Ditemukan 173405 dokumen yang sesuai dengan query
Najiyy Ahmad
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis sumber daya serta mendeskripsikan proses mobilisasi yang dilakukan oleh Lembaga swadaya masyarakat Foodbank of Indonesia (FOI) untuk mengatasi masalah kesenjangan pangan yang dialami masyarakat prasejahtera. Untuk menganalisis masalah penelitian ini, peneliti menggunakan teori mobilisasi sumber daya. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi lapangan, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FOI memobilisasi lima jenis sumber daya dalam melakukan gerakan sosialnya dalam rangka mengatasi kesenjangan pangan: sumber daya material, sumber daya manusia, sumber daya sosial organisasi, sumber daya budaya, dan sumber daya moral. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa sumber daya budaya berupa narasi merupakan penggerak utama dalam memobilisasi kelima sumber daya tersebut.
This study explores how social movements mobilize resources to address food insecurity This study aims to identify the types of resources and describe the mobilization process carried out by the Foodbank of Indonesia (FOI), a non-governmental organization, to address the issue of food insecurity faced by underprivileged communities. To analyze this research problem, the researcher uses the theory of resource mobilization. The research method employed is a case study, utilizing data collection techniques include in-depth interviews, field observations, and document studies. The results of the study show that FOI mobilizes five types of resources in carrying out its social movement to overcome food radiation, namely, material resources, human resources, organizational social resources, cultural resources, and moral resources. Based on the results of the data analysis, it is concluded that cultural resources in the form of narratives are the main driving force in mobilizing the five resources."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
JPKS 13(1-2)2014
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ira Eka Pratiwi
"This study provides empirical evidence with respect to identifying whether the coping mechanism adopted by households in Indonesia significantly influences food security during the COVID-19 pandemic. The data used was from the fourth round of high-frequency monitoring data of COVID-19 impact on households from the World Bank (www.microdata.worldbank.org), which was collected between November 3rd – 15th, 2020 through the phone-based survey. By employing the logit regression model and controlling for demography characteristics such as gender, age, and education level, this study confirms that reducing non-food consumption has been effectively lowering the probability of food insecurity in all forms of indicators, including “were hungry” (3.3 percentage points), “went without eating” (2.0 percentage points), “unable to eat nutritious food” (6.6 percentage points), “food shortage” (9.6 percentage points), and “eat less” (5.6 percentage points). Additionally, households who relied on saving had a lower probability of 13.7 percentage points of being unable to eat nutritious food, while households who received assistance from the government had a lower chance of 2.4 percentage points of experiencing hunger during the pandemic. This study emphasizes that temporary strategies or short-term coping mechanisms such as relying on support from relatives, taking loans, and engaging in additional income-generating activities, as well as reducing food consumption may not contribute effectively to food security, instead, these types of coping mechanisms may exacerbate food insecurity. The findings of this study offer several implications in regard to enhancing the capacity of households to cope with the difficulties during crises as well as policy implications to design effective interventions in dealing with future shocks."
Depok: UIII Press, 2024
297 MUS 3:1 (2024)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Hepi Yunita
"
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status bekerja dan struktur keluarga terhadap kerawanan pangan rumah tangga dengan anak. Menggunakan Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2018, kerawanan pangan rumah tangga diukur dari kerawanan pangan dimensi akses. Status bekerja diwakili oleh status bekerja kepala rumah tangga dan struktur keluarga diukur dari kehadiran pasangan kepala rumah tangga. Analisis dalam penelitian ini dilakukan di kelompok rumah tangga miskin dan kelompok rumah tangga tidak miskin. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kerawanan pangan juga terjadi pada rumah tangga dengan anak di kedua kelompok rumah tangga. Hasil analisis inferensial menggunakan regresi logistik biner menunjukkan bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja tidak penuh dan rumah tangga dengan kepala rumah tangga menganggur lebih cenderung untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja penuh baik di kelompok rumah tangga miskin maupun kelompok rumah tangga tidak miskin. Sementara rumah tangga dengan kepala rumah tangga bukan angkatan kerja lebih cenderung secara signifikan untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga dengan kepala rumah tangga bekerja penuh hanya di kelompok rumah tangga miskin. Selain itu juga ditemukan bahwa rumah tangga orang tua lengkap kurang cenderung untuk mengalami rawan pangan daripada rumah tangga orang tua tunggal laki-laki dan rumah tangga orang tua tunggal perempuan.
ABSTARCTThis study aimed to investigate the effect of working status and family structure on food insecurity in households with children. Using the 2018 National Socio-Economic Survey, food insecurity at the households level was measured by the food access dimension of the food insecurity. Working status was represented by the working status of the head of the household and family structure was measured by presence of the heads partner. The analysis in this study was conducted in poor and non-poor households. Descriptive analysis showed that food insecurity also occured in households with children in both households. Inferential analysis using binary logistic regression showed that households with heads in part-time work and those with unemployed heads were more likely to be food insecure than households with heads in full-time work either in poor households or in non-poor households. Whereas households with heads not in labor force were significantly more likely to be food insecure than households with heads in full-time work only in the poor households. The analysis also showed that two-parent households were less likely to be food insecure than single-male headed households and single-female headed households."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nada Zairina Wulandari
"Ketahanan pangan adalah salah satu aspek yang mendukung ketahanan nasional. Ketika individu atau rumah tangga tidak mampu memenuhi ketahanan pangannya maka terjadilah kerawanan pangan yang dapat menggangu stabilitas ekonomi dan nasional. Tapin mengalami peningkatan penduduk miskin dan peningkatan rumah tidak layak huni di Kalimantan Selatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dan mengukur kerawanan pangan rumah tangga tidak layak huni dan faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Pangan adalah kebutuhan mendasar yang harus selalu ada dan terus meningkat seiring dengan mengingkatnya jumlah penduduk. Analisis ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan model rasch, metode regresi ordinal dan menggunakan variabel moderator dengan analisis data yang deskriptif untuk menganalisis data penelitian. Penelitian ini berdasarkan pada skala kerawanan pangan (FIES) serta faktor demografi dan kemiskinan multidimensi yaitu Jumlah Anggota Keluarga (X1), Jenis Pekerjaan (X2), Pendapatan (X3), Pendidikan (X4), Kesehatan (X5), Bantuan (X6), dan Jenis Kelamin (X7). Hasil penelitian ini adalah, pada tingkat kerawanan pangan rumah tangga tidak layak huni berdasarkan FIES, terdapat 57% kerawanan pangan ringan, kerawanan pangan sedang ada 23% dan rumah tangga dengan tingkat kerawanan pangan berat ada 20%.
Food security is one aspect that supports national security. When individuals or households are unable to fulfill their food security, food insecurity occurs which can disrupt economic and national stability. Tapin has experienced an increase in the number of poor people and an increase in uninhabitable houses in South Kalimantan. This study aims to analyze and measure the food insecurity of uninhabitable households and the factors that influence it in Tapin District, South Kalimantan. Food is a basic need that must always be available and continues to increase along with the increasing population. This analysis uses a quantitative approach using the Rasch model, ordinal regression method and using moderator variables with descriptive data analysis to analyze research data. This research is based on the food insecurity scale (FIES) and multidimensional demographic and poverty factors, namely the number of family members (X1), type of work (X2), income (X3), education (X4), health (X5), assistance (X6), and Gender (X7). The results of this study are, at the level of food insecurity in uninhabitable households based on FIES, there are 57% light food insecurity, moderate food insecurity is 23% and households with severe food insecurity are 20%."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rini Astuti
"Hingga saat ini, kerawanan pangan masih menjadi isu pembangunan yang penting di negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. Di sisi lain, inklusi keuangan diyakini mampu mengakselerasi pencapaian SDGs, diantaranya dalam hal penurunan kerawanan pangan. Meskipun demikian, studi yang meneliti pengaruh inklusi keuangan terhadap kerawanan pangan menghasilkan kesimpulan yang inkonklusif. Di Indonesia, studi mengenai hal tersebut juga masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menganalisis pengaruh inklusi keuangan terhadap kerawanan pangan rumah tangga di Indonesia, baik secara umum maupun menurut kelompok tertentu. Penelitian ini menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020. Variabel kerawanan pangan diukur melalui skor kerawanan pangan berdasarkan Food Insecurity Experience Scale (FIES) melalui dua cara, yaitu raw score dan rasch scale. Sementara itu, variabel inklusi keuangan diukur menurut aksesibilitas rumah tangga pada beberapa layanan keuangan formal yang mencakup tabungan, kredit, asuransi dan e-banking. Estimasi pengaruh inklusi keuangan terhadap kerawanan pangan dilakukan dengan metode 2SLS Lewbel karena tidak tersedianya instrumen eksternal yang valid. Hasil estimasi menujukkan inklusi keuangan berpengaruh secara negatif terhadap kerawanan pangan. Menurut kelompok pendapatan, inklusi keuangan hanya signifikan mempengaruhi penurunan kerawanan pangan pada kelompok pendapatan rendah. Sementara menurut lokasi tempat tinggal, inklusi keuangan hanya berpengaruh pada penurunan kerawanan rumah tangga di perdesaan.
To date, food insecurity remains as one of important development issues in low and middle income country, including Indonesia. On the other hand, financial inclusion is recognized in accelerating SDGs achievement, such as lowering food insecurity. However, the studies related to the relationship between financial inclusion and food insecurity remains inconclusive. This study, therefore, aims to analyze the impact of financial inclusion on household food insecurity in Indonesia. This study uses National Socio-Economic Survey (Susenas) 2020. The food insecurity variable is measured based on Food Insecurity Experience Scale (FIES) which calculated in two ways, namely raw score and rasch scale. Meanwhile, the financial inclusion variable is measured based on the household accessibility to financial services, namely saving, credit, insurance, and e-banking. The effect of financial inclusion on food insecurity is estimated by 2SLS Lewbel since there’s no valid external instrument. The result of the estimation showed that financial inclusion has significant negative effect on household food insecurity. Based on income category, this effect is only found to be significant on lower income household. While based on location, financial inclusion only affect household in rural area."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Jihad Muhammad Alif
"Indonesia saat ini mengalami paradoks dengan munculnya food waste dan food insecurity. Food bank merupakan lembaga altruis/nirlaba yang menjembatani antara gap surplus dan defisit bahan pangan di masyarakat. Tugas food bank adalah menerima, memproses, menyimpan, dan membagikan surplus makanan tersebut dari donatur yang tersedia.
Food bank merupakan lembaga yang baru muncul di Indonesia dalam 5 tahun ini, yaitu Foodbank of Indonesia, sehingga belum mencapai efisiensi jika dibandingkan dengan negara yang telah lama mendirikan food bank. Studi ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan efektivitas kinerja food bank di Indonesia dan melihat kebijakan pemerintah yang menunjang keberlanjutan food bank di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder operasional Foodbank of Indonesia dengan cakupan data pusat di seluruh cabang selama tahun 2017-2019 dan wawancara langsung. Pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis regresi metode OLS Dinamis. Temuan dalam penelitian ini adalah faktor keberlanjutan food bank yaitu input donasi makanan dipengaruhi secara positif oleh penerimaan donasi satu bulan lalu, cabang satu bulan sebelumnya, relawan bulan ini, dan jumlah partner kerja sama satu bulan lalu. Faktor yang berpengaruh secara negatif terhadap input donasi parsel makanan food bank adalah penambahan jumlah penerima dua bulan sebelumnya, dan relawan satu bulan sebelumnya. Faktor musim berpengaruh positif pada kuartal pertama dan negatif untuk kuartal dua hingga empat. Sehingga Food bank bisa dilihat sebagai salah satu solusi dari paradoks untuk masalah food waste dan juga food insecurit, dan dengan faktor tersebut dapat dilihat kebijakan terkait untuk meningkatkan efektivitas food bank di Indonesia.
Indonesia is currently experiencing a paradox with the emergence of food waste and food insecurity. Food bank is an altruist / non-profit organization that bridges the gap between the surplus and deficit in foodstuffs in society. Food banks job is to receive, process, store and distribute the surplus food from available donors. Food bank is an institution that has only emerged in Indonesia in the past 5 years, namely the Foodbank of Indonesia, so it has not achieved efficiency when compared to countries that have long established food banks. This study aims to look at the factors that influence the effectiveness of food bank performance in Indonesia and to see government policies that support the sustainability of food banks in Indonesia. The data used are secondary operational data of Foodbank of Indonesia in all branches during 2017-2019 and direct interviews. The analytical approach used is dynamic OLS regression analysis. The findings in this study are the food bank sustainability factor, namely the input of food donations is positively influenced by the receipt of donations one month ago, branches one month earlier, volunteers this month, and the number of partnerships one month ago. The factor that negatively affected the input of food bank food parcels was the addition of the number of recipients two months earlier, and volunteers one month earlier. The season factor has a positive effect in the first quarter and negative for the second to fourth quarters. So that Food bank can be seen as a solution to the paradox for the problem of food waste and also food insecurity, and with these factors, it can be seen that policies related to improve the effectiveness of food banks in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Shafyra Citra Anandi
"Pertumbuhan perusahaan rintisan di Indonesia memunculkan ketertarikan untuk bekerja di industri ini. Namun, kondisi kerja di perusahaan rintisan yang memiliki ritme cepat, tuntutan kerja yang tinggi, dan belum stabil menimbulkan konsekuensi seperti niat untuk berhenti kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran burnout pada hubungan ketidakamanan kerja dengan niat berhenti kerja pada karyawan perusahaan rintisan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan partisipan diminta untuk mengisi Job Insecurity Scale (JIS), Indonesian Quality of Worklife Questionnaire (IQWiQ) dan Turnover Intention Scale (TIS).
Pengambilan data dilakukan kepada 151 partisipan yang merupakan karyawan perusahaan rintisan yang telah bekerja selama enam bulan di perusahaan rintisan yang berusia di bawah lima tahun. Analisis mediasi menunjukkan bahwa terdapat efek tidak langsung yang signifikan (ab=0,17, p<0,05) dan efek langsung yang tidak signifikan (c′=0,13,𝑝>0,05), maka burnout dapat memberikan efek mediasi penuh pada hubungan ketidakamanan kerja dengan burnout pada karyawan perusahaan rintisan.
A growing number of startup companies in Indonesia have attracted people to work in this industry. However, the work environment (fast rhythm, high pressure, and unstable conditions) have created high consequences, namely turnover intention. This research aims to examine burnout as mediator on relationship between job insecurity and turnover intention among startup employees. This quantitative research has participants fulfil a questionnaire about Job Insecurity Scale (JIS), Indonesian Quality of Worklife Questionnaire (IQWiQ) and Turnover Intention Scale (TIS). Data has been collected from 151 participants who have been working for 6 months in startup company which established within 5 years. Based on mediation analysis, the result show there are significant indirect effect of burnout (ab=0,17, p<0,05) and insignificant direct effect burnout (c=0,13, p>0,05) on the relationship of job insecurity and turnover intention. Therefore, burnout has full mediation effect on relationship between job insecurity and turnover intention among startup employee."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mahrani Nurjannah
"
Penelitian ini membahas pengaruh persepsi ketidakamanan kerja terhadap komitmen kerja pada kalangan pekerja startup di Jakarta berdasarkan status kerja dan jenis kelamin. Studi terdahulu yang mengeksplorasi komitmen kerja umumnya berfokus pada aspek organisasional dan aspek individual. Penelitian ini mengkritisi kecenderungan studi sebelumnya yang menyederhanakan konsep komitmen kerja ke dalam komitmen organisasi. Selain itu, pendekatan psikologis yang lebih dominan dalam studi terdahulu terlalu menekankan aspek emosional sehingga mengesampingkan pentingnya persepsi subjektif pekerja sebagai faktor kontekstual. Penelitian ini mengkritisi pendekatan psikologis yang cenderung menekankan universalitas dalam memahami perilaku dan melihat persepsi sebagai aspek kognitif yang terbentuk melalui mekanisme internal individu. Penelitian ini memposisikan persepsi sebagai elemen subjektif yang terbentuk melalui struktur sosial, interaksi, dan interpretasi simbolik, sehingga tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial yang melingkupinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengombinasikan pengumpulan data melalui survei kuesioner, in-depth interview, dan studi literatur untuk membantu elaborasi analisis dari temuan penelitian. Tingkat persepsi ketidakamanan kerja dan tingkat komitmen kerja di tingkat sampel ditemukan cenderung rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat persepsi ketidakamanan kerja memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat komitmen kerja pada tingkat sampel, tetapi kekuatan pengaruh tersebut tergolong lemah. Dimensi marginalization insecurity ditemukan memiliki pengaruh paling kuat terhadap komitmen kerja dibandingkan dimensi ketidakamanan kerja lainnya. Penelitian ini juga menenemukan tidak adanya perbedaan signifikan dalam arah hubungan antara kedua variabel berdasarkan status kerja maupun jenis kelamin. Meskipun demikian, pengaruh negatif ditemukan lebih menguat pada pekerja kontrak dan pekerja perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok tersebut memiliki kerentanan yang lebih terhadap dampak negatif dari ketidakamanan kerja akibat interseksionalitas posisi sosial yang secara objektif lebih rentan. Disisi lain, lemahnya pengaruh pada pekerja laki-laki mencerminkan bahwa keberlangsungan kerja dalam kondisi tidak stabil bukan semata pilihan individu, melainkan bentuk tanggung jawab sosial yang dilekatkan dari konstruksi peran gender.
This study examines the effect of perceived job insecurity on work commitment among startup workers in Jakarta, with particular attention to the roles of employment status and gender. Prior studies exploring work commitment have generally focused on organizational and individual aspects. This research critiques the tendency of previous studies to oversimplify the concept of work commitment as organizational commitment. Furthermore, the dominant psychological approach in previous research tends to overly emphasize emotional aspects, thereby overlooking the importance of workers’ subjective perceptions as contextual factors. This study critiques the psychological approach for its inclination to universalize behavioral understanding and its view of perception as a cognitive aspect shaped through individuals’ internal mechanisms. In contrast, this research positions perception as a subjective element formed through social structures interactions, and symbolic interpretations, which cannot be separated from its surrounding social context. This study employs a quantitative approach by combining data collection through questionnaire surveys, in-depth interviews, and literature review to support the analytical elaboration of the research findings. Both the levels of perceived job insecurity and work commitment within the sample were found to be relatively low. The findings indicate that perceived job insecurity has a negative effect on work commitment within the sample, though the strength of this influence is relatively weak. Among the dimensions of job insecurity, marginalization insecurity was found to have the strongest influence on work commitment. The study also found no significant differences in the direction of the relationship between the two variables based on employment status or gender. Nevertheless, the negative effect was found to be more pronounced among contract workers and female workers. This indicates that these groups are more vulnerable to the adverse impacts of job insecurity due to the intersectionality of social positions that are objectively more precarious. On the other hand, the weaker influence observed among male workers reflects that continued employment under unstable conditions is not merely an individual choice, but rather a form of social responsibility embedded in the construction of gender roles."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Uliyatun Nikmah
"Ketidakamanan atas pekerjaan dan konflik pekerjaan-keluarga semakin lazim dialami dalam lingkungan pekerjaan yang dinamis, dan penelitian terdahulu telah mendokumentasikan konsekuensinya terhadap luaran pekerjaan. Penelitian ini mengintegrasikan peran faktor psikologis dalam menjelaskan hubungan tersebut dengan menganalisis persepsi karyawan yang menjalani pengaturan kerja fleksibel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi ketidakamanan atas pekerjaan, konflik yang disebabkan gangguan pekerjaan terhadap keluarga dan gangguan keluarga terhadap pekerjaan terhadap keterikatan kerja karyawan dan kinerja mereka melalui peran mediasi kesehatan psikologis karyawan. Data dari 578 karyawan dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan persepsi ketidakamanan atas pekerjaan, konflik yang disebabkan gangguan pekerjaan terhadap keluarga dan gangguan keluarga terhadap pekerjaan dapat menurunkan kesehatan psikologis karyawan yang selanjutnya dapat berdampak pada keterikatan kerja karyawan serta kinerja mereka. Peningkatan kesehatan psikologis karyawan juga ditemukan dapat meningkatkan kinerja mereka melalui keterikatan kerja karyawan.
Job insecurity and conflict between work and family are increasingly prevalent in dynamic work environments, and previous research has documented their consequences for work outcomes. This study integrates the role of psychological factors in explaining this relationship by analyzing the perceptions of employees who are implementing flexible work arrangements. This study aims to analyze the effect of job insecurity, work-family conflict, and family-work conflict towards work engagement and job performance through the mediation role of psychological well-being. Data from 578 employees were analyzed using the Structural Equation Modeling (SEM) method. The results showed that increased perceptions of job insecurity, work-family conflict, and family-work conflict can reduce psychological well-being, which in turns can influence work engagement and job performance. Improved employees’ psychological well-being was also found to improve their job performance through work engagement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library