Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205334 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Yusnita
"Fenomena HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan global yang serius di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dalam situasi pandemi COVID-19, kegiatan edukasi dan kampanye HIV/AIDS bagi remaja tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Agar kampanye edukasi kesehatan reproduksi dan HIV/AIDS tetap berjalan maka dikembangkan sarana alternatif kampanye HIV/AIDS melalui sosial media. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan tingkat paparan informasi HIV/AIDS di sosial media dengan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pencegahan resiko penularan HIV/AIDS di kalangan remaja. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, teknik survey, analisis statistik deskriptif dan analisis Partial-least Square Structural Equation Model (SEM). Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS dan SmartPls. Sampel dalam penelitian ini merupakan 375 remaja Bongas yang berusia 13-24 tahun yang mengakses akun media sosial @sobat repro. Dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mendapatkan paparan media sosial yang tinggi. Remaja Bongas memiliki tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS yang baik. Remaja Bongas memiliki sikap mendukung terhadap pencegahan HIV/AIDS. Sebagian besar remaja Bongas memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS yang positif. Paparan media sosial berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan HIV/AIDS. Namun paparan media sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap sikap dan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Sikap mengenai HIV/AIDS juga berpengaruh signifikan terhadap perilaku pencegahan. Paparan media sosial berpengaruh signifikan terhadap perilaku pencegahan yang dimediasi pengetahuan. Paparan media sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku pencegahan yang dimediasi sikap. Paparan media sosial berpengaruh signifikan terhadap perilaku pencegahan yang dimediasi pengetahuan dan sikap.

HIV/AIDS is a serious global health problem worldwide, including in Indonesia. In the situation of the COVID-19 pandemic, educational activities and HIV/AIDS campaigns for adolescents cannot be carried out optimally. To keep the education campaign on health and HIV/AIDS running, an alternative means of HIV/AIDS campaign was developed through social media.  This study was conducted to determine the relationship between the level of exposure to HIV/AIDS information on social media with the level of knowledge, attitudes, and behavior in preventing the risk of HIV/AIDS transmission among adolescents. The research method was carried out using a quantitative approach, survey techniques, descriptive statistical analysis, and Partial-least Square Structural Equation Model (SEM) analysis. Data analysis was performed using SPSS and SmartPLS. The sample in this study were 375 Bongas teenagers aged 13-24 years who accessed the @sobat repro social media account. The results of the study show that most teenagers get high exposure to social media. Bongas teenagers have a good level of knowledge about HIV/AIDS. Bongas teenagers have a supportive attitude towards HIV/AIDS prevention. Most of the Bongas youths have positive HIV/AIDS prevention behaviors. Social media exposure has a significant effect on knowledge of HIV/AIDS. However, exposure to social media has no significant effect on attitudes and behavior to prevent HIV/AIDS. Knowledge has a significant effect on attitudes and behavior to prevent HIV/AIDS. Attitudes about HIV/AIDS also have a significant effect on prevention behavior. Social media exposure has a significant effect on knowledge-mediated prevention behavior. Social media exposure has no significant effect on attitude-mediated prevention behavior. Social media exposure has a significant effect on prevention behavior mediated by knowledge and attitudes. "
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Jos Iswadi
"Penularan HIV menjadi tantangan dunia hingga saat ini yang memerlukan pencegahan yang konprehensif berbasis pengetahuan. Remaja merupakan kelompok kecil yang rentan terhadap penularan HIV. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 87 siswa SMA dengan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penularan HIV. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,01, α=0,05). Analisis bivariat sikap dan perilaku menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,20,α=0,05). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk memperkaya remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV/AIDS sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan HIV/AIDS.

HIV transmission is challenging the world to date and need base prevention conprehensive prooer knowledge. Teenagers are a small group who are vulnerable to HIV infection. This correlation descriptive study aimed to identify the correlation between knowledge and attitudes to HIV prevention behaviour with a cross-sectional approach involving juvenile respondents with a high school 87 students with quota sampling technique. The research instrument used questionnaires to measure the level of knowledge, attitudes, and behaviors to prevent HIV transmission. Results of bivariate analysis with chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge with behavior of the prevention of HIV/AIDS (p=0,01 α=0,05). Bivariate analysis of attitudes and behavior showed there was no significant relationship between attitude with behavior prevention of HIV/AIDS (p=0,20 α=0,05). Health education should be included in the education curriculum in schools to enrich the youth about health information in particular HIV/AIDS so that they can break the chain of transmission of HIV/AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaniago, Dilla Yulian
"Angka penularan HIV/AIDS masih terus bertambah pada saat ini. Penggunaan akun alter-ego di twitter telah menjadi salah satu media untuk transaksi seksual. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional dan menggunakan data primer. Hasil analisis inferens dengan uji chi-square menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan (nilai p = 0,519; POR = 1,42; 95% CI = 0,48 – 4,23) dan sikap (nilai p = 0,285; POR = 0,58; 95% CI = 0,26-1,33) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Namun analisis menunjukkan terdapat hubungan antara usia (nilai p = 0,030; POR = 0,33; 95% CI = 0,13 – 0,83), status pekerjaan (nilai p = 0,045; POR = 0,38; 95% CI = 0,16 – 0,90), dan status perkawinan (nilai p = 0,020; POR = 0,11; 95% CI = 0,01 – 0,93) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS. Program dan pelayanan kesehatan perlu melakukan penjangkauan pemberian pendidikan dan promosi kesehatan terkait HIV/AIDS pada pengguna akun alter-ego di twitter dengan memaksimalkan penggunaan internet serta sosial media misalnya mengadakan webinar terkait HIV/AIDS dan memperkuat kolaborasi dengan lintas sektor lainnya seperti perusahaan, dinas kesehatan setempat, LSM dan lainnya.

The rate of transmission of HIV/AIDS is still increasing at this time. The use of alter-ego accounts on Twitter has become a medium for sexual transactions. This study aims to identify the relationship between the level of knowledge and attitudes towards HIV/AIDS prevention behavior. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and uses primary data. The results of the inference analysis using the chi-square test showed that there was no relationship between the level of knowledge (p value = 0.519; POR = 1.42; 95% CI = 0.48 – 4.23) and attitude (p value = 0.285; POR = 0 ,58; 95% CI = 0.26 – 1.33) on HIV/AIDS prevention behavior. However, the analysis showed that there was a relationship between age (p value = 0.030; POR = 0.33; 95% CI = 0.13 – 0.83), employment status (p value = 0.045; POR = 0.38; 95% CI = 0.16 – 0.90), and marital status (p value = 0.020; POR = 0.11; 95% CI = 0.01 – 0.93) on HIV/AIDS prevention behavior. Health programs and services need to outreach the provision of education and health promotion related to HIV/AIDS to alter-ego account users on Twitter by maximizing the use of the internet and social media, for example holding webinars related to HIV/AIDS and strengthening collaboration with other cross-sectors such as companies, health offices local, NGOs and others."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Handayani
"Transmisi seksual adalah faktor utama pertumbuhan epidemi HIV/AIDS di dunia. Kasus HIV/AIDS paling banyak adalah pada pria dan kelompok umur 20-39 tahun. Upaya untuk menekan pertumbuhan epidemi tercepat adalah menurunkan insiden HIV dengan mengubah perilaku berisiko menjadi aman dan mengurangi stigma/diskriminasi terhadap ODHA. Penelitian terdahulu menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap dan perilaku berisiko HIV. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan HIV/AIDS terhadap sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS. Desain studi cross-sectional menggunakan data SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukkan pria kawin dan pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan tinggi berpeluang lebih besar untuk memiliki sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS dibanding pria dengan tingkat pengetahuan rendah.

The major factor of HIV spreading is sexual transmission. Most cases happened on men and people in 20-39 years old range. One of HIV-growth suppressing effort is to reduce HIV incidence. It can be done by switching the risk behaviour into safe behaviour and decreasing the stigma towards PLWHA. The earlier studies showed that there are association between knowledge of HIV/AIDS attitudes and risk behavior related to HIV/AIDS. The objective of study is to investigate the effects of HIV/AIDS knowledge toward attitudes and HIV/AIDS risk behavior on men. This cross-sectional study using DHS Indonesian Year 2012 and inform us that either married men and unmarriedmen who have highly knowledge have more chance to gain possitive attitude and HIV/AIDS safe behavior rather than low HIV/AIDS knowledge men.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlia Yuliantini
"Kurangnya pengetahuan HIV/AIDS pada remaja mempengaruhi sikap remaja pada perilaku seksual pranikah sehingga akan meningkatkan kerentanan remaja tertular HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan HIV/AIDS dan sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 96 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki tingkat pengetahuan HIV/AIDS yang baik dengan sikap yang tidak mendukung terhadap perilaku seksual pranikah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah (p=0,0005). Peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS melalui pengembangan kurikulum dan penyusunan strategi promosi kesehatan yang tepat bagi remaja menjadi upaya untuk memperbaiki sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah.

Lack of HIV/AIDS knowledge on adolescent influences the adolescent attitude towards premarital sexual behavior so it will increase the adolescent vulnerability to HIV/AIDS infection. The aim of this study was to identify the correlation between the level of HIV/AIDS knowledge and adolescent attitude towards premarital sexual behavior. Descriptive correlative study and cross sectional approach was conducted by using questionnaires among 96 purposively selected students.
The results showed that most of the students had high level of HIV/AIDS knowledge with unfavorable attitude towards premarital sexual behavior. This study also indicated that sex correlated with attitude towards premarital sexual behavior (p=0,0005). Improvement of HIV/AIDS knowledge through developing the curriculum and creating appropriate health promotion for adolescent should be addressed to reform the adolescent attitude towards premarital sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mutiara Artifa
"ABSTRAK
Prevalensi perilaku seksual berisiko HIV AIDS atau PMS pada remaja di Indonesia dan dunia masih mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan seksualitas dan kesehatan reproduksi tentang penyebab dan dampak dari perilaku seksual pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan seksualitas dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS atau PMS Di SMA Yayasan Islam X Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 138 sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner tentang teori seksualitas serta bentuk perilaku seksual berisiko yang dimodifikasi oleh peneliti. Hasil analisis statistik menggunakan chi-square menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan seksualitas memiliki hubungan bermakna dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS atau PMS X2=5,133, p-value= 0,023, ? = 0,05. Penelitian ini merekomendasikan pada pemerintah, tenaga kesehatan dan sekolah untuk meningkatkan pengetahuan tentang seksualitas fokusnya pada penyebab dan dampak perilaku seksual berisko HIV/AIDS atau PMS agar dapat menurunkan jumlah perilaku seksual berisiko pada remaja di Indonesia.

ABSTRACT
Prevalence of HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in Indonesia and world rsquo s adolescents have high incidence every year. Those are due to low knowledge of sexuality and reproductive health about the causes and effects of sexual behavior in adolescents. This study aimed to identify the relationship between level of sexuality knowledge and HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in SHS Islamic X Jakarta Timur. The research used cross sectional design with 138 samples with total sampling method. This research used questionnaire as an instrument about the theory of sexuality as well as forms of risky sexual behavior modified by researchers. Statistic analyze used chi square with the result that level of sexuality knowledge had correlation with sexual behavior at risk of HIV AIDS or STDs X2 5,133, p value 0,023, 0,05. This study recommends governments, health workers and schools to improve the sexuality knowledge focuses on the causes and effects of HIV AIDS or STDs risk sexual behaviour in order to reduce the amount of risky sexual behavior in adolescents in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Sudradjat
"ABSTRAK
HIV/AIDS telah menjadi pandemik dan masalah besar di hampir seluruh dunia, termasuk di Indonesia karena selain menular dan fatal juga belum ditemukan obat maupun vaksinnya. Penularannya antara lain dapat terjadi dari pasien kepada petugas rumah sakit, seperti kepada petugas pelayanan perinatal. Ini mungkin terjadi karena pada saat ini proporsi wanita yang terkena HIV/AIDS semakin meningkat dan bila hamil kebanyakan mereka memilih untuk melanjutkan kehamilannya. Oleh karena itu, petugas pelayanan perinatal, khususnya yang bekerja di rumah sakit pendidikan dan rujukan harus siap mengantisipasi kemungkinan menerima ibu dengan infeksi HIV/AIDS yang memerlukan pelayanan perinatal.
Walaupun menular, penyakit ini sebenarnya dapat dicegah secara mudah dengan menerapkan tindakan pencegahan (universal precautions). Namun demikian, dari penelitian-penelitian di luar negeri terungkap bahwa tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS di kalangan petugas rumah sakit masih kurang baik. Menurut Para ahli ilmu perilaku (kesehatan), terwujud tidaknya suatu tindakan pencegahan seseorang di antaranya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap orang itu terhadap penyakit atau terhadap tindakan pencegahannya. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi sampai sejauhmana pengetahuan dan sikap terhadap penyakit HIV/AIDS serta tindakan pencegahan risiko tertularnya di kalangan petugas pelayanan perinatal di lima rumah sakit pendidikan dan rujukan di Indonesia serta untuk mengidentifikasi hubungan di antara ketiganya.
Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional survey yang bersifat deskripsi dan analitik. Besar sampel 330 orang, terdiri dari dokter ahli kebidanan dan dokter ahli anak, para residennya serta bidan/perawat dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Soetomo Surabaya, RS Sanglah Denpasar, RS Dadi Ujungpandang dan RS Pirngadi Medan.
Dari penelitian ini terungkap bahwa pengetahuan HIV/ AIDS mereka berada pada tingkat sedang, sikap terhadap penyakit HIV/AIDS berada pada tingkat lebih baik dan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS pada tingkat jelek.
Selanjutnya dari uji Goodman and Kruskal's Coefficient of Ordinal Association terbukti bahwa:
1. Antara pengetahuan HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS tidak ada hubungan yang positif.
2. Antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap terhadap penyakit HIV/AIDS ada hubungan yang positif hanya pada petugas pelayanan perinatal yang berpendidikan perawat/bidan, yang bekerja di rumah sakit tipe B, yang sudah bekerja 11 s/d 34 tahun, dan yang berumur antara 20 s/d 49 tahun.
3. Antara sikap terhadap penyakit HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS tidak ada hubungan yang positif.
Hasil di atas, menunjukkan adanya faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap jeleknya tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS di kalangan petugas pelayanan perinatal. Faktor-faktor tersebut mungkin dapat berupa kurangnya motivasi di kalangan mereka untuk menerapkan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS, kurangnya supervisi atau sarana dan prasarana.
Oleh karena itu, untuk mencegah risiko tertular HIV/AIDS di kalangan petugas pelayanan perinatal disarankan adanya penyebaran informasi, terutama yang dapat meningkatkan motivasi mereka untuk menerapkan "universal precautions" selain supervisi yang teratur dan penyediaan sarana dan prasarana yang terkait dengan pelaksanaan universal ini.
Di samping itu perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat mengungkap faktor-faktor yang bertanggung jawab atas jeleknya kualitas tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS ini sehingga intervensinya akan lebih tepat.

ABSTRACT
HIV/AIDS disease becomes a pandemic and global concern(s) all over the world, including in Indonesia. It is not only a communicable but also currently a fatal disease. Its transmission can take place both outside and inside the hospital settings. The transmission has been reported from patient to patient, patient to hospital workers but rarely from hospital worker to patient.
The proportion of women contracting HIV/AIDS is in-creasing rapidly and it was reported when they are pregnant, most of them choose to complete their pregnancies. There-fore, the perinatal health care providers particularly those who work in the teaching and referral hospitals have a greater risk of contracting the dangerous epidemic.
Based on the above considerations, this study was conducted with the aim to obtain information concerning HIV/AIDS-related knowledge, attitudes towards HIV/AIDS disease and preventive actions to reduce the risk of contracting HIV/AIDS among the perinatal health care providers in five teaching and referral hospitals in Indonesia.
This study was cross section ally done and took samples of 330 perinatal health care providers, consisting of obstetricians, pediatricians and their residents as well as midwives/nurses from Cipto Mangunkusumo (Jakarta), Soetomo (Surabaya), Sanglah (Denpasar), Dadi (Ujungpandang) and Pirngadi General Hospitals (Medan).
The results of this study indicate that HIV/AIDS -related knowledge and attitudes towards HIV/AIDS among the perinatal health care providers were fairly good. However, their preventive actions to reduce the risk of contracting HIV infection/AIDS were unfavorable.
The Gamma statistical test shows the following:
1. There was no positive correlation between the HIV/AIDS related knowledge and the preventive actions to reduce the risk of contracting HIV/AIDS.
2. A positive correlation was observed between the HIV/AIDS-related knowledge and the attitudes towards HIV/AIDS disease among the perinatal health care providers who had each of the following characteristics:
a. Those who worked at the type B hospitals
b. Those who were between 20 to 49 years of age
Those who had nursing/midwifery educational background
Those who had 11 to 34 years of working experience.
3. Furthermore, among them, there was no positive correction between the attitudes and the preventive actions to reduce the risk of contracting HIV/AIDS.
It was suggested that the noncompliance in preventing the risk of contracting the disease was associated with other factors which were not included in this study such as lack of motivation, quality of supervision and shortage of medical supplies.
Recommendations are made to reduce the risk of contracting HIV/AIDS disease among the perinatal health care providers. Adoption of policy concerning universal precautions is of utmost importance. Dissemination of correct information especially among midwives/nurses responsible for perinatal health care is urgently needed. In addition, total quality management of infection in the hospital setting is required besides improving supervision and the insuring availability of medical supplies such as surgical gloves, water-resistant aprons/gowns, masks, face/ eye shields, disposable syringes and puncture-resistant containers.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarsi Rusti
"Latar Belakang : Remaja rentan terhadap perilaku berisiko yang bisa membawa kepada HIV/AIDS. Perilaku berisiko adalah perilaku remaja yang melakukan hubungan seks dan menggunakan narkoba suntik. Secara global, 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda usia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir adalah sebanyak 7000 remaja terinfeksi HIV setiap harinya. Pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS adalah komponen untuk memperbaiki perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan perilaku berisiko di Indonesia.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian obeservasi dengan desain studi crosssectional, menggunakan data Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku tahun 2011. Jumlah keseluruhan responden adalah 6.991 orang remaja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan cox regression.
Hasil : Prevalensi perilaku berisiko pada remaja adalah 15,8% sedangkan prevalensi pengetahuan komprehensif 22,3%. Analisis multivariate menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dengan Perilaku beresiko remaja dengan nilai p=0,153 dan PR= 1,11 (95% CI:0,962-1,283) setelah dikontrol dengan variable kovariat yaitu jenis kelamin, pendidikan orang tua dan pengaruh teman sebaya.
Kesimpulan : Secara statistik, pada penelitian ini pengetahuan komprehensif tidak berhubungan dengan perilaku berisiko. Saran untuk para ilmuwan agar menelaah ulang indikator yang digunakan untuk mengukur Pengetahuan komprehensif tentang HIV, serta untuk pemerintah melalui lembaga pendidikan adalah agar memasukkan pendidikan HIV/AIDS kedalam kurikulum sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif dan mencegah perilaku beresiko.

Background : Adolescent are susceptible to a variety of risky behavior that can lead towards HIV/AIDS. Risky behavior is adolescent behavior that having sexual intercourse or using drug-injection. Globally, about 40% of all cases of HIV infections occur in young people aged 15-24 years. Latest estimate was as much as 7000 teens are infected by HIV every day. Comprehensive knowledge about HIV/AIDS is the component to make up behavior.The aim of the study is to know the relationship between comprehensive knowledge about HIV/AIDS with sexual behavior in Indonesia.
Methods: This study is observational study with cross-sectional design, using the Integrated Biological and Behavioural Surveillance data in 2011. Total respondents are 6.991 adolescents. Data analysis was performed by cox regression multivariate analysis.
Result: Prevalence of risky behaviorin adolescent was 15,8% while the prevalence of comprehensive knowledge was 22,3%. Multivariate analysis showed no statistically significant relationship between comprehensive knowledge about HIV/AIDS with risky behavior. P value=0,153, PR=1,11( 95% CI 0,962-1,283) after adjusted by covariates, included: sex, parents education and peer-grouped influence.
Conclusion: Statistically, in this study comprehensive knowledge is not associated with risky behavior. Recommendation for the scientist to review the indicators used to measure the comprehensive knowledge about HIV/AIDS, and recommendation for the government through educational institutions is to include education about HIV / AIDS into the school curriculum, in an effort to improve the comprehensive knowledge and prevent risky behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL dapat dipengaruhi oleh pengetahuan pencegahan dan miskonspsi terkait HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan HIV/AIDS dengan perilaku seksual berisiko HIV/AIDS pada LSL di 3 kota Yogyakarta, Tangerang, Makassar di Indonesia tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 343 LSL di 3 kota di Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dianalilsis secara univariat, bivariat, dan stratifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan adalah 16 LSL memiliki tingkat perilaku seksusal berisiko tinggi, 30.9 LSL memiliki pengetahuan pencegahan dan miskonsepsi kurang, 52.5 LSL berusia >24 tahun, 48 LSL kurang berpartisipasi dalam program pelayanan kesehatan HIV/AIDS, 51 LSL mendapat sumber informasi kurang. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan hubungan dengan perilaku seksual berisiko HIV AIDS yaitu kurang memiliki pengetahuan HIV/AIDS PR=2.0;95 CI 1.2-3.2 , usia le; 24 tahun PR=1.7 ; 95 CI 1.0-2.7 , kurang berpartisipasi pada program kesehatan PR=2.0 ; 95 CI 1.2-3.4 , kurang mendapatkan sumber media informasi PR=0.6 ; 95 CI 0.4-1.0 . Hasil stratifikasi antar strata pada variabel kovariat yaitu PR lebih tinggi pada LSL berusia >24 tahun PR=2.14 ; 95 CI 0.98-4.66 , LSL yang kurang mengikuti program pelayanan kesehatan PR=2.10; 95 CI 1.17-3.77 , dan LSL yang baik mendapat media sumber informasi PR=2.05 ; 95 CI 1.11-3.77 . Oleh karena itu disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP, memberikan edukasi sesuai dengan usia, dan memberikan sumber informasi yang lebih efektif dan massive.Kata kunci: Lelaki Seks Lelaki LSL ; pengetahuan HIV/AIDS; perilaku seksual berisiko.

Sexual risk behavior HIV AIDS among MSM can be influenced by prevention and misconception knowledge of HIV AIDS. This study aims to determine the relations about knowledge of HIV AIDS and sexual risk behavior HIV AIDS among MSM in 3 cities Yogyakarta, Tangerang, Makassar in Indonesia on 2013. This study used cross sectional design by using data IBBS 2013. Samples in this study were 343 MSM in 3 cities in Indonesia meet the criteria inclusion and exclusion and analyzed by univariate, bivariate, and stratification. Form the result, the percentage were 16 MSM have high risk of sexual risk behavior, 30.9 MSM have prevention and misconception knowledge less, 52.5 MSM 24 years, 48 MSM less participate in the health services HIV AIDS, 51 MSM less of source information. Based on analysis bivariate relationships with sexual risk behavior HIV AIDS less having knowledge HIV AIDS PR 2.0 95 CI 1.2 3.2 , age le 24 years PR 1.7 95 CI 1.0 2.7 , less participate in the health program PR 2.0 95 CI 1.2 3.4 , less get media source information PR 0.6 95 CI 0.4 1.0 . Stratification results of the strata on the variables of covariate variable have higher PR on MSM aged 24 years PR 2.14 95 CI 0.98 4.66 , MSM less follow the program health service PR 2.10 95 CI 1.17 3.77 , and MSM got a better media source information PR 2.05 95 CI 1.11 3.77 . It is therefore advisable to improve program IPP back, give education in according by age, and provide a source of information that is more effective and massive.Keywords Men Sex with Men MSM , sexual behavior risk HIV AIDS, knowledge of HIV AIDS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>