Ditemukan 176535 dokumen yang sesuai dengan query
Renita Sari
"Transformasi digital dalam administrasi perpajakan menjadi langkah penting dalam meningkatkan efisiensi, akurasi, dan transparansi sistem perpajakan nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor strategis dalam penerapan Core Tax Administration System (CTAS) di Indonesia dengan menggunakan teori Technology, Organization, Environment (TOE) Framework. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif melalui studi literatur dan wawancara mendalam terhadap berbagai pemangku kepentingan, termasuk pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP), akademisi, serta praktisi perpajakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor strategis yang perlu diperhatikan dari sisi teknologi adalah manfaat, kompleksitas, kompatibilitas, dan keamanan data. Faktor-faktor dari sisi organisasi yang perlu diperhatikan adalah kesiapan organisasi, dukungan pihak dengan kewenangan lebih tinggi, ukuran organisasi, kesiapan teknologi, inovasi, tata kelola (governance), dan proses regulasi. Kemudian faktor-faktor yang perlu diperhatikan dari sisi lingkungan adalah dinamika pasar, dukungan pemerintah eksternal, penggunaan teknologi dalam bisnis, serta banyaknya pengguna kritis. Studi ini juga menyoroti pentingnya strategi implementasi yang bertahap dan sektoral guna meminimalkan risiko teknis dan meningkatkan responsivitas sistem terhadap kebutuhan pengguna. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap literatur kebijakan fiskal dan menjadi masukan praktis bagi pemerintah dalam memperkuat tata kelola digital administrasi perpajakan ke depan.
Digital transformation in tax administration is a crucial step toward enhancing the efficiency, accuracy, and transparency of the national tax system. This study aims to analyze the strategic factors in the implementation of the Core Tax Administration System (CTAS) in Indonesia using the Technology, Organization, Environment (TOE) Framework. The research was conducted using a qualitative method through literature review and in-depth interviews with various stakeholders, including representatives from the Directorate General of Taxes (DGT), academics, and tax practitioners. The findings indicate that the key strategic factors from the technological perspective include perceived benefits, complexity, compatibility, and data security. From the organizational perspective, the relevant factors are organizational readiness, top management support, organizational size, technological readiness, innovation, governance, and regulatory processes. Meanwhile, environmental factors that need to be considered include market dynamics, external government support, technological adoption in business practices, and the involvement of critical users. This study also highlights the importance of a phased and sector based implementation strategy to minimize technical risks and enhance the system's responsiveness to user needs. This research is expected to contribute to the fiscal policy literature and provide practical insights for the government in strengthening digital governance in tax administration. "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Khiara Fatia Asbran
"Melalui Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2018, pemerintah menetapkan proyek Pembaruan Sistem Inti Administrasi Perpajakan (PSIAP) sebagai langkah reformasi perpajakan berbasis digital. Pilar utama proyek ini adalah implementasi Core Tax Administration System (CTAS), yang mulai diterapkan secara menyeluruh pada awal 2025. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kepercayaan Wajib Pajak terhadap CTAS berdasarkan persepsi, efisiensi, pengalaman penggunaan, dan keyakinan terhadap institusi pengelola perpajakan. Penelitian menggunakan paradigma positivisme dan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed-method, yaitu survei sebagai data utama dan wawancara mendalam sebagai penguat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan Wajib Pajak terhadap CTAS berada pada kategori sedang (70,23%). Artinya, responden belum merasakan kemudahan sejak menggunakan CTAS akibat kendala teknis seperti kesulitan login, error berulang, dan ketidakstabilan sistem. Minimnya respons dari otoritas pajak pada awal implementasi, keterlambatan sosialisasi, dan keterbatasan pemahaman petugas memperkuat persepsi pelaksanaan yang terburu-buru dan kurang mitigasi risiko. Namun, terdapat perbaikan signifikan antara Januari hingga Mei 2025, dengan penurunan gangguan teknis dan peningkatan stabilitas sistem. Penelitian merekomendasikan reformasi bertahap dengan perbaikan teknis menyeluruh, edukasi berkelanjutan, dan komunikasi kebijakan konsisten untuk membangun pengalaman positif dan memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem perpajakan digital baru.
Through Presidential Regulation Number 40 of 2018, the government established the Core Tax Administration System (CTAS) project as part of the Digital-Based Tax Administration Reform (PSIAP). CTAS began its full implementation in early 2025. This study aims to analyze taxpayers’ trust in CTAS based on their perceptions, efficiency, experiences and challenges, and trust and engagement with key actors in the system. The research adopts a positivist and quantitative paradigm, employing a mixed-method data collection technique using surveys as the primary data source and in-depth interviews as supporting evidence. The results indicate that taxpayers’ trust in CTAS is at a moderate level (70.23%). Many respondents have not experienced increased convenience due to technical issues such as login difficulties, frequent errors, and system instability. Additionally, limited responses from tax authorities during early implementation, delayed socialization, and inadequate staff understanding contributed to perceptions of a rushed rollout with insufficient risk mitigation. Nonetheless, a notable improvement was observed between January and May 2025, evidenced by a reduction in technical disruptions and enhanced system stability. The study recommends a phased reform approach emphasizing comprehensive technical improvements, ongoing education, and consistent policy communication to build positive user experiences and strengthen public trust in the new digital tax administration system."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nadhyra Keisha
"Indonesia mengalami transformasi digital yang pesat, termasuk dalam sektor perpajakan. Untuk meningkatkan kemudahan administrasi pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengembangkan sistem administrasi pajak berbasis core tax, yaitu Core Tax Administration System (CTAS), guna mengatasi keterbatasan sistem sebelumnya seperti kurangnya integrasi data dan adaptasi terhadap perubahan regulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana implementasi teknologi informasi dalam sistem administrasi pajak berbasis core tax mendukung fungsi administrasi perpajakan di Indonesia dan tantangan dalam implementasi sistem administrasi pajak berbasis core tax di Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif melalui studi literatur dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem administrasi pajak berbasis core tax menggunakan solusi Commercial-off-the-shelf (COTS) untuk efisiensi waktu dan biaya. Dukungan teknologi informasi melalui core tax system terhadap fungsi administrasi pajak diwujudkan melalui fitur yang terintegrasi dalam satu platform, seperti 360-degree taxpayer overview, buku besar wajib pajak, layanan mandiri, pelacakan proses, tracking progress dan lainnya. Teknologi yang digunakan mencakup cloud computing, business intelligence, dan artificial intelligence untuk otomatisasi dan penyajian informasi. Namun, implementasi CTAS masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan infrastruktur server, antarmuka yang belum ramah pengguna, kesenjangan literasi digital, serta isu keamanan data seperti distribusi sertifikat elektronik (sertel).
Indonesia is undergoing rapid digital transformation, including in the taxation sector. To enhance the ease of tax administration, the Directorate General of Taxes (DGT) has developed a core tax-based administration system, known as the Core Tax Administration System (CTAS), to address the limitations of the previous system, such as lack of data integration and challenges in adapting to regulatory changes. This study aims to analyze how the implementation of information technology in the core tax-based administration system supports tax administration functions in Indonesia, as well as the challenges encountered in its implementation. A descriptive qualitative approach was employed, using literature review and in-depth interviews. The findings reveal that the core tax-based system adopts Commercial-off-the-Shelf (COTS) solutions to improve time and cost efficiency. The support of information technology through the core tax system is reflected in integrated features within a single platform, such as a 360-degree taxpayer overview, taxpayer ledger, self service functions, process tracking, progress monitoring, and more. The technologies used include cloud computing, business intelligence, and artificial intelligence to enable automation and information delivery. However, the implementation of CTAS still faces challenges such as limited server infrastructure, a non-user-friendly interface, digital literacy gaps, and data security issues, including the distribution of electronic certificates (sertel). "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Alsa Putri Aqilah
"Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melakukan transformasi digital melalui implementasi sistem CoreTax untuk mengatasi keterbatasan sistem administrasi sebelumnya yang terfragmentasi, tidak efisien, dan sulit beradaptasi dengan perubahan regulasi. Perubahan ini merupakan bagian dari reformasi perpajakan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan organisasi DJP dalam mengimplementasikan sistem CoreTax, serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivisme dengan metode campuran (survei kuantitatif, wawancara kualitatif, serta studi kepustakaan). Teori Weiner (2009) digunakan untuk mengukur kesiapan melalui dimensi Komitmen terhadap Perubahan dan Kepercayaan terhadap Kemampuan Berubah. Faktor-faktor penentunya dianalisis menggunakan kerangka Shea et al. (2014) yang mencakup Valensi Perubahan dan Penilaian Informasional (Pengetahuan Tugas dan Ketersediaan Sumber Daya). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan DJP secara umum dinilai baik (89%). Dimensi Komitmen terhadap Perubahan (90%) dan Kepercayaan terhadap Kemampuan Berubah (69%) menunjukkan fondasi kesiapan yang kuat. Faktor-faktor penentu seperti Valensi Perubahan dan Penilaian Informasional juga secara umum positif. Namun, ditemukan satu titik kritis pada sub-dimensi perceived timeliness (persepsi ketepatan waktu), di mana mayoritas pegawai (55%) merasa implementasi CoreTax terlalu tergesa-gesa. Isu ketepatan waktu ini menjadi tantangan utama yang berpotensi menggerus aspek kesiapan lain yang sudah terbangun positif.
The Directorate General of Taxes (DJP) is undertaking a digital transformation through the implementation of the CoreTax system to address the limitations of its previous administrative system, which was fragmented, inefficient, and struggled to adapt to regulatory changes. This change is part of a national tax reform aimed at enhancing efficiency, transparency, and taxpayer compliance. Therefore, this study aims to analyze the organizational readiness at DJP for implementing the CoreTax system and to identify the factors that influence it. This research employs a post-positivism approach with a mixed-methods design, incorporating a quantitative survey, qualitative interviews, and a literature review. Weiner's (2009) theory is utilized to measure readiness through the dimensions of Change Commitment and Change Efficacy. Its determining factors are analyzed using the framework by Shea et al. (2014), which includes Change Valence and Informational Assessment (Task Knowledge and Resource Availability). The results indicate that DJP's overall readiness is rated as good (89%). The dimensions of Change Commitment (90%) and Change Efficacy (69%) demonstrate a strong foundation of readiness. Determining factors such as Change Valence and Informational Assessment are also generally positive. However, a critical issue was identified in the sub-dimension of perceived timeliness, with a majority of employees (55%) feeling that the CoreTax implementation was rushed. This issue of timeliness emerges as a primary challenge that has the potential to erode the other positive aspects of readiness that have already been established."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Oktaviany Puspitalia
"Skripsi ini membahas mengenai hasil penelitian yang dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor strategis implementasi sistem pajak online DKI Jakarta dan mengetahui kendala yang dihadapi Badan Pendapatan Daerah DKI Jakarta dalam mengimplementasikan sistem pajak online tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang dilakukan melalui pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner terhadap 100 responden yang merupakan pengguna sistem pajak online DKI Jakarta dan dianalisis menggunakan HOTFit Models, serta menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan dan wawancara mendalam. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian terdapat empat dimensi Service Quality, User Satisfaction, Environment, Net Benefit menjadi faktor-faktor srategis keberhasilan Implementasi Sistem Pajak Online DKI Jakarta. Dan dengan menggunakan uji simultan, terdapat korelasi yang positif antara variabel independent dan variabel dependen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar masyarakat menganggap bahwa pajak online DKI Jakarta bermanfaat, semakin besar pula mereka menggunakan sistem berupa pajak online DKI Jakarta
This thesis discusses the results of research carried out to analyze strategic factors in implementing the DKI Jakarta online tax system and to find out the obstacles faced by Badan Pendapatan Daerah DKI Jakarta in implementing the online tax system. This research uses quantitative methods which are carried out through data collection by distributing questionnaires to 100 respondents who are users of the DKI Jakarta online tax system and analyzed using HOTFit Models, as well as using library research data collection techniques and in-depth interviews. Data analysis in this study was carried out by descriptive analysis and multiple regression analysis. The results of this study are there are four dimensions of Service Quality, User Satisfaction, Environment, Net Benefit which are strategic factors for the successful implementation of the DKI Jakarta Online Tax System. And by using the simultaneous test, there is a positive correlation between the independent variable and the dependent variable. This shows that the greater the public perceives that the DKI Jakarta online tax is useful, the greater they will use the DKI Jakarta online tax system."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sihombing, Jesita Inaria Magdalena
"Munculnya teknologi informasi yang berkembang dari tahun ke tahun, memberikan dampak pada perubahan sistem administrasi pajak. Hal tersebut mendorong DJP melakukan perubahan pada teknologi dan proses bisnis pada sistem informasi perpajakan. Sistem baru yang dibentuk merupakan sistem yang bersifat terbuka terhadap ide dan kolaborasi dengan pihak eksternal, yang disebut Sistem Inti Administrasi Perpajakan (SIAP). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis SIAP menggunakan konsep open innovation technology, secara spesifik pada proses pembentukannya. Penelitian ini menggunakan paradigma post positivisme dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan SIAP dapat ditinjau menggunakan konsep open innovation technology, dengan terpenuhinya sebagian dimensi 7 dari 10 dimensi, yaitu resource, entities, value co-creation interactions, governance interactions, stakeholders, measures, dan networks. Hasil kajian yang ditemukan adalah DJP menggunakan sumber daya yang berasal dari internal dan eksternal Kemenkeu untuk melengkapi sumber daya yang belum terpenuhi dan DJP bersifat terbuka dengan mitra eksternal untuk mengembangkan SIAP dengan adanya kerja sama dan kolaborasi dengan pihak eksternal melalui upaya interoperabiltas dengan sistem informasi eksternal. Sedangkan dimensi access rights, measures, dan ecology belum dapat dianalisis lebih lanjut karena adanya rahasia jabatan dan keterbatasan perolehan data pada proses pembentukan SIAP.
The emergence of technology that develops from year to year has an impact on changes in the tax administration system. This prompted DGT to make changes the technology and business processes in the tax information system. The new system formed is a system that is open to ideas and collaboration with external parties, called the Tax Administration Core System (SIAP). This study aims to analyze SIAP using the concept of open innovation technology, specifically in its formation process. This study uses post-positivist paradigm with data collection techniques through in-depth interviews and literature studies. The results of this study can be concluded that the process of forming SIAP can be viewed using the concept of open innovation technology, with the fulfillment of 7 out of 10 dimensions, namely resources, entities, access rights, value co-creation interactions, governance interactions, stakeholders, measures, and networks. The results of the study found that DGT uses resources from internal and external Ministry of Finance to complement the unfulfilled resources and DGT is open with external partners to develop SIAP with cooperation and collaboration with external parties through interoperability efforts with external information systems. Meanwhile, the dimensions of access rights, measures, and ecology cannot be analyzed further due to professional secrecy and limited data acquisition in the process of forming SIAP."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
M Diozy Aqshol Alamsyah
"Tax Ratio di Indonesia setiap tahunnya mengalami tren menurun. Turunnya tren Tax Ratio mengindikasikan bahwa performa otoritas pajak belum optimal dalam melakuakn pemungutan pajak. Salah satu hal yang menyebabkan Tax Ratio di Indonesia rendah adalah proses administrasi perpajakan yang kompleks. Oleh karena itu perlu adanya pembaharuan sistem administrasi perpajakan di Indonesia menjadi lebih modern supaya mewujudukan sistem administrasi perpajakan yang mudah dan sederhana. Single Identity Number (SIN) dapat menjadi salah satu solusi mewujudkan simplifikasi adminsitrasi perpajakan. Dengan menggunakan teori Ease of Administration, Innovations in Tax Compliance, Cost of Taxation, dan E-Readiness, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan penerapan SIN dan juga kesiapan pemerintah serta pihak terkait dalam menerapkan SIN sebagai modernisasi sistem administrasi perpajakan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data dan teknik analisis data juga secara kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan studi Pustaka dan juga wawancara mendalam. Hasil penelitian ini adalah SIN berpotensi memberikan banyak manfaat dalam bidang pelayanan maupun pengawasan perpajakan dan juga menurunkan cost of taxation. Keselerasan strategis antar pihak terkait sudah mulai berjalan namun masih perlu persiapan yang lebih optimal untuk penerapan SIN. Pihak pemerintah maupun pihak lainnya yang terlibat dalam penerapan SIN sudah siap untuk pengimplementasiannya namun masih harus ditingkatkan supaya penerapan SIN sebagai modernisasi sistem administrasi perpajakan di Indonesia bisa diterapkan lebih maksimal.
Tax Ratio in Indonesia every year has a downward trend. The declining trend of the Tax Ratio indicates that the performance of the tax authorities has not been optimal in collecting taxes. One of the things that causes the Tax Ratio in Indonesia to be low is the complex tax administration process. Therefore, it is necessary to reform the tax administration system in Indonesia to be more modern in order to realize an easy and simple tax administration system. Single Identity Number (SIN) can be a solution to simplify tax administration. By using the theory of Ease of Administration, Innovations in Tax Compliance, Cost of Taxation, and E-Readiness, this research aims to analyze the readiness of the implementation, and also the readiness of the government and related parties in implementing SIN as a modernization of the tax administration system in Indonesia. This research uses a qualitative approach, data collection methods and data analysis techniques are also qualitative. This research was conducted by means of literature studies and also in-depth interviews. The results of this research are that SIN has the potential to provide many benefits in the field of service and tax supervision and also reduce the cost of taxation. Strategic alignment between related parties has started to run but still needs more optimal preparation for the implementation of SIN. The government and other parties involved in the implementation of SIN are ready for its implementation but still need to be improved so that the application of SIN as a modernization of the tax administration system in Indonesia can be implemented more optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Qaumy Reyhani
"Rasio pajak Indonesia sejak 2010-2020 mengalami tren menurun. Tren rasio pajak mengindikasikan kurangnya kapabilitas otoritas pajak dalam melakukan pemungutan pajak. Perlu dilakukan modernisasi sistem administrasi pajak yang dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi (TI). Teknologi Artificial Intelligence (AI) dapat menjadi alternatif solusi dalam permasalahan ini. Dengan menggunakan teori Innovations in Tax Compliance,Cost of Taxation, Success Factor for Information Technology Governance (SFITG), dan AI Readiness, skripsi ini bertujuan untuk menganalisis manfaat dan biaya, faktor pendorong dan penghambat, serta kesiapan pemerintah dan pihak terkait dalam menerapkan AI untuk modernisasi sistem administrasi perpajakan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data dan teknik analisis data secara kualitatif. Penelitian dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini adalah AI dapat bermanfaat bagi pelayanan dan pengawasan, serta menurunkan cost of taxation. Isu keselarasan strategis, lingkungan eksternal dan internal, manajemen performa dan manajemen sumber daya, secara keseluruhan belum memadai. Kesiapan pemerintah dan pihak terkait dalam menerapkan AI di Indonesia secara keseluruhan memadai, namun belum begitu siap.
Indonesia’s tax ratio since 2010-2020 experienced a downward trend. Tax ratio’s trend indicates the lack capability of the tax authorities in collecting taxes. It is necessary to modernize the tax aministration system, which can be done using Information Technology (IT). Artificial Intelligence (AI) technology can be an alternative solution to this problem. By using the theory of Innovations in Tax Compliance, Cost of Taxation, and Success Factor for Information Technology Governance (SFITG), and AI Readiness, this thesis aims to analyze the cost and benefts, the driving and inhibiting factors, and the readiness of the government and related parties in implementing AI for the modernization of the tax administration system in Indonesia. This study used a qualitative approach, qualitative data collection methods and analysis. Research through literature studies and in-depth interviews shown that AI can be useful for service and supervision, as well as reduce the cost of taxation. Issues of srategic alignment, external and internal environment, performance management and resource management are inadequate. The readiness of the government and related parties in implementing AI in Indonesia, is overall adequate but not yet ready."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Friendly Nur Shakti
"Perkembangan industri fintech di Indonesia sangat pesat dan berdampak pada penggunaan teknologi yang digunakan dalam menunjang proses bisnis saat ini maupun di masa depan. Hal ini mendorong PT XYZ melakukan implementasi core banking system untuk mengatasi masalah yang ada pada sistem lama dan untuk meningkatkan efiensi cabang, mempercepat waktu pemasaran produk dan layanan baru serta meningkatkan produktivitas setiap unit bisnis. Core banking system pada PT XYZ telah diimplementasikan sejak akhir 2021 lalu belum dapat dikatakan sukses karena memiliki beberapa masalah seperti informasi yang dihasilkan belum cukup akurat, dan system down yang masih tinggi sehingga diperlukan evaluasi lanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari core banking system yang telah diimplementasikan tersebut dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya dalam perspektif karyawan internal sehingga dapat diketahui rekomendasi apa yang tepat untuk perusahaan lakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan model yang diusulkan oleh DeLone dan McLean yang dikombinasikan dengan model Technology Acceptance Model (TAM) dan faktor dari iklim organiasi yang didapat dari penelitian terdahulu dalam mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan suatu sistem informasi. Hal ini menghasilkan 45 indikator yang akan digunakan dalam pembentukan kuesioner. Peneliti juga menggunakan metode analisis Partial Least Squares – Structural Equation Model (PLS-SEM) dengan bantuan SmartPLS sebagai tool dalam mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 hipotesis yang diterima dari 22 total hipotesis yang dibentuk. Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan, dibentuklah rekomendasi yang terdiri dari 8 rekomendasi pada aspek manajerial dan 6 rekomendasi pada aspek teknologi yang diharapkan dapat meningkatkan kesuksesan dari CBS di PT XYZ.
The fintech industry's rapid development in Indonesia has had a significant impact on the use of technology to support current and future business processes. This has prompted PT XYZ to implement a core banking system to address issues in the old system and enhance branch efficiency, accelerate the marketing of new products and services, and increase the productivity of each business unit. The core banking system at PT XYZ has been implemented since late 2021 but cannot be considered successful yet due to several issues, such as inaccurate information and a high system downtime, necessitating further evaluation. The objective of this research is to assess the success of the implemented core banking system and identify influencing factors from the perspective of internal employees, allowing for appropriate recommendations for the company. The research adopts the model proposed by DeLone and McLean, combined with the Technology Acceptance Model (TAM) and organizational climate factors derived from previous studies to identify the factors affecting information system success. This results in 45 indicators used in questionnaire development. The research employs Partial Least Squares – Structural Equation Model (PLS-SEM) analysis with SmartPLS as a tool for data processing. The research findings show that 13 hypotheses out of 22 formed were accepted. Based on these findings, recommendations are formulated, comprising 8 managerial recommendations and 6 technological recommendations aimed at enhancing the success of the core banking system at PT XYZ."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Friendly Nur Shakti
"Perkembangan industri fintech di Indonesia sangat pesat dan berdampak pada penggunaan teknologi yang digunakan dalam menunjang proses bisnis saat ini maupun di masa depan. Hal ini mendorong PT XYZ melakukan implementasi core banking system untuk mengatasi masalah yang ada pada sistem lama dan untuk meningkatkan efiensi cabang, mempercepat waktu pemasaran produk dan layanan baru serta meningkatkan produktivitas setiap unit bisnis. Core banking system pada PT XYZ telah diimplementasikan sejak akhir 2021 lalu belum dapat dikatakan sukses karena memiliki beberapa masalah seperti informasi yang dihasilkan belum cukup akurat, dan system down yang masih tinggi sehingga diperlukan evaluasi lanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari core banking system yang telah diimplementasikan tersebut dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya dalam perspektif karyawan internal sehingga dapat diketahui rekomendasi apa yang tepat untuk perusahaan lakukan. Penelitian ini menggunakan pendekatan model yang diusulkan oleh DeLone dan McLean yang dikombinasikan dengan model Technology Acceptance Model (TAM) dan faktor dari iklim organiasi yang didapat dari penelitian terdahulu dalam mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan suatu sistem informasi. Hal ini menghasilkan 45 indikator yang akan digunakan dalam pembentukan kuesioner. Peneliti juga menggunakan metode analisis Partial Least Squares – Structural Equation Model (PLS-SEM) dengan bantuan SmartPLS sebagai tool dalam mengolah data. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 13 hipotesis yang diterima dari 22 total hipotesis yang dibentuk. Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan, dibentuklah rekomendasi yang terdiri dari 8 rekomendasi pada aspek manajerial dan 6 rekomendasi pada aspek teknologi yang diharapkan dapat meningkatkan kesuksesan dari CBS di PT XYZ.
The fintech industry's rapid development in Indonesia has had a significant impact on the use of technology to support current and future business processes. This has prompted PT XYZ to implement a core banking system to address issues in the old system and enhance branch efficiency, accelerate the marketing of new products and services, and increase the productivity of each business unit. The core banking system at PT XYZ has been implemented since late 2021 but cannot be considered successful yet due to several issues, such as inaccurate information and a high system downtime, necessitating further evaluation. The objective of this research is to assess the success of the implemented core banking system and identify influencing factors from the perspective of internal employees, allowing for appropriate recommendations for the company. The research adopts the model proposed by DeLone and McLean, combined with the Technology Acceptance Model (TAM) and organizational climate factors derived from previous studies to identify the factors affecting information system success. This results in 45 indicators used in questionnaire development. The research employs Partial Least Squares – Structural Equation Model (PLS-SEM) analysis with SmartPLS as a tool for data processing. The research findings show that 13 hypotheses out of 22 formed were accepted. Based on these findings, recommendations are formulated, comprising 8 managerial recommendations and 6 technological recommendations aimed at enhancing the success of the core banking system at PT XYZ."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library