Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safra Aisyah Sahira
"Latar Belakang: Implan gigi merupakan solusi perawatan yang efektif untuk rehabilitasi oral, tetapi dampak kemoterapi terhadap keberhasilan osseointegrasi masih menjadi topik perdebatan. Kemoterapi diketahui dapat memengaruhi proses penyembuhan tulang dan jaringan lunak, sehingga berpotensi menurunkan stabilitas implant, terutama saat diiringi radiasi tambahan. Tujuan: Untuk mengevaluasi pengaruh kemoterapi dan kemoradioterapi terhadap keberhasilan osseointegrasi implan gigi berdasarkan jenis obat, regimen, dan durasi terapi. Metode: Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis berdasarkan pedoman PRISMA. Literatur dicari pada database PubMed, ScienceDirect, Scopus, ProQuest, dan EBSCO menggunakan kombinasi kata kunci terkait kemoterapi, osseointegrasi, dan implan gigi. Studi yang memenuhi kriteria inklusi diseleksi, dinilai risiko biasnya, dan dianalisis secara kualitatif. Hasil: Sebanyak delapan studi kohort retrospektif ditinjau. Hasil menunjukkan variasi dalam tingkat keberhasilan osseointegrasi pada pasien yang menjalani kemoterapi dan kemoradioterapi. Beberapa studi melaporkan komplikasi seperti peri-implantitis, mobilitas implan, dan kehilangan tulang, sedangkan sebagian besar studi menunjukkan keberhasilan osseointegrasi yang serupa dengan populasi sehat. Tidak ada konsensus yang jelas mengenai pengaruh kemoterapi maupun kemoradioterapi terhadap implan gigi. Kesimpulan: Hasil tinjauan ini bersifat inkonklusif terkait dampak kemoterapi dan kemoradioterapi terhadap keberhasilan osseointegrasi implan gigi dikarenakan sampel yang kecil pada studi terlibat dengan potensi bias yang tinggi. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan desain yang lebih terkontrol untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.

Background: Dental implants are an effective solution for oral rehabilitation, but the impact of chemotherapy on the success of osseointegration remains a debated topic. Chemotherapy is known to affect bone healing and soft tissues, potentially compromising implant stability, especially when adjunct radiation is given. Objective: To evaluate the effect of chemotherapy and chemoradiotherapy on the success of dental implant osseointegration based on the drug type, regimen, and duration of therapy. Methods: This study is a systematic review conducted following PRISMA guidelines. Literature searches were performed in databases such as; PubMed, ScienceDirect, Scopus, ProQuest, and EBSCO using keywords related to chemotherapy, osseointegration, and dental implants. Studies meeting the inclusion criteria were selected, assessed for risk of bias, and analyzed qualitatively. Results: A total of eight retrospective cohort studies were analyzed. The results showed variation in the success rates of osseointegration in patients undergoing chemotherapy and chemoradiotherapy. Some studies reported complications such as peri-implantitis, implant mobility, and significant bone loss, while most showed osseointegration success rates comparable to healthy populations. No clear consensus was found regarding the impact of chemotherapy on dental implants. Conclusion: The findings of this review are inconclusive regarding the impact of chemotherapy or chemoradiotherapy on the success of dental implant osseointegration due to the small sample sizes and possibility of bias. Further research with larger sample sizes and more controlled study designs is needed to achieve a comprehensive understanding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Kirana Anjani
"Latar Belakang: Bruksisme, yang meliputi kegiatan mengatupkan rahang atas dan bawah dengan keras (clenching) dan mengasah gigi-gigi (grinding), dapat terjadi saat terjaga (awake bruxism atau diurnal bruxism) dan saat tidur (sleep bruxism). Kondisi ini dapat memberikan beban oklusal berlebih pada gigi dan implan dental. Kegagalan implan dental adalah istilah yang digunakan untuk kondisi implan yang harus dilepas atau hilang. Komplikasi implan dental dapat dikategorikan menjadi komplikasi klinis dan komplikasi mekanis. Bruksisme dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kegagalan seperti patah implan atau sekrup implan dental, longgarnya sekrup implan dental, dan patah veneer porselen. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara bruksisme dengan kegagalan dan komplikasi implan dental. Metode: Tinjauan sistematis (PROSPERO CRD42024591936) dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, EBSCO, dan SpringerLink. Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan inklusi menggunakan kerangka Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan systematic review. Berdasarkan hasil analisis studi yang diinklusi, terdapat hubungan antara bruksisme dengan kegagalan implan dan komplikasi implan, baik komplikasi klinis maupun mekanis. Kesimpulan: Kebiasaan bruksisme memengaruhi keberhasilan implan dental dan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi klinis serta mekanis, terutama jika disertai faktor risiko tambahan, seperti merokok.

Background: Bruxism, which includes clenching and grinding, can occur during wakefulness (awake bruxism or diurnal bruxism) and sleep (sleep bruxism). This condition can create an excessive occlusal load on teeth and dental implants. Dental implant failure is the term to describe where the implant must be removed or lost. Dental implant complications can be categorized into clinical complications and mechanical complications. Bruxism can be one of the risk factors for implant failure, such as implant or screw fracture, screw loosening, and porcelain veneer fracture. Objective: To analyze the relationship between bruxism and implant failure and complications. Methods: Systematic review (PROSPERO CRD42024591936) with literature searches in online databases namely PubMed, EBSCO, and SpringerLink. The identified studies then went through screening, eligibility assessment, and inclusion stages using the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) framework. Results: A total of six studies met the inclusion criteria for systematic review. Based on the analysis of the included studies, there was an association between bruxism and implant failure and complications, both clinical and mechanical complications. Conclusion: Bruxism affects dental implant success and both clinical and mechanical complications, especially if accompanied by additional risk factors such as smoking."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Kirana Anjani
"Latar Belakang: Bruksisme, yang meliputi kegiatan mengatupkan rahang atas dan bawah dengan keras (clenching) dan mengasah gigi-gigi (grinding), dapat terjadi saat terjaga (awake bruxism atau diurnal bruxism) dan saat tidur (sleep bruxism). Kondisi ini dapat memberikan beban oklusal berlebih pada gigi dan implan dental. Kegagalan implan dental adalah istilah yang digunakan untuk kondisi implan yang harus dilepas atau hilang. Komplikasi implan dental dapat dikategorikan menjadi komplikasi klinis dan komplikasi mekanis. Bruksisme dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kegagalan seperti patah implan atau sekrup implan dental, longgarnya sekrup implan dental, dan patah veneer porselen. Tujuan: Untuk menganalisis hubungan antara bruksisme dengan kegagalan dan komplikasi implan dental. Metode: Tinjauan sistematis (PROSPERO CRD42024591936) dengan pencarian literatur pada online database yaitu PubMed, EBSCO, dan SpringerLink. Studi yang diidentifikasi kemudian melalui tahapan skrining, penilaian eligibilitas, dan inklusi menggunakan kerangka Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA). Hasil: Sebanyak enam studi memenuhi kriteria inklusi untuk dilakukan systematic review. Berdasarkan hasil analisis studi yang diinklusi, terdapat hubungan antara bruksisme dengan kegagalan implan dan komplikasi implan, baik komplikasi klinis maupun mekanis. Kesimpulan: Kebiasaan bruksisme memengaruhi keberhasilan implan dental dan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi klinis serta mekanis, terutama jika disertai faktor risiko tambahan, seperti merokok.

Background: Bruxism, which includes clenching and grinding, can occur during wakefulness (awake bruxism or diurnal bruxism) and sleep (sleep bruxism). This condition can create an excessive occlusal load on teeth and dental implants. Dental implant failure is the term to describe where the implant must be removed or lost. Dental implant complications can be categorized into clinical complications and mechanical complications. Bruxism can be one of the risk factors for implant failure, such as implant or screw fracture, screw loosening, and porcelain veneer fracture. Objective: To analyze the relationship between bruxism and implant failure and complications. Methods: Systematic review (PROSPERO CRD42024591936) with literature searches in online databases namely PubMed, EBSCO, and SpringerLink. The identified studies then went through screening, eligibility assessment, and inclusion stages using the Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) framework. Results: A total of six studies met the inclusion criteria for systematic review. Based on the analysis of the included studies, there was an association between bruxism and implant failure and complications, both clinical and mechanical complications. Conclusion: Bruxism affects dental implant success and both clinical and mechanical complications, especially if accompanied by additional risk factors such as smoking."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayuk Supatmi Rahayu
"Latar Belakang: Kemampuan mastikasi merupakan salah satu indikator keberhasilan gigi tiruan. Kemampuan mastikasi mempengaruhi persepsi dan tingkat kepuasan pasien sehingga dapat mempengaruhi nilai kualitas hidup seseorang. Oral Health Impact Profile-14 (OHIP-14) merupakan salah satu alat ukur kualitas hidup yang terdiri dari 14 pertanyaan yang mencakup dampak yang berhubungan dengan fungsi dan aspek psikologi dari permasalahan gigi, mulut, dan gigi tiruan. Salah satu metode pengukuran kemampuan mastikasi secara objektif adalah dengan menggunakan color-changeable chewing gum. Sedangkan secara subjektif dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara kemampuan mastikasi yang dinilai secara objektif dan subjektif dengan kualitas hidup pasien dengan restorasi mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan.
Metode: Mengevaluasi kemampuan mastikasi secara objektif yang dinilai menggunakan color changeable chewing gum dan secara subjektif yang dinilai menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi pada 60 pasien dengan restorasi mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan. Dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan antara kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang dinilai menggunakan OHIP-14 serta untuk mengetahui hubungan faktor-faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, jumlah implan dan lama pemasangan dengan kemampuan mastikasi dan kualitas hidup.
Hasil: Terdapat hubungan signifikan antara kualitas hidup responden dengan mahkota tiruan penuh dukungan implan posterior dengan kemampuan mastikasi secara subjektif (p=0,000) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara kualitas hidup dengan kemampuan mastikasi secara objektif (p=0,864). Tidak ada hubungan signifikan antara kemampuan mastikasi secara objektif dan subjektif (p=0,818). Kualitas hidup hanya berhubungan signifikan dengan umur (p=0,002).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kemampuan mastikasi subjektif yang dinilai menggunakan kuesioner kemampuan mastikasi dengan kualitas hidup yang dinilai menggunakan OHIP-14 pada responden yang direhabilitasi dengan mahkota tiruan penuh posterior dukungan implan posterior. Usia juga menunjukan hubungan dengan kualitas hidup pada penelitian ini.

Background: Mastication performance is one indicator of the success of denture treatment. Mastication performance may affect the perception and level of patient satisfaction so that affect the value of a person’s quality of life. In dentistry, the quality of life related to oral health is also known as Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL). Oral Health Impact Profile-14 (OHIP-14) is one of quality of lifes measurements that consist of 14 questionnaires which include impacts related to function and psychology aspect that include dental, oral, and denture problems. One method that objectively measuring mastication is by using color-changeable chewing gum where as subjective methode is by using masticatory questionnaire.
Objectives: To analyze the relationship between mastication performance (subjectively and objectively) with the quality of life of patients with posterior implant supported single crown.
Methode: Masticatory performance evaluation conducted on 60 patients with posterior implant supported single crown. Analysis was conducted to determine the relationship between mastication performance assessed objectively (using color changeable chewing gum) and assessed subjectively (using masticatory performance questionnaire) with quality of life assessed using OHIP-14 and its relationship with age, sex, level of education, number of implants and how long since implant was placed.
Result: There was a significant correlation between quality of life with mastication performance assessed subjectively (p=0,000) and there was no significant correlation between quality of life and mastication performance assessed objectively (p=0,864). There was no significant correlation between mastication performance objectively and mastication performance subjectively (p=0,818). Quality of life has a significant correlation only with age (p=0,002).
Conclusion: There was a correlation between mastication performance subjectively with quality of life of patients with posterior implant supported single crown. Age also showed a correlation with quality of life in this study.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dora Novriska
"Latar belakang: Chemotheraphy induced nausea and vomiting (CINV) merupakan efek samping kemoterapi yang dapat menurunkan kualitas hidup dan kepatuhan pengobatan. Emetogenisitas kemoterapi merupakan prediktor utama terjadinya CINV. Di samping itu terdapat faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian CINV. Pada pasien kanker anak yang menjalani kemoterapi, sistem skoring berdasarkan faktor risiko diperlukan untuk mengklasifikasikan individu berisiko agar mendapatkan profilaksis antiemetik yang adekuat untuk mengontrol terjadinya CINV.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang bertujuan untuk mngembangkan sistem skoring dari faktor risiko CINV pada anak berusia 0-17 tahun yang menjalani kemoterapi di RSCM pada Desember 2023 – Maret 2024. Analisis bivariat dilanjutkan multivariat dilakukan untuk menentukan faktor risiko utama CINV akut, delayed dan CINV derajat ≥ 2 menurut skor common terminology criteria for adverse events (CTCAE) National Cancer Institute. Selanjutnya dilakukan pembobotan skor dari faktor risiko utama CINV derajat ≥ 2 dengan regresi logistik. Akurasi sistem skoring dilakukan dengan analisis kurva receiver-operating characteristic (ROC).
Hasil: Sebanyak 198 subjek. Secara keseluruhan CINV terjadi pada 42,93% pasien dengan 32,3% subjek mengalami CINV derajat ≥ 2. CINV akut dan delayed dialami oleh masing-masing 26.77% dan 35,35% pasien. Berdasarkan analisis multivariat faktor risiko utama terjadinya CINV derajat ≥ 2 adalah riwayat mual/ muntah pada siklus kemoterapi sebelumnya, mendapatkan kemoterapi sisplatin dan terapi opioid. Analisis ROC menunjukkan akurasi yang cukup baik untuk memprediksi luaran dengan area under-the-curve (AUC) 0,669, p=0,034 IK 95% (0,602 – 0,736). Pasien dengan skor total 3-4 sebelum siklus kemoterapi diberikan, diklasifikasikan sebagai risiko tinggi untuk mengalami CINV derajat ≥ 2.
Simpulan: Sistem skoring ini dapat digunakan dalam praktek klinis untuk memprediksi risiko CINV sebagai dasar pemberian profilaksis antiemetik yang adekuat

Introduction: Chemotherapy-induced nausea and vomiting (CINV) are significant adverse effects of chemotherapy that can negatively impact quality of life and treatment adherence. The emetogenicity of chemotherapy is the main predictor of CINV. Apart from that, there are other risk factors that play a role in the incidence of CINV. In pediatric oncology patients undergoing chemotherapy, a risk factor-based scoring system is essential to identify high-risk individuals. This classification enables the administration of appropriate antiemetic prophylaxis to effectively manage and control CINV.
Methods: This research is a prospective cohort study conducted to develop risk scoring system for CINV on children aged 0-17 years undergoing chemotherapy at dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) from December 2023 to March 2024. Bivariate followed by multivariate analysis was performed to identify the main risk factors for acute, delayed and ≥ grade 2 CINV according to common terminology criteria for adverse events (CTCAE) scores National Cancer Institute. Subsequently, a scoring weight for the main risk factors of CINV grade ≥ 2 was determined using logistic regression. The accuracy of the scoring system was evaluated using receiver-operating characteristic (ROC) curve analysis.
Results: A total of 198 subjects were included in the study. Overall CINV occurred in 42.93% of patients with 32.3% of subjects experiencing CINV grade ≥ 2. Acute CINV and delayed CINV were experienced by 26.77% and 35.35% of patients, respectively. Multivariate analysis identified the main risk factors for CINV of grade ≥ 2 as a history of nausea/vomiting in previous chemotherapy cycles, receiving cisplatin chemotherapy, and opioid therapy. ROC analysis indicated a moderately good accuracy for predicting outcomes with an area under-the-curve (AUC) of 0.669, p = 0.034, 95% CI (0.602 – 0.736). Patients with a total score of 3-4 before each cycle of chemotherapy would be considered at high risk for developing ≥ 2 grade CINV.
Conclusion: This scoring system can be implemented in cli
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa
"Latar Belakang: Kebutuhan untuk menilai Oral health-related quality of life (OHRQoL) menjadi semakin penting dalam sektor perawatan kesehatan selama beberapa dekade terakhir. Dental Impact Daily Living (DIDL) adalah salah satu alat yang dibuat oleh Leao dan Sheiham untuk mengukur OHRQoL. Tujuan : mendapatkan DIDL versi bahasa Indonesia yang valid dan reliabel untuk menilai OHRQoL mayarakat Indonesia. Metode: Validasi Kuesioner Dental Impact Daily Living (DIDL) yang berbahasa Inggris menggunakan adaptasi lintas budaya ke Bahasa Indonesia dengan metode translate-backward translation, dilakukan uji psikometrik nilai validitas dan realibilitasnya. DIDL versi bahasa Inggris asli diterjemahkan dan divalidasi. Validitas konten dan validitas muka dievaluasi. Pengujian psikometrik untuk nilai reliabilitas test-retest dianalisis untuk 32 responden. Kuesioner final DIDL versi Bahasa Indonesia diuji reliabilitasnya dengan Cronbachs Alpha, korelasi antar item, dan validitas konvergen dengan menggunakan Indeks DMF-T untuk 278 responden.
Hasil: Hasil validitas konten dan validitas muka baik dengan responden penelitian yang mengerti dan tidak kesulitan mengisi kuesioner DIDL versi Bahasa Indonesia, nilai reliabilitas ICC yang sangat baik berkisar antara 0,975-1, dan Cronbachs alpha untuk masing-masing dinensi berkisar antara 0,702-0,946 dengan Cronbachs alpha untuk keseluruhan dimensi sangat memuaskan sebesar 0,942. Validitas konvergen menunjukkan korelasi antara DMF-T dengan kuesioner DIDL adalah (-0.502) dan signifikan pada alpha 5% (p = 0,00) yang berarti bahwa penurunan DMF-T akan meningkatkan kepuasan berdasarkan DIDL dari responden penelitian. Kesimpulan: Adaptasi Lintas Budaya menunjukkan Kuesioner Dampak Dental Terhadap Kehidupan Sehari-hari valid dan reliabel untuk mengukur OHRQoL dan dapat diterapkan pada masyarakat Indonesia.

Introduction: The need to assess and measurement oral health related to quality of life is becoming increasingly important in the health care sector over the past few decades. Dental Impact on Daily Living (DIDL) is one of the tools Leao and Sheiham made to measure oral health related quality of life (OHRQoL), this research is conducted for getting the validated and reliability translated Indonesian version of DIDL for use in Indonesia people. Methodology: The original English version of DIDL was translated and validated. Content validity and face validity were evaluated. Psychometric testing for test-retest reliability was analyzed for 32 respondents, internal consistency using Cronbachs alpha , corrected item correlation, and clinical oral health status using DMF-T index to obtain convergent validity of the questionnaire were checked in 278 respondents Result: Respondents show good understanding to fill translated Indonesia version of DIDL questionnaire and having conceptual as well as semantic equivalence (content and face validity) also reliability for test- retest ICC ranging from 0,975-1 and Cronbachs alpha for each dimension ranging from 0,702-0,946 and total dimension 0.942. Convergent validity shows correlation between DMF-T with DIDL questionnaire is (-0,502) and significant at alpha 5% (p=0,00) which means that decreasing DMF-T will increase satisfaction using DIDL of research respondents. Conclusion: Cross-cultural adaptation DIDL shows a valid and reliable of Indonesian Version of DIDL and can be applied to Indonesian people."
2020: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Farlina
"Mual muntah merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan anak dengan kanker
dalam menjalani kemoterapi. Gejala mual muntah timbul akibat efeksamping
kemoterapi. Karya Ilmiah akhir ini bertujuan memberikan gambaran praktek spesialis
dalam mengaplikasikan model konservasi Levine pada asuhan keperawatan anak kanker
yang menjalani kemoterapi. Model konservasi Levine menggunakan prinsip konservasi
dalam penerapannya meliputi konservasi energi, integritas struktural, integritas personal
dan integritas sosial. Aplikasi model konservasi Levine tertuang dalam lima kasus
terpilih dengan masalah keperawatan adalah mual, defisit nutrisi, risiko defisit nutrisi
hipertermia, gangguan mobilitas fisik, gangguan citra tubuh, perfusi perifer tidak
efektif, risiko infeksi, risiko perdarahan, dan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Edukasi manajemen mual muntah bebasis pembuktian ilmiah dalam
standar operasional prosedur (SOP) digunakan sebagai salah satu rekomendasi
intervensi keperawatan untuk menurunkan kejadian mual muntah anak dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi. Karya ilmiah ini merekomendasikan teori model
konservasi Levine dapat diaplikasikan pada asuhan keperawatan pada anak dengan
kanker yang menjalani kemoterapi.

Nausea and vomiting is most common symtoms in children with cancer undergoing of
chemotherapy. Nausea and vomiting is a symptom on side effect of chemotherapy. The
aim of this final assignment was to provide an overview of nurses specialist practice by
applying Levine conservation model in nursing care of children with cancer who are
experiencing nutrition problems.The Levine conservation model used four principles to
applied in nursing care, including energy conservation, structural integrity, personal
integrity, and social integrity. The Levine Conservation Model was applied in five
selected cases with the nursing problems found was nausea, nutrition deficit, nutrition
deficit risk, hyperthermia, physical mobility disorders, body image disorders, risk of
infection, ineffective peripheral perfusion, risk of bleeding, and growth and development
delay disorder. The management education of nausea vomiting is evidence based
practice through Operational Standard Procedure Analysis (SOP) to used as a
recommendation of nursing intervention to decrease the incidence of nausea vomiting in
children’s nutrition needs. This final assignment recommended that Levine
Conservation model theory can be applied to nursing care in children with cancer
undergoing of chemotherapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiah Yahya
"Saat ini tuntutan terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut semakin tinggi, dimana mutu pelayanan dipengaruhi oleh kepuasan kerja tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara faktor psikologis, organisasi, individu dengan kepuasan kerja tenaga kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Jakarta Pusat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang.
Hasil penelitian menunjukkan, dua variabel tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kepuasan kerja, yaitu usia dan lama kerja. Sikap kerja berkorelasi lemah dengan arah positif. Waktu kerja dan pendidikan berkorelasi sedang dengan arah positif. Fasilitas, penghasilan, ruang kerja, dan keterampilan berkorelasi kuat dengan arah positif.

Demands of quality of oral health services has increased, and the quality is affected by job satisfaction. This study aims to determine the strength of the relationship of psychological, organizational, and individual factors with job satisfaction of oral health workers at public health centers in Central Jakarta. This research is a quantitative study using cross sectional design.
The result shows, age and length of employment don?t have a significant correlation. Working attitude has a positive and weak correlation. Working time and education have a positive and moderate correlation. Facilities, income, work space, and skills have a positive and strong correlation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudewi Komala Indriastuti
"ABSTRACT
Latar belakang: Terbatasnya jumlah dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diduga berdampak terhadap bertambahnya peran perawat gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat, namun belum teridentifikasi tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap Standar Pelayanan Asuhan.Tujuan: Mengidentifikasi jenis serta distribusi pelayanan oleh perawat gigi dan mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap standar pelayanan asuhan. Metode: Penelitian analisis deskriptif dilakukan melalui kuesioner kepada masyarakat dan perawat gigi Hasil: Dari jawaban 102 masyarakat, terlihat jenis pelayanan yang terbanyak diterima yang sesuai dengan standar adalah Penyuluhan kesehatan gigi mulut, khususnya penjelasan cara menyikat gigi yang benar 83,33 ; sedangkan yang tidak sesuai standar yaitu penggunaan antibiotik dan antinyeri sebanyak 79,41 . Dari jawaban 17 perawat gigi, pelayanan yang tidak sesuai standar yang diberikan yaitu pemberian obat antibiotik dan antinyeri 94,12 dan pencabutan gigi tetap belakang 35,29 . Kesimpulan: Pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat untuk pengobatan gigi sebagian besar dipenuhi oleh perawat gigi yang beberapa dari pelayanannya tidak sesuai dengan standar.

ABSTRACT
Background The limited number of dentists in Hulu Sungai Selatan is thought to have an impact in the increase of dental nurses role in and type of services in solving oral health problems of the community, but the suitability of the services to the standard has not been identified yet. Aim To identify types and distribution of services by dental nurses and investigate the level of its suitability to the oral health care service standard. Methods This study uses descriptive analysis. Results From the total of 102 answers of community, 83.33 stated that dental health education is the most suitable to the service standard. On the other hand, 79.41 stated that the use of antibiotics and painkillers is not suitable to the service standard. Furthermore, from a total of 17 answers from dental nurses, 94.12 stated that the prescription of antibiotics and painkillers and 35.29 stated that extraction of posterior permanent teeth are not suitable to the service standard. Conclusion The fulfilment of needs of the community for oral treatment are mostly catered by dental nurses which several of their services are not suitable to the standard. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Combe, E.C.
Jakarta: Balai Pustaka, 1992
617.6 COM s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>