Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149964 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farsya Khairani Permana Adi
"Fenomena boikot terhadap figur publik, seperti yang terjadi pada kolaborasi grup K-Pop NCT dengan Starbucks di tahun 2024, menyoroti kompleksitas perilaku penggemar sebagai konsumen di tengah isu moral dan sosial, terutama mengingat dinamika hubungan parasosial antara penggemar dan idola. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot, serta menguji peran mediasi persepsi transgresi moral dalam korelasi tersebut pada 370 penggemar grup K- Pop NCT di Indonesia yang berusia 18–25 tahun. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dan uji mediasi sederhana (Model 4) oleh PROCESS Macro dari Andrew Hayes, hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan parasosial tidak memiliki korealasi secara langsung dengan intensi boikot penggemar dan persepsi transgresi memiliki peran penting sebagai mediator dalam memprediksi korelasi antara hubungan parasosial dan intensi boikot pada penggemar sebagai konsumen. Penelitian ini dapat berkontribusi terhadap pengembangan kajian literatur hubungan parasosial dan perilaku konsumen, khususnya dalam konteks perilaku boikot.

The phenomenon of boycotting public figures, as seen in the 2024 collaboration between the K-Pop group NCT and Starbucks, highlighted the complexity of fans as a consumer behavior amid moral and social issues, particularly considering the dynamics of parasocial relationships between fans and idols. This study aimed to analyze the correlation between parasocial relationships and boycott intention, as well as to examine the mediating role of perceived moral transgression in that correlation among 370 Indonesian fans of the K-Pop group NCT aged 18–25. Using a quantitative approach with a correlational method and simple mediation analysis (Model 4) from Andrew Hayes' PROCESS Macro, the findings showed that parasocial relationships did not have a direct correlation with fans’ boycott intention. Moreover, perceived moral transgression played a significant mediating role in predicting the correlation between parasocial relationships and boycott intention among fans as consumers. This study may contribute to the development of parasocial relationship and consumer behavior literature, particularly in the context of boycott behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Aliyah Rachman
"Penerapan 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada Instagram mengubah implementasi celebrity endorsement di media sosial. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki apakah keberadaan label 'Paid Partnership' sebagai disclosure language pada unggahan berbayar berpengaruh langsung terhadap intensi membeli dengan hubungan parasosial sebagai moderator. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental between-subject pada perempuan dewasa pengguna Instagram di Indonesia dalam rentang umur 18-34 tahun. Disclosure language dipilih sebagai variabel bebas (tanpa disclosure language dan dengan disclosure language), hubungan parasosial sebagai moderator, dan intensi membeli sebagai variabel terikat. Analisis Multiple Regression digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari disclosure language terhadap intensi membeli dan hubungan parasosial juga tidak secara signifikan memoderasi pengaruh disclosure language terhadap intensi membeli. Sementara, penelitian justru menemukan hubungan parasosial menunjukkan pengaruh langsung terhadap intensi membeli. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa hubungan parasosial dapat menjadi prediktor munculnya intensi membeli.

The implementation of 'Paid Partnership' as a disclosure language on Instagram has changed the way of celebrity endorsements are presented on social media. This research was conducted to investigate whether the appearance of the 'Paid Partnership' as a disclosure language in paid post has a direct effect on purchase intention with parasocial relationship as a moderator. This research is a between-subject experimental study on adult female Instagram users in Indonesia within the age of 18-34 years old. Disclosure language was chosen as the independent variable (no disclosure language and with disclosure language), parasocial relationship as the moderator, and purchase intention as the dependent variable. Multiple Regression Analysis is used to test the hypothesis of this study. The results shown that there was no significant effect of disclosure language on purchase intentions and parasocial relationships also did not significantly moderate the effect of disclosure language towards purchase intentions. Meanwhile, this research discovered that parasocial relationship show a direct effect on purchase intention. This research implies that parasocial relationships can be a predictor of purchase intentions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Syukriya Maharani
"Penelitian ini bertujuan melihat kontribusi relasi parasosial terhadap tingkat well-being remaja penggemar idola K-Pop di Indonesia. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat kontribusi yang signifikan dari relasi parasosial terhadap well-being. Penelitian dilakukan menggunakan metode korelasional regresi dengan teknik analisis simple regression pada 566 partisipan WNI berusia 15–19 tahun yang merupakan penggemar K-Pop. Alat ukur yang digunakan adalah Parasocial Interaction Scale Short Version untuk relasi parasosial dan EPOCH (Engagement, Perseverance, Optimism, Connectedness, dan Happiness) untuk well-being. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring menggunakan Google Form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi parasosial (M =2.90, SD = 0.39) berkontribusi secara positif dan signifikan sebesar 3.4% terhadap well-being (M = 3.04, SD = 0.47), F(1, 566) = 20.09, p < 0.001, R2 = 0.034. Kesimpulannya, hasil penelitian mendukung hipotesis, yaitu relasi parasosial berkontribusi terhadap tingkat well-being remaja penggemar idola K-Pop di Indonesia. Implikasi penelitian ini adalah penambahan pengetahuan terkait kontribusi yang dapat diberikan oleh relasi parasosial terhadap well-being.

This study aims to examine the contribution of parasocial relationship to Indonesian adolescence K-Pop idol fans’ well-being. The hypothesis stated that there is a significant contribution of parasocial relationship to well-being. This study was conducted using correlational regression method on 566 Indonesia citizens aged 15–19 years old who are K-Pop fans. The measuring instrument used is Parasocial Interaction Scale Short Version for parasocial relationship and EPOCH (Engagement, Perseverance, Optimism, Connectedness, and Happiness) for well-being. The questionnaire was distributed online using Google Form. Result showed that parasocial relationship (M = 2.90, SD = 0.39) positively contributed as significant as 3.4% to one’s well-being (M = 3.04, SD = 0.47), F(1, 566) = 20.09, p < 0.001, R2 = 0.034. In conclusion, the result of this study supports the hypothesis that parasocial relationship contributed to Indonesian adolescence K-Pop idol fans’ well-being. The implication of this study is to gain more knowledge related to the contribution of parasocial relationship to well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Anindita Humaira
"Kurangnya hubungan sosial di dunia nyata dapat mendorong perempuan dewasa muda untuk membangun kedekatan dengan sosok idola, yang dikenal sebagai hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesepian dapat memprediksi hubungan parasosial secara positif pada perempuan dewasa muda penggemar K-Pop di Indonesia. Partisipan berjumlah 389 orang perempuan berusia 18–25 tahun yang mengidentifikasi diri sebagai penggemar K-Pop. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan teknik analisis regresi linear sederhana. Alat ukur yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale Version 3 untuk mengukur kesepian dan Multidimensional Parasocial Relationship Measure untuk mengukur hubungan parasosial, yang mencakup dimensi para-friendships dan para-romantic love. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesepian secara signifikan memprediksi para-friendships (R2 = 0.044, F(1, 387) = 17.68, p < .001) dan para-romantic love (R2 = 0.015, F(1, 387) = 5.89, p = .016), dengan effect size yang kecil. Temuan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kesepian, semakin besar kecenderungan individu membentuk hubungan parasosial dengan idola K-Pop. Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai kontribusi literatur untuk memperluas pemahaman mengenai kesepian dan hubungan parasosial, serta menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya dalam konteks psikologi dan budaya popular.

The lack of real-life social relationships may lead young adult women to form emotional bonds with public figures, known as parasocial relationships. This study aims to examine whether loneliness can positively predict parasocial relationships among young adult women who are K-Pop fans in Indonesia. A total of 389 female participants aged 18–25 who identified themselves as K-Pop fans took part in this study. A correlational quantitative approach was used with simple linear regression analysis. The instruments employed were the UCLA Loneliness Scale Version 3 to measure loneliness and the Multidimensional Parasocial Relationship Measure to assess parasocial relationships, covering two dimensions: para-friendships and para-romantic love. The results showed that loneliness significantly predicted para- friendships (R2 = 0.044, F(1, 387) = 17.68, p < .001) and para-romantic love (R2 = 0.015, F(1, 387) = 5.89, p = .016), with small effect sizes. These findings indicate that the higher the level of loneliness experienced by individuals, the greater their tendency to form parasocial relationships with K-Pop idols. The implications of this study contribute to the literature by enhancing understanding of the link between loneliness and parasocial relationships, and serve as a foundation for future research in psychological and popular culture contexts."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandini Rizki Nurbaiti
"Remaja berada pada fase pencarian jati dirinya, sebagaimana tahap perkembangan psikososial remaja yaitu identity versus role confusion. Pencarian identitas diri remaja seringkali dikaitkan dengan tokoh idola yang rentan menimbulkan perilaku parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parasocial relationship dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta. Penelitian dengan metode kuantitatif jenis analisis-korelasi dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 108 remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta yang dipilih dengan teknik simple random sampling. Instrumen Ego Identity Process Questionnaire digunakan untuk mengukur status identitas diri dan Celebrity Attitude Scale untuk mengukur hubungan parasosial. Hasil analisis univariat yaitu sebanyak 35,2% remaja berada pada fase identitas diri achievement dan 50% remaja memiliki hubungan parasosial dengan tokoh idolanya pada tingkat intense personal feeling. Hasil analisis bivariat menggunakan uji Spearman rho menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan parasosial dengan status identitas diri remaja penggemar K-Pop di DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). Kesimpulan penelitian ini adalah aktivitas pengidolaan membentuk hubungan parasosial dengan tokoh idola yang turut memengaruhi status identitas diri yang dicapai oleh remaja pada tahap perkembangannya. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan variabel lain yang berkaitan dengan hubungan parasosial terhadap status identitas diri remaja.

Adolescents are in an identity-searching period, as is the stage of adolescent psychosocial development, specifically identity vs role confusion. The search for self-identity in adolescents is frequently related with idol figures who are prone to triggering parasocial conduct. The purpose of this study is to investigate the relationship between parasocial relationships and self-identity construction among K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta. This study recruited 108 teenage K-Pop enthusiasts in DKI Jakarta who were chosen using a simple random samplingsimple strategy and a quantitative method of correlation-analysis. The Ego Identity Process Questionnaire was used to assess identity status, and the Celebrity Attitude Scale to measure parasocial relationships. The results of the univariate analysis showed that 35,2% of adolescents were in the achievement self-identity phase and 50% of adolescents had a parasocial relationship with their idol at the level of intense personal feeling. The results of bivariate analysis using the Spearman rho test showed that there was a significant relationship between parasocial relations and the self-identity status of young K-Pop fans in DKI Jakarta (p value: 0.005 r: -0.271). The conclusion of this study is that idolizing activities form parasocial relationships with idol figures which also influence the identity status achieved by adolescents at their developmental stage. Future research is expected to be able to relate other variables related to parasocial relationships to adolescent self-identity status."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harya Vandika Daniswara
"Penelitian ini menganalisis pengaruh interaksi parasosial dalam ulasan TikTok terhadap niat beli Generasi Z di Jakarta, dengan fokus pada aspek hedonis (perceived enjoyment dan Transparency) dan utilitarian (Informativeness dan Credibility). Metodologi yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, menggunakan data primer dari 195 responden yang merupakan pengguna aktif TikTok. Responden adalah Generasi Z yang lahir antara 1996 dan 2004 di Jakarta. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis data. Temuan menunjukkan bahwa interaksi parasosial berpengaruh positif signifikan terhadap perceived enjoyment, Transparency, Informativeness, dan Credibility. Selain itu, perceived enjoyment dan Transparency signifikan mempengaruhi niat beli, menekankan pentingnya pengalaman positif dan informasi yang jelas dalam ulasan produk di TikTok.

This study analyzes the influence of parasocial interaction in TikTok reviews on the purchase intention of Generation Z in Jakarta, focusing on hedonic (perceived enjoyment and Transparency) and utilitarian aspects (Informativeness and Credibility). The methodology used is a correlational quantitative study, utilizing primary data from 195 active TikTok users. Respondents are Generation Z, born between 1996 and 2004 in Jakarta. The study uses Structural Equation Modeling (SEM) to analyze the data. Findings indicate that parasocial interaction significantly positively influences perceived enjoyment, Transparency, Informativeness, and Credibility. Additionally, perceived enjoyment and Transparency significantly affect purchase intention, emphasizing the importance of positive experiences and clear information in TikTok product reviews."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neyla Alyssa Putri
"Dewasa muda merupakan kelompok usia yang berada dalam krisis perkembangan intimacy versus isolation, sehingga rentan terlibat secara emosional dengan figur media melalui hubungan parasosial. Dalam konteks budaya K-Pop, hubungan ini diperkuat oleh intensitas interaksi satu arah antara penggemar dan idola, yang dapat memengaruhi cara individu menilai kehidupannya secara subjektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hubungan parasosial dan subjective well-being pada dewasa muda penggemar K-Pop. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif korelasional melalui desain non-eksperimental. Sebanyak 398 partisipan berusia 19–30 tahun yang merupakan penggemar K-Pop mengikuti penelitian ini. Alat ukur yang digunakan adalah Parasocial Relationships Scale (PSR), Satisfaction With Life Scale (SWLS), dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan parasosial berkorelasi positif secara signifikan dengan kepuasan hidup (r = 0,207, p < 0,001) dan afek positif (r = 0,224, p < 0,001), serta berkorelasi negatif dengan afek negatif (r = –0,117, p < 0,01). Temuan ini menunjukkan bahwa hubungan parasosial yang lebih tinggi berkorelasi dengan tingkat subjective well-being yang lebih tinggi pada dewasa muda penggemar K-Pop. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan parasosial dapat menjadi salah satu sumber dukungan emosional alternatif yang berkontribusi pada subjective well-being individu, khususnya pada dewasa muda penggemar K-Pop.

Young adulthood is a developmental stage marked by the psychosocial conflict of intimacy versus isolation, making individuals in this age group more susceptible to emotional attachment with media figures through parasocial relationships. In the context of K-Pop culture, this bond is intensified by the one-sided interactions between fans and idols, potentially shaping how individuals evaluate their lives subjectively. This study aims to examine the relationship between parasocial relationships and subjective well-being among young adult K-Pop fans. Using a correlational quantitative approach with a non-experimental design, data were collected from 398 participants aged 19–30 who identified as K-Pop fans. The instruments used included the Parasocial Relationships Scale (PSR), Satisfaction With Life Scale (SWLS), and the Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Results showed that parasocial relationships were significantly positively correlated with life satisfaction (r = .207, p < .001) and positive affect (r = .224, p < .001), and significantly negatively correlated with negative affect (r = –.117, p < .01). These findings suggest that stronger parasocial relationships are associated with higher levels of subjective well-being in young adults. The study implies that parasocial relationships may serve as an alternative source of emotional support contributing to young adults' well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sofi Yatasya
"Merek dan bisnis kini semakin tertarik untuk menemukan cara menggunakan influencer sebagai ‘tokoh populer’ untuk mengenalkan produk kepada audiens mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kredibilitas dan interaksi parasosial oleh Youtube influencer terhadap intensi pembelian produk kecantikan yang dipengaruhi oleh physical attractiveness, attitude homophily, serta social attractiveness. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menggunakan Covariance Based Structural Equation Modelling (CB-SEM) untuk pengolahan data berdasarkan data dari 639 responden yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap pengguna aktif Youtube yang mengikuti (berlangganan) pada beauty influencer Indonesia selama lebih dari 3 bulan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa physical attractiveness, attitude homophily, dan social attractiveness berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap para-social interaction. Selanjutnya physical attractiveness dan attitude homophily berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap credibility dari influencer. Terakhir, credibility dan para-social interaction berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap purchase intention. Implikasi manajerial serta saran bagi penelitian selanjutnya dibahas lebih lanjut di dalam penelitian ini.

Brands and businesses are increasingly interested in finding ways to use influencers as ‘popular figures’ to introduce products to their audience. This study aims to determine the influence and parasocial interaction by Youtube influencer on the intensity of purchasing beauty products influenced by physical attractiveness, attitude homophily, and social attractiveness. This quantitative research uses Covariance Based Structural Equation Modeling (CB-SEM) for data processing based on data from 639 respondents obtained through questionnaires to active Youtube users who have subscribed to Indonesian beauty influencers for more than three months. This study shows that physical attractiveness, attitude homophily, and social attractiveness have a positive and significant effect on interpersonal interactions. Furthermore, physical attractiveness and attitude homophily have a positive and significant effect on the credibility of the influencer. Finally, credibility and parasocial interaction have a positive and significant effect on purchase intention. The managerial implications and suggestions for further research are discussed further in this study."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Qoriana Nurfadilah
"Penyebaran budaya K-pop melalui idol group semakin sukses di berbagai belahan dunia. Penyebaran konten K-pop tidak lepas dari pemanfaatan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter dan Youtube. Industri hiburan Korea Selatan membuat inovasi baru dengan menciptakan beberapa aplikasi media sosial. Inovasi yang dilakukan industri hiburan Korea Selatan adalah penggemar dapat mengunggah pesan untuk idola, lalu idola akan memilih beberapa unggahan penggemar untuk diberikan komentar atau cheer. Aplikasi yang memiliki fungsi tersebut bernama Weverse. Weverse mengumumkan bahwa TREASURE menjadi artis pertama naungan YG Entertainment yang bergabung. Melalui aplikasi ini, diharapkan penggemar di seluruh dunia dapat berkomunikasi dengan TREASURE. Intensitas komunikasi yang tinggi antara idola dan penggemar dapat memunculkan hubungan parasosial. Perasaan penggemar seperti mengenal idola secara personal ketika melakukan komunikasi melalui media sosial termasuk dalam kriteria hubungan parasosial. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan parasosial yang terlihat dari ragam honorifik mitra tutur ketika TREASURE berinteraksi dengan penggemar. Penulis menggunakan metode analisis kualitatif terhadap data yang diperoleh dari hasil dokumentasi percakapan yang bersumber pada aplikasi Weverse. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa anggota TREASURE memperlakukan penggemar sebagai teman dekat dan akrab karena lebih sering memakai ragam honorifik mitra tutur informal.

The spread of K-pop culture through idol groups is increasingly successful in various parts of the world. The spread of K-pop content cannot be separated from the use of social media such as Instagram, Facebook, Twitter and Youtube. The South Korean entertainment industry is making new innovations by creating several social media applications. An innovation made by the South Korean entertainment industry is that fans can upload messages for idols, then idols will select several uploaded fans to give comments or cheers. The application that has this function is called Weverse. Weverse announced that TREASURE will be the first artist under YG Entertainment to join. Through this application, it is hoped that fans around the world can communicate with TREASURE. The high intensity of communication between idols and fans can give rise to parasocial relationships. The feeling of fans like knowing idols personally when communicating through social media is included in the criteria for parasocial relationships. This study aims to explain the parasocial relationship that can be seen from the honorific variety of speech partners when TREASURE interacts with fans. The author uses a qualitative analysis method on the data obtained from the documentation of conversations originating from the Weverse application. The findings from this study indicate that TREASURE members treat fans as close and intimate friends because they more often use honorifics in informal speech partners."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Qonitah Arya Sulthanah
"Kemajuan teknologi dan berkembangnya berbagai bentuk media baru yang lebih interaktif telah mengubah cara audiens dalam menjalin hubungan dengan karakter media favoritnya. Media Sosial sebagai salah satu bentuk media baru kini digunakan oleh berbagai publik figur, salah satunya adalah
Social Media Influencer untuk membangun Personal Brand dan
berkomunikasi dengan audiensnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengaruh dari Hubungan Parasosial yang terjalin dalam diri pengikut akun media sosial Instagram @ariefmuhammad sebagai seorang Social Media Influencer, terhadap salah satu aspek Personal Branding dari Arief Muhammad yaitu Relationship yang
merupakan hubungan baik yang terjalin antara seseorang dengan orang lain
sebagai hasil dari praktik Personal Branding yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan sifat eksplanatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan Parasosial yang dirasakan audiens
berpengaruh signifikan secara positif terhadap Relationship antara audiens dengan Social Media Influencer. Variabel Hubungan Parasosial berpengaruh sebesar 51,4% terhadap Relationship, dengan Friendship sebagai dimensi paling berpengaruh menurut responden."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>