Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifky Ayu Widyiasari
"Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan serius, terutama pada lansia dengan sistem imun yang melemah. Hal ini, menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam upaya penanggulangan penyakit tersebut. Program pemerintah TOSS TB bertujuan menurunkan angka TB melalui deteksi, diagnosis, pengobatan dan penyembuhan.Penelitian bertujuan mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obat TB pada lansia. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, pendekatan study cross sectional. Melibatkan 65 orang lansia usia > 60 tahun yang menjalani pengobatan, alat pengumpulan data yang digunakan kuesioner pengetahuan TB dan MMAS-8 mengukur kepatuhan minum obat, Hasil menunjukkan pengetahuan tinggi 54 responden (83,1%), dan tingkat kepatuhan sedang, 31 responden (47,7%). Lansia yang sedang menjalani pengobatan TB di Puskesmas teridentifikasi memiliki tingkat pengetahuan tinggi, dan kepatuhan minum obat berada pada kategori sedang.

Tuberculosis remains a serious health problem, especially in the elderly with weakened immune systems. This is a big challenge for the government in efforts to overcome the disease. The TOSS TB government program aims to reduce TB rates through detection, diagnosis, treatment and cure. The study aims to identify the level of knowledge and compliance with taking TB medication in the elderly. This research design is descriptive quantitative, cross sectional study approach. Involving 65 elderly people aged > 60 years who are undergoing treatment, data collection tools used TB knowledge questionnaire and MMAS-8 measuring adherence to taking medication, The results showed high knowledge 54 respondents (83.1%), and moderate level of compliance, 31 respondents (47.7%). Elderly people undergoing TB treatment at the Puskesmas were identified as having a high level of knowledge, but adherence to taking medication was in the moderate category. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Trinita
"Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru dan organ tubuh lain. TB menjadi permasalahan global yang hanya dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur sehingga diperlukan kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan pasien dan menganalisis hubungannya terhadap kepatuhan pengobatan pasien di tiga Puskesmas dengan prevalensi TB tertinggi di Kota Depok. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas, kartu pengobatan pasien (TB.01), kartu identitas pasien (TB.02), dan SITB. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dengan total 82 sampel dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 27. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien (50%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang mengenai penyakit dan pengobatan TB, sedangkan hanya 23 pasien (28%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk dan 18 pasien (22%) dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat kepatuhan pasien TB paru di tiga puskesmas menunjukkan bahwa sebanyak 60 pasien (73,2%) sudah patuh sementara 22 pasien lainnya (26,8%) tidak patuh dalam menjalankan pengobatan. Analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan pasien terhadap tingkat kepatuhan pasien (p=0,000; R=0,652). Semakin baik pengetahuan pasien, semakin patuh pasien dalam menjalankan pengobatan. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan sangat penting dalam mengedukasi pasien TB agar dapat meningkatkan kepatuhannya.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection in the lungs and other body organs. TB is a global problem that can only be cured with regular treatment, so patient’s adherence is required. This study aims to assess the level of patient knowledge and discuss patient treatment adherence at three Community Health Centers with the highest TB prevalence in Depok City. The design of this research was cross-sectional. The sample acquisition method was carried out using a total sampling technique using a questionnaire that had been tested for the validity and reliability, patient treatment cards (TB.01), patient identity cards (TB.02), and SITB. The data collected were primary data and secondary data with a total of 82 samples and analyzed using IBM®SPSS® version 27. The results showed that the majority of patients (50%) had a moderate level of knowledge regarding TB disease and treatment, while only 23 patients (28%) who had a poor level of knowledge and 18 patients (22%) with a good level of knowledge. The compliance level of pulmonary TB patients in the three health centers showed that 60 patients (73.2%) were compliant while 22 other patients (26.8%) were not compliant in carrying out treatment. Inferential statistical analysis shows that there is a strong correlation between patient knowledge and the level of patient compliance (p=0.000; r=0.652). The better the patient's knowledge, the more compliant the patient will be in carrying out treatment. Therefore, the role of health workers is very important in educating TB patients in order to increase their compliance"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Prahesti Amalia
"ABSTRAK
Kasus tuberkulosis di Indonesia berada pada peringkat enam dunia. Keberhasilan pengobatan pasien TB paru salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pengawas menelan obat yang mendampingi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan peran PMO. Penelitian menggunakan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan mayoritas responden berusia 36-54 tahun (57,1%), perempuan (91,8%), pendidikan akhir tingkat menengah (77,5%), ibu rumah tangga (69,4%), memiliki hubungan anggota keluarga dengan pasien TB (75,5%), dan pernah mengikuti program edukasi tentang peran PMO (95,9%). Tingkat pengetahuan responden tentang peran PMO mayoritas baik (67,3%). Pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas dapat menyelenggarakan pelatihan secara berkala bagi PMO dalam rangka meningkatkan pengetahuan PMO tentang peran mengenali gejala efek samping OAT.

ABSTRACT
Tuberculosis in Indonesia is in the sixth rank worldwide. Successful treatment of TB patient is influenced by knowledge level of PMO who accompanied patients. This research is aimed to describe knowledge level of PMO about their role. This research uses a descriptive approach. The majority of respondents aged between 36-54 years old (57,1%), female (91,8%), middle education graduated (77,5%), housewife (69,4%), have a family member relationship with TB patient (75,5%), and has attended an educational program about the role of PMO (95,9%). Knowledge level about PMO role is good enough (67,3%). Health services especially Puskesmas can organizes regular training for PMO in order to improve knowledge of PMO about the role of recognizing the symptoms of OAT side effects."
2016
S62869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Widya Rahmasari
"Dukungan keluarga diperlukan selama proses pengobatan tuberkulosis, salah satunya dukungan instrumental yang bersifat praktis dan nyata. Angka kesembuhan tuberkulosis yang belum mencapai target setiap tahunnya menjadi salah satu indikator bahwa masih banyak penderita tuberkulosis yang tidak patuh minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan instrumental dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan teknik cluster sampling dan purposive sampling dengan jumlah responden 106 penderita tuberkulosis di Kota Bogor. Instrumen yang digunakan adalah instrumen dukungan keluarga instrumental dan MMAS-8 untuk mengukur kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga instrumental dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis (p=0,022; α=0,05). Peneliti merekomendasikan petugas kesehatan untuk mengedukasi keluarga dalam pemberian dukungan instrumental yang dapat berdampak kepada tingkat kepatuhan minum obat penderita tuberkulosis, sehingga dapat membantu meningkatkan angka kesembuhan tuberkulosis.

Family support is needed during the tuberculosis treatment process, one of which is instrumental support that is practical and tangible. The tuberculosis cure rate that has not reached the target each year is one indicator that there are still many tuberculosis patients who are not compliant to take medication. This study aims to determine the relationship between instrumental support with medication adherence in tuberculosis patients in Bogor City. This study uses a cross-sectional approach and cluster sampling and purposive techniques with 106 tuberculosis patients in Bogor City. The instruments used were instrumental family support instruments and MMAS-8 to measure medication adherence for tuberculosis patients. The results of this study indicate that there is a significant relationship between instrumental family support with medication adherence in tuberculosis patients (p = 0.022; I± = 0.05). Researchers recommend the health workers to educate families in providing instrumental support that can have an impact on the level of adherence to take medication for tuberculosis patients so it can help to improve tuberculosis cure rates."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Entin Sutini
"ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini dapat
menyerang siapa pun baik tua maupun muda atau laki-laki perempuan. Penyakit ini
dapat disembuhkan dengan menjalankan pengobatan selama kurang lebih 6 bulan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan salah
satunya dukungan keluarga. Tujuan peneliti dalam penelitian adalah untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada
klien tuberkulosis di puskesmas Pancoran Mas. Desain penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan cross secsional jenis analitik korelasi dengan
jumlah sampel sebanyak 45 klien. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat yang
dijalankan oleh klien TB dengan p-value 0.01.

ABSTRACT
Tuberculosis was a public health problem. This disease attacked anyone, young or
old, men or women. Tuberculosis cured by taking medicine for about 6 months.
There was several factors that affect the success of treatment one family support.
The purpose of this study to determine the relationship of family support for
medication adherence in tuberculosis in the clinic clients Pancoran Mas. This study
design using quantitative methods with cross sectional analytic kind of correlation
with the total sample of 45 clients. The results of this study indicate that there was
a relationship between family support with medication adherence run by
Tuberculosis clients (p <0.05). So, in order to increase family support, Family
Health Center help to monitor family on client-related TB medication adherence
with wile cadre region to conduct home visits to control adherence to TB clients"
2016
S63226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"Penyakit tuberkulosis di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pemerintah memperkirakan saat ini setiap tahun terjadi 583.000 kasus bare dengan kematian 140.000 orang. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah melaksanakan program penanggulangan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse) sejak tahun 1995.
Untuk mengetahui keberhasilan program DOTS, menggunakan indikator atau tolok ukur angka konversi pada akhir pengobatan tahap intensif minimal 80%, angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru BTA positif, Di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, angka kesembuhan tahun 2001 baru mencapai 80% dan angka konversi sebesar 90,65%. Angka kesembuhan tersebut sangat berkaitan dengan kepatuhan berobat penderita TB paru bersangkutan. Oleh karena itu secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan persepsi , pengetahuan penderita, dan Pengawas Menelan Obat dengan kepatuhanberobat penderita TB paru di Puskesmas Kecamatan Jatinagara tahun 2001.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan memanfaatkan data primer dan sekunder. Penulis melakukan pengumpulan data dengan wawancara berpedoman pada kuesioner pada tanggal 29 Maret 2002 sampai 8 Mei 2002 dad seluruh penderita TB paru BTA positif sebanyak 92 orang yang mendapat pengobatan kategori-1 dan telah selesai berobat di Puskesmas tersebut tahun 2001. Variabel dependen adalah kepatuhan berobat, dan variabel independen adalah persepsi kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat minus rintangan , persepsi ancamanlbahaya, pengetahuan dan pengawas menelan obat. Sedangkan variabel confounding terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Untuk pengolahan data, penulis menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik Banda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang patuh berobat 73,9 % dan tidak patuh berobat 26,1%_ Dui basil analisis bivariat didapatkan variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kepatuhan berobat adalah variabel persepsi kerentanan P value=4.045 dan OR=0,314 , persepsi keseriusan P value 0,034 dan OR=3,26 , persepsi manfaat minus rintangan P value-0,023 dan OR=3,70 , persepsi ancamanl bahaya P value~,030 dan OR=0,310 dan pengawas menelan obat P value-0,008 dan OR=0,171. Sedangkan basil analisis multivariat mendapatkan tiga variabel yang berhubungan dengan kepatuhan berobat yaitu keseriusan P value=0,013 dan OR=6,221, manfaat minus rintangan P value 0,019 dan OR=5,814 , dan pengawas menelan obat P value= 0,024 dan OR ,174. Namun yang paling dominan diantara ketiga variabel tersebut adalah variabel keseriusan P value-0,013 dan OR-6,221.
Peneliti menyarankan kepada pengelola program penanggulangan TB pare di Puskesmas untuk memberikan informasi yang cukup dan lebih jelas lagi tentang TB pare kepada setiap penderita dengan menggunakan bahasa sederhana agar penderita mudah memahami dan melaksanakannya. Sebaiknya di ruang tunggu Puskesmas diadakan penyuluhan TB paru melalui TV dan poster. Meningkatkan pecan PMO melalui penyuluhan dan pertemuan yang efektif dengan kader kesehatan , TOMA dan terutama dengan PMO dari keluarga. Mensosialisasikan Pedoman Umum Promosi Penanggulangan TB yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2000 .

Tuberculosis remains to become a large public health problem in Indonesia. This time the government estimates that there are 583.000 new cases of tuberculosis and up to 140.000 persons die from tuberculosis annualy. Solving this problem the government has carried out the program to fight against tuberculosis by DOTS (Directly Observed Treatment Short course) strategy since 1995.
To know the success of DOTS program we use indicator or yard stick i.e. conversion rate at the end of intensive medication stage is minimal 80% and cure rate is minimal 85% of acid-fast bacilli positive new cases. In Puskesmas Kecamatan Jatinegara in 2001, the cure rate achieved 80% and the conversion rate was 90,65%. The cure rate is closely related to medication compliance of those lung tuberculosis patients. Therefore in general, the aim of this study is to obtain information about the relationship between perception, patient's knowledge , PMO (Drug Swallowing Observer), and medication compliance of lung tuberculosis patients in Puskesmas Kecamatan Jatinegara, year of 2001.
This study used cross sectional design employing both primary and secondary data. The writer collected data based on interview with questionnaires on 29 March 2002 to 8 May 2002 from all smear-positive lung tuberculosis patients as much as 92 persons who have received category-1 therapy and have completed the medication in the Puskesmas in the year 2001. The dependent variable is the medication compliance, and the independent variables are the perceived susceptability, perceived seriousness, perceived benefits minus barriers, perceived threat, knowledge of TB, and PMO. Whereas the confounding variables consist of age, gender, education and job. Processing the data the writer used univariate, bivariate analysis and multivariate analysis with multiple regression logistic.
The result of this study showed that respondents who complied with medication was 73,9% and those who uncomplied with medication was 26,1%. From the result of bivariate analysis found variables which had significant relationship to medication compliance. Those variables were perception of susceptability P value=4,045 and OR=0,314 , perception of seriousness P value= 0,034 and OR=3,26 , perception of benefits minus barriers P value 0,023 and ORO,370 , perception of threat P value x,030 and OR=0,310 ,and PMO P value-3,008 and OR=0,171. Whereas the result of multivariate analysis found three variables which had significant relationship to medication compliance i.e. persception of seriousness P value=0,013 and OR=6.221, benefits minus barriers P value-A019 and OR=5,814 , and PMO Pvalue=0,024 and OR=0,174. Nevertheless the most dominant amongst those three variables was perception of seriousness P value 0,013 and OR=6,221.
The writer suggests the management of the program to fight against lung tuberculosis in Puskesmas to give adequate and clearer information about lung tuberculosis to each patients using simple and plain language in order the patients to understand and practice it easily_ It is best that Puskesmas carries out lung tuberculosis counseling by TV and poster in the waiting room. To increase the role of PMO by the way of effective counseling and meeting with health cadres or volunteers , TOMA (public vigors) and especially with PMO who comes from family. Socialization of Pedoman Umum Promosi Penanggulangan TB published by Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Linglcungan year of 2000.
BibIiograhy : 41 (1965 - 2001)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Dewi Subandiyah
"ABSTRAK
Nama : Ika Dewi SubandiyahProgram Studi : Magister EpidemilogiJudul : Hubungan antara Kepatuhan Minum ARV dan OAT dengan ProgresivitasTB Paru pada Koinfeksi TB HIV di Jakarta Selatan th 2015-2017Pembimbing : dr.Mondastri Korib Sudaryo MS,DScKata kunci : koinfeksi TB HIV, Kepatuhan OAT dan ARV, Progresivitas, Survival,HazardPengobatan TB- HIV memerlukan pengobatan sekaligus yakni OAT dan ARV untukmencegah progresivitas TB. Penelitian sebelumnya, kepatuhan terhadap kedua pengobatanmasih kurang. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum OAT danARV dengan progresivitas TB paru pada koinfeksi TB-HIV di Jakarta Selatan. Desain yangdigunakan adalah Kohort Retrospektif dengan menggunakan data yang berasal dari kartupengobatan TB dan ikhtisar perawatan HIV yang dimiliki pasien TB-HIV di puskesmas danRSUD di Jakarta Selatan tahun 2015-2017. Hasilnya adalah responden yang patuh minumkedua obat 56,8 , patuh ARV 13,5 ,patuh OAT 14,2 dan tidak patuh keduanya 15,5 .29,7 penderita koinfeksi TB HIV menunjukkan progresivitas sedangkan 70,3 tidak.Analisis cox regresi menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan dengan progresivitasTB paru pada koinfeksi TB-HIV p.0.000 .Probabilitas survival pada responden yang tidakpatuh minum keduanya 17.4 , patuh minum ARV saja 30,6 ,patuh OAT saja 69,7 danpatuh keduanya 88,4 . Resiko untuk progresif pada responden yang tidak patuh minum keduaobat adalah 24 kali HR 24.56;95 CI 9.49-63.53 . Resiko responden yang patuh minum ARVsaja 8,6 kali HR 8,59; 95 CI 3.15-23.42 dan resiko yang patuh minum OAT saja 3,3 kali HR3.3; 95 CI 1.01-10.97 .ABSTRACT
Name Ika Dewi SubandiyahStudy Program Master of EpidemiologyTitle Association Of Arv And Anti Tb Drugs Adherence To Pulmonary TbProgression In Tb Hiv Co Infection In South Jakarta 2015 2017Counsellor dr.Mondastri Korib Sudaryo MS,DScKey words TB HIV coinfection, adherence, progression,survival,hazardTB HIV requires both ARV and anti TB drugs treatment at the same time to prevent theprogression of TB. Previous research, adherence to both treatments is unsufficient.The aims ofthis study is to determine the association of ARV and anti ndash TB drugs adherence to theprogression of pulmonary TB in TB HIV co infection in South Jakarta. The design used wasRetrospective Cohort using data derived from TB treatment cards and HIV care overviews ofTB HIV patients at puskesmas and Government District Hospital in South Jakarta 2015 2017.The result is the respondents who adherently drank both drugs 56.8 , adhered to ARV 13.5 ,adhered to anti TB drugs 14.2 and non adhered to both 15.5 . 29.7 of HIV coinfected TBpatients showed progressivity while 70.3 did not.Cox regression analysis showed that therewas a correlation between adherence and pulmonary tuberculosis progression in TB HIVcoinfection p.0.00 .Probability of survival in non adherent respondents was 17.4 , only ARVadherence 30.6 ,only Anti TB drugs adherence 69,7 and adhered to both 88.4 . The riskfor progressive in non adherence respondents was 24 higher than adherence to both HR 24.56 95 CI 9.49 63.53 . While the risk in adherence to ARV alone was 8.6 HR 8.59 95 CI 3.15 23.42 and adherence to Anti TB drugs alone was 3.3 HR 3.3 95 CI 1.01 10.97 ."
2018
T50052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Ramdaniati
"Hingga saat ini Tuberkulosis TB masih merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan di dunia kesehatan. Menurut data WHO pada tahun 2014 Indonesia merupakan peringkat ke-2 penyumbang kasus TB terbesar didunia dengan jumlah 9,6 juta kasus. Menurut data Riskesdas 2013 prevalensi TBdi Provinsi Banten yaitu 0,4 dari jumlah penduduk. Upaya pengendalian TB memerlukan peran serta masyaraat dan pasien yang perlu diberdayakan melalui paguyuban TB.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB terkonfirmasi bakteriologis di Puskesmas Unyur yang melaksanakan paguyuban TB dan Puskesmas Kilasah yang tidak melaksanakan paguyuban TB, Kota Serang tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dilakukan selama bulan November 2016. Sampel penelitian ini berjumlah 79 pasien baru TB terkonfirmasi bakteriologis yang sedang menjalani pengobatan minimal 1 bulan di Puskesmas Unyur dan Puskesmas Kilasah. Hasil analisis univariat menunjukkan tingkat kepatuhan pengobatan pasien TB di Puskesmas Unyur lebih tinggi dari Puskesmas Kilasah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pengobatan pasien TB p = 0,024; OR = 10,3; 95 CI = 1,4 to77,8 . Variabel lainnya yang bermakna yaitu dukungan keluarga p = 0,023; OR =7,7; 95 CI = 1,3 to 44,5 . Selain itu juga didapat hasil bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan TB setelah dikontrol oleh variabel sikap, jarak, penyuluhan dan dukungan sosial. Kepatuhan Pengobatan merupakan kunci keberhasilan pengobatan TB yang menjadi tujuan utama dalam program pengendalian penyakit Tuberkulosis. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan peranserta masyarakat agar program pengendalian TB dapat lebih optimal.

Until now Tuberculosis TB is one of the infectious diseases that has become problems in the health world. According to WHO 2014, Indonesia was ranked as the second largest contributor of TB cases in the world with 9,6 million cases. According to Riskesdas 2013, the prevalence of TB in Banten Province at 0,4 of the population. TB control efforts required participation of communities and patients through TB support groups paguyuban.
This study aimed todetermine the factors aasociates the treatment compliance level for new patients ofTB confirmed bacteriological in Community Health Center Puskesmas inUnyur TB support group and Kilasah Non TB support group , both in Serang City, 2016. This research used quantitative methods with cross sectional study design, conducted in November 2016. The research sample was 79 confirmed bacteriological TB patients who are under treatment minimum 1 month in Puskesmas Unyur and Kilasah. As the result, treatment compliance of TB patients in Puskesmas Unyur was higher than in Kilasah.
The analysis showed that there was a significant relationship between the level of knowledge with compliance treatment of TB patients p 0,024 OR 10,3 95 CI 1,4 to 77,8. Other significant variable was family support p 0,023 OR 7,7 95 CI 1,3 to44,5. In addition, the result was that the family support was the most dominant factor influencing TB treatment compliance after being controlled by variables, i.e.attitude, distance, counseling and social support. Treatment compliance was key for successful treatment of TB and became a major goal in Tuberculosis control programs. Therefore it is necessary for increase community participation to optimize the TB control programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neniek Kurnianingsih
"Kepatuhan minum obat disertai keadekuatan penerimaan diri status HIV menjadi tantangan pasien TB HIV. Kepatuhan minum obat memiliki hubungan positif dengan tingkat penerimaan diri (self-acceptance)Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan intervensi non farmakologis sebagai salah satu terapi komplementer berpotensi meningkatkan kepatuhan minum obat dan self-acceptance HIV. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi pengaruh terapi SEFT terhadap kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV. Desain penelitian quasi eksperiment, metode pre test-post test dengan purposive sampling sebesar 34 responden, dibagi 2 kelompok, tiap kelompok berjumlah 17. Kelompok 1 mendapatkan terapi SEFT, dan kelompok 2 perawatan standar edukasi.  Hasil uji paired t test, terdapat peningkatan kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV sesudah diberikan terapi SEFT pada kelompok 1 (p value=0,0001). Pada uji independent t test terdapat peningkatan signifikan kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV sesudah diberikan terapi SEFT pada kelompok 1 dibandingkan kelompok 2 (p value=0,0001). Variabel confounding paling berpengaruh adalah pendapatan. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan seluruh variabel confounding, yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan efek samping menjelaskan self acceptance HIV setelah terapi SEFT sebesar 54%, kepatuhan minum obat sebesar 50,5%. Terapi SEFT berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan minum obat dan self acceptance HIV, dapat direkomendasikan sebagai salah satu tata laksana TB HIV.

Medication adherence along with self-acceptance of HIV status is a challenge for HIV TB patients. Adherence to taking medication has a positive relationship with the level of self-acceptance. SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) therapy is a non-pharmacological intervention as one of the complementary therapies that has the potential to improve adherence to taking medication and HIV self-acceptance. The purpose of the study was to identify the effect of SEFT therapy on medication adherence and HIV self-acceptance. Quasi-experiment research design, pre-test-post test method with purposive sampling of 34 respondents, divided into 2 groups, each group numbered 17. Group 1 received SEFT therapy, and group 2 standard educational treatment.  The results of the paired t test, there was an increase in drug compliance and HIV self-acceptance after being given SEFT therapy in group 1 (p value = 0.0001). In the independent t test, there was a significant increase in medication adherence and HIV self-acceptance after SEFT therapy in group 1 compared to group 2 (p value=0.0001). The most influential confounding variable was income. The results of multiple linear regression analysis showed that all confounding variables, namely education, occupation, income and side effects explained HIV self acceptance after SEFT therapy by 54%, drug compliance by 50.5%. SEFT therapy has an effect on increasing adherence to taking medication and HIV self acceptance, can be recommended as one of the management of HIV TB."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"TB merupakan masalah kesehatan dunia, Indonesia mempakan salah satu negara di
dunia dengan kasus TB terbanyak setelah India dan Cina (WHO, 2002). Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat kepatuhan penderita TB dalarn
menjalani pengobatan di Puskesmas Cimahi Tengah. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Cimahi Tengah dengnjumlah responden 22 orang yang terdiri dari 18 orang
dengan tingkat kepatuhan tinggi dan 4 orang dengan tingkat kepatuhan rendah. Desain
penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana clengan mengunakan instrument
penelitian kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah metode tendensi sentral untuk
mengetahui gambaran tingkat kepathhan. Hasil penelitian ini menyimpulkan tingkat
kepatuhan penderita TB dalam menjalani pengobalan adalah tinggi (8l,8 %). Penelitian
ini merekomendasikan untuk melakukan promosi pengetahuan tentang pentingnya
menjalani pengobatan dengan patuh dan peningkatan pengobatan terutama pada daerah-
daerah tinggi prevalensi TB paru."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5454
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>