Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danis Azwa Safrina
"Dalam budaya konsumer, konsumsi ditandai melalui makna dan tanda yang melekat pada barang yang dikonsumsi. Banyak studi menyebutkan bahwa parfum merupakan salah satu komoditas budaya yang sarat akan makna dan menjadi sarana untuk merepresentasikan identitas sosial individu. Di era digital, saluran online menjadi arena baru yang menawarkan pengalaman konsumsi yang berbeda dengan offline, dimana iklan digital memiliki peran sentral dalam memengaruhi preferensi konsumsi. Iklan digital parfum memfasilitasi membentuk citra yang sangat dekat dengan realitas dunia nyata. Studi ingin mengupas bagaimana preferensi konsumsi parfum konsumer sebenarnya didorong oleh iklan digital yang menuntun konsumsi berdasarkan nilai simbolik untuk representasi identitas. Dengan menggunakan konsep Hiperrealitas dari Baudrillard dan mode of consumption dari Featherstone, peneliti berargumen bahwa nilai spesial parfum yang digunakan iklan digital membuat konsumer melakukan tindakan konsumsi yang didasarkan atas konsumsi nilai simbolik dan kesesuaian dengan identitas diri. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi digital. Hasil penelitian menemukan bahwa iklan digital berkontribusi dalam mengarahkan konsumer untuk memaknai konsumsi parfum sebagai representasi identitas melalui narasi deskripsi dan visual parfum yang sangat dekat dengan realitas dunia nyata. Selain itu, ditemukan juga bahwa saluran online melengkapi ruang belanja offline sebagai saluran eksekusi konsumsi konsumer.

In consumer culture, consumption is marked through the meanings and signs attached to the goods consumed. Many studies mention that perfume is one of the cultural commodities that is loaded with meaning and becomes a means to represent an individual's social identity. In the digital era, online channels have become a new arena that offers a different consumption experience from offline, where digital advertising has a central role in influencing consumption preferences. Digital advertising of perfumes facilitates the shaping of images that are very close to real-world reality. The study aims to explore how consumers' perfume consumption preferences are actually driven by digital advertising that guides consumption based on symbolic values for identity representation. Using the concepts of Baudrillard's Hyperreality and Featherstone's mode of consumption, the researcher argues that the special value of perfume used by digital advertising makes consumers perform consumption actions based on the consumption of symbolic value and conformity to self-identity. Qualitative method was used in this study with data collection techniques of in-depth interviews and digital observation. The results found that digital advertising contributes to directing consumers to interpret perfume consumption as a representation of identity through narrative descriptions and perfume visuals that are very close to real world reality. In addition, it was also found that online channels complement offline shopping spaces as a channel for consumer consumption execution. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Pratama Riyono
"Parfum merupakan sebuah produk yang sudah digunakan oleh manusia sejak ratusan tahun yang lalu. Sepeti layaknya semua produk yang hadir untuk diperjualbelikan, parfum juga merupakan produk yang membutuhkan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualanya, salah satunya dengan menggunakan iklan. Menariknya, iklan parfum seringkali menampilkan tubuh perempuan baik parfum yang ditujukan untuk laki-laki maupun para perempuan sendiri. Hal ini tentunya menimbulkan kontroversi sehingga terkadang dibeberapa negara iklan-iklan parfum seperti itu tidak dapat ditayangkan.

Perfume is a product that has been used by humans since hundreds of years ago. Like any other product, perfume is also a product that needs a marketing strategy to increase it’s sales, one of the strategies is using advertising. Interestingly, the ads often featured sex and female body for men and women themselves. This is certainly cause controversy so that sometimes in some countries such as perfume ads that can not be displayed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rozan Fauzan
"Penelitian ini membahas citra maskulinitas dalam iklan cetak parfum “Le Mâle” dari Jean Paul Gaultier. Pada umumnya, iklan parfum laki-laki mencitrakan maskulinitas sebagai karakter yang aktif dan dominan. Dengan menggunakan metode semiotika, penelitian ini bertujuan melihat citra maskulinitas ditampilkan melalui tanda-tanda yang dihadirkan dalam iklan, seperti warna, pakaian, wajah, rambut, pose tubuh, latar tempat, aksesoris, kemasan, tipografi, teks, dan logo. Dari tanda-tanda itu, ditemukan citra Maskulinitas baru oleh Gautier ini merupakan bentuk pemaknaan baru terhadap gender.

This research examined the image of masculinity on the print advertisement "Le Mâle" of Jean Paul Gaultier. Generally, men‟s perfume advertisement illustrates masculinity as an active and dominant character. By using a semiotic method, this research aims to look for an image of masculinity showed by signs presented on advertisements such as colours, clothes, faces, hairstyles, poses, background settings, accessories, packaging, typography, text, and logo. Based on those signs, we can find a new image of masculinity, which is a fusion of the masculine character and the feminine one. The new masculinity from Gaultier is a new form of meaning toward gender."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Jasmine
"Artikel ini membahas feminitas dalam majalah ELLE RUSSIA. Pada artikel ini, pembahasan difokuskan pada enam iklan parfum yakni Dior Addict Eau de Toilette, GIORGIO ARMANI ACQUA di GIOIA, DOLCE & GABBANA – LIGHT BLUE, GUCCI Flora Gardenia the Floral Fragrances, PRADA CANDY FLORALE The New Eau de Toilette, GIVENCHY Very Irresistible L’eau en rose yang dimuat dalam halaman majalah ELLE RUSSIA edisi Juli 2014. Analisis dilakukan menggunakan teori Semiotika Roland Barthes. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Hasil analisis artikel ini menyatakan bahwa majalah ELLE RUSSIA memuat konten perempuan dan feminitas dalam bentuk fashion, make up, skincare, parfum memberikan dampak secara tersirat melalui tampilan feminitas yang dipromosikan pada tampilan fisik yang sensual, kebebasan, serta perpaduan warna sesuai konsep.

This article discusses femininity in ELLE Russia Magazine. In this article, the discussion focused on six perfume ads, namely Dior Addict Eau de Toilette, Giorgio Armani Acqua di Gioia, Dolce & Gabbana Light Blue, Gucci Flora Gardenia the Floral Fragrances, Prada Candy Florale the New Eau de Toilette, and Givenchy Very Irresistible L'eau en Rose, which were published on the pages of the July 2014 issue of ELLE Russia Magazine. The analysis was carried out using Roland Barthes' semiotics theory. The method used is the descriptive method of analysis. The results of the analysis of this article stated that ELLE Russia Magazine contains women's and femininity content in the form of fashion, makeup, skincare, and perfume, giving an implicit impact through the appearance of femininity that is promoted through a sensual physical appearance, freedom, and a combination of colors according to the concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Andinia Savitri
"ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah representasi dan identitas dalam tujuh iklan J.CO Donuts'-C(?/fee yang dimuat dalam dua media cetak lokal, yaitu majalah Fennna dan harian Kompas. Mengacu pada rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini terdiri dari dua hal. Pertama, mengungkapkan bagaimana donat direpresentasikan dalam kaitannya dengan pembentukan identitas konsumer pada tujuh iklan J.CO. Kedua, menunjukkan ideologi yang terdapat dalam tujuh iklan tersebut. Constructionist approach digunakan dalam penelitian ini untuk menekankan proses pembentukan makna melalui representasi dan semiotika Barthesian merupakan teori yang dipilih untuk menelaah representasi donat dalam setiap iklan. Penelitian ini menjabarkan bahwa donat direpresentasikan sebagai prestisius, mutakhir, berkelas, berharga, mewah, eksklusif, dan superior. Ditambah lagi, penelitian ini menjelaskan bahwa konsumer J.CO direpresentasikan sebagai masyarakat urban (di Indonesia) yang memiliki modal ekonomi dan modal kultural tinggi. Pesan lingual berupa lokasi gerai J.CO, alamat website dan nomor hotline, serta penggunaan bahasa Inggris Amerika menandakan adanya eksklusi dan inklusi dalam pembentukan identitas konsumer J.CO. Berkaitan dengan hal ini, makna donat, produk yang secara konsisten hadir dalam iklan, dibangun sebagai pembeda sosial. Selera adalah ideologi yang melandasi pembentukan makna tersebut. Ideologi ini mengklasifikasi konsumer J.CO dan tak terhindarkan melegitimasi perbedaan sosial antara konsumer J.CO dan masyarakat lainnya. Dengan demikian, tujuh iklan J. CO Donut.s'&C(?ffee memegang peran penting sebagai sites pembentukan makna donat dan identitas konsumer."
2008
T39953
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yeremia Angga Sugiyanto
"Digitalisasi yang terus berkembang pesat tmengubah pola khalayak dalam menggunakan keaktifannya untuk memperoleh manfaat dari konsumsi media. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika transformasi konsumsi media dari editor-mediated ke non-editor mediated dan kembali ke editor mediated. Penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratification untuk melihat peran aktif khalayak untuk memperoleh manfaat dari media dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun pendekatan dan metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode narrative psychology. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa preferensi konsumsi media oleh khalayak dapat ditentukan oleh faktor trust, yang diperoleh melalui kredibilitas yang dibangun melalui ketaatan pada etika jurnalistik yang menjamin akurasi dan proses verifikasi informasi, seperti yang dilakukan oleh Editor Mediated.

Digitalization has changed audience patterns in using their activeness to gain benefit from media consumption. This study aims to determine the dynamics of media consumption transformation from editor-mediated to non-editor-mediated and back to editor-mediated. This study uses the Uses and Gratification theory to see the audience's active role in obtaining the benefits of the media in meeting their needs. The approach and research method using a qualitative approach with the narrative psychology method. This study indicates that the media consumption preferences can be determined by the trust factor, which is obtained through the credibility built through adherence to journalistic ethics that ensures the accuracy and verification process of information, as practiced by Mediated Editors."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saviga Citra Dewantika
"Artikel ini membahas maskulinitas dalam iklan televisi parfum "L" Homme Libre? dari Yves Saint Laurent. Pada umumnya, iklan parfum laki-laki menunjukkan sosok laki-laki yang kuat, petualang, berotot besar, bertato, penakluk perempuan, dsb. Dengan menggunakan metode semiotik, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan citra maskulinitas yang ditunjukkan dalam iklan. Makna iklan dapat dilihat melalui tanda di dalam iklan, seperti warna, pakaian, gerak tubuh, ekspresi wajah, nama parfum, kemasan, latar tempat, latar musik, dan latar waktu. Dari tanda itu saya melihat konsep maskulinitas yang telah berubah. Laki-laki dapat menunjukkan sisi maskulin sekaligus feminin. Laki-laki juga mempunyai kebebasan untuk mengekspresikan dirinya.

This article examined the masculinity on the television advertisement "L" Homme Libre? of Yves Saint Laurent. Generally, men?s perfume advertisement illustrates masculinity as a strong, adventurous, muscular, tattooed, conqueror, etc. By using a semiotic method, this article aims to look for an image of masculinity showed by signs presented on advertisement such as colours, clothes, gestures, faces, perfume name, packaging, background, music, and time. Based on those signs, we could find that the masculinity concept has changed. A men could indicate the masculine side and the feminine side. Furthermore, a men have the freedom to express himself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah Nur fatina
"Tesis ini membahas tentang preferensi keluarga dalam teknologi media digital yang digunakan dalam keluarga. Penelitian ini untuk mengidentifikasi preferensi media oleh orang tua yang dimanfaatkan untuk menyampaikan dongeng serta mengidentifikasi proses pemilihan media podcast sebagai media yang digunakan di keluarga untuk menyampaikan dongeng. Menggunakan pendekatan kualitatif dan strategi etnografi digital dengan konsep benda, penelitian ini menelaah preferensi keluarga terhadap media digital. Data penelitian diperoleh dengan wawancara tiga informan yang merupakan Ibu dengan usia milenial yang bekerja dan menentukan pilihan media podcast sebagai media untuk menyampaikan dongeng. Penelitian ini menyimpulkan bahwa podcast digunakan sebagai media alternatif untuk membantu menggantikan peran Ibu yang merasa tidak cukup kreatif dalam kegiatan mendongeng. Implikasinya dalam komunikasi keluarga adalah meningkatkan komunikasi antara Ibu dan anak sebelum tidur dan kegiatan menyampaikan dongeng yang dapat dilakukan dimana saja, seperti di mobil.

This thesis discusses family preferences in digital media technology used in families. This study is to identify media preferences by parents and identify the process of selecting podcast as media used in families to convey tales. Using a qualitative approach and digital ethnographic strategy with the concept of objects, this study examines family preferences for digital media. The research data were obtained by interviewing three informants who are working mothers with millennial age and determine the choice of podcast as a medium to convey fairy tales. This research concludes that podcasts are used as alternative media to help replace the role of mothers who feel they are not creative enough in storytelling activities. The implication for family communication is to improve communication between mother and child before going to bed and fairytale activities that can be done anywhere, like in a car."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefira Fikaranda
"ABSTRAK
Menimbulkan rasa nostalgia ke dalam buyer-decision process merupakan sebuah teknik yang efektif karena rasa rindu akan perhubungan kepada masa lalu sangat berpengaruh dalam sebuah proses pembelian. Dengan menggunakan kasus 39;Polaroids Camera 39; dan Impossible Project, laporan ini memberikan wawasan tentang teknik pemasaran yang digunakan untuk mengenalkan kembali merek bernostalgia ke abad ke-21. Target konsumen adalah yang berusia 18-25 tahun yang merasa berkeinginan untuk mengikuti tren retro yang merupakan upaya untuk merasakan sense of belonging dan social acceptance. Perlu dicatat bahwa rasa nostalgia yang dihadapi segmen konsumen ini umumnya terkait dengan konsep vicarious nostalgia yang merupakan rasa rindu untuk berhubungan dengan era sebelumnya. Konsep ini merupakan motivator bagi kelompok konsumen sasaran untuk membeli kamera Polaroid ini. Munculnya kembali produk ini telah dikaitkan dengan konsep self-concept; kesinambungan diri yang dapat dikaitkan dengan benda-benda nyata seperti foto, memberi jangkar pada masa lalu kita yang dapat menimbulkan kepercayaan diri. Oleh karena itu, sosok marketing mengenali hubungan antara kecenderungan kita untuk berhubungan kembali dengan masa lalu meskipun dengan melakukannya di dunia modern kita. The Impossible Project menjadi pembalap terbesar di balik kebangkitan Polaroid dan terbukti efektif dalam mengelola produk terkait perspektif 4P Product, Price, Place and Promotion

ABSTRACT
Evoking a sense of nostalgia into the consumer buyer decision process is a powerful tool as this feeling of longing to connect to the past is highly influential to a purchasing process. Using the case of Polaroid Cameras and the Impossible Project, this report provides insights into the marketing techniques utilized in reintroducing nostalgic brands into the 21st century. The target consumers are those aged 18 25 who feel a desire to keep up with retro trends as an attempt is made to feel a sense of belonging and social acceptance. It is noted that the sense of nostalgia faced by this consumer segment is commonly associated with the concept of Vicarious Nostalgia, being the yearning to reconnect to an era before your own, has been found to be the driving motivator for the target consumer group in purchasing these Polaroid cameras. The re emergence of this product has thereby been associated with the notion of self concept a seeming self continuity that can be associated with tangible objects such as photographs, provides an anchor to our past that can be reassuring about our present day selves. Marketeers have thereby recognized these links between our inclinations to reconnect to the past though by doing so in our modernized world. The Impossible Project, being the greatest driver behind Polaroid rsquo s revival has proved effective in managing the product in regards to perspective of the product, price, place and promotion. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adysa Tiffany Wibowo
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai konsumsi tumbler Starbucks yang menjadi salah satu indikasi berlangsungnya pengokohan budaya konsumer pada masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya hegemonic brandscape yang dijalankan oleh Starbucks dalam membentuk citra merek yang kuat pada Starbucks itu sendiri. Selain itu, terjadi proses pemaknaan yang dilakukan individu terhadap pengonsumsian tumbler Starbucks yang kemudian diadopsi menjadi gaya hidup. Studi-studi sebelumnya melihat citra merek sebagai faktor pendorong pada loyalitas konsumen dalam melakukan perilaku konsumsi dalam perspektif ilmu marketing. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha mencoba mengkaji dengan menggunakan pandangan sosiologis, yakni perspektif budaya konsumer. Argumen yang dihasilkan oleh studi ini, yaitu pengonsumsian tumbler Starbucks tersebut terjadi karena adanya penanaman makna dan simbol yang dilakukan oleh Starbucks terhadap masyarakat. Selain itu, individu memaknai tumbler Starbucks-nya sebagai alat untuk mengekspresikan diri, menunjukkan identitas, dan meningkatkan status sosialnya. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode wawancara mendalam agar dapat menggali lebih jauh alasan individu mengonsumsi tumbler Starbucks tersebut.Artikel ini membahas mengenai konsumsi tumbler Starbucks yang menjadi salah satu indikasi berlangsungnya pengokohan budaya konsumer pada masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya hegemonic brandscape yang dijalankan oleh Starbucks dalam membentuk citra merek yang kuat pada Starbucks itu sendiri. Selain itu, terjadi proses pemaknaan yang dilakukan individu terhadap pengonsumsian tumbler Starbucks yang kemudian diadopsi menjadi gaya hidup. Studi-studi sebelumnya melihat citra merek sebagai faktor pendorong pada loyalitas konsumen dalam melakukan perilaku konsumsi dalam perspektif ilmu marketing. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha mencoba mengkaji dengan menggunakan pandangan sosiologis, yakni perspektif budaya konsumer. Argumen yang dihasilkan oleh studi ini, yaitu pengonsumsian tumbler Starbucks tersebut terjadi karena adanya penanaman makna dan simbol yang dilakukan oleh Starbucks terhadap masyarakat. Selain itu, individu memaknai tumbler Starbucks-nya sebagai alat untuk mengekspresikan diri, menunjukkan identitas, dan meningkatkan status sosialnya. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode wawancara mendalam agar dapat menggali lebih jauh alasan individu mengonsumsi tumbler Starbucks tersebut.

ABSTRACT
This article discusses about the consumption of Starbucks tumbler which is one of indication of the consumer culture. This is caused by Starbucks hegemonic brandscape that shapes a brand image on Starbucks itself. Furthermore, there is a process of meaning that individuals do which is adopted into a lifestyle. Previous studies view brand image as a driving factor in consumer loyalty in conducting consumption behavior by the marketing science perspective. Therefore, this paper seeks to examine the issue using the sociological perspective, namely the perspective of consumer culture. This study has generated two arguments, first, the Starbucks tumbler consumption occurs due to the meaning and symbols made by Starbucks to the public. Second, the individual interpreted his Starbucks tumbler as a means of expressing himself, showing his identity, and improving his social status. This article uses a qualitative approach and an in depth interview method in order to explore further the reasons why individuals consuming the Starbucks tumbler. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>