadar seng serum dan korelasinya dengan resistensi insulin pada ibu laktasi di Jakarta. Pengambilan subjek dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada bulan Februari-April 2019. Sebanyak 75 orang ibu laktasi pada 3-6 bulan postpartum yang berusia 20-40 tahun direkrut menjadi subjek penelitian ini. Sekitar 76% (n=57) subjek memiliki kadar seng rendah dengan rerata sebesar 62,33±11,89 µg/dL. Resistensi insulin dinilai dengan menggunakan HOMA-IR (homeostasis model assessment-insulin resistance). Median HOMA-IR adalah 0,54 (0,22-2,21). Sebanyak 13,3% (n=10) subjek diprediksi mengalami resistensi insulin. Dilakukan uji korelasi antara kadar seng serum dengan HOMA-IR. Tidak ditemukan adanya korelasi bermakna antara kadar seng serum dengan HOMA-IR (r=0,003, p=0,977).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida I. Tjahjadi
"Pada beberapa daerah di Indonesia, secara tradisional dianjurkan pada ibu menyusui untuk mengkonsumsi daun Katu (Sauropus androgynus (L.) Merr.) dan daun Papaya (Carica papaya L.) dalam usaha meningkatkan produksi air susu ibu. Namun hal tersebut belum terbukti secara ilmiah pada manusia.
Sehubungan dengan itu, telah dilakukan penelitian pengaruh konsurnsi daun Katu dan daun Papaya terhadap volume, konsentrasi vitamin A dan protein air susu ibu selama 7 hari berturut-turut. 45 orang ibu menyusui dari kabupaten Bogor (rural), yang 1-3 bulan setelah melahirkan dibagi dalam 3 kelompok secara acak dengan stratifikasi (stratified randomly assigned), yaitu kelompok Katu, Papaya dan Kontrol. Setiap kelompok terdiri dari 15 orang ibu menyusui. Kelompok Katu dan Papaya masing-masing mengkonsumsi 400 gram daun Katu dan 300 gram daun Papaya berupa sayur selain makanan mereka sehari-hari, sedangkan kelompok Kontrol tidak mendapat tambahan tersebut. Untuk seleksi subjek dilakukan pengukuran antropometrik dan pemeriksaan fisik terhadap ibu dan bayinya, serta pemeriksaan Hb ibu (Hb>10gr%). Berdasarkan penelitian pendahuluan, respons tertinggi yang diamati selama 7 hari penelitian adalah pada hari terakhir penelitian (ke - 7).
Intake ibu sebelum dan pada hari terakhir penelitian dicatat dan dihitung selama 24 jam (dietary recall) untuk 2 hari berturut-turut. Volume, konsentrasi vitamin A dan protein air susu ibu diteliti sehari sebelum dan pada hari terakhir penelitian.
Pada hari terakhir penelitian, volume air susu ibu meningkat secara bermakna pada kelompok Katu (P=0.000) dan kelompok Papaya (P=0,002) dibandingkan dengan kelompok Kontrol. Peningkatan tertinggi adalah pada kelompok Katu, tetapi tidak berbeda bermakna dengan kelompok Papaya (P=0.129). Peningkatan volume ini mempunyai korelasi secara bermakna dengan intervensi yang dilakukan, dan rupanya hal ini disehabkan oleh peningkatan intake vitamin A ibu (P=O.0001). Tetapi tidak mempunyai korelasi baik dengan peningkatan intake energi maupun dengan peningkatan intake protein (P=0,5796 dan P=0,8539).
Konsentrasi vitamin A air susu ibu juga meningkat secara bermakna pada kedua kelompok treatment dibandingkan dengan kelompok Kontrol (P=0.028 untuk kel. Katu dan P=0,003 untuk kel. Papaya). Peningkatan tertinggi diamati pada kelompok Papaya tetapi tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok Katu (P=0,241). Total vitamin A air susu ibu dalam 24 jam juga meningkat karena peningkatan volume pada kedua kelompok treatment dibandingkan dengan kelompok Kontrol (P=0,002 untuk kelompok Katu dan P=0,001 untuk kelompok Papaya).
Tidak tampak adanya perbedaan secara bermakna pada konsentrasi protein air susu ibu pada hari terakhir peneitian pada ketiga kelompok (P=0.7607). Namun total protein air susu ibu dalam 24 jam meningkat secara bermakna karena peningkatan volume pada kelompok Katu. Ternyata pula bahwa tidak ada korelasi bermakna antara peningkatan konsentrasi protein air susu ibu dengan peningkatan intake protein ibu (P=0,3433).
Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa konsumsi daun Katu dan daun Papaya oleh ibu menyusui dapat meningkatkan produksi dan konsentrasi vitamin A air susu ibu secara bermakna, tetapi tidak meningkatkan konsentrasi proteinnya. Walaupun demikian total protein air susu ibu daam 24 jam meningkat secara bermakna pada kelompok Katu karena peningkatan volume air susu ibu. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ande Fachniadin
"ASI diketahui memiliki banyak manfaatnya namun presentase ibu yang menyusui mengalami penurunan. Penurunan terjadi terutama terjadi pada golongan ibu yang bekerja. Ibu bekerja sebagai salah satu golongan ibu yang memberikan ASI mempunyai masalah tersendiri yang mempengaruhi lama pemberian ASI. Penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sudah dilakukan namun hasilnya belum konklusif. Untuk itu akan dibahas faktor anak dibawa ke tempat kerja dan faktor fasilitas laktasi di tempat kerja dihubungkan dengan lama pemberian ASI. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor anak dibawa ke tempat kerja dan faktor fasilitas laktasi di tempat kerja dihubungkan dengan lama pemberian ASI. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan wawancara melalui pengisian kuesioner. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2008 hingga Juni 2009 di Jakarta dengan subyek penelitian ibu pegawai swasta. Penelitian melibatkan 88 subyek yang memenuhi kriteria lalu dilakukan uji statistik chi square dan uji kolmogorov smirnov, untuk menilai hubungan antara lama pemberian ASI dengan faktor anak dibawa ke tempat kerja dan faktor fasilitas laktasi di tempat kerja. Tidak terdapat hubungan antara anak dibawa ke tempat kerja (p=0,579), tersedianya TPA di sekitar tempat kerja(p=0,509), tersedianya ruang menyusui di tempat kerja (p=0.833), tersedianya ruang kerja sendiri (p=0.220), dan adanya lemari pendingin (p=0.110) dengan lama pemberian ASI. Disimpulkan tidak terdapat hubungan antara faktor anak dibawa ke tempat kerja dan faktor fasilitas laktasi dengan lama pemberian ASI.

Breastmilk has a lot of advantages but mom precentage of breast feeding is decreasing. This is happened especially at working mother. Working mother as one of mothers that give breastmilk group has their own problem that influence the length of breastfeeding. The former research had find factors that had association with breastfeeding but not conclusive yet. So we will discuss the assocoation between bring kids to the office and facility of lactation to the length of breastfeeding at working mother as private employee at several companies at jakarta. The objective of this research is to know the assocoation between bring kids to the office and facility of lactation to the length of breastfeeding at working mother as private employee at several companies at jakarta. This research used cross sectional method by interviewing using a quesionnaire. Research done from Desember 2008 to June 2009. This research joined by 88 subject that match criteria then used chi square test and Kolmogorov Smirnov, to know the association between the length of breastfeeding and bring kids to the office and the facilitiy of lactation. There are no association beetween bring kids to the office (p=0,579), the avaibility of deposite place for children at the office(p=0,509), avaibility of lactation room (p=0.833), avaibility of self room office (p=0.220), and avaibility of refrigerator (p=0.110) with the length of breastfeeding.The conclusion is there is no association between the length of breastfeeding and bring kids to the office and the facilitiy of lactation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diyan Reni Jayathi
"Sebagian besar kematian anak di Indonesia terjadi pada bulan pertama kehidupannya. Kemungkinan anak meninggal pada usia berbeda, 19 per seribu selama masa neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per seribu dari usia satu sampai lima tahun (UNICEF, 2012). Hanya 39% dari seluruh bayi di dunia yang mendapatkan ASI Eksklusif (WHO 2002), padahal diketahui pemberian ASI Ekslusif mampu mencegah kematian balita sebanyak 13%. Praktik pemberian ASI di negara berkembang berhasil menyelamatkan 1,5 juta bayi per tahun dari kematian dan kesakitan. Berdasarkan InfoDatin 2015 Provinsi Lampung diketahui K4 mencapai 90% sedangkan capaian ASI eksklusif hanya mencapai 65%. Begitu juga di kabupaten Pringsewu tahun 2015 K4 mencapai 85% namun capaian ASI eksklusif hanya bekisar 60%. Terdapat kesenjangan antara ibu hamil yang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah quasi eksperimen. Jumlah sampel penelitian 84 ibu hamil dan menyusui, yang terdiri dari kelompok pre-test dan post-test intervensi dan kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara pemberian monitoring konseling laktasi dengan pemberian ASI eksklusif (p=0,017 OR=8,636; 95% CI: 1,5-46,8), artinya ibu yang diberi monitoring konseling laktasinya mempunyai peluang 8,63 kali untuk menyusui eksklusif dibanding ibu yang tidak dimonitoring. Perlunya dilakukan monitoring dan evaluasi tidak terjadwal agar BPS Bidan Delima selalu konsisten dan berkomitmen menerapkan SOP pada setiap pemberian pelayanan kesehatan serta memberikan reward dan punismen agar BPS bidan delima termotivasi untuk terus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Most child deaths in Indonesia occur in the first month of life. Possible children die at different ages, 19 per thousand during neonatal period, 15 per thousand from the age of 2 to 11 months and 10 per thousand from the age of one to five years (UNICEF, 2012). Only 39% of all babies in the world are exclusively breastfed (WHO 2002), whereas exclusive breastfeeding is known to prevent 13% of under-five mortality. Breastfeeding practices in developing countries have saved 1.5 million babies per year from mortality and morbidity. Based on InfoDatin 2015, it is known that K4 reaches 90%, while exclusive breastfeeding achieves only 65%. So also in Pringsewu district in 2015 K4 reached 85% but exclusive breastfeeding achievement is only 60%. There is a gap between pregnant women who receive health services and exclusive breastfeeding behaviors.
The research method used in this research is quasi experiment. The sample size was 84 pregnant and lactating women, consisting of pre-test and posttest of intervention and control.
The results showed that there was a significant influence between lactation counseling monitoring and exclusive breastfeeding (p = 0.017 OR = 8,636; 95% CI: 1,5-46,8), meaning that the mother who was given lactation counseling monitoring had an opportunity of 8.63 times For exclusive breastfeeding compared to unmonitored mothers. The need for monitoring and evaluation is not scheduled for BPS Bidan Delima always consistent and committed to apply SOP on every health service delivery and give reward and punismen so that BPS pomegranate midwife motivated to continuously improve health service quality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Restu Marsiwi
"ABSTRAK
Onset laktasi terlambat dapat menjadi salah satu faktor risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mengalami onset laktasi terlambat juga berisiko melakukan pemberhentian pemberian ASI lebih cepat. Ibu multipara dapat mengalami keterlambatan onset laktasi dan gagal memberikan ASI eksklusif, sehingga onset laktasi pada ibu multipara perlu untuk diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara frekuensi menyusui dengan onset laktasi pada ibu multipara. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kohort prospektif pada 148 ibu multipara postpartum di Jakarta Timur. Sampel dipilih dengan tehnik consecutive sampling. Analisis dilakukan dengan uji korelasi Spearman dan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi menyusui dan tingkat stress berhubungan signifikan dengan onset laktasi ibu multipara p=0,001 . Semakin jarang frekuensi ibu menyusui bayinya maka onset laktasi ibu bertambah bepeluang lebih lama sebesar 0,237 hari. Semakin tinggi tingkat stress ibu maka onset laktasi berpeluang bertambah lebih lama sebesar 0,135 hari. Penelitian ini merekomendasikan petugas kesehatan untuk mendorong ibu sering menyusui bayinya dengan mengenali tanda-tanda stress pada ibu postpartum di awal masa menyusui. Tindakan intervensi untuk menurunkan stress perlu dilakukan untuk membantu mendorong terjadinya onset laktasi.
ABSTRACT
Correlation between Breastfeeding Frequency and Onset of Lactation among Multipara Mother in East Jakarta. Delayed onset of lactation is one of risk factor of unsuccessful effective breastfeeding. Mother who get delayed onset of lactation are in a risk of early breastfeeding cessation. Delayed onset of lactation and unsuccessfull effective breastfeeding can be happen to multipara mother, so that some attention about onset of lactation need to paid to them. The aim of this study was to identify correlation between breastfeeding frequency and onset of lactation among multipara mother. The research design of this study was analityc descriptive with cohort prospective approach. The subjects of this study were 148 pospartum multipara mother in East Jakarta, selected by consecutive sampling technique. The Spearman correlation test and linier regression are used in the analysis of this study. The result showed significant correlations between breastfeeding frequency, stress level and onset of lactation p 0,001 . One less frequent mother breastfeed her baby, the longer timing of the onset of lactation at about 0,237 day. The higher mother rsquo s level of stress, timing of the onset lactation would be longer 0,135 day. Finding of this study give recommendation for the health care worker to encourage mother to breastfeed her baby frequently and recognise the symptom of stress at postpartum mother in their early phase of breastfeeding. Some interventions to reduce mother rsquo s level of stress need to be established to help the onset of lactation comes."
2018
T50808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katya Saphira
"

Beta karoten memiliki kapasitas antioksidan. Malondialdehida (MDA), produk dari peroksidasi poly unsaturated fatty acid (PUFA), merupakan penanda stres oksidatif. Keseimbangan oksidan dan antioksidan dalam ASI membantu mencegah terjadinya radikal bebas pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan beta karoten dengan kadar beta karoten ASI dan mengetahui ada tidaknya hubungan antara asupan beta karoten dengan kadar MDA ASI. Delapan puluh ibu usia 20–40 tahun yang menyusui secara eksklusif dan memiliki bayi usia 1–6 bulan yang datang ke Puskesmas Kecamatan Cilincing dan Grogol Petamburan pada bulan Februari–April 2019 dan bersedia menandatangani lembar persetujuan penelitian menjadi subjek penelitian. ASInya di periksa di laboratorium. Korelasi positif lemah ditemukan antara indeks masa tubuh (IMT) dan kadar MDA ASI (r = 0,285, p = 0,010) serta asupan beta karoten dan kadar MDA ASI (r = - 0,469 dengan p <0,001). Korelasi negatif sedang ditemukan pada durasi menyusui dalam minggu dengan kadar MDA ASI, asupan beta karoten memilki korelasi positif lemah dengan kadar MDA ASI (r = 0,247, p = 0,027). Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan kadar beta karoten ASI (p = 0,012). Dengan demikian, IMT, durasi menyusui, asupan beta karoten berpengaruh terhadap kadar MDA ASI.


Beta carotene has antioxidant capacity. Malondialdehyde (MDA), a poly unsaturated fatty acid (PUFA) peroxidation product, is the marker of oxidative stress. The balance of oxidant and antioxidant in breastmilk helps prevent the free radical formation in babies. The purpose of this study is to analyze the correlation of beta carotene intake with the breast milk (BM) beta carotene level and to determine the relationship between beta carotene intake with the MDA level in BM. Eighty 20–40 years old exclusively breastfeeding mothers who came to Cilincing and Grogol Petamburan Public Health Centre in February–April 2019 and had 1–6 months old babies were enrolled in this cross-sectional study. The BM were assessed the laboratory. Weak positive correlation was found between body mass index (BMI) and BM MDA level (r = 0.285, p = 0.010) as well as beta carotene intake and BM MDA level (r = 0.247, p = 0.027). Medium negative correlation was found between breastfeeding duration in weeks with the BM MDA level (r = - 0.469, p <0.001). Physical activity has a relationship with BM beta carotene level (p = 0.012). Therefore, BMI, breastfeeding duration, beta carotene intake has a correlation with BM MDA level.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>