Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agatha Putri Suliawan
"Sistem pembayaran digital mengalami pertumbuhan yang substansial, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan transaksi digital di dunia maya, dengan generasi Z sebagai penggerak utama perubahan. Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh stimulus macro-environmental (digital economy ecosystem advancement & digital culture exposure) terhadap kontinuitas implementasi digital payment behavior. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menyebarkan survey kepada 125 responden pada April 2024. Metode sampling yang digunakan adalah purposive dengan kriteria: generasi Z, berdomisili di Indonesia, dan pernah menggunakan sistem pembayaran digital. Model penelitian dibangun dengan beberapa teori dasar: institutional theory, rational addiction theory, dan theory of planned behavior. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode PLS-SEM melalui software SmartPLS 4.0. Aspek macro-environmental terbentuk dari variabel digital economy ecosystem advancement dan digital culture exposure, yang memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap continued digital payment adoption behaviour. Selanjutnya, perceived institutionalization of digital payment usage berperan sebagai variabel mediasi. Variabel ini memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap continued digital payment adoption behavior. Peran mediasi ditemukan memperkuat pengaruh antara variabel independen (digital economy ecosystem advancement, digital culture exposure) dan continued digital payment adoption behavior. Studi ini memberikan pengaruh secara teoritis dan empiris dalam menentukan faktor pembentuk continued digital payment adoption berhavior.

The digital payment method is experiencing a substantial growth as the digital transactions in cyberspace increase, with Generation Z as the main driver of change.  This study was conducted to investigate the effect of macro-environmental stimulus (digital economy ecosystem advancement & digital culture exposure) on the continuity of the implementation of digital payment behavior. This study was conducted using a quantitative research method by distributing a survey to 125 respondents in April, 2024. The sampling method was purposive sampling with the following criteria: generation Z, domiciled in Indonesia, and have used digital payment system. The research model was built with several basic theories: institutional theory, rational addiction theory, and theory of planned behavior. Data processing was carried out using a research method utilizing SmartPLS 4.0 software. The macro-environmental aspect is formed from the variables of digital economy ecosystem advancement and digital culture exposure, which have a positive and significant effect on continued digital payment adoption behavior. Furthermore, perceived institutionalization of digital payment usage acts as a mediating variable. This variable has a positive and significant effect on continued digital payment adoption behavior. The mediation role is found to strengthen the influence between independent variables (digital economy ecosystem advancement, digital culture exposure) and continued digital payment behavior. This study provides theoretical and empirical influence in determining the factors that form continued digital payment adoption behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indinesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Abdillah Wiratama
"Pembayaran merupakan suatu hal yang merupakan salah satu aktivitas terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kuatnya arus globalisasi, Indonesia harus beradaptasi pada lingkungan yang serba digital. Sistem pembayaran di Indonesia turut berkembang dari tahun ke tahun, namun mayoritas dari pelaku bisnis Indonesia, yaitu UMKM, masih minim dalam pengaplikasian pembayaran digital pada bisnisnya. Keadaan ini perlu diatasi oleh pemerintah dan regulator keuangan di Indonesia yaitu Bank Indonesia, beberapa strategi dan kebijakan telah dilaksanakan guna membantu mendorong digitalisasi aktivitas UMKM di Indonesia, salah satunya adalah dengan adanya Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025 oleh Bank Indonesia. Riset ini bertujuan untuk mendapatkan model sistem dinamis yang dapat menggambarkan hubungan interaksi antara intervensi kebijakan pada kegiatan UMKM dan dampaknya pada jumlah pengadopsi pembayaran digital bagi UMKM maupun konsumennya, serta membuat analisis rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan jumlah pengadopsi pembayaran digital menggunakan metode Analisis Kebijakan berbasis model pembelajaran (exploratory modeling). Keluaran dari penelitian ini adalah suatu analisis dan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan pengadopsi pembayaran digital pada UMKM di Indonesia.

Payment is one of the most important activities in people’s daily life. With the strong impact of digitalization, Indonesia must adapt with digital environment. Payment system in Indonesia keeps improving from year to year, but majority of businesses in Indonesia, which are SMEs, are still minimal with the usage of digital payments with their businesses. This condition needs to be addressed by government and financial regulators in Indonesia, which is Bank Indonesia. Strategies and policies have been made due to support digitalize activities of SMEs in Indonesia, one of them is the Indonesia Payment Systems Blueprint 2025 by Bank Indonesia. This research aims to obtain a dynamic systems model that could visualize interactions between policy intervention for SMEs and its impact on the numbers of adopted digital payment users for SMEs and its consumers, and also develop a policy recommendation to increase adoption of digital payment users using Policy Analysis method based by exploratory modeling. The outcome of this research is to develop an analysis and policy recommendation to increase adoption of digital payment users of SMEs in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Maulidina
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Sudjaka
"Neraca pembayaran luar negeri adalah pencatatan aliran dana masuk dan keluar dari nilai barang, jasa dan modal dari suatu negara dengan semua mitra dagangnya selama periode tertentu, biasanya 12 bulan. Neraca pembayaran mencerminkan kinerja ekonomi suatu negara dalam kedudukannya di antara pelaku ekonomi dunia.
Karena menjadi salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara, maka kebijakan tentang neraca pembayaran menjadi perhatian utama tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga pelaku bisnis praktis maupun pemerhati ekonomi. Bahkan di Indonesia posisi neraca pembayaran luar negeri selalu diamati dengan serius karena pengalaman menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara perkembangan neraca pembayaran dengan kebijakan pemerintah dalam menentukan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.
Masalah utama yang dibahas dalam penulisan ini adalah mencari komponen neraca pembayaran yang memiliki pengaruh terbesar dalam menentukan posisi neraca pembayaran Indonesia. Analisis dilakukan terhadap perkembangan neraca pembayaran selama kurun waktu antara tahun 1978 - 1992.
Dalam kurun waktu tahun 1978 - 1992 neraca pembayaran Indonesia secara umum memperlihatkan kondisi yang baik, kecuali pada tahun-tahun 1981/82, 1982/83, 1986/87 dan 1988/89 yang menunjukkan angka defisit. Neraca pembayaran yang menunjukkan surplus disebabkan oleh neraca perdagangan dan neraca modal yang selalu surplus, walaupun neraca jasa praktis tetap defisit. Hal ini berarti bahwa secara umum kondisi perekonomian Indonesia secara makro dianggap cukup aman, dan Indonesia memiliki posisi yang cukup kuat dalam menghadapi gejolak perekonomian dunia.
Hasil analisis korelasi antara posisi cadangan devisa dengan komponen-komponen neraca pembayaran menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara cadangan devisa dengan neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Analisis proporsi menunjukkan bahwa persentase terbesar dari aliran modal masuk masih didominasi oleh kegiatan ekspor barang, sedangkan untuk aliran modal keluar didominasi oleh kegiatan impor barang dan pembayaran jasa. Dalam lima tahun terakhir ini, cicilan hutang luar negeri semakin membebani neraca pembayaran.
Dengan demikian dalam pengelolaan neraca pembayaran komponen-komponen di atas harus menjadi perhatian utama. Perkembangan transaksi berjalan selama periode 1978 - 1992 menunjukkan situasi yang kurang menguntungkan karena hanya mengalami surplus pada tahun 1979/80 dan 1980/81. Defisit transaksi berjalan ini terutama disebabkan oleh defisit neraca jasa, yang didalamnya termasuk jasa transportasi dan pembayaran bunga hutang. Defisit neraca jasa memang menjadi masalah yang cukup serius karena ternyata korelasinya cukup kuat terhadap aktivitas perdagangan luar negeri.
Semakin besar aktivitas ekspor-impor ternyata menyebabkan semakin besar pula defisit neraca jasa. Neraca perdagangan Indonesia selama kurun waktu tersebut selalu surplus namun bila komponen migas dikeluarkan, ternyata masih mengalami defisit. Hal ini menunjukkan bahwa struktur perdagangan barang ternyata belum mantap benar karena ekspor yang besar selalu disertai impor yang besar pula, baik bahan baku, komponen maupun barang modal. Besarnya impor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya investasi domestik maupun asing. Investasi ini menyebabkan impor barang modal menjadi besar. Dalam jangka pendek, kegiatan impor ini memberatkan neraca pembayaran tetapi dalam jangka panjang dampaknya justru dapat positif.
Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan neraca pembayaran adalah hutang luar negeri. Hutang luar negeri Indonesia ternyata lebih besar dibandingkan dengan pemasukan modal melalui investasi langsung maupun pasar modal sehingga walaupun hal ini menyebabkan neraca modal positif tetapi sebenarnya situasinya kurang menguntungkan. Hal ini diperburuk pula oleh komposisi valuta dan periode pinjaman yang berpengaruh terhadap kewajiban membayar bunga dan cicilan hutang. Hutang Indonesia selama ini sebagian besar terdiri dari mata uang yen sehingga dengan meningkatnya nilai yen terhadap mata uang lainnya, kewajiban membayar dalam rupiah menjadi terns membengkak. Periode pinjaman hams diperhatikan karena hutang komersial yang dilakukan oleh swasta akan menyebabkan terjadinya arus modal keluar yang besar dalam periode yang singkat apalagi bila ada gejolak ekonomi atau politik dalam negeri. Oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan pinjaman komersial jangka pendek.
Berdasarkan analisis komponen-komponen yang pengaruhnya besar terhadap situasi neraca pembayaran, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga neraca pembayaran agar selalu dalam kondisi baik, yaitu :
• Pembenahan sektor transportasi terutama transportasi laut.
• Pembatasan hutang-hutang luar negeri jangka pendek.
• Restrukturisasi komposisi mata uang hutang luar negeri.
• Peningkatan ekspor non-migas.
• Kebijakan substitusi impor dan deregulasi sektor industri hulu.
• Penarikan investasi langsung luar negeri.
• Peningkatan penerimaan jasa lain seperti pariwisata."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siward Mandira Ludin
"Perekonomian dunia pada saat ini mengalami fenomena yang disebut sebagai global imbalance. Dengan negara-negara maju yang secara garis besar mengalami penurunan pertumbuhan, negara-negara emerging market menjadi sorotan bagi investor dan telah menguasai lebih dari setengah GDP dunia. Dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, timbul kehawatiran bahwa negara-negara tersebut mengalami tingkat pertumbuhan yang berbahaya. Dengan temperatur ekonomi yang tinggi tersebut, negara-negara ini menjadi rawan terhadap tekanan eksternal, dan dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak pada negara disekitarnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tekenan overheating yang dialami Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan sebagai sistem peringatan dini untuk krisis yang akan datang, dan menganalisa indikator-indikator yang dapat menyebabkan krisis tersebut.

The world is currently facing a phenomenon called the global Imbalance. With developing economies facing decreasing growth, emerging markets are currently rising and occupying more than half of the worlds GDP. Accompanied by rising growth rates, numerous studies are concerned of the danger leves associated with these growths. As with high overheating pressures, a country becomes prone to external shock, and may as well create spillovers to other countries.
This research is done to analyze whether Indonesia faces overheating pressures or sound economic development. This research also aims to serve as an alternative method of early warning system for overheating to the ecnomy, as well as analyzing the indicators behind the high temperatured performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Althea Nabila
"Jumlah leverage baik itu merupakan kategori on balance sheet leverage ataupun off balance sheet leverage telah memicu negara-negara di Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura dan Vietnam) mengalami krisis finansial pada tahun 1997-1998. Terlebih lagi, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu terdapat trend kenaikan dari derivative leverage pada bank-bank di ASEAN, yang menjadi salah satu kontributor dalam memicu risiko sistemik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara balance sheet leverage, derivative leverage, dan off balance sheet leverage terhadap risiko sistemik di negara-negara di ASEAN dari tahun 2009-2016. Penelitian ini juga mengamati urutan tiap-tiap bank yang menjadi kontributor risiko sistemik mulai dari yang terbesar. Penelitian ini menggunakan MES (Marginal Expected Shortfall) untuk mengukur kontribusi risiko sistemik dari setiap bank. Dengan dikontrol oleh beberapa variabel spesifik bank, derivative leverage menjadi variabel yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap risiko sistemik.

The excessive amount of leverage both on-balance sheet and off-balance sheet had led ASEAN countries (Such as Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippines, Singapore and Vietnam) region to experience financial crisis in 1997-1998. Moreover. As suggested by previous studies, there is an increasing trend of derivative leverage of banks in ASEAN that become a contributor to systemic risk in several countries. Therefore, this study aims to examine the effect of on balance sheet leverage, derivative leverage, and off-balance sheet leverage on systemic risk in ASEAN  countries from 2009-2016. In addition, this study also ranks banks in ASEAN to find which bank has the highest contribution to systemic risk. This study uses MES (Marginal Expected Shortfall) to measure systemic risk contribution of each banks. We find that after controlling some banks specific variables, derivative leverage has the most significant effect on systemic risk."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintoro Ariyanto
"Desentralisasi fiskal di Indonesia ditandai dengan lahirnya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999. Transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah meningkat secara signifikan dari tahun 2000 sampai tahun 2002. Pada tahun anggaran 2000 transfer pemerintah berjumlah Rp 34 trilyun atau 17% dari total belanja pemerintah pusat, transfer pemerintah untuk tahun 2001 berjumlah Rp 81 trilyun atau 24% dari total belanja sebesar Rp 340 trilyun, dan pada tahun 2002 transfer pemerintah direncanakan berjumlah Rp 98 trilyun atau sekitar 29% dari total APBN.
Masalah pokok yang akan dibahas dalam tesis ini adalah apakah transfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam bentuk dana perimbangan yang terdiri dari DAU, DAK, BHP dan BHSDA akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi disparitas pendapatan antar daerah, mendorong investasi dan konsumsi swasta daerah. juga di lakukan simulasi DAK dengan tiga formulasi yang berbeda dan simulasi dengan PBB menjadi local tax untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi dart disparitas pendapatan.
Studi ini mengambil data makro ekonomi dan keuangan daerah dari tahun 1996 sampan dengan tahun 2000, serta dana perimbangan tahun 2001. Model ekonometrik simultan terdiri dari 10 persamaan perilaku dari 9 persamaan identitas yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel makro ekonomi dengan variabel-variabel keuangan daerah.
Model ekonometrik yang ada telah memenuhi berbagai kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrik, sehingga model dapat digunakan untuk proyeksi dan simulasi kebijakan transfer pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam bentuk dana perimbangan.
Simulasi untuk melihat pertumbuhan ekonomi daerah menggunakan tingkat pertumbuhan PDRB. Hasil simulasi model menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal secara tidak langsung mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah Hasil simiilasi menunjukkan bahwa dengan secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dari alokasi transfer pemerintah dalam bentuk dana perimbangan akan memberikan pertumbuhan ekonomi untuk setiap daerah di Indonesia dengan pertumbuhan rata-rata 2,896% dibanding tahun sebelumnya.
Simulasi untuk melihat disparitas pendapatan antar daerah menggunakan indeks Williamson (IAFrlIiamson index) dan koefisien variasi (o dent of variation) PDRB perkapita antar daerah propinsi. Hasil simulasi model yang memasukkan alokasi BHP saja sebagai variabel shock menghasilkan indeks Williamson dan koefisien variasi yang meningkat dibandingkan dengan simulasi historis, demikian juga untuk alokasi BHSDA. Sementara untuk alokasi DAK nilai indeks Williamson menurun tapi nilai koefisien variasi meningkat. Secara umum menunjukkan bahwa keseimbangan antar daerah cenderung memburuk akibat dari alokasi BHP, BHSDA dan DAK. Sementara basil simulasi model yang memasukkan DAU saja sebagai variabel shock menghasilkan penurunan indeks Williamson dan nilai koefisien variasi PDRB perkapita dibandingkan simulasi historis. Dengan kata lain alokasi DAU mampu meningkatkan keseimbangan pendapatan antar daerah. Hasil simulasi dengan variabel shock DP menghasilkan indeks Williamson dan nilai koefisien variasi yang lebih rendah daripada simulasi historis tapi lebih tinggi dan nilai koefisien alokasi DAU. Hal itu menunjukkan bahwa alokasi DAU berfungsi sebagai penetralisir alokasi BHP, BHSDA dan DAK yang tidak merata antar daerah.
Penyebab memburuknya keseimbangan pendapatan antar daerah karena BHP, BHSDA dan DAK disebabkan oleh persebaran yang tidak merata untuk setiap daerah di Indonesia. Alokasi BHP lebih menguntungkan daerah metropolitan seperti DKI Jakarta. Alokasi BHSDA hanya menguntungkan untuk daerah-daerah penghasil SDA seperti DI Aceh, Riau dan Kalimantan Timur. Sementara alokasi DAK hanya menguntungkan untuk daerah yang melakukan aktivitas kehutanan yang tinggi, karena masih merupakan DAK reboisasi.
Simulasi untuk melihat pertumbuhan investasi dan konsumsi swasta daerah menggunakan tingkat pertumbuhan investasi dan konsumsi swasta daerah. Hasil simulasi model ekonometrik menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal secara tidak langsung mendorong peningkatan investasi dan konsumsi swasta daerah dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi.
Simulasi dengan menggunakan tiga formulasi DAK yaitu DAK sekarang, DAK bagi rata dan DAK berdasar tingkat kemakmuran daerah menunjukkan hasil hahwa dengan formulasi DAK berdasar kemakmuran daerah akan sangat menguntungkan karena akan menurunkan disparitas pendapatan antar daerah serta menyumbang pertumbuhan ekonomi paling besar dibanding simulasi dengan formulasi DAK lainnya.
Simulasi PBB sebagai local tax, dengan dua kondisi yaitu jika PBB yang diperoleh daerah naik dan jika PBB yang diperoleh daerah turun, ternyata menunjukkan bahwa dengan peningkatan local tax (basis pajak daerah) akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus akan mengurangi disparitas pendapatan antar daerah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdah Rosyiidah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan alat digital pada pekerja terhadap kesenjangan upah di Indonesia. Adapun pekerja pada penelitian ini dikelompokkan menjadi pekerja digital dan pekerja non-digital berdasarkan sumber data Sakernas 2022. Dengan menggunakan metode Dekomposisi Oaxaca-Blinder, ditemukan hasil bahwa terdapat kesenjangan upah antara pekerja digital dan pekerja non-digital di Indonesia. Adapun dalam melakukan hasil analisis lebih mendalam berdasarkan distribusi kuantil upah, metode RIF-Oaxaca diterapkan dengan hasil temuan bahwa terdapat kesenjangan upah antara pekerja digital dan pekerja non-digital pada tiap kelompok distribusi kuantil upah dengan fenomena kesenjangan upah sticky-floor yaitu kesenjangan upah terbesar terjadi pada kelompok pekerja distribusi kuantil upah terendah.

This study aims to analyze the influence of digital-use on workers on the wage gap in Indonesia. The workers in this study are grouped into digital workers and non- digital workers based on Sakernas 2022 data. Using the Oaxaca-Blinder Decomposition method, it was found that there is a wage gap between digital workers and non-digital workers in Indonesia. As for the results of a more in-depth analysis based on the distribution of wage quantiles, the RIF-Oaxaca method is applied with the result that there is a wage gap between digital workers and non-digital workers in each wage quantile distribution group with the sticky-floor wage gap phenomenon, which is the largest wage gap occurs in the lowest wage quantile distribution group of workers.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Asfari
"Mobile Payment merupakan salah satu metode pembayaran yang saat ini populer digunakan untuk melakukan pembayaran di toko ritel. Berbagai platform penyedia layanan mobile payment tersedia untuk memberikan pelayanan bagi penggunanya. Namun, penggunaan uang tunai masih mendominasi transaksi pembayaran di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis terhadap faktor push, pull, dan mooring terhadap intensi pengguna untuk beralih dari pembayaran tunai ke mobile payment di toko ritel. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner melalui survei online kepada responden yang pernah menggunakan aplikasi mobile payment untuk pembayaran di toko ritel. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap 1170 data responden valid dilakukan dengan metode CB-SEM menggunakan aplikasi AMOS 24.0 dan SPSS 25. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor push yang terdiri dari social influence dan transaction inconvenience terbukti memiliki pengaruh secara positif terhadap switching intention. Selanjutnya, faktor pull yang terdiri dari attractiveness of mobile payment, monetary rewards of mobile payment, dan perceived mobility terbukti memiliki pengaruh secara positif terhadap switching intention. Sementara itu, faktor mooring yang terdiri dari inersia, procedural switching cost, technological self-efficacy, dan perceived risk terbuktimemiliki pengaruh secara negatif terhadap switching intention. Secara keseluruhan, faktor pull memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap switching intention dibandingkan dengan faktor push dan mooring. Penelitian ini juga melakukan analisis efek moderasi inersia terhadap hubungan antara faktor push dan pull dengan switching intention. Hasil analisis menggunakan aplikasi SmartPLS 3.3.2 menunjukkan bahwa inersia terbukti dapat melemahkan hubungan positif antara faktor push dengan switching intention dari pembayaran tunai menjadi mobile payment. Selain itu, didapatkan hasil bahwa inersia tidak memiliki efek moderasi terhadap hubungan antara faktor pull dengan switching intention.

Mobile Payment is one of the most popular payment methods used to make payments at retail stores. Various mobile payment service provider platforms are available to provide services for its users. However, the use of cash still dominates payment transactions in Indonesia. The research aims to analyze push, pull, and mooring factors of user intentions to switch from cash payments to mobile payments at retail stores. This research uses a quantitative approach by distributing questionnaires through online surveys to respondents who have used the mobile payment application for payments at retail stores. Furthermore, an analysis of 1170 valid respondent data was performed using the CB-SEM method using the AMOS 24.0 and SPSS 25 application. The analysis showed that the push factor consisting of social influence and transaction inconvenience was proven to have a positive influence on switching intention. Furthermore, pull factors which consist of attractiveness of mobile payments, monetary rewards of mobile payments, and perceived mobility are proven to have a positive effect on switching intention. Meanwhile, mooring factors consisting of inertia, procedural switching costs, technological self-efficacy, and perceived risk have a negative effect on switching intention. Overall, pull factors have a greater influence on switching intention compared to push and mooring factors. This study also analyzes the effect of inertia moderation on the relationship between push and pull factors and switching intention. The results of the analysis using the SmartPLS 3.3.2 application show that inertia is proven to weaken the positive relationship between push factors and switching intention from cash payments to mobile payments. In addition, the results show that inertia does not have a moderating effect on the relationship between pull factors and switching intention."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviana Inas Azizah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pendidikan dan pendapatan terhadap adopsi Teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia dan mengakomodasi analisis interaksi antara pendidikan dan pendapatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan instrumental variabel pada variabel pendapatan dengan menggunakan instrumen karakteristik rumah. Metode yang digunakan untuk mengestimasi dampak adalah metode two stage least square dengan menggunakan data dari SUSENAS 2018 dan PODES 2018. Level unit dalam penelitian ini adalah individu dengan menggunakan sampel sebanyak 804.703 sampel. Hasil menemukan bahwa terdapat interaksi antara pendidikan dan pendapatan yang berbeda pada adopsi TIK dan terdapat variasi pada jenis TIK yang berbeda.

This study discusses about the impact of education and income towards the adoption of information and communication technology in Indonesia and accommodate the analysis of interaction term between education and income. This study uses instrumental variables on income variables using house characteristics as the instruments. The method that used to estimate the results is the two-stage least square method using data from SUSENAS 2018 and PODES 2018. The unit level in this study is individuals using a sample of 804,703 samples. The result of this study shows that there is interaction term between education and income on ICT adoption and have different variations on different types of ICT.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>