Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Latifa Fauzia
"Remaja sering kali menghadapi tekanan besar, baik dari lingkungan sosial maupun tuntutan akademik, yang dapat berdampak pada tingkat stres dan citra tubuh mereka. Di tengah tantangan ini, kemampuan untuk mengelola stres melalui dukungan interpersonal atau yang dikenal sebagai dyadic coping diyakini dapat memainkan peran kunci dalam kesejahteraan mental mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara Dyadic Coping dengan Tingkat stres dan Citra Tubuh pada Remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan purposive sampling, yang melibatkan 202 responden remaja berusia 15-17 tahun di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan tiga jenis kuesioner, yaitu Dyadic Coping Inventory (DCI), Perceived Stress Scale (PSS-10), Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS). Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara dyadic coping dengan tingkat stres remaja (p > 0,05), ditemukan adanya hubungan signifikan antara dyadic coping dengan citra tubuh remaja (p < 0,05). Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan intervensi yang berfokus pada peningkatan keterampilan dyadic coping untuk mendukung kesehatan mental remaja dan citra tubuh yang positif.

Adolescents often face significant pressures, both from social environments and academic demands, which can impact their stress levels and body image. Amid these challenges, the ability to manage stress through interpersonal support, known as dyadic coping, is believed to play a key role in their mental well-being. This study aims to identify the relationship between Dyadic Coping, Stress Levels, and Body Image in Adolescents. The study employs a cross-sectional design with purposive sampling, involving 202 adolescent respondents aged 15-17 years in Depok City. This research utilizes three types of questionnaires: Dyadic Coping Inventory (DCI) and Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS). The results show no significant relationship between dyadic coping and adolescent stress levels (p > 0.05), while a significant relationship between dyadic coping and adolescent body image was found (p < 0.05). These findings are expected to contribute to the development of interventions focused on enhancing dyadic coping skills to support adolescent mental health and positive body image."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Khairunnisa
"Citra tubuh merupakan cara pandang seseorang terhadap tubuh dan penampilannya. Berdasarkan studi sebelumnya, masalah citra tubuh masih banyak dialami oleh mahasiswa. Citra tubuh negatif menyebabkan timbulnya harga diri rendah dimana seseorang sulit untuk menerima dan percaya pada dirinya sendiri, sehingga individu lebih rentan mengalami tingkat stress yang lebih berat. Tujuan utama dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui adanya hubungan antara citra tubuh dan tingkat stress. Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling, dengan sampel sebanyak 198 responden mahasiswa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri atas tiga bagian, yaitu karakteristik responden, kuesioner citra tubuh (MBSRQ), dan kuesioner tingkat stress (PSS). Hasil pada penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada mean 7 sub skala MBSRQ di tingkat stress rendah, sedang, dan tinggi. Selain itu, hubungan antara citra tubuh dan tingkat stress cenderung bersifat negatif atau berbanding terbalik, kecuali pada sub skala Appearance Orientation. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya terkait citra tubuh dan tingkat stress.

Body image is an individual’s point of view towards his/her own body and physical appearance. According to the prior research, issues related to body image are still experienced by many college students. Negative body image can lead to low self-esteem, where people find it difficult to accept and believe in themselves, so that they are more susceptible to experience higher levels of stress. The main objective of this study is to determine the relationship between body image and stress levels. This research was done by the cross-sectional study design. The sampling process was done using quota sampling technique, with a sample of 198 college students. Data were collected using a questionnaire consisting of three parts, which are respondent characteristics, body image questionnaire (MBSRQ), and stress levels questionnaire (PSS). The results of this study indicate that there is a significant difference in the 7 mean of MBSRQ subscale at low, medium, and high stress levels. In addition, the relationship between body image and stress levels tends to be negative or inverse, except for the Appearance Orientation subscale. This research is expected to be a reference for further research related to body image and stress levels."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Putri Kamilah
"Remaja rentan mengalami citra tubuh negatif akibat perubahan besar baik dari perkembangan fisik hingga psikososial. Salah satu faktor yang mempengaruhi citra tubuh yaitu spiritualitas. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan hubungan spiritualitas dengan citra tubuh remaja di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional dengan total 419 sampel menggunakan teknik quota sampling dan snowball. Spiritualitas diukur menggunakan Spirituality Attitude Involvement List (SAIL) dan Body Shape Questionnaire (BSQ) untuk mengukur citra tubuh. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden adalah remaja berusia 19 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar responden memiliki tingkat spiritualitas sedang (58,5%) dan mayoritas responden mengaami ketidakpuasan citra tubuh (57,8%). Uji Chi-square didapatkan nilai p=0,047 yang menunjukkan spiritiulitas pada remaja memiliki hubungan terhadap citra tubuh. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan layanan asuhan keperawatan maupun program kesehatan remaja secara preventif dan promotif melalui pendekatan spiritualitas terkait masalah konsep diri dan penerimaan diri khususnya citra tubuh.

Adolescents are prone to experiencing negative body image due to major changes both from physical to psychosocial development. One of the factors that influence body image is spirituality. The purpose of this research is to prove the relationship between spirituality and body image of adolescents in Indonesia. This research is quantitative research with cross sectional method with a total of 419 samples using quota sampling and snowball technique. Spirituality was measured using the Spirituality Attitude Involvement List (SAIL) and the Body Shape Questionnaire (BSQ) to measure body image. The results showed that most respondents were teenagers aged 19 years and female. Most of the respondents had a moderate level of spirituality (58.5%) and the majority of respondents experienced body image dissatisfaction (57.8%). Chi-square test obtained p-value = 0.047 which indicates spirituality in adolescents has a relationship to body image. The research results can be used as a reference for developing preventive and promotive nursing care services and adolescent health programs through a spirituality approach related to issues of self-concept and self-acceptance, especially body image."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Naila Azmiya Bariadi
"Tingginya tingkat perceraian di Indonesia pada tahun 2019 didominasi oleh pasangan dengan rentang usia pernikahan satu sampai lima tahun menandakan bahwa periode awal pernikahan merupakan masa yang rentan bagi pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek moderasi dari common dyadic coping dalam hubungan antara stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun. Partisipan terdiri dari 128 orang (43 laki-laki dan 85 perempuan), berstatus menikah, dan minimal berusia 20 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple dan Dyadic Coping Inventory. Hasil penelitian mendukung hipotesis dengan menujukkan adanya korelasi antara stres eksternal dan stres internal (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed) serta ditemukannya efek moderasi dari common dyadic coping pada hubungan stres eksternal dan stes internal (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan psikoedukasi mengenai proses penyesuaian dan strategi coping pada pasangan yang akan atau baru menikah.

High divorce rate in Indonesia was dominated by couples with 1-5 years of marriage. This finding indicated that early period of marriage is a vulnerable period for both couples. This study aimed to examine the moderating effects of common dyadic coping in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage. Participants consisted of 128 people (43 men and 85 women), is married, and at least 20 years old. The measuring instruments used are Multidimensional Stress Questionnaire for Couple and Dyadic Coping Inventory. Research result support hypothesis by showing a correlation between external stress and internal stress (r = 0.75, n = 128, p<.01, one-tailed and also found that there is moderating effect of common dyadic coping on the relationship between external stress and internal stress (β = 0.77, t(0.5946) = 0.486, p<.05). The result of this study can be used as reference for psychological education regarding the adjustment process and coping strategies for couples who about to get married or are newly married."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alula Aurelia Alfediar
"enelitian ini bertujuan untuk melihat peran Supportive Dyadic Coping sebagai moderator dalam hubungan stres eksternal dan stres internal pada pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia. Diketahui tingkat perceraian di Indonesia meningkat. Hal ini dikarenakan pasangan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap satu sama lain, terutama pasangan dengan usia pernikahan 1-5 tahun yang membutuhkan banyak penyesuaian. Penelitian dilaksanakan pada 128 partisipan WNI yang berusia minimal 20 tahun yang sudah menikah dengan memiliki usia pernikahan 1-5 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah Multidimensional Stress Questionnaire for Couple Dyadic Coping Inventory (DCI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara stres eksternal dan stres internal serta adanya efek moderasi supportive dyadic coping (SDC) terhadap hubungan stres eksternal dan stres internal. Implikasi penelitian ini adalah dapat menjadi acuan bagi konselor pernikahan/psikolog agar dapat menggunakan strategi supportive dyadic coping (SDC) sebagai strategi dyadic coping yang paling sesuai dengan kriteria partisipan yaitu pasangan yang sudah menikah dengan usia pernikahan 1-5 tahun di Indonesia dalam mengatasi stres eksternal dan stres internal.

This study aims to examine the role of Supportive Dyadic Coping as a moderator in the relationship between external stress and internal stress in couples with 1-5 years of marriage in Indonesia. It is known that the divorce rate in Indonesia is increasing. This is because couples have difficulty adjusting to each other, especially couples with a marriage age of 1-5 years which requires a lot of adjustment. The study was conducted on 128 Indonesian participants who were at least 20 years old who were married with a marriage age of 1-5 years. The measuring instruments used were the Multidimensional Stress Questionnaire for Couples (MSF-P) and the Dyadic Coping Inventory (DCI). The results showed that there was a significant positive relationship between external stress and internal stress and the moderating effect of supportive dyadic coping (SDC) on the relationship between external stress and internal stress. The implication of this study is that it can be a reference for marriage counselors/psychologists to be able to use the supportive dyadic coping (SDC) strategy as a dyadic coping strategy that best fits the criteria of participants, namely married couples with a marriage age of 1-5 years in Indonesia in overcoming external stress and internal stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Dewianti Putri
"Pada periode transisi menjadi orang tua baru, individu seringkali dihadapkan dengan kondisi yang menimbulkan stres. Berdasarkan penelitian sebelumnya, stres yang dialami memiliki hubungan dengan well-being dari orang tua. Dengan demikian, dibutuhkan strategi yang tepat agar well-being orang tua tetap terjaga meskipun stres pengasuhan tidak dapat dihindari. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran common dyadic coping sebagai moderator dalam hubungan parenting stress dan well-being dalam periode transisi menjadi orang tua baru. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini meliputi Parental Stress Scale (PSS), The PERMA-Profiler, dan Dyadic Coping Inventory (DCI). Data diperoleh dari 342 partisipan (N perempuan = 307, M usia = 27.97, SD usia = 3.988). Hasil analisis data menggunakan Hayes PROCESS menunjukkan bahwa emotion-focused common dyadic coping dapat secara signifikan memoderasi hubungan antara parenting stress dan well-being (b=0.1529, t=3.6358, p<0.001), sedangkan problemfocused common dyadic coping tidak signifikan memoderasi hubungan antara parenting stress dan well-being (b=0.0875, t=1.9146, p>0.05). Temuan ini meningkatkan pentingnya peran dukungan dari pasangan dalam bentuk menghibur, menenangkan satu sama lain dan berkegiatan bersama untuk menjaga well-being orang tua dari dampak negatif stres pengasuhan.

During the transition period of becoming first-time parents, individuals often face stressful conditions. Previous research has shown that the stress experienced is related to the well-being of parents. Therefore, effective strategies are needed to maintain the well-being of parents even though parenting stress is inevitable. This study aims to examine the role of common dyadic coping as a moderator in the relationship between parenting stress and well-being during the transition to becoming first-time parents. The measurements used in this study include the Parental Stress Scale (PSS), The PERMA-Profiler, and the Dyadic Coping Inventory (DCI). Data were obtained from 342 participants (N female = 307, M age = 27.97, SD age = 3.988). Data analysis using Hayes PROCESS showed that emotion-focused common dyadic coping can significantly moderate the relationship between parenting stress and well-being (b=0.1529, t=3.6358, p<0.001), while problem-focused common dyadic coping does not significantly moderate the relationship between parenting stress and well-being (b=0.0875, t=1.9146, p>0.05). This finding highlights the importance of the role of support from partners in the form of comforting, consoling each other, and engaging in activities together to protect the well-being of parents from the negative impact of parenting stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattiasina, Amanda Daphne D.
"Dalam kehidupannya, setiap manusia terutama kaum wanita, ingin selalu tampil cantik dan menarik. Memang tidak dapat disangkal, individu yang berpenampilan menarik akan lebih dihargai dan populer, mendapat perlakuan istimewa serta atribut yang positif dari lingkungannya (Hatfield dan Sprecher, dalam Stein, 1996). Oleh karena itu, manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki penampilan fisik yang menarik.
Adapun konsep tentang penampilan fisik yang menarik, selalu berubah sejalan dengan waktu dan budaya setempat. Wisman et.al (dalam Heinberg, 1996) menyimpulkan bahwa bentuk tubuh yang ideal pada massa kini cenderung kurus, seperti layaknya bentuk tubuh para model. Standar ideal tersebut akan mempengaruhi persepsi, penilaian dan penghargaan terhadap tubuh yang dimilikinya, atau dengan kata lain akan mempengaruhi citra tubuh (body-image) yang dimiliki. Citra tubuh didefinisikan sebagai gambaran yang dimiliki oleh seseorang mengenai bentuk fisiknya.
Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang besar. Perubahan tersebut akan mempengaruhi penampilan fisik, yang tentu akan berpengaruh pada konsep diri dan pada akhirnya akan berpengaruh pada citra tubuh yang dimiliki. Perubahan yang terjadi juga dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan bila perubahan tidak sesuai dengan standar ideal yang berlaku.
Remaja putri adalah kelompok yang paling rawan terhadap ketidakpuasan pada citra tubuhnya. Biasanya mereka menginginkan bentuk tubuh kurus, ramping dan proporsional seperti Iayaknya tubuh seorang model. Dan berbagai usaha dilakukan untuk mencapai keinginan lersebut, tanpa memperhitungkan resikonya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perbandingan kepuasan citra tubuh antara remaja putri yang berprofesi sebagai model, yang tubuhnya menjadi patokan standar ideal, dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model ?
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tipe penelitian studi komparatif yaitu membandingkan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model. Dan untuk mengukur kepuasan citra tubuh akan digunakan alat Multidimensional Body-Self Relation Questionnaire (Cash, 1994), yang terdiri dari 10 subskala : evaluasi penampilan, orientasi penampilan, evaluasi kebugaran, orientasi kebugaran, evaluasi kesehatan, orientasi kesehatan, orientasi tentang penyakit , kepuasan area tubuh, kategori berat badan dan kecemasan akan kegemukan. Dalam pengolahan data penelitian dilakukan independent sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model.
Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam hal kepuasan citra tubuh pada kelompok remaja putri yang berprofesi sebagai model dan kelompok remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Dalam arti remaja putri yang berprofesi sebagai model lebih merasa puas dengan tubuhnya dan merasa dirinya Iebih menarik, dibandingkan dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Hanya empat aspek dan sepuluh subskala yang ternyata berbeda secara signifikan, yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kategori berat badan dan kepuasan area tubuh.
Sedangkan dari hasil tambahan diketahui bahwa berat badan, selisih berat badan dan indeks Massa Tubuh mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan kepuasan citra tubuh. Makin kurus seseorang, maka makin tinggi kepuasan yang dimiIiki. Selain itu ditemukan pula terdapat distorsi dalam mempersepsi ukuran tubuh yang dimiliki. Banyak responden yang sebenarnya mempunyai berat badan kurus tetapi masih merasa dirinya kelebihan berat badan.
Saran yang diberikan adaiah dilakukannya pelatihan atau diadakan seminat untuk meningkatkan citra tubuh dan peningkatan konsep diri untuk para remaja putri. Selain itu disarankan pula untuk mempublikasikan di media massa dampak negatif dan ketidakpuasan terhadap citra tubuh yang dimiliki."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Azzahra Putri
"Orang tua dari anak dengan ASD mengalami stres pengasuhan yang lebih tinggi daripada anak tanpa ASD. Jika tidak diatasi dengan baik, maka stres pengasuhan bisa berdampak bagi penurunan kualitas pengasuhan, serta berkaitan dengan hubungan pasangan. Oleh karena itu, diperlukan strategi coping untuk menghadapi stres pengasuhan pada orang tua dari anak dengan ASD. Dyadic coping dapat digunakan untuk menghadapi stres pengasuhan dalam mengasuh anak dengan ASD. Dyadic coping terdiri dari positive dan negative dyadic coping. Positive dyadic coping terdiri dari supportive, delegated, dan common dyadic coping. Peneliti berfokus pada supportive dyadic coping karena menampilkan dukungan yang diberikan dan didapatkan pasangan dalam menghadapi stres pengasuhan. Tujuan penelitian adalah melihat hubungan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD. Partisipan penelitian berjumlah 82 ayah atau ibu dari anak dengan ASD di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah subskala supportive dyadic coping (by partner dan by self) dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). Hasil penelitian menampilkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara supportive dyadic coping dan stres pengasuhan pada orang tua dengan anak ASD (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). Artinya, semakin tinggi supportive dyadic coping, maka semakin rendah stres pengasuhan orang tua dengan anak ASD.

Parents of ASD children experience higher parenting stress than those without ASD children. If it doesn't dealt properly, there is a chance that parenting stress has an impact on the quality of parenting and couple's relationship. Therefore, coping strategies are needed to deal with parenting stress for parents of ASD children. Dyadic coping can be used to deal with parenting stress in rearing ASD children. Dyadic coping consists of positive and negative dyadic coping. Positive dyadic coping consists of supportive, delegated, and common dyadic coping. This study focused on supportive dyadic coping because it displays the support by self and partner in dealing with parenting stress. The purpose of this study was to assess the relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children. There are 82 fathers or mothers of ASD children in Indonesia that participated in this study. The measurement tools used in this study were the supportive dyadic coping subscales (by partner and by self) of the Dyadic Coping Inventory (DCI) and the Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF). The results showed that there was a significant negative relationship between supportive dyadic coping and parenting stress in parents of ASD children (r=-.261, N=82, p<.01, one-tailed). That is, the higher the supportive dyadic coping, the lower the parenting stress of parents of ASD children."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Namira Insyiranda
"Penggunaan coping yang fungsional dalam menghadapi permasalahan berkaitan dengan sekolah merupakan suatu hal penting yang dapat memberi manfaat terhadap performa akademik yang baik di sekolah. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi penggunaan coping pada remaja. Keterlibatan orangtua diasumsikan dapat memprediksi penggunaan coping pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterlibatan orangtua yang dipersepsikan oleh siswa dan coping terkait stres sekolah pada remaja. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sejumlah 405 orang remaja yang merupakan siswa kelas tiga SMA berasal dari delapan sekolah di wilayah yang berbeda-beda. Persepsi keterlibatan orangtua diukur berdasarkan dua versi, yaitu ayah dan ibu dengan menggunakan alat ukur Reported Father Involvement Scale Finley Schwartz, 2004 dan Reported Mother Involvement Scale Finley, Mira, Schwartz, 2008 . Sedangkan, coping terkait stress sekolah diukur dengan menggunakan alat ukur Coping Accross Situational Questionnaire-Revised Barnes, 2011 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dua jenis coping style yaitu active coping dan internal coping dengan persepsi keterlibatan ayah maupun ibu.

Applying functional coping when dealing with school related problems is very important that can be benefical to make a good academic performance at the school. There are several factors that can affect the use of coping in adolescents. Parental involvement was assumed can predict the use of coping in adolescents. The aim of this study is to see the relationship between parental involvement that perceived by students and coping with school related stress in adolescence. Participants of this study was 405 adolescents in third grade high school students from eight different schools. Perceived parental involvement was measured in two version, that was father and mother using Reported Father Involvement Scale Finley Schwartz, 2004 and Reported Mother Involvement Scale Finley, Mira, Schwartz, 2008 . While coping with school related stress was measured by Coping Accross Situational Questionnaire Revised Barnes, 2011 . The result showed that there are significant relationship between two types of coping style, that were active coping and internal coping with both perceived father involement and perceived mother involvement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ayu Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived parenting style dan coping style to school related stress pada remaja. 442 siswa/I SMA kelas 3 turut berkontribusi dalam penelitian ini. Perceived Parenting Style diukur dengan kuesioner Parenting Style Questionaire PSQ yang dikembangkan oleh Lamborn et al 1991, sedangkan Coping style to school Related Stress diukur dengan menggunakan Coping Across Situation Questionaire CASQ yang dikembangkan oleh Seiffge-Krenke et al 2001.
Hasil penelitian memaparkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan F= 2,748, p0,05 antara perceived parenting style dan internal coping style pada remaja. Gambaran mengenai jenis persepsi parenting style juga dapat dilihat dari penelitian ini. Diketahui pula bahwa anak yang menggunakan active coping style cenderung mempersepsikan orang tua mereka dengan gaya pengasuhan yang authoritative dibanding dengan gaya pengasuhan lainnya.

This research was investigated the relationship between perceived parenting style and coping style to school related stress in adolescence. 442 students was participated in this research. Perceived Parenting Style was measured by Parenting Style Questionaire PSQ that previously developed by Lamborn et al 1991, and Coping style to school Related Stress was measured by Coping Across Situation Questionaire CASQ that was developed by Seiffge Krenke et al 2001.
Result of this study found that there was significant correlation F 2,748, p0,05 perceived parenting style and internal coping style in adolsence. Description about type of perceived parenting style also conducted in this study. This research uncover that adolescence who uses active coping style tend to perceived their parents as authoritative parenting style than the others style of parenting.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>