Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustinus Donny Wicaksono
"Studi ini menelusuri bagaimana Generasi Z memaknai dan mempraktikkan escapism dalam keseharian mereka, serta bagaimana karakter ruang dan moda transportasi mendukung fleksibilitas penyisipan momen pelarian di tengah rute mobilitas. Fenomena escapism muncul sebagai respons adaptif terhadap kejenuhan akibat rutinitas kehidupan urban yang repetitif, di mana jeda temporer dipraktikkan sebagai bentuk pemulihan psikologis. Dalam konteks ini, escapism tidak sekadar dimaknai sebagai pelarian, melainkan strategi untuk menjaga urban well-being—yakni kesejahteraan fisik, mental, dan emosional—di tengah tekanan dan dinamika kota. Pilihan destinasi mencerminkan kebutuhan akan ruang alternatif yang menawarkan kenyamanan, kebebasan ekspresi, serta pemulihan dari tekanan sosial dan lingkungan. Melalui pendekatan kualitatif dan observasi partisipatoris, penelitian ini mengeksplorasi kriteria spasial dan atmosferik yang menjadi daya tarik escapism, dengan Taman Literasi Blok M dan Kawasan Transit Dukuh Atas sebagai contoh representatif ruang kota yang dimaknai secara personal sebagai ruang jeda. Temuan ini menegaskan pentingnya integrasi antara sistem mobilitas urban dan desain ruang publik yang responsif secara psikologis dalam mendukung pencapaian urban well-being bagi generasi muda Jakarta.

This study explores how Generation Z interprets and practices escapism in their daily lives, and how the characteristics of urban spaces and modes of transportation support the flexible insertion of escape moments within mobility routes. Escapism emerges as an adaptive response to the monotony of repetitive urban routines, where temporary pauses serve as a form of psychological recovery. In this context, escapism is not merely understood as a form of avoidance, but as a strategy to maintain urban well-being—encompassing physical, mental, and emotional resilience amid the pressures of city life. The choice of destinations reflects a need for alternative spaces that offer comfort, freedom of expression, and relief from social and environmental stressors. Using a qualitative and participatory observational approach, this study examines the spatial and atmospheric criteria that attract Generation Z to escapist destinations, highlighting Taman Literasi Blok M and the Dukuh Atas Transit Area as representative examples of urban spaces personally redefined as places of pause. The findings underscore the importance of integrating urban mobility systems with psychologically responsive public space design to support the pursuit of urban well-being among Jakarta’s younger generation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindhita Shifa Ikhsani
"Tulisan ini membahas tentang pembentuk pengalaman escapism dalam konteks urban nightlife. Urban nightlife merupakan sisi lain dari kehidupan kota yang memiliki peran sebagai tempat terjadinya aktivitas leisure dan konsumsi. Aktivitas ini dilakukan atas dasar keinginan untuk bersosialisasi dan bersenang-senang sambil menikmati hiburan yang selalu hadir dalam konteks urban nightlife. Dorongan yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan aktivitas malam dapat disandingkan dengan konsep escapism. Walaupun memiliki konotasi yang negatif, hal tersebut merupakan kodrat dari manusia. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana sebuah area urban nightlife dapat memberikan perasaan escapist melalui pembentukan atmosfer yang imersif lewat arsitektur. Dengan mengambil studi kasus 27th Street di Itaewon, analisis terhadap elemen pembentuk atmosfer, baik tangible maupun intangible, juga sejarah area tersebut turut dipelajari untuk memahami secara komprehensif bagaimana keunikan area Itaewon, bersamaan dengan bentuk fisik tempat hiburan, interaksi sosial, serta perangsang sensori dapat membentuk pengalaman yang imersif untuk mencapai escapism.

This paper discusses the formation of escapism experiences in the context of urban nightlife. Urban nightlife represents another side of city life that functions as a venue for leisure activities and consumption. These activities are driven by the desire to socialize and have fun while enjoying entertainment, which is always present in the context of urban nightlife. The human drive to engage in nighttime activities can be associated with the concept of escapism. Although it often has negative connotations, it is a natural human tendency. This paper aims to analyze how an urban nightlife area can provide an escapist feeling through the creation of an immersive atmosphere via architecture. By taking 27th Street in Itaewon as a case study, the analysis includes both tangible and intangible elements that shape the atmosphere, as well as the history of the area, to comprehensively understand how Itaewon's unique characteristics, along with the physical forms of entertainment venues, social interactions, and sensory stimuli, can create an immersive experience to achieve escapism.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikri Muhammad Isthafa
"Sebagai ibukota negara, Jakarta merupakan kota dengan penduduk yang memiliki beragam latar belakang. Sebagai kota modern, kota Jakarta memiliki sebuah tempat yang merupakan cerminan dari masyarakatnya, terbentuk melalui internet menjadi dunia digital kota Jakarta. Sebagai digital natives, generasi Z kota Jakarta merupakan kelompok masyarakat yang paling familier dengan ruang virtual kota Jakarta. Generasi Z kota Jakarta memiliki peran penting dalam proses terbentuknya fenomena budaya populer. Makalah ini akan membahas mengenai peran generasi Z dalam ruang virtual kota Jakarta sebagai kunci dari terbentuknya budaya populer, dengan menggunakan konsep antropologi digital dari Horst dan Miller mengenai materialitas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data makalah adalah studi literatur dengan mengkaji data-data berupa buku dan artikel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa beberapa fenomena budaya populer kota Jakarta merupakan sebuah fenomena yang mendapatkan atensi masyarakat luas berkat bantuan generasi Z kota Jakarta.

As the national capital, Jakarta is a city with people from various backgrounds. As a modern city, the city of Jakarta has a place that is a reflection of its people, formed through the internet to become the digital world of the city of Jakarta. As digital natives, Generation Z of Jakarta is a group of people who are most familier with the virtual space of Jakarta. Generation Z of Jakarta has an important role in the formation of popular culture phenomena. This paper will discuss the role of generation Z in the virtual space of the city of Jakarta as the key to the formation of popular culture, using Horst and Miller's digital anthropological concept of materiality. The method used in collecting paper data is a literature study by examining data in the form of books and articles. Based on the results of the research, it can be concluded that several popular cultural phenomena in the city of Jakarta are phenomena that have received the attention of the wider community thanks to the help of generation Z in the city of Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Alifianisa Zahwa
"Hunian layak dan terjangkau merupakan hak yang dimiliki oleh setiap orang tanpa terkecuali. Dengan fenomena pergeseran demografi yang sedang terjadi, kebutuhan akan hunian layak dan terjangkau juga ikut mengalami perubahan. Meningkatnya populasi generasi Y dan Z di masa sekarang menjadi sebuah tantangan pada kota-kota padat seperti Jakarta agar penyediaan hunian layak dan terjangkau turut beradaptasi dengan kebutuhan hunian generasi Y dan Z. Saat ini, penyediaan hunian layak yang ada di Jakarta menjadi kurang relevan dengan kebutuhan hunian generasi Y dan Z karena keterbatasan tipe rumah yang ada. Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi apa saja tipe-tipe rumah yang sesuai dengan kebutuhan hunian generasi Y dan Z di Jakarta dan bagaimana kesesuaiannya dalam UU No. 1 Tahun 2011 dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 31 Tahun 2022. Dengan memahami keterkaitan antara data lapangan, teori kajian literatur, dan kebijakan perumahan dan permukiman yang berlaku serta tinjauan dari preseden hunian di kota pada negara maju, penulisan ini mencoba mengungkap kesenjangan tipe rumah dalam kebijakan berdasarkan kebutuhan hunian generasi muda. Melalui hasil analisis data, teori, dan kebijakan, dapat dikatakan bahwa Jakarta memerlukan tipe-tipe rumah baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan hunian generasi muda saat ini, tetapi mengalami tantangan dalam realisasinya karena aturan kebijakan yang berlaku. 

Affordable housing that meets someone's needs is every human right that must be fulfilled. With the growing population and demographic shifting toward generation Y and Z that’s currently happening, housing needs are slowly changing to a new direction of ‘affordable’. The current growing splurt and shifting demographic become a new challenge in cities with high population like Jakarta to adapt with new types of house because the current housing types in Jakarta are slowly being irrelevant and not affordable to younger generations anymore. The purpose of this writing is to identify types of houses that meet generation Y and Z’s housing needs and to see how the housing regulation and policy in Jakarta works on that. Through the understanding of data, literature review, and housing regulation and policy with precedent study of another city, it can be said that Jakarta needs new types of houses that fit more with housing needs of generation Y and Z, but at the same time still facing challenges from the housing regulation and policy itself."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Mahardika
"Seiring meningkatnya berbagai permasalahan lingkungan, kesadaran manusia terhadap isu lingkungan semakin meningkat, dan tren untuk menggunakan produk ramah lingkungan juga semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian tumbler sebagai produk ramah lingkungan di kalangan generasi Z dan milenial muslim di daerah perkotaan, serta peran variabel moderasi nilai religiusitas dalam hubungan tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Theory of Reasoned Action. Penelitian ini melibatkan variabel Green Brand Knowledge, Environmental Concern, Environmental Knowledge, Green Perceived Value, Attitude toward Purchase of Green Products, Subjective Norms, Green Purchase Intention, Green Purchase Behaviour Intrapersonal Religious Values, dan Interpersonal Religious Values. Data primer dikumpulkan melalui survei dengan mengajukan kuesioner kepada 416 responden di wilayah perkotaan. Analisis data menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) PLS menggunakan SmartPLS 4.0 untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Attitude toward Purchase of Green Products dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh Green Brand Knowledge, Environmental Concern, dan Green Perceived Value. Environmental Knowledge tidak berpengaruh signifikan terhadap Attitude toward Purchase of Green Products. Attitude toward Purchase of Green Products dan Subjective Norms berpengaruh positif dan signifikan terhadap Green Purchase Intention, Green Purchase Intention berpengaruh positif dan signifikan terhadap Green Purchase Behavior. Intrapersonal Religious Values dapat memperkuat secara signifikan pengaruh positif dari Subjective Norms terhadap Green Purchase Intention, namun nilai religiusitas lainnya tidak memperkuat hubungan Attitude toward Purchase of Green Products ataupun Subjective Norms terhadap Green Purchase Intention. Temuan dari penelitian ini dapat digunakan oleh produsen produk tumbler maupun pemangku kepentingan lainnya sebagai strategi pemasaran maupun kampanye pro-lingkungan.

Environmental concerns are increasing along with the rising trend of using green products as environmental issues continue to worsen. The purpose of this study is to examine the factors influencing urban Generation Z and Millennial Muslims' purchasing decisions for tumbler as a green products. Furthermore, it explores at how religious values influence these relationships in a moderating way. The Theory of Reasoned Action forms the theoretical basis for this study.  Several variables are included in the study: Green Brand Knowledge, Environmental Concern, Environmental Knowledge, Green Perceived Value, Attitude toward Purchase Green Products, Subjective Norms, Green Purchase Intention, Green Purchase Behaviour, Interpersonal Religious Values, and Intrapersonal Religious Values. Surveys were conducted to gather primary data, with questionnaires distributed to 416 respondents in urban areas. To evaluate the proposed hypotheses, data was analyzed using Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Attitude toward Purchase Green Products is positively and significantly influenced by Green Brand Knowledge, Environmental Concern, and Green Perceived Value, according to research findings. Meanwhile, Attitude toward Purchase Green Products is not significantly influenced by Environmental Knowledge. Both Attitude toward Purchase Green Products and Subjective Norms had positive and significant effects on Green Purchase Intention. Green Purchase Intention had a positive and significant effect on Green Purchase Behaviour. The Intrapersonal Religious Values can significantly strengthen the positive influence of Subjective Norms on Green Purchase Intention, but other religious values neither reinforce the attitude’s relationship nor Subjective Norms on Green Purchase Intention. The findings of this research can be utilized by tumbler product manufacturers and other stakeholders as part of marketing strategies and green campaigns."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisela Belicia Alma Thesalonica
"Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan adanya generasi baru yang lahir setiap harinya. Hal ini membuat adanya perubahan (shifting) dari generasi yang mendominasi dan juga berdampak pada berbagai sektor kehidupan salah satunya adalah pekerjaan. Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa saat ini telah terjadi perubahan generasi yang mendominasi pasar tenaga kerja yang semula didominasi oleh generasi milenial beralih menjadi generasi Z. Setiap perubahan pasti menimbulkan kesempatan dan juga tantangan baru bagi perusahaan terutama bagaimana menjaga keterikatan kerja karyawan kepada perusahaan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari job characteristics terhadap work engagement pada karyawan generasi milenial dan generasi Z di DKI Jakarta. Dengan tujuan eksplanatif, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner yang disebarkan secara daring kepada 360 responden Generasi milenial dan Z yang bekerja sebagai karyawan full-time di DKI Jakarta yang didapatkan dengan menggunakan teknik penarikan data non-probability sampling dengan jenis purposive sampling dan pengumpulan sampel snowball. Penelitian ini melakukan teknik analisis data dengan menggunakan regresi linear sederhana dan uji beda (uji t). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh job characteristics terhadap work engagement pada karyawan di DKI Jakarta. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh job characteristics terhadap work engagement karyawan generasi Z lebih besar dibandingkan pengaruh job characteristics terhadap work engagement pada generasi milenial di DKI Jakarta.

The rapid population growth leads to the birth of a new generation every day. This results to a shift from the dominating generation, impacting various sectors of life, including employment. Previous studies have shown a transition in the dominant workforce generation from millennials to Generation Z. Every change brings forth opportunities and challenges for companies, especially in maintaining employee retention. Therefore, this research aims to analyze the effect of job characteristics on work engagement among millennial and Generation Z employees in DKI Jakarta. Using an explanatory approach, the study employs a quantitative method by distributing online questionnaires to 360 respondents which are the millennial and Z-generation full-time employee in DKI Jakarta. The data is gathered through non-probability purposive sampling with snowball technique. The research uses simple linear regression and t-test for data analysis. The findings indicate a significant impact of job characteristics on work engagement among employees in DKI Jakarta. Additionally, the research reveals that the influence of job characteristics on work engagement is greater for Generation Z employees compared to millenials in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmalia Putri
"Dalam beberapa tahun terakhir, layanan Online Food Delivery (OFD) telah mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia, dan menjadi tren khususnya di wilayah perkotaan seperti Jakarta dan Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi timbulan sampah dan jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas OFD, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data primer dari 30 responden selama 10 minggu, ser ta data sekunder dari literatur dan jurnal relevan. Data yang dikumpulkan mencakup frekuensi pemesanan, jenis dan berat sampah kemasan serta makanan, serta data jarak tempuh pengantaran untuk menghitung jejak karbon transportasi. Hasil menunjukkan bahwa jenis sampah paling dominan adalah karton/kertas (50%) diikuti oleh plastik (16%), dan bahwa puncak timbulan terjadi pada awal bulan dan waktu gajian. Estimasi emisi karbon dari transportasi dan kemasan menunjukkan kontribusi signifikan terhadap jejak karbon individu. Hasil perhitungan menunjukkan total Jejak karbon dari layanan order food online adalah sebesar 17783,91776 g CO2-eq dari keseluruhan aktivitas narasumber. Faktor yang paling memengaruhi besarnya total orderan adalah variabel pengeluaran bulanan. Faktor dengan korelasi tinggi dan sangat signifikan adalah variabel jumlah anggota keluarga yang dapat memengaruhi jumlah total sampah yang dihasilkan. Penelitian ini menyoroti pentingnya pengelolaan sampah dan strategi pengurangan jejak karbon pada sektor layanan makanan daring.

In recent years, Online Food Delivery (OFD) services have experienced rapid growth in Indonesia and have become a prominent trend, especially in urban areas such as Jakarta and Depok. This study aims to estimate the amount of waste and carbon footprint generated from OFD activities, while also analyzing the key contributing factors. A quantitative research approach was used, combining primary data collected from 30 respondents over a period of 10 weeks with relevant secondary data from literature and journals. The collected data includes order frequency, types and weights of packaging and food waste, as well as delivery distances used to calculate transportation-related carbon emissions. The findings reveal that the most common type of waste is paper/cardboard (50%), followed by plastic (16%). Waste generation peaks typically occurred at the beginning of the month and around payday. Carbon emission estimates from both transportation and packaging show a significant contribution to individual carbon footprints. The total calculated carbon footprint from online food ordering activities amounted to 17,783.92 g CO2-eq. Among the influencing factors, monthly expenditure had the strongest effect on total orders, while the number of household members showed a highly significant correlation with the amount of waste produced. This study highlights the importance of effective waste management and the development of strategies to reduce the carbon footprint within the online food service sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nabila Yusmita
"Media sosial saat ini, khususnya Instagram, sudah menjadi hal yang umum bagi satu individu untuk mengelola beberapa akun dalam satu perangkat melalui fitur switch account yang memungkinkan pengguna untuk dapat menampilkan presentasi diri yang berbeda. Penggunaan fitur switch account terbagi menjadi dua akun, yaitu: akun publik dan akun privat. Penelitian sebelumnya menunjukkan penggunaan fitur ini dapat mengarah pada fragmentasi identitas sekaligus fleksibilitas dalam mempresentasikan diri di ruang digital. Penelitian ini menerapkan teori dramaturgi dan presentasi diri dari Erving Goffman untuk menganalisis bagaimana individu mengelola panggung depan dan panggung belakang mereka di Instagram melalui konten visual. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan data dari wawancara mendalam serta observasi akun Instagram informan. Tujuan penelitian ini untuk memahami bagaimana individu mengelola kesan mereka yang ditunjukkan pada akun ganda. Penelitian ini menemukan adanya diferensiasi presentasi diri pada akun publik sebagai panggung depan yang menunjukkan kesan yang terkurasi karena memiliki audiens yang luas, sedangkan akun privat sebagai panggung belakang yang menunjukkan kesan yang lebih personal dan autentik karena audiens berasal dari lingkaran teman dekat.

Social media today, especially Instagram, has become common for one individual to manage multiple accounts on one device through the switch account feature that allows users to be able to display different self-presentations. The use of the switch account feature is divided into two accounts, namely: public account and private account. Previous research shows that the use of this feature can lead to identity fragmentation as well as flexibility in presenting oneself in the digital space. This study applies Erving Goffman's theories of dramaturgy and self-presentation to analyse how individuals manage their front stage and back stage on Instagram through visual content. This study uses a qualitative approach with data collection methods from in-depth interviews and observations of informants' Instagram accounts. The purpose of this study is to understand how individuals manage their impressions shown on dual accounts. This study found a differentiation of self-presentation on public accounts as a front stage that shows a curated impression because it has a wide audience, while private accounts as a back stage that shows a more personal and authentic impression because the audience comes from a close circle of friends. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Musa Mudrick
"Tren burnout pada karyawan Generasi Z menjadi perhatian penting mengingat generasi ini akan mendominasi angkatan kerja dalam waktu dekat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran persepsi dukungan organisasi dan efikasi diri pekerjaan sebagai prediktor burnout pada karyawan Generasi Z. Sebanyak 72 karyawan Generasi Z dari berbagai sektor industri menjadi partisipan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner daring menggunakan instrumen MBI-GS, SPOS, dan OSS-SF yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Hasil analisis regresi berganda Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa PDO berperan negatif dan signifikan dalam memprediksi burnout (β = –1.05, p = .001), sementara efikasi diri pekerjaan tidak berperan secara signifikan (β = .11, p = .78). persepsi dukungan organisasi juga merupakan prediktor yang lebih dapat menjelaskan burnout pada karyawan Generasi Z dibandinkan dengan EDP.

The trend of burnout among Generation Z employees has become a critical concern, especially as this generation is expected to dominate the workforce in the near future. This study aims to examine the roles of perceived organizational support and occupational self-efficacy as predictors of burnout in Generation Z employees. A total of 72 Generation Z employees from various industrial sectors participated in this study. Data were collected through an online questionnaire using the MBI-GS, SPOS, and OSS-SF instruments, all of which had been adapted into Indonesian. Multiple regression analysis revealed that POS had a significant negative role in predicting burnout (β = –1.05, p = .001), whereas OSE did not show a significant effect (β = .11, p = .78). The findings also indicate that POS is a stronger predictor of burnout among Generation Z employees compared to OSE."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhisty Prahastiwi Basuki
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan pengaruh dukungan sosial terhadap work-life balance pada Generasi Z yang bekerja di startup e-commerce. Studi-studi terdahulu menjelaskan work-life balance cenderung berfokus pada pekerja yang berasal dari Generasi Milenial dan individu perempuan yang telah berkeluarga. Akan tetapi, penelitian yang menjelaskan hubungan antara work-life balance dengan dukungan sosial pada level individu yang berasal dari Generasi Z menjadi hal baru dalam penelitian ini. Saat ini, Generasi Z merupakan generasi yang mulai banyak memasuki dunia kerja dan permasalahan akan keseimbangan kehidupan kerja merupakan aspek penting bagi kesejahteraan pekerja itu sendiri. Selain itu, adanya perkembangan ekonomi pasar digital yang membentuk pekerjaan baru, juga telah memunculkan persaingan dalam kehidupan kerja. Karena hal tersebut, Generasi Z mengalami permasalahan terkait dengan kesehatan mental karena tidak dirasakannya work-life balance akibat budaya kerja yang mereka jalani dalam hidupnya. Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa terwujudnya work-life balance dalam kehidupan pekerja dipengaruhi oleh tingginya dukungan sosial yang diberikan keluarga, teman, hingga institusi/perusahaan kepada individu. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif guna mengukur tingkat dukungan sosial terhadap tingkat work-life balance Generasi Z yang bekerja di startup e-commerce saat ini. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan work-life balance pekerja startup e-commerce wilayah DKI Jakarta. Namun, salah satu dimensi dukungan sosial yaitu dukungan informasi tidak terlalu berpengaruh terhadap terwujudnya work-life balance. Di lain sisi, sumber dukungan perusahaan menjadi sumber dukungan paling penting bagi terciptanya work-life balance pekerja dengan memberikan hasil yang signifikan.

This study aims to explain the effect of social support on work-life balance in Generation Z working in startup e-commerce. Previous studies explain that work-life balance tends to focus on workers from the Millennial Generation and individual women who have families. However, research that describes the relationship between work-life balance and social support at the individual level from Generation Z is new in this research. Currently, Generation Z is the generation that is starting to enter the world of work, and the issue of work-life balance is an essential aspect of the welfare of the workers themselves. In addition, developing the digital market economy that forms new jobs has also created competition in work life. Because of this, Generation Z experiences problems related to mental health because they do not feel a work-life balance due to the work culture they lead in their lives. This study hypothesizes that the realization of work-life balance in workers' lives is influenced by the high social support provided by family, friends, institutions/companies to individuals. The research method used in this study is quantitative to measure the social support level to the work-life balance of Generation Z working in startup e-commerce. The study found a significant relationship between social support and work-life balance among workers startup e-commerce DKI Jakarta area. However, one dimension of social support, namely information support, is the only one that not affects the realization of work-life balance. On the other hand, the company's source of support is the most critical for creating a work-life balance for workers with significant results."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>